Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Analisis DuPont


A. Pengertian Analisis DuPont
Pada tahun 1920-an, DuPont Corporation mempelopori salah satu metoda
analisa kinerja perusahaan yang sampai dengan saat ini dikenal dengan nama
DuPont Analysis.
“Analisa DuPont System adalah analisa yang mencakup seluruh rasio
aktifitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menunjukkan bagaimana
rasio ini mempengaruhi profitabilitas”. (J. Ferd Weston dan Fligene F. Bringham,
1994;152).
Menurut Syamsudin (2001:64) analisis DuPont System adalah ROI yang
dihasilkanmelalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen
sales serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan keuntungan
tersebut.
Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit
margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI.
Menurut Syafarudin(1993:128) analisis Du Pont penting bagi
manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara
profit margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu
dengan menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan
efisiensi perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont
System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan
atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari
analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis DuPont adalah ROI (Rate Of
Return On Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba

1
yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan, serta ROE
(Return On Equity).

B. Metode Analisis DuPont


1. Return On Investment (ROI)
Dupont sudah dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses. Dalam
bisnisnya, ia memiliki cara sendiri dalam menganalisis laporan keuangan. Caranya
sebenarnya hampir sama dengan analisis laporan keuangan biasa, namun
pendekatannya lebih integratif dan menggunakan komposisi laporan kauangan
sebagai elemen analisisnya. Ia mengurai hubungan pos-pos laporan keuangan
secara detail, sebagai berikut: (Harahap, 2015:333)
Harga Pokok
Penjualan
Penjualan
Laba
Biaya Operasi
% Laba Bersih
Bersih
Beban Bunga
Total
Biaya Pajak
Return On Penjualan
Penghasilan
Investment
(ROI)
Penjualan
Aset Kas
Total Aset Lancar
Turnover Surat
Berharga
Total Aset
Piutang
Aset
Dagang
Tetap

Persediaan

Dari bagan rumus DuPont diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
DuPont menganggap penting angka Return on Investment (ROI) sehingga
ia memulai analisisnya dari angka ini. ROI (Return On Investment) adalah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur

2
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
 Aset Turnover
 Persentase Laba Bersih (Profit Margin), yaitu besarnya keuntungan
operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih.
% Laba Bersih ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode kuantitatif, yaitu
dengan melakukan perhitungan yang relevan terhadap masalah yang diteliti.
Adapun teknik analisis yang digunakan adalah DuPont System atau ROI,
dengan langkah-langkah sbb:
 Langkah I
Menentukan Perputaran Total Aset / Total Asset Turnover
Perputaran Total Aset adalah suatu rasio yang bertujuan untuk mengukur
tingkat efisiensi aset perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan
tertentu. Aset Turnover diambil dari Neraca.
- Aset Lancar
Aset Lancar = Kas + Surat Berharga + Piutang + Persediaan

- Total Aset
Total Aset = Total Aset Lancar + Aset Tetap

- Perputaran Aktiva (Aset Turnover)


Aset Turnover = Penjualan

Total Aset

3
 Langkah II
Menentukan Rasio Laba Bersih / Net Profit Margin
Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari
sejumlah penjualan tertentu. Persentase laba bersih diambil dari laporan
Laba/Rugi.
- Total Biaya
Total Biaya = Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasi + B.Bunga +
Pajak Penghasilan

- Laba Setelah Pajak

Laba Setelah Pajak = Penjualan – Total Biaya

- % Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net Profit Margin = LabaSetelahPajak x 100%

Penjualan

 Langkah III
Menentukan Return On Investasi (ROI) DuPont
ROI dapat mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi
total perusahaan.

ROI = Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

atau

ROI = % Laba Bersih x Aset Turnover

Analisis laporan keuangan menggunakan model DuPont sangat simple,


sehingga tidak banyak memberikan informasi yang lebih rinci dan kritis karena
sangat terbatas pada rentabilitas, dan likuiditas. Jika kita mengininkan informasi
lain seperti leverage, prestasi divisi, solvabilitas, produktivitas, keadaan
pembiayaan perusahaan tentu tidak dapat dilihat pada model DuPont ini.

