Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KEBIJAKAN KEUANGAN PERUSAHAAN

A. Kebijakan Pembelanjaan
1. Asas Liquiditas
Asas yang mengajarkan bahwa dalam kebijakan financing penarikan sumber-
sumber dana harus diperhatikan berapa lamanya dana yang akan diperoleh akan
digunakan oleh perusahaan apabila dana tersebut akan digunakan selama 1 tahun,
maka dana yang akan ditarik juga untuk jangka waktu kurang dan tidak lebih dari 1
tahun. dalam hal ini dikenal dengan MATURITY MATCHING PRINCIPLES,
berdasarkan asas ini :
- Modal kerja variable dibelanjai dengan pinjaman jangka pendek;
- Modal kerja permanen dibelanjai dengan Modal sendiri;
- Modal aktiva tetap harus dibelanjai dengan hutang jangka panjang (kecuali
tanah harus dengan Modal sendiri);
2. Asas Solvabilitas
Asas yang mengajarkan bahwa dalam memperoleh sumber dana harus
diperhatikan faktor psikologi dari calon investor :
- Optimis, sebaiknya perusahaan mengeluarkan saham;
- Pesimis, sebaiknya perusahaan mengeluarkan obligasi;
3. Asas Rentabilitas
Asas yang mengajarkan bahwa dalam penarikan sumber-sumber dana harus
memperhatikan konsekuensi kewajiban memberikan balas jasa dari perusahaan ke
calon investor.
4. Asas Kekuasaan
Asas yang mengajarkan bahwa dalam kebijakan financing harus memperhatikan
kebijakan manajemen keuangan:
 Bila manajemen tidak ingin dicampuri pihak luar, sebaiknya perusahaan
mengeluarkan obligasi;
 Bila manajemen lebih banyak menghendaki campur tangan pihak luar maka dapat
dikeluarkan saham.
Jenis-Jenis Pembelanjaan
1. Berdasarkan Aktivitas
 Pembelanjaan aktif, segala aktivitas yang dilakukan untuk menginvestasikan
dana secara efektif dan efisien
 Pembelanjaan Pasif, segala aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh
sumber dana dengan cara yang mudah dan biaya minimal
 Pembelanjaan Kuantitatif, masalah penetuan besarnya modal yang ditarik
 Pembelanjaan Kualitatif, masalah penentuan jenis modal yang akan ditarik
meliputi :

1
*Standar Liquiditas-berapa lama modal akan ditarik
*Standar Solvabilitas-macam modal apa yang kan ditarik
*standar Rentabilitas-pendapatan yang akan dihasilkan dari modal yang ditarik
2. Berdasarkan Sumber Dana
 Pembelanjaan Intern, pembelanjaan yang sumber dananya dibentuk dari
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri.
 Pembelanjaan Ekstern, pembelanjaan yang sumber dananya berasal dari luar
perusahaan, misalnya penjualan saham, obligasi, kredit bank, dsb.
3. Berdasarkan Kondisi
 Pembelanjaan Normal
 Pembelanjaan Berlebihan
 Pembelanjaan Yang Berkekurangan
 Pembelanjaan Parsial
 Pembelanjaan Total
Contoh dari kebijakan belanja perusahaan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) telah
merealisasikan belanja modal (capex) 2010 sebesar 33,33% atau Rp800 miliar dari alokasi
Rp2,4 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk pengembangan ruas tolbaru tahun ini. Sisa
belanja modal perseroan sebesar Rp1,6 triliun siap dialokasikan untuk menuntaskan tujuh
ruas tol baru. Total investasi ketujuh ruas tolbaru sekitar Rp12 triliun.
B. Kebijakan Investasi
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi)
dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi
yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu
pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Suatu pertambahan pada
pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih
tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal
dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk
menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya
kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Produk-produk Investasi
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Dimana definisi
Efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam
bentuk surat berharga, saham atau obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau
partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu saham
(Rights), Warrant untuk membeli saham pada masa mendatang atau instrumen yang dapat
diperjual belikan.
Bentuk-bentuk investasi

2
 Investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan
tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.
 Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian,
diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
 Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil
kerja atau penelitian.
Risiko investasi
Investasi selain juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa risiko
keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal,
di antaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau diakibatkan faktor
manusia), ketertiban hukum, dan lain-lain.
C. Kebijakan Dividen
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya
saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi
perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama
suatu bisnis. Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis:
 Dividen tunai; metode paling umum untuk pembagian keuntungan.
Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya.
 Dividen saham; cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham
tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham
yang dimiliki. Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham
tambahan.
 Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan
cara ini jarang dilakukan.
 Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir.
Kebijakan Dividen dalam Praktik
Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang
relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan
oleh asumsi bahwa :
1. Investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa
perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat
perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan
pembayaran dividen;
2. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen
yang stabil).
Menjaga kestabilan dividen tidak berarti menjaga Dividend Payout Ratio (DPR)
tetap stabil karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada penghasilan bersih

3
perusahaan (EAT). Jika DPR dijaga kestabilannya, misalnya ditetapkan sebesar 50 %
dari waktu ke waktu, tetapi EAT berfluktuasi, maka pembayaran dividen juga akan
berfluktuasi.
Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan
dimana mereka yakin dapat mempertahankannya diveden masa mendatang. Artinya jika
terjadi kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih dapat mempertahankan
pembayaran dividennya.
Pada prakteknya ada perusahaan yang menggunakan model “residual dividend“
dimana dividen ditentukan dengan cara :
1. Mempertimbangkan kesempat investasi perusahaan ;
2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan
besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi;
3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri
tersebut semaksimal mungkin;
4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Dengan demikian, besarnya dividen bersifat fluktuatif. Model “Residual
Dividend“ ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan
dari pada menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri,
alasannya :
1. Menerbitkan saham menimbulkan biaya emisi saham (flotation cost) dan
2. Menurut teori “signaling hypothesis“ penerbitan sahambarusering
salahartikanolehinvestorbahwa perusahaan kesulitan keuangan sehingga
menyebabkan penurunan harga saham.
Model “Residual dividend“ menyebabkan dividen bervariasi jika kesempatan
investasi perusahaan juga bervariasi ( fluktuasi ), Model ini lebih banyak digunakan
sebagai penuntun untuk menetapkan sasaran payout ratio jangka panjang yang
memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dengan laba
ditahan.Pada praktiknya, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam
menentukan kebijakan dividen , antara lain:
1. Perjanjian Hutang , pada umumnya perjanjian hutang antara paerush
dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya
dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau
rasio – rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat.
2. Pembatasan dari saham Preferen , tidak ada pembayaran dividen untuk
sahambiasa jika dividen saham preferan belum dibayar.

