Anda di halaman 1dari 16

Servisitis et causa Gonorrhea

Kelompok E 1
Yulita Hera 102011132
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.16, Tlp. (021) 56942061, Jakarta Barat

Skenario 6

Seorang perempuan berusia 22 tahun, dating dengan keluhan caiaran dari vagina selama 2
minggu terakhir disertai keluar flek darah (spotting) setiap selesai berhubungan.

Rumusan Masalah
Seorang perempuan usia 22 tahun dating dengan keluhan keluar cairan dari vagina selama 2
minggu terakhir disertai keluar flek darah setiap selesai berhubungan.
Hipotesis
Wanita tersebut diduga terkena servisitis
Sasaran Pembelajaran
1. Mengetahui kuman gram negative diplokokus pada neisseria gonorrhoeae
2. Mengetahui gambaran klinis dan pengobatan dari servisitis gonokal
3. Mengetahui komplikasi dari servisitis gonokal
Pendahuluan
Wanita menderita banyak penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau penyakit
menular seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum adalah servisitis. Servisitis
adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan, lebih dari setengah dari semua perempuan dapat
mengembangkan servisitis di beberapa titik dalam kehidupan dewasa mereka. Servisitis adalah
peradangan dari serviks uterus. Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis
servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel
selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. Servisitis pada wanita
memiliki banyak fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan
oleh infeksi penyakit menular seksual. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan
karena infeksi bakteri, salah satunya seperti Gonorrhea.
Servisitis ec gonorrhea adalah peradangan pada serviks yang disebabkan oleh bakteri
N.gonorrhea yang merupakan bakteri gram negatif. Jika serviks sudah terinfeksi maka akan
mempermudahpula terjadinya infeksi pada alat genitalia yang lebih tingi lagi seperti uterus, tuba
atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genitalia sebagai alat reproduksi bias
tergangu atau bahkan tidak bias difungsikan.
Faktor risiko untuk pengembangan Servisitis mulai dari hubungan seksual pada usia dini,
risiko tinggi perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual dan memiliki banyak pasangan
seks.1,2
Anamnesis
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila pada pasien bayi dan balita atau keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.
Anamnesis yang dilakukan terdiri dari :
1. Identitas dari pasien seperti nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku bangsa dll.
2. Menanyakan keluhan utama yaitu keluhan yang membuat pasien untuk datang ke dokter.
- Keluhan utama : keluar keputihan sejak 3 hari yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang menanyakan keluhan apa saja ditambah dengan adakah
faktor yang memperburuk atau meringankan keluhan, termasuk riwayat obat yang telah
digunakan.
- Keputihannya warna apa? Banyak atau sedikit?
- Berbau atau tidak? Konsistensi cair atau kental?
- Apakah ada gatal? Kalau ada dimana lokasi? Kapan gatal itu timbul?
- Apakah terasa nyeri? Lokasi nyeri? skala nyeri seperti apa?
- Apa terdapat keluhan lain? Demam, lemas lelah dll
- Apa menggunakan alat kontrasepsi?
- Apakah sudah mempunyai anak? Jika ada berapa?
- Sudah konsumsi obat apa sebelumnya?
- Bagaimana riawayat haid? Teratur atau tidak, kapan pertama kali haid (menarche) ,
kapan haid terakhir?
4. Riwayat penyakit dahulu, yaitu menanyakan apakah dulu pernah mengalami keluhan
yang sama atau pernah menderita penyakit yang lain sehingga harus dilakukan
perawatan.
5. Riwayat penyakit keluarga, yaitu menanyakan apakah ada di keluarga pasien yang
mengalami keluhan yang sama atau apa ada yang punya riwayat penyakit autoimun.
6. Riwayat social dan kebiasaan, yaitu menanyakan gaya hidup atau lingkungan pasien,
termasuk makanan yang dikonsumsi oleh pasien, apakah pasien merokok? kalau
pasiennya merokok perlulah ditanyakan sejak kapan dia mulai merokok.
Pemeriksaan Fisik
Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien adalah melihat kondisi pasien langsung ketika datang
ke klinik atau rumah sakit.Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kesadaran dan kondisi
sakit pasien.Kemudian pada pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital), yang perlu diperiksa
adalah tekanan darah, frekuensi nafas, frekuensi nadi, dan suhu tubuh.Kedua pemeriksaan
ini merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemeriksaan yang lain.
 Inspeksi pada tempat yang sakit, apakah didapati lesi, perubahan warna kulit, tanda-tanda
radang, dan lain sebagainya. Pada pasien pria, pada pemeriksaan tampak orifisium uretra
eksternum tampak kemerahan, edema, dan ektropion. Gejala ini dapat ditemukan dalam
waktu 2-7 hari setelah infleksi. Sementara pada wanita, mulanya hanya mengenai serviks,
dapat asimtomatik, kadang menimbulkan nyeri pada panggul bawah. Pada pemeriksaan
serviks tampak merah dengan erosi dan sekret yang mukopurulen. Awalnya, duh tubuh
yang keluar sedikit dan bersifat mukoid atau mukopurulen, namun pada kebanyakan pria
penderita gonore eksudat uretra ini akan menjadi sangat banyak dan purulen (kental dan
berwarna kuning kehijauan).3
 Sedangkan pada palpasi yaitu memegang daerah keluhannya pada alat kelaminnya
apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan sebagainya yang tentunya kita
menggunakan sarung tangan guna untuk hygene.
Gambar 1.Langkah-langkah pemasang spekulum
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan terdiri atas lima tahapan:
1. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokokus gram negatif
intraselular (di dalam sel leukosit polimorfonuklear) dan ekstraseluler (di sekitar sel
leukosit). Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada
wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.
2. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan:
a. Media transpor
Contoh media transpor:
- Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan
- Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis; dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor
dan media pertumbuhan, sehingga tidka perlu ditanam pada media pertumbuhan.
Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
b. Media pertumbuhan
- Mc Leod’s chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-
kuman yang lain juga dapat tumbuh.
- Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolestimetat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur
- Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus
spp.