4
2. Return On Equity (ROE)
Untuk lebih mengetahui bagaimana analisis DuPont System dengan
Return On Equity (ROE) kita dapat melihat melalui bagan berikut:
Penjualan Aset Persediaan
tetap
Pitang
Perputaran dangang
total aset

Aset
Multiplier Total aset Kas
lancar
Return ekuitas
On
Equity total Harga
Laba Pokok
(ROE) biaya
Pengembalian bersih Penjualan
Margin
Aset laba
penyusutan
penjualan
penjualan
Beban penjualan
umum & adm

Bunga

Pajak

Dari bagan rumus DuPont diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Return On Equity (ROE) dipengaruhi oleh laba bersih dan total ekuitas.
Maka perhitungannya dapat dibuat sebagai berikut:
Laba Bersih
ROE = Total Equitas

Kita dapat melihat lebih dalam dengan mengalikan rasio ini dengan aset
tanpa mengubah apa pun :
a. Rasio solvabilitas jangka pendek atau likuiditas :
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
Aset Lancar − Persediaan
Rasio Cepat =
Kewajiban Lancar
Kas
Rasio Kas =
Kewajiban Lancar
Modal kerja bersih
Rasio modal kerja bersih terhadap total aset =
Total aset

5
Aset Lancar
Ukuran Interval =
Rata − rata biaya operasional per hari

b. Rasio solvabilitas jangka panjang atau pengungkit keuangan :


Total Aset − Total Equitas
Rasio total utang =
Total Aset
Total Utang
Rasio utang ekuitas =
Total Ekuitas
Total Aset
Mutiplier Ekuitas =
Total Ekuitas
Utang Jangka Panjang
Rasio Utang Jangka Panjang =
Utang Jangka Panjang + Total Ekuitas
EBIT
Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga =
Bunga
EBIT + Penyusutan
Rasio Cakupan Kas =
Bunga

c. Rasio solvabilitas jangka pendek atau likuiditas :


Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Persediaan
365 hari
Jumlah Hari Penjualan Persediaan =
Perputaran Persediaan
Penjualan
Perputaran Piutang =
Piutang Dagang
365 hari
Jumlah Hari Penjualan Dalam Piutang =
Perputaran Piutang
Penjualan
Perputaran NWC =
NWC
Penjualan
Perputaran Aset Tetap =
Aset Tetap Bersih
Penjualan
Perputaran Total Aset =
Total Aset

6
d. Rasio nilai pasar :
Laba Bersih
Margin Laba =
Penjualan
Penjualan
Perputaran Total Aset =
Total Aset
Laba Bersih
Pengembalian Equitas (ROE) =
Total Ekuitas
Laba Bersih Laba Bersih Aset
ROE = X X
Penjualan Penjualan Ekuitas

e. Rasio nilai pasar


Harga per lembar saham
Rasio harga laba =
Laba per lembar saham
Rasio harga laba
Rasio PEG =
Tingkat pertumbuhan laba
Harga per lembar saham
Rasio harga penjualan =
Penjualan per lembar saham
Nilai pasar per lembar saham
Rasio Nilai Pasar terhadap Nilai Buku =
Nilai buku per lembar saham
Nilai pasar aktiva
Rasio Q Tobin =
Biaya penggantian aktiva
Laba Bersih Total Aset Aset
Pengembalian ekuitas = Total Ekuitas X Total ekuitas X Aset
Laba Bersih Aset
= X Total Ekuitas
Aset

Dengan ini kita telah menyatakan ROE sebagai produk dua rasio, yaitu
ROA dan multiplier ekuitas :
ROE = ROA x Pengali (multiplier) Ekuitas = ROA x (1+Rasio Utang
Ekuitas.
Kita dapat menurunkan ROE lebih lanjut dengan mengalikan bagian atas
dan bawah dengan total penjualan :
Laba Bersih Penjualan Aset
ROE = X X
Penjualan Aset Total Ekuitas

