Anda di halaman 1dari 24

ASKEP INKONTINENSIA

URINE

Disusun oleh
1.Julianda
2.Dian Ananda
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN

Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada
waktu dan tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan
masalah kebersihan atau sosial. Aspek sosial yang akan
dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa
terisolasi dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang
tanpa disadari merupakan salah satu keluhan orang lanjut
usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah
dan frekuensi yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane, dkk, 1989).
Klasifikasi
1.Inkontinensia
Stress : Akibat adanya tekanan didalam
abdomen, seperti bersin, atau selama latihan, menyebabkan
kebocoran urine dari kandung kemih.
2.InkontinensiaMendesak (urge incontinence) : Berkemih
dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet.
3.InkontinensiaOverflow : Seseorang yang menderita
inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa urinenya
mengalir terus menerus.
4.InkontinensiaRefleks : Ini terjadi karena kondisi sistem
saraf pusat yang terganggu, seperti demensia.
5.Inkontinensia
fungsional : Pada klien ini mempunyai
kandung kemih dan saluran urine yang utuh dan tidak
mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkemihan tersebut.
Etiologi
Etiologi inkontinensia urine
Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini
disebabkan oleh:
Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan
uretra dan efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan
penurunan otot-otot dasar panggul.
Perokok, minum alkohol.
Obesitas.

Infeksi saluran kemih (ISK)


Histerektomi
Anatomi Fisiologi
Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih
dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan
berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal
dan sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa
muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak
semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi
kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi
estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar (Stanley M & Beare G Patricia,
2006).
Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,
urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi
sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau
bersin.
Tanda dan Gejala
Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai
ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena
telah mulai berkemih.
Desakan, frekuensi, dan nokturia.
Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya
sejumlah kecil urine ketika tertawa, bersin,
melompat, batuk, atau membungkuk.
Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran
urine buruk atau lambat dan merasa menunda atau
mengejan.
Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume
dan aliran urine yang adekuat.
Higiene atau tanda-tanda infeksi.
Kandung kemih terletak diatas simfisis pubis.
Pemeriksaan Diagnostik

Urinalisis

Uroflowmetry.

Cysometry Urografi eksretorik,.


Voiding cystourethrography
Urterografi retrograde,.
Elektromiografi sfingter eksternal
Pemeriksaan rektum
Kateterisasi residu pascakemih
Penatalaksanaan Medik
Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik diresepkan jika
inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Terapi perilaku meliputi latihan berkemihToileting terjadwal
Penggunaan pads
Indwellingkateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara medis/pembedahan dan
untuk kenyamanan klien terakhir.
 Ny.W berusia 63 tahun dengan BB 76kg ketika datang kerumah sakit Dr.
Soetomo dengan keluhan BAK terus menerus dan tidak bisa ditahan hingga
sampai ke toilet. Ny.W mengatakan kencing sebanyak lebih dari 10 kali dalam
sehari,dengan jumlah urine 1000-1500ml. Ny.W juga mengatakan bahwa
dirinya tidak bisa menahan kencingnya untuk sampai ke toilet dan terasa
perih pada area perianalnya. Karena sering mengompol, Ny.W mengaku
mengurangi minum dan sering menahan haus, dan mengalami penurunan BB
sebanyak 5kg menjadi 71kg. Ny.W merasa malu apabila keluar rumah karena
mengompol dan bau air kencingnya yang menyengat sehingga hanya tinggal di
dalam rumah. Saat ditanyakan tentang riwayat kehamilan, anak klien
mengatakan bahwa klien memiliki 2 orang anak, dan tidak pernah mengalami
keguguran. Anaknya mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti itu sebelumnya dan tidak ada penyakit
keturunan. Dulunya klien adalah seorang penjahit di rumahnya, namun
beberapa tahun yang lalu sudah tidak lagi bekerja. Setelah dilakukan
pemeriksaan awal pada Ny.W ditemukan membran mukosa kering, turgor kulit
kering dan keriput serta lecet-lecet pada kulitnya. Hasil dari TTVnya adalah
TD: 160/90 mmHg, Nadi 90x/menit, RR 19x/menit, dan Suhu 370C.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai