Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.
Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena
adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan
wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan
menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal
sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner &
suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas
penyakit hemoroid.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.

1.2.2 Tujuan Khusus


(1). Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
(3). Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid.
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat
awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis.
Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai
sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis
terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum.
Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak
terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak
meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar.
Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen
rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu
lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm
dari anus. Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling
mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit
bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai
epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar
keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini,
6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam
lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan
epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling
bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan
longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis
epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah
hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah
mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid
eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi
untuk membuang wasir.

Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :


Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti infeksidan
kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata
karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat
ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda
banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah
beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut
dengan perolaps hemoroid .

2.3.2 Hemoroid eksterna


Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot
dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid
interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:

a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.4 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor
rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.
Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor Resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
memounyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis
atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktpr penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang

2.5 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang
berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses,
perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan
perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka
akibat perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri,
kekurangan volume cairan, dan kelemahan .

Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun Kehamilan Obesitas

Peningkatan tekanan intra abdominal.


Ditransmisi ke daerah anorektal

Elevasi tekanan yang berulang-ulang

Vena heroidalis mengalami prolaps

Hemoroid

Gatal atau Pruritus Anus Perdarahan Udema dan Radang

Gangguan Integritas Kulit Nyeri

Nyeri Kekurangan Kelemahan


Volume Cairan

2.6 Manifestasi Klinis


Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area
tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Penatalaksanaan Medik

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene


personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi
serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan,
bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengapsorpsi air saat melewati usus dapat
membantu. Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif
untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
2. Penatalaksanaan Surgikal

 Terapi bedah

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus
diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit
yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung
dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat
prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah
konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
1. Bedah Konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :


1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka
hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka
mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan
diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko
pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam
melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar
lumpuh.
2. Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya


alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri.
Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut
saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut
syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah
jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
3. Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid
dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan
kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke
dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid
mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

2.9 Komplikasi
1. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid
semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering
terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

2.10 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang

Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang


kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali
RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
3. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut


4. Riwayat sosial

Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.


4. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu
BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.

Postoperasi
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
3. Intervensi

Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Resiko Setelah 1. Observasi 1. Tanda – tanda anemis


kekurangan dilakukan tanda-tanda diduga adanya
nutrisi tindakan anemis kekurangan zat besi (Hb
berhubungan keperawatan 2. Diet rendah turun)
dengan selama 3 x 24 sisa atau serat 2. Dapat mengurangi
pecahnya vena jam, resiko selama terjadinya perangsangan pada
plexus kekurangan perdarahan daerah anus sehingga
hemmoroidalis nutrisi 3.Berikan tidak terjadi perdarahan.
ditandai dengan terpenuhi. penjelasan 3. Pendidikan tentang diet,
perdarahan tentang membantu keikut
yang terus - KH: pentingnya diet sertaan pasien dalam
menerus waktu 1. Tidak kesembuhan meningkatkan keadaan
BAB. terdapat penyakitnya. penyakitnya.
anemis, 4. Beri kompres
2. perdarahan es pada daerah
terhenti terjadinya 4. Pasien dengan pecahnya
3.BB tidak perdarahan vena plexus
turun. hemoriodalis perlu obat
yang dapat membantu
pencegahan terhadap
5. Beri obat atau perdarahan yang
terapi sesuai mememrlukan penilaian
dengan pesanan terhadap respon secara
dokter periodik.

5. Pasien dengan pecahnya


vena flexus
hemmoroidalis perlu
obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan
yang memerlukan
penilayan terhadap
respon obat tersebut
secara periodik.