ROA

7
= Margin Laba x Perputaran Total Aset x Pengali (Multiplier)
Ekuitas
Disini terlihat membagi ROA menjadi dua bagian komponen, yaitu margin
laba dan perputaran total aset. Rumus di atas yang diturunkan dari persamaan
sebelumnya disebut identitas Du Pont (Du Pont Identity), yang diambil dari DU
Pont Corporation yang mempopulerkan penggunaannya.
Identitas DuPont menjabarkan bahwa ROE akan dipengaruhi oleh tiga hal:
 Efisiensi operasi (yang diukur dengan margin laba).
 Efisiensi pengguinaan aset (yang diukur oleh perputyaran total aset).
 Pengungkitan keuangan (yang diukur oleh multiplier ekuitas).
Kelemahan dalam efisiensi operasi atau penggunaan aset (atau kedua-
duanya) akan muncul dalam penurunan nilai pengembalian aset (ROA), yang akan
diterjemahkan menjadi nilai ROE yang lebih rendah.
Dengan melihat identitas Du Pont, sepertinya ROE dapat diungkit naik
dengan meningkatkan jumlah utang dalam perusahaan. Akan tetapi, perlu
diperhatikan peningkatan hutang akan meningkatkan beban bunga, yang akan
mengurangi margin laba dan kemudian akan menurunkan ROE. Hendaknya
pendanaan menggunakan harus bijaksana karena memiliki sejumlah pengaruh
lain.

C. Kelebihan Analisis DuPont


Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Diharapkan melalui DuPon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja
keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai.
Adapun keunggulan analisis DuPont System antara lain
(Harahap,1998:333):
1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya
menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi
pendayagunaan aktiva.

8
2. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing
produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana
yang potensial.
3. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan
yang lebih integratif dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen
analisisnya.
Kelebihan lain dari analisis DuPont, yaitu:
1. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya
dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah
perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
2. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban
dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
3. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan
perencanaan.

D. Kekurangan Analisis DuPont


Berdasarkan uraian diatas, kita dapat melihat kelemahan dari analisis Du
Pont System adalah (Harahap:1998:341):
1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan
lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang
digunakan.
2. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk
mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih
dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
3. Analisis Du Pont System menyangkut rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas, sehingga penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai dasar dalam pembahasan
selanjutnya.
Kelemahan lain dari Analisis DuPont, yaitu:

9
1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain
yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya
fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
3. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk
mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan
mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

2.2 Analisis Financial Leverage


A. Definisi Financial Leverage
Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan
sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset
atau sumber dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban
tetap.. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit atau tuas. Sumber dana
perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber
dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik
perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang
tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana
perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber
dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban.
Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap. Terdapat dua macam leverage, yaitu:
a. Laverage Operasi (Operating Leverage), berkaitan dengan penggunaan
aktiva/operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. Dengan
harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
b. Leverage Keuangan (Financial Leverage), berkaitan dengan penggunaan
dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar pendapatan
per lembar saham biasa (EPS = Earning Per Share)

10
Konsep leverage sangat bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan
pengendalian keuangan.
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan
agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber
dananya, sehingga akan dapat meningkatkan keuntungan pemegang saham.
Sebaliknya penggunaan leverage juga dapat meningkatkan resiko keuntungan.Jika
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya, maka
penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang sahamnya.

B. Leverage Operasi (Operating Leverage)


Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang
memiliki biaya-biaya operasi tetap (biaya penyusutan gedung & peralatan kantor,
biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas dan biaya
manajemen)..
Biaya operasi tetap, dikeluarkan agar volume penjualan dapat
menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh biaya operasi tetap
dan variabel. Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu
adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan
keuntungan atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah
ditetapkan.
Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba
operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh. Pengaruh
tersebut dapat dicari dengan menghitung besarnya tingkat leverage operasinya
(degree of operating leverage).
Tingkat Leverage Operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL)
adalah prosentase perubahan laba operasi (EBIT) yang disebabkan perubahan satu
persen dalam output (penjualan)
Tingkat elastisitas %perubahan laba opersi (EBIT)
=
operasi pada unit ouput % perubahan output (penjualan)

penjualan

11
S − VC Q (P − V)
DOL Q unit = =
S − VC − FC Q(P − V) − FC
Atau
S − VC EBIT + FC
DOL S Rupiah = =
S − VC − FC EBIT
Dimana :
DOL Q unit = DOL dari penjualan dalam unit
DOL S Rupiah = DOL dari penjualan dalam rupiah
EBIT = Laba operasi sebelum pajak dan bunga
P = Harga per unit
V = Biaya variabel per unit
(P-V) = Margin kontribusi per unit
Q = Kuantitas (unit) barang yang diproduksi atau dijual
FC = Biaya tetap
VC = Baiaya variabel
S = Penjualan
Laba Operasi (EBIT)= [P (Q) – V(Q)] – FC
(EBIT) = Q (P – V) – FC

