MAGNIFICAT Surabaya
Sahabat Pemusik Gereja
Tentang Kami
Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani disebut “Psalterion”, yang sebenarnya berarti alat musik
bertali yang dipakai mengiringi nyanyian. Kitab tersebut dalam bahasa Ibrani disebut
“Tehimilin”, yang berarti “puji-pujian”.
Dalam judul-judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut “Mizmor”, yang menjadi asal
kata Arab-Indonesia “Mazmur”.
Menurut Prof. H.B. Meyer, SJ, kata responsorialis memang berarti jawaban, namun tidak
menjawab bacaan pertama, tetapi hanya menunjuk pada cara pembawaan mzmur ini: refren
diulang sesudah tiap 2 ayat (Bdk. WML, 216, hal. 131).
Sebagai catatan : Peran Mazmur Tanggapan tidak dapat digantikan oleh Lagu Antar Bacaan.
Dalam liturgi, sesudah Tuhan menyatakan diriNya dalam Bacaan Pertama dalam bentuk
ajaran, nasehat, larangan perbuatan dan sebagainya, maka manusia menanggapi pernyataan
Diri Tuhan itu dengan Mazmur Tanggapan. (Bdk Agus Tridiatno, WML, 1.11.93).
Tugas Pemazmur (Bdk. Pedoman Berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi) adalah:
Membawakan/melagukan mazmur tanggapan;
(Dapat pula ia) Membawakan ayat dalam Bait Pengantar Injil.
Kinerja Pemazmur (Bdk. Pedoman berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi).
Pemazmur hendaknya sungguh menjiwai mazmur yang dibawakannya.
Untuk itu ia perlu memahami isi, bentuk, dan suasana mazmur tanggapan yang
bersangkutan.
Pemazmur hendaknya membawakan mazmur tanggapan sedemikian rupa sehingga umat
dapat menghayatinya sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang baru didengarkannya.
LATIHAN PEMAZMUR :
Agar menjadi pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten, maka pemazmur perlu
menyiapkan diri. Adapun persiapan/latihan tersebut adalah :
1. Persiapan Pribadi :
Berdoa mohon terang Roh Kudus
Membaca Mazmur yang akan dinyanyikan (tidak hanya dalam batin, tetapi diucapkan
dengan jelas). Merenungkannya.
2. Latihan Pribadi :
Olah vokal (postur, nafas, pembentukan suara, artikulasi, frasering, ekspresi);
Latihan menyanyikan Mazmur (dengan memperhatikan not, pemenggalan kalimat, gaya
lagu : misalnya inkulturatif atau tidak).
Latihan menghafalkan.
MENDARASKAN MAZMUR
Tempat Pemazmur mendaraskan Mazmur dalam ibadat adalah di mimbar gereja. Namun
karena kapasitasnya sebagai penyanyi, maka ia tetap berada di dalam kerjasama dengan
dirigen dan pengiring.
( . ) : Setiap akhir kalimat lagu diakhiri dengan tanda titik yang artinya nada tersebut
ditahan.
( ‘ ) : Tanda jeda suatu penggalan kalimat; di sini boleh mengambil napas.
( / ) : Tanda ‘satu kalimat’
( // ) : Tanda ‘akhir sebuah ayat’
( , ) : Jika dalam satu ayat/kalimat pemazmur tidak menyanyikan dengan frasering
secara utuh (satu napas), pemenggalan kalimat dapat dilakukan pada tanda koma
tersebut untuk mengambil napas. Bila tidak ada tanda koma, pemazmur dapat
menentukan potongan kalimat mana yang baik dan benar untuk dipenggal.
PENGGUNAAN MIKROFON
Saat ini hampir di setiap gereja terdapat mikrofon. Mikrofon adalah alat penerima getaran
suara untuk selanjutnya diperkuat amplifier dan diubah menjadi bunyi yang lebih keras pada
loudspeaker.
Seksi Liturgi, Sub Seksi Musik Liturgi Paroki atau atas inisiatif para pemazmur sendiri
membentuk semacam “paguyuban pemazmur”.
Baik juga apabila sesekali mengadakan pelatihan tersendiri dengan mengundang pelatih yang
berkompeten.
Setiap Pemazmur hendaknya memiliki sebuah buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya,
lengkap. Dengan demikian pemazmur dapat belajar mandiri, serta siap bertugas setiap saat.
Demikianlah, maka menjadi pemazmur bukanlah tugas yang asal-asalan atau dadakan
semata. Dengan pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten maka liturgi akan
menjadi lebih agung dan kudus.