2. Gangguan rasa Setelah 1. Berikan 1. Menurunkan


nyaman dilakukan randam duduk ketidaknyamanan lokal,
berhubungan tindakan menurunkan edema dan
dengan adanya keperawatan meningkatkan
massa anal atau selama 2 x 24 penyembuhan.
anus, yang jam,gangguan 2. Berikan 2. Membantu dalam
ditandai rasa nyaman pelicin pada saat melancarkan defikasi
benjolan terratasi. mau BAB sehingga tidak perlu
didaerah anus, mengedan.
terasa nyeri dan KH: 3. Beri diet 3. Mengurangi rangsangan
gatal pada 1.Nyeri randah sisa anus dan melemahkan
daerah anus berkurang feses.
2.Rasa gatal 4. Anjurkan 4. Gaya gravitasi akan
berkurang pasien agar mempengaruhi
3.Massa jangan bannyak timbulnya hemoroid
mengecil. berdiri atau dan duduk dapat
duduk ( harus meningkatkan tekanan
dalam keadaan intra abdomen.
seimbang).
5. Observasi
keluhan pasien
5. Membantu
mengevaluasi derajat
6. Berikan ketidak nyamanan dan
penjelasan ketidak efektifan
tentang tindakan atau
timbulnya rasa menyatakan terjadinya
nyeri dan komplikasi.
jelaskan dengan 6. Pendidikan tentang hal
singkat tersebut membantu
7. Beri pasien dalam keikut sertaan
suppositoria pasien untuk
mencegah / mengurangi
rasa nyeri.

7. Dapat melunakan feces


dan dapat mengurangi
pasien agar tidak
mengejan saat defikasi.
3. Defisit personal Setelah 1. Berikan sit 1. Meningkatkan
hygene pada dilakukan bath dengan kebersihan dan
anus tindakan larutan permagan memudahkan terjadinya
berhubungan keperawatan 1/1000% pada penyembuhan prolaps.
dengan massa selama 2 x 24 pagi dan sore
yang keluar jam, terjaganya hari. Lakukan
pada daerah kebersihan digital(masukan
eksternal. anus. prolaps dalam
KH: tempat semula
1. tidak ada setelah di
tanda-tanda bersihkan)
infeksi. 2.Obserpasi
2. tidak terasa keluhan dan 2. Peradangan pada anus
gatal-gatal adanya tanda- menandakan adanya
pada daerah tanda perdarahan suatu infeksi pada anus
anus. anus
3. rasa gatal 3. Beri
pada anus penjelasan cara
berkurang membersihkan 3. Pengetahuan tentang
anus dan cara membersihkan
menjaga anus membantu
kebersihanya keikutsertaan pasien
dalam mempercepat
kesembuhanya.

Postoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Gangguan rasa Setelah 1. Beri posisi 1. Dapat menurunkan


nyaman (Nyeri) dilakukan tidur yang tegangan abdomen
pada luka operasi tindakan menyenangkan dan meningkatkan
berhubungan keperawatan pasien. rasa kontrol.
dengan adanya selama 2 x 24 2. Ganti balutan 2. Melindungi pasien
jahitan pada luka jam, gangguan setiap pagi sesuai dari kontaminasi
operasi dan rasa nyaman tehnik aseptik silang selama
terpasangnya terpenuhi. penggantian balutan.
cerobong angin. Balutan basah
bertindak sebagai
KH: penyerap
1.Tidak kontaminasi
terdapat rasa eksternal dan
nyeri pada luka 3. Latihan jalan menimbulkan rasa
operasi, 2. sedini mungkin tidak nyaman.
pasien dapat 3. menurunkan masalah
melakukan 4. Observasi yang terjadi karena
aktivitas ringan. daerah rektal imobilisasi.
3. skala nyeri 0- apakah ada 4. Perdarahan pada
1. perdarahan jaringan, imflamasi
4. klien tampak lokal atau terjadinya
rileks. 5. Cerobong anus infeksi dapat
dilepaskan sesuai meningkatkan rasa
advice dokter nyeri.
(pesanan) 5. Meningkatkan fungsi
fisiologis anus dan
memberikan rasa
6. Berikan nyaman pada daerah
penjelasan tentang anus pasien karena
tujuan tidak ada sumbatan.
pemasangan
cerobong anus 6. Pengetahuan tentang
(guna cerobong manfaat cerobong
anus untuk anus dapat membuat
mengalirkan sisa- pasien paham guna
sisa perdarahan cerobong anus untuk
yang terjadi kesembuhan
didalam agar bisa lukanya.
keluar).