Contoh 1 :
Berikut ini terdapat 3 kondisi keuangan 3 perusahaan K, M dan N dengan
keaadaan sebagai berikut :
Tabel 1 : Laporan Laba-Rugi Perusahaan K, M dan N
Keterangan Perusahaan K Perusahaan M Perusahaan N
(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan 120 juta 180 juta 240 juta
Biaya Variabel 24 juta 120 Juta 40 juta
Marjin Kontribusi 96 juta 60 juta 200 juta
Biaya Tetap 56 juta 60 juta 120 juta
Keuntungan Operasi
(EBIT) 40 juta 30 juta 80 juta

12
Harga per Unit 10.000 10.000 10.000
Biaya Variabel/Unit 2.000 6.667 1.667
Volume Penjualan 12.000 unit 18.000 unit 24.000 unit
Untuk membuktikan efek perubahan penjualan terhadap EBIT yang
diperlihatkan oleh besarnya DOL masing-masing perusahaan, maka dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini apabila penjualan ketiga perusahaan naik 10% dan biaya
variabel juga naik 10 %.
Tabel 2 : perubahan laporan Laba-Rugi Perusahaan K,M,N
Keterangan Perusahaan Perusahaan Perusahaan
K M N
(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan (naik 10%)
Biaya Variabel (naik 10%)
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Keuntungan operasi (EBIT)
DOL merupakan salah satu komponen yang menunjukkan resiko bisnis
perusahaan. DOL perusahaan memperbesar dampak dari faktor lain pada
variabilitas laba operasi. DOL yang tinggi tidak akan berpengaruh, bila
perusahaan dapat memelihara penjualan dan struktur biaya yang konstan. Jadi
DOL dapat dipandang sebagai suatu ukuran dari resiko potensial yang menjadi
aktif hanya jika penjualan dan biaya produksi berubah-ubah.
Besarnya tingkat perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan
penjualan (DOL) sangat erat hubungannya dengan titik impas/titik pulang pokok.
Titik impat menunjukkan besarnya pendapatan sama dengan jumlah biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan.
Semakin besar penjualan berarti semakin besar laba operasi secara absolut
berarti semakin jauh dari titik impas, sebaliknya DOL-nya semakin kecil. Pada
umumnya perusahaan tidak senang beroperasi dengan DOL yang tinggi, karena
penurunan sedikit dalam penjualan dapat mengakibatkan kerugian (penurunan
laba yang besar sehingga menjadi rugi).

13
C. Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Leverage Keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap
dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per
lembar saham (EPS = Earning Per Share).
Masalah Leverage Keuangan baru timbul setelah perusahaan
menggunakan dana dengan beban tetap. Perusahaan yang menggunakan dana
dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan
(Favorable Financial Laverage) atau efek yang positif apabila pendapatan yang
diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari pada beban tetap atas
penggunaan dana yang bersangkutan.
Efek yang menguntungkan dari leverage keuangan sering disebut Trading
in Equit.
Leverage keuangan itu merugikan (Unfavorable Leverage) apabila
perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut
lebih besar daripada beban tetap yang harus dibayar.
Nilai leverage keuangan positif atau negatif dinilai berdasarkan pengaruh
leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Artinya
bagaimana pengaruh alternatif pendanaan yang akan dipilih terhadapat
pendapatan per lembar saham. Alternatif kombinasi pendanaan tersebut misalnya,
alternatif pendanaan hutang obligasi dengan saham biasa, obligasi dengan saham
preferen, obligasi dengan saham biasa atau saham preferen dengan saham biasa.
Dari alternatif-alternatif pendanaan tersebut perlu dicari berapa jumlah biaya
pendanaan yang harus dikeluarkan agar dengan pendanaan tersebut menyebabkan
nilai laba operasi (EBIT) yang menghasilkan EPS yang sama atau tercapai titik
indifferen (Indifferent Point). Titik Indifferent adalah suatu keadaan dimana pada
keadaan tersebut tercapai tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama
pada berbagai alternatif pendanaan.