Gambar 2. Media Thayer-Martin pada Neisseria gonorrhoeae


Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Neisseria_gonorrhoeae_01.png

3. Tes definitif
a. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif
dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
b. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
4. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
5. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan
setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
- sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- urin dibagi dalam dua gelas
- tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml,
jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena menguras uretra anterior.4

Gelas I Gelas II Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritir anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Tabel 1. Hasil pembacaan tes Thomson3

Selain itu bisa juga dilakukan dengan uji-uji amplifikasi DNA dengan menggunakan
metode reaksi berantai polimerase (PCR) dan reaksi berantai ligase (LCR) lebih sensitif
dibandingkan biakan bakteri dan dapat digunakan dengan sekret vagina serviks atau urin. Bagi
laki-laki dengan infeksi uretra, uji-uji amplifikasi DNA dapat dilakukan pada spesimen urin
untuk menghindari rasa tidak nyaman akibat pengambilan sediaan apusan dari uretra.5

Working diagnosis

Jika pada anamnesa sesuai manifestasi klinis dan pada pemeriksaan fisik dan penunjang
ditemukan tanda-tanda morfologi Neiseria gonorrhoeae, maka diagnosis ditetapkan sebagai
servisitis et causa Gonorrhoe.
Differential Diagnosis
 Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi Klamidia dapat juga merujuk
kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C.
trachomatis hanya ditemukan pada manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia
Klamidia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita, hal itu mungkin tidak
menimbulkan gejala pada 75% kasus dan tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau tahunan
sebelum ditemukan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk: perdarahan yang tidak biasa atau
cairan vagina, rasa sakit di perut, nyeri saat hubungan seksual (dispareunia), demam, nyeri buang
air kecil dan dorongan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya.6

Etiologi

Servisitis et causa Gonore disebabkan oleh invasi bakteri diplokokus gram negatif,
Neisseria gonorrhoeae, yang pertama kali ditemukan dan diberi nama oleh ahli dermatologi
Polandia, Albert Neisseria, pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman
tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada empat spesies, yaitu N. Gonorrhoeae
dan N. Meningitidis yang bersifat patogen serta N. Catarrhalis dan N. Pharyngis ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.5

Gonokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0.8 u dan
panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat gram
negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam
keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39oC, dan tidak tahan cat desinfektan.Secara morfologik
gonokok ini terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen,
serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada
mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.4

Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi selaput lendir,
terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring,
anus, dan rektum, dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi
kontak langsung mukosa ke mukosa. Tidak semua orang yang terpajan gonorea akan terjangkit
penyakit, dan risiko penularan dari laki-laki ke perempuan lebih tinggi daripada penularan
perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan
eksudat yang berdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat,
vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar
Skene, kelenjar Bartholin, endometrium, tuba fallopii, dan rongga peritoneum, menyebabkan
PID pada perempuan. PID adalah penyebab utama infertilitas pada perempuan. Infeksi
gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan baktreremia gonokokus.
Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan tetapi apabila dibandingkan lebih
sering terjadi pada perempuan. Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi
pada saat haid. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui ostium serviks yang terinfeksi,
dapat menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak diketahui dan
diobati.5

Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.4

Epidemiologi

Tercatat sekitar 60 juta kasus baru setiap tahun di seluruh dunia. Umumnya gonore
menginfeksi usia muda, berkulit gelap, belum menikah, serta dari golongan beredukasi rendah
dari penduduk kota. Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita.
Peringkat tertinggi pada perempuan terletak pada usia 15-19 tahun sedangkan pada laki-laki
sekitar 20-24 tahun. Kasus gonore tinggi pada negara maju seperti Amerika, Asia serta Eropa.
Pada negara-negara tersebut, 10% penderitanya adalah perempuan hamil. Selain itu gonore
banyak didapati pada pasangan sesama jenis (homoseksual). Dipengaruhi oleh sosio-kultural
serta pola seksual setiap individu.7