4
3. Tersedianya Kas, Dividen berupa uang tunai ( cash dividend ) hanya dapat
dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik,
perusahaan dapat membayar dividen.
4. Pengendalian, Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap
perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih
suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana / baru. Akibatkanya
dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada
perusahaan yang relatif kecil.
5. Kebutuhan dana untuk Investasi , Perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang
menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri ( equity )
dapat berupa penjualan sham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung
memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya
peluncuran saham ( flotation cost ) . Oleh karena itu semakin besar
kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio.
6. Fluktuasi Laba, Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang
relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba – tiba
merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya
kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang
berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi
risiko kebangkrutan. Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen
mengecil.
D. Kebijakan Pendanaan
Kebijakan pendanaan adalah keputusan yang berhubungan dengan penentuan sumber dana
yang akan digunakan, penentuan perimbangan pendanaan yang optimal, dan perusahaan
menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan atau akan mengambil dari luar perusahaan.
Kebijakan pendanaan membahas mengenai sumber dana yang digunakan untuk membiayai
suatu investasi yang sudah dianggap layak. Masalah penarikan dana ini dianggap menarik
karena setiap dana yang digunakan pasti mempunyai biaya yang sering disebut dengan biaya
dana (Cost Founds). Jika dana yang digunakan berasal dari hutang maka dana tersebut
pastilah mempunyai biaya minimal sebesar tingkat bunga, tetapi jika dana yang digunakan
berasal dari modal sendiri (Equity Capital) maka masih harus mempertimbangkan
Opportunity cost bagi modal sendiri yang dimaksud.
Biasanya biaya atau dana bervariasi, ada yang mahal ada pula yang murah. Oleh
karenanya masalah pemilihan jenis dana yang akan digunakan memerlukan pertimbangan

5
yang cukup matang. Artinya penentuan jenis dana yang akan digunakan mempunyai dampak
langsung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. memang masih diakui bahwa masih ada
teori yang mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan mempengaruhi nilai
perusahaan, tetapi suatu teori hanya akan berlaku apabila asumsinya dapat dipenuhi.
Investasi dalam aktiva biasanya membutuhkan pendanaan jangka panjang. Terdapat tiga
sumber dana yang bersifat jangka panjang, yakni :
 Penerbitan saham baru
 Penerbitan obligasi
 Laba ditahan
Adapaun pendanaan yang bersumber pada penerbitan saham dan obligasi baru sering
disebut sebagai pendanaan ekstern, sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut
sebagai pendanaan intern. Adapun keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan
kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern karena akan mengarah pada
pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni akan menentukan proprsi
antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan tampak pada debt to
equity ratio perusahaan tersebut
2. Yang berhubungan dengan pendanaan intern, aplikasinya adalah penentuan
kebijakan deviden yang digambarkan melalui dividen payout ratio.
Kebijakan pendanaan akan menyangkut penentuan secara optimalmengenai struktur modal
dan kebijakan deviden.
Penentuan kebijakan yang optimal mengenaistruktur modal dan kebijakan dividen ini
berhubungan dengan upaya pencapaian tujuan perusahaan. Dalam teori keuangan tradisional
dinyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemegang
saham. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis akan dapat mengarah pada
peningkatan kemakmuran para pemegang saham.
Sumber-Sumber Dana Perusahaan
1. Sumber intern (internal sources)
Dana yang berasal dari sumber dana intern adalah dana atau modal yang dibentuk
atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earning) dan
penyusutan (depreciation). Ditinjau dari penggunaan atau bekerjanya kedua dana tersebut di
dalam perusahaan tidak ada bedanya.
Besarnya laba ditahan atau cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh
selama periode tertentu, dividend policy dan plowing back policy yang dijalankan oleh

6
perusahaan. Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi
karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersabut dibagikan
sebagai dividen, maka bagian laba yang ditahan akan kecil jumlahnya, dan sebaliknya laba
ditahan akan cenderung besar kalau perusahaan mengambil kebijakan penanaman kembali
dalam perusahaan yang besar.
Sumber intern selain berasal dari laba ditahan atau cadangan juga berasal dari setiap
depresiasi. Besarnya depresiasi setiap tahunnya tergantung pada metode depresiasi yang
digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum depresiasi tersebut
digunaan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk
membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantian tersebut.
Selama waktu itu depresiasi merupakan sumber dana atau modal didalam perusahaannya
sendiri.
2. Sumber ekstern
Sumber ekstern (external sources) adalah sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari para
kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Dana atau modal
yang berasal dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan
modal yang berasal dari kreditur tersebut biasa disebut sebagai modal asing. Metode
pembelanjaan dengan menggunakan modal asing disebut pembelanjaan asing atau
pembelanjaan dengan hutang (debt financing).
Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam
perusahaan merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang
bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut akan menjadi modal sendiri. Metode
pembelanjaan dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik atau calon pemilik
tersebut disebut pembelanjaan sendiri (equity financing ). Dengan demikian makan dana yang
berasal dari sumber ekstern adalah terdiri dari modal asing dan modal sendiri.
Pada dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal ekstern yang utama dapat
digolongkan dalam tiga golongan yaitu:
a. Supplier
Supplier memberikana dana kepada suatu perusahaan didalam bentuk penjualan
barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari 1tahun), maupun untuk
jangka menengah (lebih dari 1 tahun kurang dari 10 tahun).
b. Bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit di
samping pemberian jasa-jasa lain dibidang keuagan. Pemberian kredit oleh bank bisa

7
jangka pendek (kurang dari satu tahun), jangka panjang (lebih dari 1 tahun kurang
dari 10 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
c. Pasar modal (capital market)
Pasar modal merupakan sumber dana ektern bagi suatu perusahaan, dimana pasar
modal didefinisikan adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua
kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu
investor disatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah ataupun
jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian
abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka
panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang
menanamkan dananya dalam efek, sadangkan emiten adalah perusahaan yang
menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi
surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit
tabungan (saving deficit unit). Dalam pasar modal dibedakan antara pasar perdana dan
pasar sekunder. Dimaksudkan dengan pasar perdana adalah pasar bagi efek yang
ertama kali diterbitkan dan ditawaran dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder
adalah pasar bagi efek yang ada dan sudah diperdagangkan dalam bursa efek.
Dalam bursa efek, pemodal besar dan kecil, baik perorangan maupun lembaga-
lembaga seperti dan pensiunan,perusahaan asuransi, ataupun perusahaan-perusahaan
lainnya dapat membeli maupun menjual saham atau efek-efek lainnya. Harga dari
saham atau efek-efek lain berubah-ubah sesuai dengan perubahan keseimbangan
antara penawaran dan permintaan terhadap efek yang bersangkutan. Harga dari efek
sebenarnya juga merupakan barometer dari pandangan mereka mengenai masa depan
industri dan ekonomi pada umunya.
Pasar modal merupakan sumber utama bagi perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan dana dengan jumlah besar dan akan terikat untuk jangka waktu yang
panjang. Bagi emiten dana yang diperoleh dari penerbitan atau emisi saham
merupakan sumber dana yang akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu
yang tidak tertentu waktunya, sehingga merupakan sumber dana permanen, meskipun
bagi pemodal investasi dala saham tersebut dapat meruoakan investasi sementara
karena saham tersebut dijual sewaktu-waktu pada saat mereka membutuhkan dana.
Kegunaan Melakukan Analisis Kebijakan KeuaNgan Perusahaan
a. Keputusan investasi dan pembiayaannya. Keputusan investasi dan pembiayaannya
meliputi :

