Ada hadits yang bisa menjawab hal ini, yaitu hadits dari ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bagi ulama yang berpendapat bahwa khusyu’ termasuk dalam kewajiban dalam shalat, berarti
maksud kata “laa” dalam hadits menunjukkan tidak sahnya shalat dengan menahan kencing.
Sedangkan menurut jumhur atau mayoritas ulama bahwa khusyu’ dihukumi sunnah, bukan
wajib. Sehingga “laa” yang dimaksud dalam hadits adalah menafikan kesempurnaan shalat atau
hadits itu diartikan “tidak sempurna shalat dari orang yang menahan kencing”.
Jika demikian, bagaimana hukum menahan kencing atau buang air saat shalat?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa jika cuma merasakan ingin
buang air kecil atau air besar tanpa menahannya, seperti itu masih dibolehkan shalat. Dalam
hadits dikatakan kencing atau buang air yang membuat masalah hanyalah jika ditahan. Bila tidak
dalam keadaan menahan, maka tidak masalah untuk shalat karena hati masih bisa berkonsentrasi
untuk shalat.
Syaikh Ibnu Utsaimin juga menyatakan bahwa menahan kentut (angin) sama hukumnya seperti
menahan kencing dan buang air besar.
Menurut jumhur (mayoritas) ulama, menahan kentut dihukumi makruh.Imam Nawawi berkata,
“Menahan kencing dan buang air besar (termasuk pula kentut, -pen) mengakibatkan hati
seseorang tidak konsen di dalam shalat dan khusyu’nya jadi tidak sempurna. Menahan buang
hajat seperti itu dihukumi makruh menurut mayoritas ulama Syafi’iyah dan juga ulama lainnya.
Jika waktu shalat masih longgar (artinya: masih ada waktu luas untuk buang hajat, -pen), maka
dihukumi makruh. Namun bila waktu sempit untuk shalat, misalnya jika makan atau bersuci bisa
keluar dari waktu shalat, maka (walau dalam keadaan menahan kencing), tetap shalat di
waktunya dan tidak boleh ditunda.”
Imam Nawawi berkata pula, “Jika seseorang shalat dalam keadaan menahan kencing padahal
masih ada waktu yang longgar untuk melaksanakan shalat setelah buang hajat, shalat kala itu
dihukumi makruh. Namun, shalat tersebut tetaplah sah menurut kami -ulama Syafi’i- dan ini
yang jadi pendapat jumhur atau mayoritas ulama.” (Syarh Shahih Muslim, 5: 46)
Berkemih (buang air kecil) merupakan salah satu kegiatan biologis yang senantiasa kita alami
setiap harinya. Untuk itu, permasalahan sekecil apapun yang mengganggu proses berkemih pasti
cukup merisaukan. Salah satunya yang cukup sering kita dengar atau bahkan kita alami sendiri
adalah infeksi saluran kemih. Apa saja gejalanya dan bagaimana mengatasinya, akan kita bahas
pada kesempatan kali ini.
Istilah Infeksi Saluran kemih atau sering disingkat dengan istilah “ISK” biasanya mengacu pada
sistitis (infeksi bakteri pada kandung kemih), tetapi bisa digunakan untuk mengistilahkan infeksi
manapun pada saluran kemih, dari ginjal sampai uretra (saluran yang menyalurkan air seni/urin
dari kandung kemih keluar). Penyebab ISK bisa beragam, tapi yang paling banyak adalah bakteri
seperti Escherichia Coli. Penyebab lain misalnya virus, jamur, atau parasit seperti Chlamydia.
Sebenarnya, dalam keadaan normal, urin yang diproduksi ginjal selalu steril, yaitu bebas dari
kuman dan mikroorganisme. Urin hanya mengandung cairan, garam, serta zat lain yang tidak
diperlukan tubuh. Oleh karena itu, kehadiran bakteri apapun di dalamnya adalah tidak normal.
Pada banyak kasus, kuman penyebab ISK masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra yang
merupakan penghubung saluran kemih dalam tubuh dengan dunia luar. Kuman tersebut bisa
berasal dari daerah anus. Selain itu bisa juga berasal dari vagina, karena letak muara uretra yang
berdekatan dengan alat kewanitaan tersebut.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh kaum
wanita. Sekitar setengah dari seluruh kaum wanita menderita ISK paling tidak sekali seumur
hidup, dan beberapa wanita mengalaminya berulang kali, namun biasanya membaik dengan
pengobatan. Semua wanita berisiko mengalami ISK karena memiliki uretra yang relatif pendek
dibanding dengan laki-laki, sehingga kuman lebih mudah masuk ke dalam kandung kemih.
Kuman tersebut bisa berasal dari anus atau vagina, mengingat posisi muara uretra pada wanita
dekat dengan anus dan vagina. Faktor risiko lainnya seperti :
Gejala-gejala infeksi saluran kemih yang umum adalah serangan mendadak seperti berikut ini :
Saat mengalami gejala awal, usahakan untuk banyak minum air. Cobalah minum 600 mL air
secepatnya, lalu 300 mL air tiap 30 menit. Ini akan meningkatkan produksi air dan jumlah urin
yang keluar. Jika mengalami infeksi ringan, ada peluang akan hilang dalam beberapa hari.
Sebaiknya Anda menghindari berhubungan intim untuk sementara waktu sampai gejalanya
berkurang. Jika gejala berlangsung lama, segera temui dokter. Dokter akan menyarankan
pemeriksaan urin di laboratorium, untuk melihat adanya infeksi dan kemudian menentukan
pengobatan yang tepat. Jika ISK Anda tidak membaik dengan pengobatan yang telah diberikan
dokter atau kambuh lebih dari 3 kali dalam 6 bulan, maka dokter akan merujuk Anda kepada ahli
urologis untuk penyelidikan lebih lanjut.
Jika Anda menderita serangan akut ISK, Anda bisa melakukan hal-hal berikut ini :
Anda bisa merasakan gejala berkurang setelah 3 jam melakukan hal-hal di atas. Namun, Anda
harus segera menemui dokter jika serangan terus berlanjut lebih dari satu hari, sedang hamil, atau
terdapat darah dalam urin.
Bagaimana Pencegahannya?
Banyak minum, yaitu dengan mengonsumsi asupan cairan sekitar 1,5-2 liter setiap hari.
Jaga kebersihan organ kewanitaan Anda. Setelah buang air besar atau buang air kecil,
jangan lupa dibersihkan dengan air bersih dengan arah dari depan ke belakang, agar
kuman dari anus (belakang) tidak masuk ke uretra.
Pastikan Anda mengeluarkan urin sekitar 1 jam setelah berhubungan intim dengan suami.
Jangan menahan ketika ingin buang air kecil, karena dapat memperbesar risiko kuman
yang berada di urin sempat menginvasi saluran kemih yang seharusnya dalam kondisi
steril (tanpa kuman).
Konsumsi yoghurt sekali sehari untuk mendorong penggantian bakteri jahat di dalam
usus dengan bakteri baik.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita ambil pelajaran betapa pentingnya minum air dalam
jumlah yang cukup. Air mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia,
seperti metabolisme, sirkulasi zat gizi maupun non gizi, pengendalian suhu tubuh, kontraksi otot,
pengaturan keseimbangan elektrolit, dan proses pembuangan zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh. Oleh karena itu, minum air yang cukup sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi
berbagai organ tubuh dan mencegah berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih. Sudahkah
Anda mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup hari ini?