14
D. Analisis Titik Indifferent (Analisis Hubungan EBIT – EPS)
Analisis Titik Indifferen adalah analisis untuk menentukan titik yang
menunjukkan tingkat laba operasi (EBIT) yang menghasilkan laba per lembar
saham (EPS) yang sama untuk dua pilihan struktur modal.
Rumus EPS :
(EBIT − I)(1 − t) − PD
EPS =
NS
Dimana : EPS : Earning Per Share = Pemdapatan per lembar
saham
I : Bunga hutang obligasi
PD : Deviden tahunan saham preferen
t : Tarif pajak
NS : Jumlah lembar saham
1. Apabila perusahaan tersebut sebelumnya belum memiliki obligasi
maka besarnya indifferent point tersebut dapat dihitung secara
langsung dengan menggunakan rumus sbb :
X(1 − t) (X − C)(1 − t)
Saham Biasa Vs Obligasi = =
S1 S2
Dimana :
X = EBIT pada titik indiferent point
C = Jumlah bunga obligasi (dalam Rp)
S1 = Jumlah lembar Saham Biasa yang beredar jika hanya menajual
Saham Biasa
S2 = Jumlah lembar Saham Biasa yang beredar jika hanya menjual
Saham Biasa dan obligasi
t = Tarif pajak
2. Apabila suatu perusahaan sebelumnya sudah memiliki obligasi dan akan
mengeluarkan obligasi baru, maka besarnya indifferent point tersebut
dapat dihitung secara langsung dengan menggunakan rumus sbb :
(X−C1)(1−t) (X−C2)(1−t)
=
S1 S2

15
Dimana :
X = EBIT pada titik indiferent point
C1 = Jumlah bunga dalam Rp yang dibayarkan dari jumlah pinjaman
yang telah ada
C2 = Jumlah bunga dalam Rp yang dibayarkan baik untuk pinjaman
yang telah ada (yang lama) maupun dari pinjaman yang baru
S1 = Jumlah lembar Saham Biasa yang beredar jika tambahan dana
dipenuhi dengan hanya menjual saham baru
S2 = Jumlah lembar Saham Biasa yang beredar jika tambahan
dipenuhi dengan hanya mengeluarkab obligasi
baru/mengeluarkan obligasi bersama-sama dengan pengeluaran
saham baru
t = Tarif pajak

E. Indifferent Point Saham Preferen dengan Saham Biasa


Pada perhitungan ini diperlukan adanya penyesuaian/adjustment.
Adjustment diperlukan karena bunga utang merupakan Tax-Deductible Expense
yang berarti mengurangi pendapatan yang dikenakan pajak (Taxable Income),
sedangkan deviden saham preferent bukan merupakan Tax-Deductible Expense.
Bunga dikurangi dari EBIT, sedangkan deviden saham preferent diambil
dari EAT. Tingkat bunga dihitung atas dasar sebelum pajak. Sedangkan deviden
saham preferent atas dasar sesudah pajak. Oleh karena itu perlu diadakan
adjustment untuk menjadikan deviden saham preferent menjadi atas dasar
sebelum pajak seperti halnya bunga utang.
Adjustment dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
deviden Saham 1 (Deviden Saham
= X
Preferen atas dasar (1 − t) Preferen atas dasar
sebelum pajak sesudah pajak)

16
F. Combined Leverage
Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating
leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham biasa. Degree combined leverage adalah
multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena perubahan
penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah rasio antara
persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan.
Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari
perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah
(naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi
DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS.
Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial
leverage, maka degree of combined leverage juga mengukur resiko perusahaan
secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang
ingin menanamkan dananya dalam hubungannya untuk menentukan tingkat
keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara
keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat keuntungan yang tinggi
pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih
tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karean penggunaan leverage, dan
akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga pasar
saham menurun yang berarti nilai perusahaan juga kemakmuran pemegang saham
menurun.
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

Judul Jurnal/Artikel: Pengukuran Efisiensi 12 Top Bank di India Menggunakan


Analisa Dupot
Penulis : Vaishali Padake dan Rashmi Soni
Publikasi : The IUP Journal of Bank Management, Vol. XIV, No 4,
2015