2. Resiko terjadinya Setelah 1. Observasi tanda 1. Respon autonomik


infeksi pada luka dilakukan vital tiap 4 jam meliputi TD,
berhubungan tindakan respirasi, nadi yang
dengan keperawatan berhubungan
pertahanan selama 2 x 24 denagan keluhan /
primer tidak jam,resiko penghilang nyeri .
adekuat infeksi teratasi. 2. Obserpasi Abnormalitas tanda
KH: balutan setiap 2 – vital perlu di
1. tidak terdapat 4 jam, periksa observasi secara
tanda-tanda terhadap lanjut.
infeksi (dolor, perdarahan dan 2. Deteksi dini
kalor, rubor, bau. terjadinya proses
tumor, 3. Ganti balutan infeksi dan /
fungsiolesa). dengan teknik pengawasan
2. radang luka aseptik penyembuhan luka
mengering. oprasi yang ada
3. hasil LAB : 4. Bersihkan area sebelumnya.
- leukosit perianal setelah
- trombosit setiap depfikasi
5. Berikan diet 3. Mencegah meluas
rendah serat/ sisa dan membatasi
dan minum yang penyebaran luas
cukup infeksi atau
kontaminasi silang.
4. mengurangi /
mencegah
kontaminasi daerah
luka.

5. mengurangi
ransangan pada anus
dan mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.

3. Kurang Setelah 1. Diskusikan 1. Rasionalisasi:


pengetahuan yang dilakukan pentingnya Pengetahuan tentang
berhubungan tindakan penatalaksanaan diet berguna untuk
dengan kurang keperawatan diet rendah sisa. melibatkan pasien
informasi tentang selama 3 x 24 dalam merencanakan
perawatan jam,kurangnya diet dirumah yang
dirumah. pengetahuan sesuai dengan yang
teratas. dianjurkan oleh ahli
2. Demontrasikan gizi.
KH: perawatan area 2. Pemahaman akan
1. klien tidak anal dan minta meningkatkan kerja
banyak pasien sama pasien dalam
bertanya menguilanginya program terapi,
tentang meningkatkan
penyakitnya. penyembuhan dan
2. pasien dapat 3. Berikan rendam proses perbaikan
menyatakan duduk sesuai terhadap
atau mengerti pesanan penyakitnya.
tentang 3. Meningkatkan
perawatan 4. Bersihakan area kebersihan dan
dirumah. anus dengan baik kenyaman pada
3. keluarga dan keringkan daerah anus (luka
klien paham seluruhnya setelah atau polaps).
tentang proses defekasi. 4. Melindungi area
penyakit. 5. Berikan balutan anus terhadap
4. klien 6. Diskusikan kontaminasi kuman-
menunjukkan gejala infeksi luka kuman yang berasal
wajah tenang untuk dilaporkan dari sisa defekasi
kedokter. agar tidak terjadi
infeksi.
7. Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak 5. Melindungi daerah
dengan luka dari
menggunakan kontaminasi luar.
pelunak feces dan 6. Pengenalan dini dari
makanan laksatif gejala infeksi dan
alami. intervensi segera
8. Jelaskan dapat mencegah
pentingnya progresi situasi
menghindari serius.
mengangkat 7. Mencegah mengejan
benda berat dan saat difekasi dan
mengejan. melunakkan feces.

8. Menurunkan tekanan
intra abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.

BAB III
KASUS

Ny. B ( 37 th ) didiagnosa hemoroid sejak kehamilan anak keduanya. Hemoroid


semakin parah setelah klien melahirkan anak kembarnya secara normal kurang lebih 1,5
tahun yang lalu. Sejak saat itu klien mengalami hemoroid yang sering kambuh dan
sembuh dengan pengobatan.
Saat ini klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. Nyeri saat duduk dan
berbaring terutama saat tidur malam hari. Klien menceritakan BAB terakhir seminggu
yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama feses, bahkan darah menetes
setelah BAB. Menurut klien BAB terakhir sangat keras, sehingga harus mengedan
karenanya hemoroid klien kambuh lagi. Menurut klien, pola BABnya memang tidak
normal dari dulu, klien BAB 1-2 / minggu walaupun sering makan sayur dan buah –
buahan. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut merasakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
Perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan data : TD = 90/60 mmHg , N =
96x/ menit, S = 36,70C , P = 18x/ menit. Klien tampak lemah, konjungtiva pucat, distensi
abnomen ( + ), teraba massa pada regio bawah abdomen, pemeriksaan anus adanya
benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru – biruan ,
berukuran kurang lebih 1cm, benjolan harus di dorong dengan tangan agar masuk ke
dalam anus. Hasil Lab Hb = 8.9 gr / dl, dokter mengatakan klien menderita hemoroid
derajat III dan disarankan untuk melakukan hemoroidektomi. Klien mengaku cemas
untuk melakukan operasi, klien lebih memilih pengobatan seperti biasanya.
1. Data Fokus

Ds :
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
4. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
5. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali
/minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
6. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
7. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak
kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
8. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
9. Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.

