Makalah Hemoroid
Makalah Hemoroid
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.
Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena
adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan
wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan
menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal
sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner &
suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas
penyakit hemoroid.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat
awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi
untuk membuang wasir.
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.4 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor
rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.
Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor Resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
memounyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis
atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktpr penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang
2.5 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang
berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses,
perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan
perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka
akibat perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri,
kekurangan volume cairan, dan kelemahan .
Hemoroid
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus
diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit
yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung
dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat
prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah
konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
1. Bedah Konvensional
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid
dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan
kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke
dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid
mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
2.9 Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid
semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering
terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat penyakit dahulu
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu
BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.
Postoperasi
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
3. Intervensi
Preoperatif
Postoperatif
5. mengurangi
ransangan pada anus
dan mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.
8. Menurunkan tekanan
intra abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.
BAB III
KASUS
Ds :
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
4. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
5. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali
/minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
6. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
7. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak
kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
8. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
9. Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.
Do :
1. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. Distensi abdomen (+)
5. Teraba massa pada regio bawah abdomen
6. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
7. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
8. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.
Analisa Data
1. Ds : Konstipasi Ketakutan
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa nyeri saat
sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan defekasi
feses,bahkan darah menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga
harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal
dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering
makan sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum
BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan
seperti sebelumnya.
Do :
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–
biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna,konsistensi).
2. Ds : Nyeri Adanya
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. hemoroid pada
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan daerah anus
berbaring terutama saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa
sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan
feses,bahkan darah menetes saat BAB.
Do :
1.TTV :
TD = 90/60 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–
biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong
dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 7
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang
lain
2. Diagnosa keperawatan :
3. Intervensi
8. berikan rendam
duduk
9. kurangi / batasi
makanan
seperti produk
susu
ketidaknyamanan fisik.
6. Menurunkan
7. Mengurangi nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis dan
untuk mengangkat
hemoroid.
4. Implementasi
5. Evaluasi.
12 Januari 2011 1 S:
1. Klien mengatakan pada saat BAB tidak merasakan
nyeri.
2. Klien mengatakan sudah tidak mengedan
berlebihan saat BAB.
3. Klien mengatakan pola BAB sudah teratur ( 1-
2x /minggu).
4. Klien mengatakan sudah tidak takut lagi pada saat
BAB.
O:
1. Distensi abdomen (-)
2. Tidak teraba massa pada regio bawah abdomen.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Faktor penyebab terjadinya hemoroid pada Ny. B adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, dan kehamilan. Ketiga hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi tekanan yang
berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa konstipasi, nyeri dan
kelemahan.
Pada kasus ditemukan data yang tidak terdapat pada teori antara lain hemoroid
menyebabkan rasa panas pada daerah anus karena adanya tekanan berlebih saat duduk
dan berbaring. Klien mengalami hemoroid interna karena pada saat pemeriksaan,
benjolan masih dapat didorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus. Pada kasus
klien selalu mengonsumsi sayur dan buah-buahan tetapi mengalami konstipasi, hal ini
dikarenakan klien sering menahan keinginannya untuk BAB karena takut merasakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya sehingga feses yang tertahan mengalami
penyerapan yang lebih lama di usus dan menyebabkan feses menjadi keras dan sulit
untuk dikeluarkan.
Pada teori dilakukan pemeriksaan diagnostik antara lain: inspeksi dan
rektaltouche (colok dubur), anoskopi atau rectoscopy, proktosigmoidoskopi, rontgen,
kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, dan feses sebagai pemeriksaan penunjang.
Sedangkan pada kasus, klien hanya melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah (Hb). Hal ini dikarenakan pada kasus ini, hemoroid sudah masuk ke
derajat III sehingga dapat dikaji hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Kami mengangkat diagnosa utama konstipasi berhubungan dengan ketakutan
nyeri saat defekasi dikarenakan pada kasus, klien mengalami konstipasi akibat menahan
BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan saat BAB. hal ini harus di atasi
terlebih dahulu agar tekanan pada hemoroid berkurang dan perdarahan akibat gesekan
pada hemoroid dengan feses yang keras dapat dikurangi. Bila masalah ini tertangani
maka diagnosa selanjutnya dapat ikut teratasi.
Kami mengangkat diagnosa kedua nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid
pada daerah anus karena pada kasus, dengan adanya hemoroid pada anus dapat
menimbulkan nyeri akibat tekanan yang kuat pada saat defekasi dan perdarahan. Nyeri
pada anus tidak akan hilang sebelum dilakukannya hemoroidektomi. Oleh karena itu,
klien disarankan untuk melakukan hemoroidektomi tetapi klien lebih memilih
pengobatan seperti biasanya karena klien mengaku cemas untuk melakukan operasi.
Kami mengangkat diagnosa ketiga kelemahan berhubungan dengan perdarahan
vena hemorrhoidalis karena pada kasus, saat klien BAB darah keluar bersama feses dan
darah menetes setelah BAB sehingga Hb klien rendah yaitu 8,9 g/dl. Hal ini terjadi
karena banyak sel darah merah keluar dari tubuh saat perdarahan sehingga banyaknya
darah yang diedarkan ke seluruh tubuh menjadi berkurang. Berdasarkan diagnosa ketiga
klien tampak lemah dan konjungtiva pucat.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa utama, konstipasi berhubungan
dengan ketakutan nyeri saat defekasi adalah berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2
liter perhari untuk mencegah dehidrasi secara oral, berikan posisi fowler pada tempat
tidur untuk meningkatkan usaha evakuasi feses, berikan dan anjurkan makanan tinggi
serat karena makanan tinggi serat dapat melancarkan proses defikasi, auskultasi bunyi
usus karena bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi,
hindari makanan yang membentuk gas untuk menurunkan distres gastrik dan distensi
abdomen dan berikan laksatif sesuai program dokter untuk membantu melancarkan
proses defikasi.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa kedua, nyeri berhubungan dengan
adanya hemoroid pada daerah anus adalah berikan posisi yang nyaman untuk
meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi, berikan bantalan dibawah bokong saat
duduk untuk meminimalkan tekanan di bawah bokong/ meningkatkan relaksasi, observasi
tanda-tanda vital untuk menentukan intervensi selanjutnya, ajarkan teknik untuk
mengurangi rasa nyeri seperti membaca, menonton, menarik nafas panjang, menggosok
punggung, dan lain-lain dapat mengalihan perhatian klien pada nyeri yang sedang terjadi,
pada nyeri awal berikan kompres dingin pada daerah anus 3 – 4 jam dilanjutkan dengan
rendam duduk hangat 3 – 4 x/hari untuk meningkatkan relaksasi, berikan lingkungan
yang tenang untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik, dan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik, pelunak feces dan dilakukannya hemoroidektomi untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis dan untuk mengangkat
hemoroid.
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa ketiga, kelemahan berhubungan
dengan perdarahan vena hemorrhoidalis adalah kaji TTV untuk menentukan intervensi
yang tepat, monitor banyaknya perdarahan klien untuk menentukan tingkat kehilangan
cairan, kaji tingkat toleransi aktifitas klien untuk menentukan tingkat kehilangan cairan,
memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari mengurangi ketergantungan
aktifitas klien dengan bantuan perawat, konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi
untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien, berikan vitamin K sesuai
indikasi untuk membantu proses pembekuan darah, berikan vitamin B12 sesuai indikasi
peningkatan produksi sel darah merah, konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat bagi klien, dan berikan infus untuk menggantikan banyaknya darah yang
hilang selama perdarahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. 5.1 Simpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid
lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid
adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,
tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi
perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
1. 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Diposkan oleh Vian's di 03:52