8
1. Penganggara keuangan, yaitu tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan
membuat penerimaan dan pengeluaran secara detail.
2. Pencarian sumber dana , yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang
ada untuk kegiatan operasional perusahaan , baik kualitas maupun kuantitas
sesuai dengan perencanaan
3. Penyimpanan keuangan , yaitu mengumpulkan dana perusahaan serta
penyimpanan dan pengamanan dana tersebut
b. Pengelolaan Perusahaan yang efektif dan efisien. Pengelolaan Perusahaan yang efektif
dan efisien meliputi hal-hal sebagai berikut .
1. Pengelolaan keuangan , yaitu menggunakan dana perusahaan untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
2. Pelaporan keuangan yaitu menyediakan informasi tentang kondisi keuangan
perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi.
APLIKASI KEBIJAKAN PERUSAHAN
1. Kebijakan Deviden
Tipe-tipe kebijakan deviden :
 Kebijakan dividen dengan presentase tetap pembayaran deviden tunai
adalah kebijakan dividen yang didasarkan dengan presentase tertentu dari pendapatan.
Rasio pembayaran dividen adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan
kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham
dengan laba per saham. Jumlah pembayaran dividen dengan presentase tetap dari EPS
akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada saat laba menurun, pembayaran
dividen juga menurun, dan hal ini akan menyebabkan harga saham menurun.
 Kebijakan dividen biasa atau stabil (reguler dividen policy)
adalah kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang
tetap dalam satu periode. Seringkali kebijakan ini digunakan dengan memakai target rasio
pembayaran dividen, dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase
tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target
pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. Kebijakan ini meniadakan
keragu-raguan investor atau pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa
perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini pembayaran dividen
persaham hampir tidak pernah turun.
 Kebijakan dividen rendah plus ekstra (low – regular – an extra dividend policy).
Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode
dalam jumlah yang tetap dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan
sangat baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen
ekstra. Dengan jumlah pembayaran reguler atau biasa yang tetap ini menjamin kepastian
bagi pemilik saham dan arena jumlahnya rendah, hal ini juga akan menentramkan
perusahaan. Bila ada laba yang sangat bagus perusahaan akan membayarkan ekstra
dividen bagi pemegang saham. Pembayaran ekstra ini akan disambut baik oleh pasar dan
akan menaikkan harga saham.
 Kebijakan dividen yang fleksibel.

9
Perusahaan menetapkan besarnya dividen payout ratio setiap tahun disesuaikan dengan
posisi finansial dan kebijakan finansial.
 Kebijakan dividen residu.
Kebijakan ini untuk menahan laba untuk membelanjai kesempatan-kesempatan investasi
yang memenuhi persyaratan. Dividen ini untuk menahan laba guna membelanjai
kesempatan-kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan. Dividen baru dibayarkan,
jika ada sisa laba setelah semua kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan
dibelanjai. Hal yang mendasari kebijakan ini adalah bahwa para investor lebih senang jika
perusahaan menahan laba dan menginvestasikannya kembali daripada

Bentuk kebijakan Deviden :


 Dividen Saham (Stock Dividend)
Stock dividen adalah pembayaran tambahan saham (dividen dalam bentuk saham)
kepada pemegang saham. Stock dividen tidak lebih dari penyusunan kembali modal
perusahaan (rekapitalisasi perusahaan), sedangkan proporsi kepemilikan tidak mengalami
perubahan. Tujuan perusahaan memberikan stock dividen adalah untuk menghemat kas
karena ada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan, namun hal ini akan
mengakibatkan kekecewaan pemegang saham. Maka diperlukan informasi yang benar kepada
pemegang saham, akan adanya kesempatan investasi di masa datang. Kebijakan stock dividen
yang tidak dapat dibenarkan apabila stock dividen dipergunakan untuk mengatasi kesulitan
finansial, karena perusahaan tidak dapt memanipulasi investor yang akibatnya harga saham
akan turun. Masalahnya yang penting adalah menyangkut biaya emisi saham yang mahal
sehingga stock dividen perlu pertimbangan yang matang.
 Pemecahan Saham (Stock Splits).
Stock splits adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah
saham yang beredar, sesuai faktor pemecahnya. Dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil (split up) dan
peningkatan nilai nominal saham (reverse). Tujuan stock split adalah untuk menempatkan
harga pasar saham dalam trading range tertentu.
PT. Telkom Indonesia TBK melakukan stock split pada 28 Agustus 2013 dengan
memecah nilai nominal saham dengan ratio 1 : 5, dimana nilai nominal 1 saham yang
sebelumnya Rp.250,- dipecah menjadi 5 saham bernilai Rp.50,-. Indeks saham perusahaan
meningkat pada hari pertama penjualan mencapai 6,17% dari harga pembukaan.
PT. Smartfren Telecom TBK pada 15 Februari 2012 melakukan reverse stock split
dengan ratio 20:1, dimana nilai nominal 1 saham yang sebelumnya hanya Rp.50,- menjadi
senilai 20 lembar saham yaitu Rp.1.000,-.
 Pembelian Kembali Saham (Repurchase of Stock).
Perusahaan sering harus melakukan pembelian kembali saham perusahaan karena
perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang
menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan
usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang
menguntungkan, maka pemberian dividen atau pembelian saham – tidak ada pajak dan biaya

10
transaksi, bagi investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar
saham yang beredar akan berkurang dan dividen perlembar saham akan lebih besar akhirnya
harga pasar saham akan meningkat.
2. Kebijakan Investasi
Metode dalam mengevaluasi kebijakan investasi :
a. Metode Pay Back Period
Metode Pay Back Period merupakan metode untuk menilai suatu investasi yang
didasarkan pada periode kembalinya dana investasi yang akan dilakukan. Untuk mengetahui
berapa lama (periode) dana investasi dapat kembali, per tama kali yang harus diketahui
adalah besarnya dana investasi sampai dengan investasi itu siap dioperasionalisasikan. Kedua
adalah besarnya estimasi atau perkiraan cash flows per periodik (biasanya tahunan) yang
akan dihasilkan oleh investasi tersebut.
b. Metode Net Present Value
adalah suatu metode kelayakan investasi yang diukur dari Proceed (penerimaan)
investasi (proyek) itu selama usia ekonomis, dengan mempertimbangkan nilai waktu dari
dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi tersebut.

c. Metode Internal Rate of Return (IRR)


Metode Irr, diartikan sebagai suatu tingkat diskon (Descount Rate) yang
mempersamakan Present Value Net Cash Flow dari suatu proyek dengan Inisial Cost (Capital
Outlay) dari proyek itu sendiri.
d. Metode Profit Ability Index
Metode ini merupakan cara lain dari kriteria investasi yang menyatakan dengan
memperbandingkan antara Present Value dari Cash Flows investasi dengan inisial Cost
(Capital Outlay)-nya.
Bank BRI melakukan peluncuran satelit BRIsat pada 19 Juli 2016, dimana
sebelumnya pengeluaram rutin BRI untuk biaya komunikasinya mencapai Rp.500 milliar.
Jika memiliki satelit sendiri, maka biaya sewa dapat dipangkas dan memberikan
penghematan hingga 50%. BRIsat menelan biaya investasi sebesar Rp. 3,375 triliun dan
diprediksi akan balik modal pada tahun 2023 dengan umur ekonomis satelit mencapai 17
tahun.