Do :
1. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. Distensi abdomen (+)
5. Teraba massa pada regio bawah abdomen
6. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
7. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
8. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.

Analisa Data

No. Ds & Do Masalah Etiolgi


keperawatan

1. Ds : Konstipasi Ketakutan
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa nyeri saat
sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan defekasi
feses,bahkan darah menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga
harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal
dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering
makan sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum
BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan
seperti sebelumnya.
Do :
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–
biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna,konsistensi).

2. Ds : Nyeri Adanya
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. hemoroid pada
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan daerah anus
berbaring terutama saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa
sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan
feses,bahkan darah menetes saat BAB.
Do :
1.TTV :
TD = 90/60 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–
biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :
1. skala nyeri 7
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.

3. Ds : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena Kelemahan Perdarahan


keluar darah segar bersama feses bahkan darah vena
menetes saat BAB hemorrhoidalis
DO :
1. TTV : TD = 90/60 mmHg
2. klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl

Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang
lain

2. Diagnosa keperawatan :

1. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat defekasi.


2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena hemorrhoidalis.

3. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Konstipasi Setelah 1. Berikan 1. Mencegah dehidrasi


berhubungan dilakukan dan secara oral
dengan tindakan anjurka
ketakuatan keperawatan n
nyeri saat selama 2 x 24 minum
defekasi. jam, konstipasi kurang 2. Meningkatkan usaha
teratasi. lebih 2 evakuasi feses
liter
KH : perhari
1. Pola BAB 1- 2. Berikan 3. Makanan tinggi
2x/minggu. posisi serat dapat
2. Konsistensi fowler melancarkan proses
feses lunak. pada defikasi
3. warna feses tempat 4. Bunyi usus secara
kuning. tidur umum meningkat
4. klien tidak 3. Berikan pada diare dan
takut untuk dan menurun pada
BAB. anjurka konstipasi.
5. tidak ada n 5. Menurunkan distres
darah pada makana gastrik dan distensi
feses. n tinggi abdomen.
6. tidak ada serat. 6. Membantu
nyeri pada saat 2. Auskultasi melancarkan proses
BAB. bunyi usus defikasi.
3. Hindari 7. untuk mecegah
makanan yang terjadinya konstipasi
membentuk gas berulang
4. Berikan
laksatif sesuai
program 8. menurunkan risiko
dokter. iritasi hemoroid
5. pastikan
kebiasaan
defekasi pasien
dan gaya hidup
sebelumnya 9. mempertimbangkan
6. anjurkan pilihan menu dapat
makanan / membantu dalam
cairan yang mengontrol masalah
tidak 10. meningkatkan
mengiritasi jika relaksasi otot,
masukan oral meminimalkan
diberikan ketidaknyamanan
7. yakinkan pola
diet / pilihan 11. makanan ini
makanan diketahui sebagai
penyebab konstipasi

8. berikan rendam
duduk

9. kurangi / batasi
makanan
seperti produk
susu

2. Nyeri Setelah 1. Berikan posisi yang 1. Meminimalkan


berhubungan dilakukan nyaman stimulasi/
dengan tindakan 2. Berikan bantalan meningkatkan
adanya keperawatan dibawah bokong saat relaksasi.
hemoroid selama 3 X 24 duduk 2. Meminimalkan
pada daerah jam, nyeri 3. Observasi tanda- tekanan di bawah
anus. teratasi tanda vital bokong/
KH : 4. Ajarkan teknik meningkatkan
1. Wajah pasien untuk mengurangi rasa relaksasi.
tampak tenang. nyeri seperti membaca, 3. Untuk menentukan
2. Pasien menonton, menarik intervensi
mengatakan nafas panjang, selanjutnya
nyeri berkurang menggosok punggung, 4. Pengalihan
atau hilang dan lain-lain. perhatian melalui
3. Pasien dapat 5. Pada nyeri awal kegiatan-kegiatan
istirahat tidur berikan kompres
4. klien tidak dingin pada daerah
memegangi anus 3 – 4 jam
daerah yang dilanjutkan dengan
nyeri. rendam duduk hangat
3 – 4 x/hari
5. Tanda-tanda 6. Berikan lingkungan
vital normal yang tenang 5. Meningkatkan
TD : 120 / 80 7. Kolaborasi dengan relaksasi
mmHg dokter untuk
pemberian analgetik,
pelunak feces dan
dilakukannya
hemoroidektomi.

