Anda di halaman 1dari 4

JUAL BELI

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu
Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli
adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu
benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka
sama suka (QS Az Zumar : 39, At Taubah : 103, Hud: 93)

Hadis Nabi Muhammad SAW yang Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka
sama suka.” (HR Bukhari)

Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun jual beli meliputi:


a. Ada penjual
b. Ada pembeli
c. Ada barang yang diperjualbelikan
d. Ada alat tukar
e. Ada akad atau ijab kabul atau serah terima

Syarat jual beli meliputi:


a. Syarat orang yang berakad

1) Berakal
2) Orang yang melakukan akad adalah orang yang berbeda

b. Syarat Ijab dan Kabul

1) Orang yang mengucapkannya telah akil balig dan berakal


2) Kabul sesuai dengan ijab
3) Ijab dan kabul sebaiknya dilakukan dalam satu majelis

c. Syarat Barang yang Diperjualbelikan

1) Barang itu ada, atau tidak ada di tempat tetapi penjual sanggup mengadakannya
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
3) Milik sah penjual atau orang yang mewakilkan
4) Bisa diserahkan saat akad atau pada waktu yang disepakati

d. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang)

As-samn adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah masyarakat secara aktual.

As-Sir adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen.

1) Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya


2) Bisa diserahkan waktu akad, sekalipun secara hukum
3) Jual beli barter (muqayyadah), barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang
diharamkan syara.

Macam-macam Jual Beli


a. Jual beli yang sahih

Adalah jual beli yang memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan.

b. Jual beli yang batil

Adalah jual beli yang tidak terpenuhi salah satu atau seluruh rukun dan syarat

yang ditentukan

Macam-macam jual beli yang batil yaitu:

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada.


2) Menjual barang yang tidak bisa diserahkan kepada pembeli
3) Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna matangnya
4) Jual beli yang mengandung unsur penipuan
5) Jual beli benda-benda najis
6) Jual beli al-‘arbun (jual beli yang bentuknya melalui perjanjian, jika barang yang sudah dibeli
dikembalikan oleh pembeli, maka uang yang telah diberikan kepada penjual menjadi hibah
bagi penjual
7) Jual beli air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak boleh dimiliki seseorang
8) Jual beli yang bergantung pada suatu syarat tertentu
9) Jual beli al-majhul (benda atau barangnya secara global tidak diketahui), dengan syarat
kemajhulannya (ketidakjelasannya) itu bersifat menyeluruh
10) Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari satuannya
11) Jual beli ajal (al-ajl)

KHIYAR

Khiyar adalah hak untuk memilih, atau hak secara unilateral untuk membatalkan atau meneruskan
suatu kontrak terutama kontrak jual beli. Bila tidak ada perubahan dalam jangka waktu tertentu
maka jual beli tersebut dinyatakan sempurna. Khiyar dapat dirundingkan menurut hukum atau
disetujui oleh pihak-pihak yang melakukan kontrak.

Ada beberapa jenis khiyar

1) Khiyar Majelis

Khiyar majlis dalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli masih tetap ditempat jual
beli. Rasulullah Saw bersabda: “Dua orang yang berjual-beli boleh memilih (meneruskan atau
mengurungkan jual-belinya) selama keduanya belum berpisah.” (H.R. Bukhari Muslim).
2) Khiyar Syarat

Adalah khiyar setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba,
maka jual beli harus ditegaskan untuk dilanjutkan atau dibatalkan. Masa khiyar syarat selambat-
lambatnya tiga hari. Rasulullah Saw bersabda: “engkau boleh memilih (khiyar) dalam setiap barang
yang telah engkau beli selama tiga hari tiga malam.”

3) Khiyar Aib (cacat)

Adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui
ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si penjual maupun si
pembeli.

Riba
Kata riba (ar riba) menurut bahasa yaitu tambahan (az ziyadah) atau kelebihan. Menurut istilah riba
adalah akad penukaran dua barang yang tidak sesuai nilainya menurut aturan syara’ atau
kelebihan/tambahan pembayaran pada uang pokok pinjaman.

Macam-macam riba yaitu:

a. Riba Fuduli/Riba Fadal (Lebih)

Yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak samaukurannya yang
disyaratkan oleh orang yang menukarnya. Contohnya tukar menukar emas dengan emas atau beras
dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh yang menukarkan.

b. Riba Qardi (Hutang)

Yaitu hutang dengan syarat menarik keuntungan (bunga) dari orang yang berhutang. Misalnya, si A
pinjam uang kepada si B Rp. 1.000.000,-. Si B mengharuskan si A mengembalikan Rp. 1.100.000,-

c. Riba Nasiah/Nasa’i

Yaitu tukar menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis atau jual beli yang
pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan. Contohnya, Salim
membeli arloji seharga Rp 500.000,-. Oleh penjualnya disyaratkan membayarnya tahun depan
dengan harga Rp 525.000,-

d. Riba Yad (Tangan)

Yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima. Misalnya, seseorang membeli 1
kuintal gula. Setelah dibayar, si penjual langsung pergi, sedangkan gula itu masih dalam karung dan
belum ditimbang apakah cukup atau tidak.
Bahaya riba antara lain:

a. Menyebabkan manusia malas bekerja

b. Menimbulkan kerawanan sosial

c. Menyebabkan terputusnya sikap yang baik antarsesama manusia

d. Menyebabkan permusuhan antarpribadi

Anda mungkin juga menyukai