3. Kebijakan Pendanaan
Bentuk Kebijakan Pendanaan :
 Penerbitan saham baru
 Penerbitan obligasi
 Hutang Bank
 Laba ditahan

11
Pada kuartal II 2017, banyak emiten yang berencana untuk mengeluarkan obligasi. PT
Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten Tbk yang hendak mengeluarkan obligasi senilai
Rp. 2 triliun, dimana tujuan penerbitannya adalah untuk memperkuat permodalan. PT. Adhi
Karya, Tbk dimana akan menerbitkan obligasi senilai Rp 3,5 triliun sebagai bagian dari
penawaran berkelanjutan yang akan digunakan dalam proyek prmbangunan LRT. PT
Mayora Indah Tbk yang berencana menerbitkan obligasi senilai Rp.500 miliar, dimana 50%
akan digunakan untuk ,elunasi sukuk mudharabah yang jatuh tempo tahun 2017 dan sisanya
sebagai modal kerja perseroan.

ANALISIS DAN VALUASI EKUITAS


Analisis valuasi ekuitas menekankan pada lab dan ukuran akuntansi lainnya untuk
menghitung nilai perusahaan yang berguna untuk analisis ekuitas berbasiskan laba.
A. Persistensi Laba (Equity Persistence)
Analisis daya tahan laba membantu menghasilkan prakiraan yang menghasilkan laba dari
satu perusahaan. Manajemen laba dan incomesmoothing dapat berakibat pada stabilitas dan
prediktabilitas yang lebih baik dibandingkan kondisi sesungguhnya. Aktivitas tersebut
dilakukan untuk menghilangkan distorsi atau kejanggalan dari hasil operasional. Namun
aktivitas tersebut dapat menutupi iregularitas sebenarnya dan iregularitas siklus yang
merupakan bagian dari lingkungan sebuah perusahaan.
a. Penyusunan Ulang dan Penyesuaian Laba
Salah satu aktivitas analisis ekuitas adalah menyusun ulang laba dan komponen laba sehingga
elemen yang stabil, normal dan berlanjut terkait laba dapat dipisahkan dan dibedakan dari
elemen yang acak, tidak teratur, tidak biasa dan tidak berulang. Penyusunan ulang juga
bertujuan untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang dimasukkan dalam laba saat ini, yang
seharusnya lebih tepat dimasukkan pada jasil operasi periode-periode sebelumnya.
i. Informasi dalam Presistensi Laba
Analisis hasil operasi untuk penyusunan ulang dan penyesuaian laba
membutuhkan informasi yang dapat diandalkan dan relevan. Sumber utama informasi
ini adalah:
 Laporan Laba rugi:
o Laba dari operasi yang dilanjutkan.
o Laba dari operasi yang tidak dilanjutkan.
o Pendapatan dari operasi yang tidak dilanjutkan.
o Keuntungan dan kerugian luar biasa.
o Dampak kumulatif dari perubahan pada prinsip-prinsip akuntansi.
 Laporan keuangan lainnya dan catatan atas laporan keuangan.
 Diskusi dan analisis manajemen.

ii. Penyusunan Ulang Laba dan Komponen Laba


Penyusunan ulang dan penyesuaian laba membantu dalam menentukan
kekuatan menghasilkan laba dari sebuah perusahaan.

12
Penyusunan Ulang(recasting) bertujuan untuk menyusun komponen laba guna
menyajikan klasifikasi yang lebi berarti dan format relevan untuk di analisis.
Komponen dapat dibagi, diatur, dan dihilangkan pengaruh pajaknya, tetapi totalnya
harus direkonsiliasi terhadap laba bersih untuk tiap periode.
iii. Penyesuaian Laba dan Komponen Laba
Proses penyesuaian menggunakan data dari laporan laba rugi uang disusun
ulang dan informasi lainnya yang tersedia untuk menetapkan komponen laba pada
periode dimana komponen laba seharusnya dilaporkan. Untuk perubahan dalam
prinsip-prinsip dan estimasi akuntansi seluruh tahun yang dianalisis seharusnya
disesuaikan berdasarkan basis yang dapat diperbandingkan. Perubahan estimasi dalam
praktiknya dihitung secara prospektif, dengan beberapa pengecualian. Kemampuan
untuk menyesuaikan seluruh periode dengan basis yang dapat di perbandingkan
tergantung pada ketersediaan informasi.
Sebelum menilai persistensi laba, merupakan hal yang penting untuk
memperoleh nilai laporan laba rugi yang terbaik dengan penyesuaian. Seluruh
komponen laba harus dipertimbangkan. Jika sebuah komponen seharusnya
dikeluarkan dari sebuah periode pelaporan, dapat dilakukan (1) menggesernya
(setelah dikurangi pajak) pada hasil operasi satu periode sebelumnya atau lebih atau
(2) menyebarkannya (secara rata-rata) terhadap laba pada periode analisis.
Selain itu dalam analisis juga harus mempertimbangkan bahwa manajemen
tertentu mengklarifikasi pendapatan dan beban secara tidak biasa, tidak berulang,
tidak sering terjadi atau luar biasa adalah dalam rangka mengurangi volatilitas laba
atau meminimalkan komponen laba tertentu.
b. Determinan Persistensi Laba
Setelah menyusun ulang dan menyesuaikan laba, analisis berikutnya akan
menentukan daya tahan laba. Manajemen laba, keragaman, tren dan insentif merupakan
penentu daya tahan laba yang potensial.
Tren dan Persistensi Laba
Menilai tren laba menggunakan metode statistik atau dengan laporan tren
(trendstatement). Analisis tren menggunakan angka-angka yang terdapat pada laba
diperoleh dari prosedur penyusunan ulang dan penyesuaian. Tren laba sering kali
mengungkapkan petunjuk penting mengenai kinerja serta kualitas manajemen.
Manajemen dan Daya Tahan Laba
Manajemen laba menggunakan prinsip pelaporan akuntansi yang tersedia
dengan tujuan untuk memilih dan menerapkan prinsip akuntansi untuk tujuan
tertentu dan tidak diragukan pilihan ini berada dalam kerangka praktik yang berlaku
umum. Tujuan utama adalah menurunkan variabilitas laba sepanjang beberapa
periode melalui pemindahan laba antara periode baik dan buruk, antara periode
berjalan dan masa depan. Bentuk manajemen laba aktual sangat beragam, antara lain
sebagai berikut:
 Perubahan metode atau asumsi akuntansi
Misalnya, merevisi asumsi tingkat pengembalian portofolio pensiun
menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan laba saat penjualan menurun.