ketidaknyamanan fisik.
6. Menurunkan

7. Mengurangi nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis dan
untuk mengangkat
hemoroid.

3. Kelamah-an Setelah 1. Kaji TTV. 1. untuk menentukan


berhubungan dilakukan intervensi yang tepat.
dengan tindakan
perdarahan keperawatan 2. monitor banyaknya 2. untuk menentukan
vena selama 3 X 24 perdarahan klien. tingkat kehilangan cairan.
hemorhoidalis jam, 3. kaji tingkat toleransi 3. untuk mengetahui tingkat
kekurangan aktifitas klien. kelemahan klien.
nutrisi 4. memandirikan klien
terpenuhi dalam melakukan 4.mengurangi
KH : aktifitas sehari-hari. ketergantungan aktifitas
1. konjungtiva klien dengan bantuan
klien merah Kolaborasi : perawat.
muda. 1. konsultasikan nutrisi
2. klien tidak untuk klien dengan Kolaborasi :
tampak lemah ahli gizi 1.untuk menentukan
3. Hb normal 2. berikan vitamin K kebutuhan nutrisi yang
(12-14 g/dl) sesuai indikasi. tepat pada klien.
4. tidak ada 3.berikan vitamin B12 2.untuk membantu proses
perdarahan sesuai indikasi. pembekuan darah.
pada vena 4.konsultasi dengan 3. peningkatan produksi sel
hemoroid. ahli gizi. darah merah.
5. Pasien dapat 5. berikan infus. 4.untuk menentukan diet
melakukan yang tepat bagi klien.
aktivitas 5. untuk menggantikan
mandiri. banyaknya darah yang
6. Klien tidak hilang selama perdarahan.
cepat lelah
setelah
beraktivitas.
7.Aktifitas klien
sudah tidak
dibantu oleh
perawat.

4. Implementasi

No. Hari, tgl/ jam No. Implementasi Paraf


Dx

1. 10 januari 2011 1 1. Memberikan dan menganjurkan minum


08.00 WIB kurang lebih 2 liter perhari

RH: Klien mengatakan minum 8 gelas air perhari.


11.00 WIB 2. Memberikan dan menganjurkan makanan tinggi
serat
RH : Klien mengatakan makan banyak sayur dan
buah
12.00 WIB 3.Memberikan laktasif sesuai program dokter
RH : Klien mengatakan BAB cair.
4.Menganjurkan pasien untuk segera BAB bila
timbul keinginan untuk BAB.
14.00 WIB RH: Klien mengatakan saat ingin BAB segera untuk
BAB.

5. Evaluasi.

Hari,tgl No. Evaluasi Paraf


Dx

12 Januari 2011 1 S:
1. Klien mengatakan pada saat BAB tidak merasakan
nyeri.
2. Klien mengatakan sudah tidak mengedan
berlebihan saat BAB.
3. Klien mengatakan pola BAB sudah teratur ( 1-
2x /minggu).
4. Klien mengatakan sudah tidak takut lagi pada saat
BAB.

O:
1. Distensi abdomen (-)
2. Tidak teraba massa pada regio bawah abdomen.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Faktor penyebab terjadinya hemoroid pada Ny. B adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, dan kehamilan. Ketiga hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi tekanan yang
berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa konstipasi, nyeri dan
kelemahan.