17
3.1 Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Utama Penelitian
Jurnal ini melakukan pengukuran kinerja 12 Top Bank yang terdaftar di
Bombay Stock Exchange (BSE) dengan menggunakan pendekatan metode
DuPont .
2. Metode Penelitian
a. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bank yang terdaftar di Bombay Stock
Exchange (BSE). Kemudian diambil sebanyak 12 Bank yang masuk kategori Top
Bank di BSE. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Hal
ini sudah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meneliti kinerja 12 Top Bank di
BSE.
3. Hasil Penelitian
Tabel 1
Peringkat Bank berdasarkan Net Profit, ROA dan ROE

State Bank of India (SBI ) adalah bank yang memiliki Net Profit paling
tinggi, diikuti oleh ICCI Bank, Punjab National Bank dan HDFC Bank. Net Proft
SBI tinggi disebabkan oleh adanya inovasi dalam proses operasional bank. SBI
juga menguasai 58 % pangsa pasar perbankan. Meskipun Net Profit SBI tinggi,
namun indikator kinerja yang lain menunjukkan trend rendah. ROE SBI berada di
peringkat 8, sedangkan Punjab National Bank diurutan pertama kemudian diikuti
oleh Yes Bank. Rasio ROA SBI menduduki peringkat ke-11, hal ini
mengindikasikan bahwa walaupun Net Profit SBI tinggi tapi managemen

18
perusahaan tidak efisiens dalam menggunakan asset dan menciptakan return
saham yang tinggi untuk para pemegang saham. Penggunaan asset yang tidak
efisien disebabkan oleh penurunan kualitas asset.
Hubungan antara Net Profit dan ROa adalah negative, mengindikasikan
bahwa tingkat laba yang tinggi tidak mengarah pada tingginya tingkat Rasio
Profitabilitas. Hal in terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Korelasi Net Profit, ROA dan ROE

Hubungan antara ROA dengan ROE juga negatif. Hal ini mengindikasikan
perusahaan lebih mementingkan untuk meingkatkan kesejahteraan pemegang
saham dibandingkan meningkatkan ROI
4. Kesimpulan Penelitian
Analisa rasio adalah alat bantu untuk menganalisa kinerja perusahaan.
Salah satu rasio yang digunakan adalah DuPont. Analisa DuPont ini memberikan
pemahaman lebih dalam tentang efisiensi perusahaan.
Bank yang memiliki Net Profit tinggi belum tentu efisien. Net Profit yang
tinggi merupakan cerminan modal perusahaan yang besar tapi tidak dapat
melakukan efisiensi dalam penggunaan modal tersebut.
3.2 Telaah Jurnal
A. Fokus Utama Penelitian
Fokus utama penelitian ini adalah mengukur kinerja 12 Top Bank yang
terdaftar di BSE India
B. Elemen yang mempengaruhi tingkat kepercayaan suatu penelitian
1. Gaya Penulisan
a. Sistematika Penulisan

19
Penelitian ini disajikan dengan pola yang bersifat baku,
menguraikan dan menyajikan sesuatu secara berurutan
b. Tata bahasa
Penulis menggunakan komunikasi yang jelas lewat tata
bahasa tulis yang baik. Pernyataan disampaikan secara mulus
dengan kontinuitas yang terpelihara antara satu gagasan dengan
gagasan lainnya. Dalam penulisan penelitiannya, penulis
mengemukakan fakta, serta deduksi dan induksi yang didasari oleh
fakta.
2. Penulis
a. Kualifikasi penulis
Peneliti utama, yaitu Vaishali Padake adalah seorang
asisten professor dari K J Somaiya Institute of Management
Studies and Research, Mumbai, Maharashtra, India. Peneliti kedua,
yaitu Rashmi Soni adalah seorang associate professor dari kampus
yang sama. Tema penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan
kualifikasi peneliti
3. Judul
a. Kelebihan
b. Kekurangan
Judul penelitian sudah banyak digunakan.
4. Abstrak
Abstrak yang ditulis jelas, karena sudah menujukkan data dari hasil
penelitian. Selain itu, abstrak ini mudah dibaca dan dipahami oleh
pembaca.

20

Anda mungkin juga menyukai