13
Selain itu, memperpanjang periode penyusutan dan menambah nilai sisa pada
aset tetap sehingga meningkatkan laba periode berikutnya.
 Menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa).
Praktik ini memindahkan dampak terhadap laba yang tidak biasa dan
tidak diperkirakan yang dapat berpengaruh buruk pada tren laba.
 “Mandi Besar” (Big Bath)
Teknik ini mengakui beban periode masa depan pada masa kini, saat
kinerja periode masa kini sangat buruk. Praktik ini melepaskan laba masa
depan dari beban tersebut.
 Penurunan Nilai
Penurunan nilai aset operasi seperti pabrik dan peralatan atau aset tak
berwujud seperti goodwill saat hasil operasi sedang buruk merupakan alat
manajemen laba lainnya.
 Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban
Teknik ini mengatur waktu pengakuan pendapatan dan beban untuk
melakukan manajemen laba, termasuk manajemen tren.

Insentif manajemen dan daya tahan.


Dengan adanya insentif kinerja bagi manajer, dan penggunaan angka
akuntansi untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analisis harus
menyadari adanya potensi manajemen laba dan bahkan salah saji. Analis harus
mampu mengenali perusahaan yang memiliki dorongan kuat untuk melakukan
manajemen laba dan kemudian meneliti praktik akuntansi perusahaan untuk
memastikan integrasi laporan keuangan.
Pos Laba yang Bertahan dan Sementara
Penyusunan ulang dan penyesuaian laba untuk penelitian ekuitas bergantung
pada pemisahan komponen laba yang stabil dan bertahan dengan komponen acak
sementara. Penilaian daya tahan penting dalam penentuan kekuatan laba. Peramalan
laba juga bergantung pada daya tahan. Bagian penting dalam analisis adalah menilai
daya tahan komponen keuntungan dan kerugian dalam laba. Bagian ini menguraikan
bagaimana menentukan daya tahan pos tidak berulang, tidak biasa, atau luar biasa,
dan juga membahas bagaimana perlakuan pos ini dalam evaluasi laba, kinerja
manajemen dan peramalan laba.
Analisis dan Interpretasi Pos Sementara
Tujuan analisis dan interpretasi pos luar biasa adalah:
1. Menentukan apakah suatu pos bersifat sementara (tidak bertahan). Proses ini
melibatkan penilaian apakah pos tersebut tidak biasa, bukan pos operasi, atau tidak
berulang.
2. Menentukan penyesuaian yang diperlukan setelah mengetahui penilaian daya
tahan. Sering kali diperlukan penyesuaian khusus untuk evaluasi maupun peramalan
laba.
B. Penilaian Ekuitas Berbasis Laba
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan keuangan.
Karena estimasi nilai yang dapat diandalkan dapat digunakan untuk membuat keputusan.

14
Deskripsi penilaian ekuitas perusahaan tradisional dilakukan berdasarkan metode diskonto
arus kas (DiscountedCashFlow– DCF). Berdasarkan metode ini, nilai ekuitas perusahaan
dapat dihitung berdasarkan ramalan arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas, lalu ramalan
ini di diskonto menggunakan biaya modal perusahaan.
a) Hubungan Antara Harga Saham dengan Data Akuntansi
Metode penilaian berbasis akuntansi, memungkinkan terjadinya manipulasi dan
distorsi terhadap laba oleh manajemen untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu,
potensi manipulasi data akuntansi bisa mempengaruhi peramalan nilai perusahaan.
b) Perkalian Penilaian Dasar
Melalui perbandingan rasio dasar ini dengan angka implisit pada harga pasar
saham terkini, kita dapat mengevaluasi nilai investasi suatu perusahaan milik publik.
Untuk perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan secara aktif, rasio dasar ini
dapat digunakan sebagai alat untuk mengestimasi nilai ekuitas.
 Rasio Harga terhadap Nilai Buku
Rasio harga terhadap nilai buku (price-to-book PB ratio) dihitung sebagai berikut:

Penghitungan ini menghasilkan beberapa pemahaman penting.


a. Jika ROCE ini meningkat depan dan atau pertumbuhan nilai buku meningkat,
maka rasio PB meningkat.
b. Ketika biaya (risiko) modal ekuitas, k, meningkat, rasio PB turun. Perhatikan
bahwa rasio PB tidak sama dengan satu jika pasar mengharapkan laba
abnormal (baik positif maupun negatif) di masa depan. Jika nilai sekarang laba
masa depan yang abnormal positif (negatif), maka rasio PB akan lebih besar
(lebih kecil) dari 1.

 Rasio Harga terhadap Laba


Rasio harga terhadap laba (pricetoearning PE ratio) dihitung sebagai berikut:

Persamaan ini memberikan dua pemahaman penting:


a. Rasio PE berhubungan terbalik dengan biaya modal, yaitu rasio ini lebih
rendah (lebih tinggi) untuk biaya modal ekuitas yang lebih tinggi (lebih
rendah).
b. Rasio PE berhubungan positif dengan taksiran pertumbuhan laba per saham
relatif terhadap pertumbuhan normal. Rasio PE tidak terkait dengan tingkat
laba absolut (apakah laba per saham tinggi atau rendah), hanya
memperlihatkan tingkat di mana laba per saham diharapkan meningkat relatif
terhadap taksiran pertumbuhan.