Pada kasus ditemukan data yang tidak terdapat pada teori antara lain hemoroid
menyebabkan rasa panas pada daerah anus karena adanya tekanan berlebih saat duduk
dan berbaring. Klien mengalami hemoroid interna karena pada saat pemeriksaan,
benjolan masih dapat didorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus. Pada kasus
klien selalu mengonsumsi sayur dan buah-buahan tetapi mengalami konstipasi, hal ini
dikarenakan klien sering menahan keinginannya untuk BAB karena takut merasakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya sehingga feses yang tertahan mengalami
penyerapan yang lebih lama di usus dan menyebabkan feses menjadi keras dan sulit
untuk dikeluarkan.
Pada teori dilakukan pemeriksaan diagnostik antara lain: inspeksi dan
rektaltouche (colok dubur), anoskopi atau rectoscopy, proktosigmoidoskopi, rontgen,
kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, dan feses sebagai pemeriksaan penunjang.
Sedangkan pada kasus, klien hanya melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah (Hb). Hal ini dikarenakan pada kasus ini, hemoroid sudah masuk ke
derajat III sehingga dapat dikaji hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Kami mengangkat diagnosa utama konstipasi berhubungan dengan ketakutan
nyeri saat defekasi dikarenakan pada kasus, klien mengalami konstipasi akibat menahan
BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan saat BAB. hal ini harus di atasi
terlebih dahulu agar tekanan pada hemoroid berkurang dan perdarahan akibat gesekan
pada hemoroid dengan feses yang keras dapat dikurangi. Bila masalah ini tertangani
maka diagnosa selanjutnya dapat ikut teratasi.
Kami mengangkat diagnosa kedua nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid
pada daerah anus karena pada kasus, dengan adanya hemoroid pada anus dapat
menimbulkan nyeri akibat tekanan yang kuat pada saat defekasi dan perdarahan. Nyeri
pada anus tidak akan hilang sebelum dilakukannya hemoroidektomi. Oleh karena itu,
klien disarankan untuk melakukan hemoroidektomi tetapi klien lebih memilih
pengobatan seperti biasanya karena klien mengaku cemas untuk melakukan operasi.
Kami mengangkat diagnosa ketiga kelemahan berhubungan dengan perdarahan
vena hemorrhoidalis karena pada kasus, saat klien BAB darah keluar bersama feses dan
darah menetes setelah BAB sehingga Hb klien rendah yaitu 8,9 g/dl. Hal ini terjadi
karena banyak sel darah merah keluar dari tubuh saat perdarahan sehingga banyaknya
darah yang diedarkan ke seluruh tubuh menjadi berkurang. Berdasarkan diagnosa ketiga
klien tampak lemah dan konjungtiva pucat.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa utama, konstipasi berhubungan
dengan ketakutan nyeri saat defekasi adalah berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2
liter perhari untuk mencegah dehidrasi secara oral, berikan posisi fowler pada tempat
tidur untuk meningkatkan usaha evakuasi feses, berikan dan anjurkan makanan tinggi
serat karena makanan tinggi serat dapat melancarkan proses defikasi, auskultasi bunyi
usus karena bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi,
hindari makanan yang membentuk gas untuk menurunkan distres gastrik dan distensi
abdomen dan berikan laksatif sesuai program dokter untuk membantu melancarkan
proses defikasi.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa kedua, nyeri berhubungan dengan
adanya hemoroid pada daerah anus adalah berikan posisi yang nyaman untuk
meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi, berikan bantalan dibawah bokong saat
duduk untuk meminimalkan tekanan di bawah bokong/ meningkatkan relaksasi, observasi
tanda-tanda vital untuk menentukan intervensi selanjutnya, ajarkan teknik untuk
mengurangi rasa nyeri seperti membaca, menonton, menarik nafas panjang, menggosok
punggung, dan lain-lain dapat mengalihan perhatian klien pada nyeri yang sedang terjadi,
pada nyeri awal berikan kompres dingin pada daerah anus 3 – 4 jam dilanjutkan dengan
rendam duduk hangat 3 – 4 x/hari untuk meningkatkan relaksasi, berikan lingkungan
yang tenang untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik, dan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik, pelunak feces dan dilakukannya hemoroidektomi untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis dan untuk mengangkat
hemoroid.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa ketiga, kelemahan berhubungan
dengan perdarahan vena hemorrhoidalis adalah kaji TTV untuk menentukan intervensi
yang tepat, monitor banyaknya perdarahan klien untuk menentukan tingkat kehilangan
cairan, kaji tingkat toleransi aktifitas klien untuk menentukan tingkat kehilangan cairan,
memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari mengurangi ketergantungan
aktifitas klien dengan bantuan perawat, konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi
untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien, berikan vitamin K sesuai
indikasi untuk membantu proses pembekuan darah, berikan vitamin B12 sesuai indikasi
peningkatan produksi sel darah merah, konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat bagi klien, dan berikan infus untuk menggantikan banyaknya darah yang
hilang selama perdarahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1. 5.1 Simpulan

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid
adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,
tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi
perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

1. 5.2 Saran

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan


pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi
hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah
mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Diposkan oleh Vian's di 03:52

Anda mungkin juga menyukai