Hubungan Rasio PB dan Rasio PE


Tabel berikut memberikan ringkasan implikasi berbagai rasio PB dan rasio PE:
P/B Tinggi P/B Rendah

15
P/E Tinggi I III
(Perusahaan dengan kinerja baik) (Perusahaan dalam perbaikan)
Taksiran laba sisa (RI) positif Taksiran laba sisa (RI) negatif
Laba meningkat Laba meningkat
P/E Rendah II IV
(Perusahaan yang menurun) (Perusahaan dengan kinerja buruk)
Taksiran laba sisa (RI)positif Taksiran laba sisa (RI) negatif
Laba yang menurun Laba yang menurun

C. Kekuatan Laba dan Peramalan untuk Penilaian


1. Kekuatan Laba
Kekuatan Laba (earningpower) mengacu pada tingkat laba perusahaan yang
diharapkan akan terjadi pada masa depan. Dengan sedikit pengecualian, kekuatan laba
di akui sebagai faktor utama dalam penilaian perusahaan. Model penilaian berbasis
akuntansi mencakup kapitalisasi kekuatan laba, di mana kapitalisasi ini melibatkan
penggunaan suatu faktor atau penggandaan yang mencerminkan biaya modal dan
taksiran risiko dan pengembalian masa depan. Banyak analisis laba dan laporan
keuangan yang ditujukan untuk menentukan kekuatan laba.
a. Mengukur Kekuatan Laba
Laporan keuangan digunakan untuk menghitung kekuatan laba.
Perhitungan ini membutuhkan pengetahuan, penilaian, pengalaman, dan
perspektif. Laba merupakan pengukuran yang paling handal dan relevan untuk
tujuan penilaian. Meskipun penilaian berorientasi masa depan, kita harus
mengakui relevansi kinerja perusahaan saat ini dan sebelumnya untuk
mengestimasi kinerja masa depan. Laba periode akhir yang melampaui siklus
usaha mencerminkan kinerja operasional aktual dan memberikan kita suatu
perspektif atas aktivitas operasi di mana kita dapat mengestimasi kinerja masa
depan. Penilaian sangat penting untuk beberapa keputusan (seperti investasi,
pemberian pinjamanan, perencanaan pajak, keputusan pengendalian atas
perselisihan penilaian). Karenanya, estimasi penilaian harus kredibel dan dapat
dipertahankan, dan kita harus meneliti jika terdapat penyimpangan dari norma.
b. Rentang Waktu Kekuatan Laba
Rentang waktu yang dipilih untuk mengukur kekuatan laba bervariasi,
tergantung industri dan faktor lainnya, di mana rentang waktu itu umumnya
selama 5 sampai 10 tahun. Periode yang panjang ini cenderung tidak
terpengaruh distorsi, ke tidaknormalkan dan dampak sementara lainnya.
Pembahasan ini terkait kualitas laba dan persistensi yang menekankan
pentingnya atribut laba termasuk tren. Tren laba adalah faktor penting dalam
mengukur kekuatan laba yang jika berkelanjutan kita dapat menyesuaikan
proses rerata dengan memberikan bobot yang lebih besar atas laba periode
terkini.
c. Menyesuaikan Laba per Saham
Mengukur kekuaran laba juga dapat dengan laba per saham. Jika
dilakukan dengan basis per saham, setiap pos harus disesuaikan terhadap
16
dampak pajaknya menggunakan tarif pajak efektif perusahaan, kecuali jika
tarif pajak telah ditentukan. Seluruh pos juga harus dibagi dengan jumlah
saham yang digunakan unuk menghitung laba per lembar saham.

2. Peramalan Laba
Ramalan laba yang yang relevan melibatkan analisis komponen laba dan
penilaian mereka di masa depan. Penilaian laba mengikuti analisis komponen laba
dan melibatkan pembuatan estimasi laba masa depan. Selain itu juga harus
mempertimbangkan interaksi antara komponen dan kondisi masa mendatang dan
mempertimbangkan persistensi dan stabilitas komponen laba yaitu mencakup
analisis elemen yang sifatnya permanen (berulang) dan sementara (tidak berulang).
a. Mekanisme Peramalan Laba
Menggunakan seluruh informasi yang tersedia secara efektif termasuk
laba periode sebelumnya. Peramalan juga mendapat manfaat dari pemisahan
(disaggregation), yang melibatkan penggunaan laba berdasarkan lini produk
atau segmen terutama jika segemen tersebut memiliki risiko dan profitabilitas.
b. Elemen Peramalan Laba
Elemen dalam peramalan laba adalah pengecekan kewajaran
peramalan, yang biasanya menggunakan imbal hasil atas modal yang
diinvestasikan untuk tujuan ini. Jika peramalan laba menghasilkan imbal hasil
yang sangat berbeda dengan imbal hasil yang terealisasi di masa lalu, atau dari
imbal hasil industry, kita harus menilai kembali peramalan dan prosesnya.
Imbal hasil atas modal yang diinvestasikan tergantung pada laba—dimana laba
merupakan produk dari kualitas manajemen dan manajemen asset.
 Kualitas manajemen, untuk menghidupkan aktiva melalui
penggunaan yang efisien dan menguntungkan.
 Manajemen asset, untuk mengembangkan operasi (kelangsungan
keberhasilan dan ramalam bergantung pada sumber pendanaan dan
dampaknya terhadap laba).

c. Melaporkan Peramalan Laba


SEC merekomendasikan agar peramalan disajikan dalam format
laporan keuangan dan disertai dengan informasi yang cukup bagi investor
untuk menilai keandalannya. Dalam pengungkapan peramalan, SEC memiliki
aturan “safeharbor” yang melindungi perusahaan dari tuntutan hukum jika
prediksi mereka yang tidak terbukti. Aturan ini melindungi perusahaan selama
perkiraan tersebut memiliki dasar yang kuat, karena pertimbangan hukum
praktis, sedikit perusahaan yang mengambil keuntungan dari aturan ini dan
melaporkan perkiraannya.
3. Laporan Interim untuk Pengawasan dan Revisi Estimasi Laba
Laporan keuangan interim merupakan sumber informasi yang berharga
untuk mengawasi kinerja. Laporan ini berguna untuk merevisi estimasi kekuatan
laba dan peramalan laba. Namun tetap harus disadari bahwa laporan keuangan
interim memiliki keterbatasan yang terkait dengan kesulitan untuk meletakan
komponen laba pada periode kurang dari satu tahun.
17
a. Penyesuaian Akuntansi pada Akhir Periodez
Menentukan hasil operasi untuk periode satu tahun membutuhkan
beberapa penyesuaian akural dan estimasi. Penyesuaian akhir tahun ini sering
kali kompleks, menghabiskan waktu dan membutuhkan biaya. Penyesuaian
untuk periode interim kurang lengkap, dan menggunakan informasi yang
kurang di dapat diandalkan dibandingkan informasi akhir tahun. Hal tersebut
menghasilkan laba yang kurang akurat untuk periode interim.
b. Dampak Musiman pada Aktivitas Bisnis
Dampak musiman pada aktivitas bisnis bisa berupa penjualan,
produksi, dan aktivitas operasi lainnya sering kali tidak merata didistribusikan
di antara periode interim. Hal ini dapa mendistorsi perbandingan laba interim
dan menciptakan masalah dalam pengalokasian biaya tertentu.
c. Metode Pelaporan Terintegrasi
Laporan kuartalan merupakan bagian keseluruhan dari satu tahun dan
bukannya periode diskrit maka praktiknya mensyaratkan pengakuan pendapat
dan beban selama periode interim. Kerugian biasanya tidak ditangguhkan
antar periode ketika terjadi. Sedangkan pos luar biasa dilaporkan pada periode
interim saat terjadi.
d. Persyaratan Pelaporan Interim SEC
SEC mensyaratkan pelaporan kuartalan (Form 10-Q), laporan
perkembangan terkini (Form 8-K), pengungkapan hasil kuartalan keempat
secara terpisah, dan penyesuaian akhir tahun secara terperinci. Syarat umum
pelaporan interim SEC antara lain:
1. Laporan interim komparatif dan laporan keuangan hingga tanggal ini
dapat diberi judul tidak diaudit tetapi harus dimasukkan dalam
laporan tahunan.
2. Neraca komparatif.
3. Laporan arus kas hingga hari ini.
4. Informasi proforma mengenai penggabungan usaha yang dicatat
sebagai pembelian.
5. Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berlaku umum dan
pengungkapan perubahan akuntansi, termasuk surat dari auditor.
6. Analisis naratif manajemen mengenai hasil operasi.
7. Pengungkapan mengenai apakah Form 8-K diisi selama periode –
melaporkan apakah terdapat penyesuaian laba yang tidak biasa atau
pergantian auditor.

e. Analisis Dampak Laporan Interim


Terbatasnya keterlibatan auditor dalam laporan interim mengurangi
keterandalan laporan interim dibandingkan laporan keuangan tahunan yang di
audit. Dalam melakukan analisis harus mengingat bahwa tidak terdapat aturan
yang pasti yang mengatur pengakuan beban selama periode interim adalah
wajar. Memindahkan beban sepanjang periode interim lebih mudah
dibandingkan memindahkan pendapatan. Oleh karna itu dalam melakukan

18
analisis lebih menekankan pada pendapatan interim sebagai ukuran kinerja
interim.

Pembahasan Artikel
Judul : Analisis Price Book Value dan Return on Equity serta Dividen Payout
Ratio Terhadap Price Earning Ratio (Studi pada PT.Bank Mandiri Tbk)
1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan fungsi ekonomis untuk menyediakan fasilitas perpindahan dana
dan fungsi keuangan untuk menyediakan dana. Efisiensi pasar modal selalu dikaitkan dengan
informasi yang tersedia yang dapat mempengaruhi harga sekuritas di pasar modal. Pasar
modal adalah efisien jika harga sepenuhnya merefleksikan informasi yang tersedia baik
informasi harga masa lalu, informasi publik ataupun informasi yang diperoleh dari analisis
fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Informasi yang ada dan valid untuk para
investor untuk mengambil keputusan investasi adalah laporan keuangan perusahaan yang
setiap tahun diterbitkan oleh perusahaan, apalagi bila perusahaan tersebut terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Laporan keuangan pada dasarnya dapat digunakan sebagai sumber
informasi yang penting baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Dengan
demikian, maka diperlukan suatu analisa terhadap laporan keuangan untuk mengetahui
hubungan antara elemen yang satu dengan elemen yang lain pada periode tertentu.
Terdapat dua pendekatan atau analisis yang harus dilakukan investor dalam menganalisis
suatu harga efek khususnya saham, yaitu:pendekatan fundamental (mendasarkan pada
informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten yang dikaitkan dengan faktor- faktor
fundamental seperti perekonomian makro dan kondisi sektor industri serta kinerja emiten)
dan analisis teknikal yang analisisnya mendasarkan pada data harga saham dimasa lalu
sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang serta cenderung
mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan
permintaan terhadap saham.
Informasi dari fundamental suatu saham akan sangat membantu investor untuk
menghindari membeli saham yang berkinerja buruk. Untuk mudahnya yang dimaksud saham
berkinerja buruk adalah saham suatu perusahaan yang tidak dapat menghasilkan laba atau
rugi terus-menerus. Kondisi seperti ini tentu akan berpengaruh terhadap pergerakan harga
sahamnya. Analisis fundamental juga dipakai untuk menganalisis tingkat kewajaran harga
suatu saham. Mengukur tingkat kewajaran suatu saham biasanya adalah dengan

19
membandingkan rasio- rasio keuangan tertentu dengan saham lainnya yang bergerak dalam
bisnis yang sama. Aspek yang paling penting untuk investor untuk membeli suat saham
adalah kemapuan perushaan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimum laba. tujuan
investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat
pengembalian (return) tertentu dengan risiko minimal. Indikator-indikator yang sering di
gunakan oleh para investor untuk melakukan analisis kinerja perusahaan dari sisi
fundamental antara lain Price Earning Ratio (PER), return on equity (ROE), Price to Book
Value (PBV), dan divident payout rattio (DPR) dan lain-lain.
Perkembangan perekonomian yang beberapa tahun terakhir ini yang belum stabil
mempengaruhi perdagangan saham di pasar modal saat ini, apalagi pada sektor perbankan
yang sangat rentan terhadap krisis yang bisa mempengaruhi kepercayaan publik terhadap
perbankan Nasional. PT. Bank Mandiri, Tbk adalah satu perusahaan perbankan milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia yang juga telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), mempunyai banyak sekali kantor cabang dan ATM hampir di seluruh penjuru
nusantara. PT. Bank Mandiri, Tbk salah satu perusahaan perbankan pemerintah yang di
jadikan benchmarking untuk sektor perbankan oleh banyak investor melihat kinerja dalam
hali ini dari sisi fundamental sebuah perusahaan jasa keuangan.
Price Earning Ratio (PER) digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menilai kewajaran
harga saham, karena Price Earning Ratio (PER) memudahkan atau membantu judgment
penganalisis. Walaupun diakui Price Earning Ratio (PER) merupakan analisis yang relatif
sederhana, tetapi membantu analis saham untuk memusatkan judgment mereka terhadap
variabel- variabel yang penting. Tetapi analisis ini dipergunakan dengan memperhatikan
kesulitan utama dalam penilaian kewajaran harga saham, bahwa tidak ada Price Earning
Ratio (PER) yang dapat digunakan sebagai pembanding meskipun analisis diterapkan pada
waktu yang lalu. Price Earning Ratio (PER) memiliki beberapa atribut menarik yaitu
memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk labaper lembar
saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan sebagai input
pada P/E rasio model, serta memudahkan atau membantu judgement dalam menganalisis.
Price Earning Ratio mencerminkan hubungan antara harga pasar saham umum (common
stock) dan laba per lembar saham. Price Earning Ratio dipandang oleh para investor sebagai
ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang (future
earning power). Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya
mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning Ratio akan rendah
untuk perusahaan yang berisiko (Munawir, 2002). Weston (1990) mengemukakan ada

20
beberapa faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) yakni Return on Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Ratio
(DPR), dan Price to book value (PBV).
2. Perumusan masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah Price Book Value (PBV) dan Return on Equity (ROE) serta Dividen Payout
Ratio (DPR) dapat memprediksi Price Earning Ratio (PER) (Studi pada PT. Bank Mandiri
Tbk)?”
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Price Book Value (PBV) dan
Return on Equity (ROE) serta Dividen Payout Ratio (DPR) dalam memprediksi Price Earning
Ratio (PER) (Studi pada PT. Bank Mandiri Tbk).
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu jenis
penelitian yang hanya untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan dari penelitian ini
dan disesuaikan dengan teori-teori dan literatur yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber
data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan lengkap PT. Bank Mandiri Tbk dari tahun 2012 sampai dengan 2015 yang di
peroleh melalui situs www.idx.co.id. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan rumus-rumus Price Book Value (PBV), Return On Equty (ROE), Deviden
Payout ratio (DPR) dan Price Earning ratio (PER) .
5. Analisis dan pembahasan
Data Price Book Value (PBV), Return On Equty (ROE), Deviden Payout ratio (DPR) dan Price Earning
ratio (PER) PT. Bank Mandiri Tbk (Tahun 2012 s/d 2015)
Tahun PBV (X) ROE (%) DPR (%) PER (X)
2012 2.47 20.96 30.00 11.63
2013 2.06 21.21 30.00 10.06
2014 2.54 19.70 25.00 13.05
2015 1.91 17.70 30.00 10.99

1. Price Book Value (PBV)


Hasil analisis data menunjukkan bahwa Price Book Value (PBV) dapat dijadikan prediksi
dalam menilai keputusan investasi saham. Price Book Value PT. Bank Mandiri Tbk pada
tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 mengalami kenaikan dan penurunan. Semakin tinggi
PBV maka saham PT. Bank Mandiri Tbk akan semakin baik, karena semakin tinggi rasio
PBV berarti pasar percaya akan prospek PT. Bank Mandiri Tbk sebagai perusahaan jasa

21
perbankan di masa yang akan datang akan cerah meskipun perekonomian nasional sedang
dalam perlambatan, sehingga mengakibatkan harga saham dari PT. Bank Mandiri Tbk
tersebut akan meningkat dan semakin rendah Price to Book Value (PBV) akan berdampak
pada rendahnya kepercayaan pasar akan prospek PT. Bank Mandiri Tbk yang berakibat pada
turunnya Price Earning Ratio. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya bahwa PBV yang
tinggi akan menjamin prospek PT. Bank Mandiri Tbk, sehingga saham PT. Bank Mandiri Tbk
menjadi investasi aman bagi investor. Karena jika harga pasar saham lebih tinggi daripada
nilai Book Value, maka hal ini menunjukkan bahwa pasar percaya bila PT. Bank Mandiri Tbk
tersebut akan menghasilkan nilai tambah, baik bagi investor maupun perusahaan. Semakin
besar nilai rasio Price Book Value, maka saham PT. Bank Mandiri Tbk tersebut akan semakin
menarik bagi investor atau calon investor untuk berinvestasi, karena investor yang rasional
akan memilih emiten yang mempunyai PBV yang tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan yang
berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa
nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya
2. Return On Equty (ROE)
Return on equity (ROE) diukur berdasarkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan ekuitas. ROE memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar
tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan
menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan
investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin
menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities,
maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi.
Hasil data yang ada menunjukkan bahwa ROE PT. Bank Mandiri Tbk dari tahun 2012
sebesar 20.96 % meningkat 21.21% pada tahun 2013, akan tetapi pada tahun 2014 ROE
menurun menjadi 19,70% dan 2013 menurun menjadi 17.70%. Return on Equty yang
menurun pada PT. Bank Mandiri Tbk bisa disebabkan oleh perlambatan ekonomi yang
nasional yang sedang terjadi pada tahun-tahun tersebut. Semakin tinggi ROE akan
memberikan kepercayaan yang relatif besar kepada para investor untuk menanamkan
investasinya dalam bentuk saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia khususnya pada PT. Bank Mandiri Tbk. Besarnya modal yang dimiliki perusahaan
dapat memacu pertumbuhan perusahaan kearah yang lebih baik jika modal dikelola dengan
baik.
3. Deviden Payout ratio (DPR)

22
Deviden Payout Ratio (DPR) merupakan perbandingan antara besarnya deviden yang
dibagikan kepada pemegang saham biasa dan laba per lembar saham. Dividen merupakan
salah satu bentuk keuntungan yang nantinya akan diterima investor dari sahamnya. Bagi
investor, dividen merupakan hal penting karena semakin tinggi laba yang diperoleh
perusahaan maka diharapkan akan memperoleh dividen yang tinggi. Price Earning Ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Secara teoritis laba
bersih digunakan untuk memrediksi nilai dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan.
Peningkatan jumlah dividen yang dibayarkan menandakan bahwa laba bersih perusahaan juga
mengalami peningkatan. Dalam prinsip Signalling, adanya kenaikan dividen merupakan
sinyal bagi investor di pasar modal bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus dimasa
mendatang. Sehingga Price Earning Ratio dapat digunakan pihak manajemen perusahaan
maupun pihak investor untuk memprediksi jumlah dividen yang akan dibayarkan. Dilihat dari
data Dividen Payout Ratio (DPR) PT. Bank Mandiri Tbk dari tahun 2012 sebesar 30% begitu
juga tahun 2013 Dividen Payout Ratio (DPR) tetap sebesar 30% menunjukan PT. Bank
Mandiri Tbk mempunyai komitmen yang sangat baik untuk membagi dividennya yang sangat
besar untuk pemegang saham,akan tetapi pada tahun 2014 Dividen Payout Ratio (DPR)
menurun 5 % menjadi 25% ini mungkin diakibatkan oleh investasi yang dilakukan oleh PT.
Bank Mandiri Tbk untuk meningkatkan kinerja mereka, ini dapat dilihat pada tahun 2015
bahwa Dividen Payout Ratio (DPR) PT. Bank Mandiri Tbk naik 5% menjadi 30%.
4. Price Earning ratio (PER)
Data Price Earning Rartio (PER) PT. Bank Mandiri Tbk dari tahun 2012 sebesar 11.63
kinerja PT. Bank Mandiri Tbk semakin membaik tahun 2013 dengan menurun tingkat PER
sebesar 10.06, pada tahun 2014 meningkat kembali menjadi 13.05, dan kembali membaik
tahun 2015 menjadi 10.99, dilihat dari sisi investor PT. Bank Mandiri Tbk menunjukan arah
perbaikan kinerja yang semakin baik. Hal tersebut karena investor menilai bahwa perusahaan
dengan Price Earning ratio (PER) yang tinggi akan memberikan laba yang rendah atas
sahamnya. Sehingga banyak investor yang lebih memilih untuk berinvestasi saham pada
perusahaan dengan tingkat PER yang rendah.
6. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan menunjukan bukti bahwa variabel Price Book Value (PBV),
Return On Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR) berkaitan Price Earning Ratio (PER)
dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukan oleh para investor. Penelitian
mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain adalah menambahkan variabel

23
lain dari sisi analisis fundamental perusahaan dan juga bisa menggunakan alat analisis yang
lebih baik lagi sehingga hasil penelitian menjadi lebih sempurna.

24

Anda mungkin juga menyukai