Patofisiologi

Gonore merupakan Sexual Transmitted Disease (STD), yang menular melalui hubungan
seksual. Neisseria gonorrhoeae yang masuk melekat pada sel epitel kubus genitourinaria melalui
vili. Selain mukosa genitourinaria, bakteri tersebut juga dapat menyerang mukosa mata, faring,
dan rektum. Membran luar protein pada bakteri memiliki peranan dalam perlekatan dan invasi
lokal. Invasi dimediasi oleh pelekat dan sfingomyelin yang berkontribusi dalam proses
endositosis. Beberapa gonococcal memproduksi imunoglobulin A protease yang memecah rantai
tebal imunoglobulin manusia dan memblok respon imun bakterisidal host. Sekali masuk ke
dalam sel, bakteri akan bereplikasi serta dapat tumbuh pada kondisi aerob maupun nonaerob
sekaligus. Setelah menginvasi, maka bakteri akan bereplikasi dan berproliferasi secara lokal. Hal
tersebut akan menimbulkan respon radang. Di luar sel, bakteri menyebabkan perubahan suhu,
kekeringan, serta perubah lapisan luar lainnya. Membran luar mengandung lipooligosakarida
yang bersifat endotoksin yang terlepas ketika bakteri pada periode tumbuh dan terkontribusi pada
patogenesis penyebaran infeksi.8
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan anaerob, peradangan
ini terjadi Karena luka bekas persalinan yang tidak di rawat serta infeksi karena hubungan
seksual. Proses peradanganmelibatkanepitelserviksdan stoma yang mendasarinya.
Inflamasiserviksinibisamenjadiakutataukronik.Masuknya infeksi dapat terjadi melalui perlukaan
yang menjadi pintu masuk saluran genetalia, yang terjadi pada waktu persalinan atau tindakan
medis yang menimbulkan perlukaan, atau terjadi karena hubungan seksual.

Luka bekas persalinan Aktivitas seksual


& keguguran tinggi

Tidak dirawat Pasangan tidak tetap

Infeksi luka Infeksi hubungan seksual

Kerusakan jaringan
Kerusakan jaringan
Kesehatan menurun
Penurunan proteksi
terhadap bakteri Penurunan aktivitas
seksual
Barier fisiologi terganggu
Disfungsi Seksual
Kuman aerob&anaerob masuk ke serviks
Sulit hamil
Inflamasi serviks
Pasien sering
bertanya SERVISITIS

Kurang Merusak epitel serviks&stoma


informasi
Pelepasan histamin

Defisit
Pengetahuan Rasa gatal Gangguan rasa nyaman

Respons garukan

Ruam/lesi nyeri

Manifestasi klinis

Respons peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret
purulen kuning-kehijauan khas dari uretra pada pria dan dari ostium serviks pada perempuan.
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadanglebih
lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.4,5
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin keduanya. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronis, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah
didapati kelainan objektif. Pada umumnya penderita wanita datang kalau sudah ada komplikasi.
Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan
keluarga berencana. Di samping itu, wanita mengalami tiga masa perkembangan:

1. Masa prapubertas. Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis), sehingga
dapat terjadi vaginitis gonore.
2. Masa reproduktif. Lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan banyak
glikogen dan basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga suasana
menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonococcus.
3. Masa menopause. Selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan basil
Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini menguntungkan
untuk pertumbuhan kuman gonococcus, jadi dapat terjadi vaginitis gonore.

Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Sekret tubuh yang mukopurulen
dan mengandung banyak gonococcus mengalur ke luar dan menyerang urethra, duktus
paraurethra, kelenjar Bartolini, rektum dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung
telur.4
 Uretritis
Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra
eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.4
 Servisitis
Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. pada
pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukropurulen.4

Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena
berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimfomatik tetapi dapat
juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher.
Infeksi gonokokus di perianus dan rektum mungkin asimtomatik, menimbulkan ekskoriasi dan
nyeri perianus, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.5
Konjungtivitis dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui
tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar
eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis
sampai timbul kebutaan.
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini
banyak didapat pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada wanita.
Gejala yang timbul dapat berupa artritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Bakteremia akibat infeksi gonokokus diseminata jarang
dijumpai. Gejala dan tanda adalah berupa lesi kulit papular dan pustular di tangan dan kaki,
poliartritis, dan peradangan tendon tangan dan kaki yang nyeri.4,5

Neonatus
Penyakit yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore adalah konjungtivitis. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobia, konjungtiva bengkak
dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus
kornea, panoftalmitis sampai timbul kebutaan.3

Penatalaksanaan

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. Dulu pilihan utama untuk mengobati Gonore adalah penisilin dan
probenisid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase
(NGPP). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.
Macam-macam obat yang dapat dipakai:
- Penisilin
Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit ditambah 1 gram
probenisid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya adalah alergi
penisilin. Mengingat tingginya kasus Gonore dengan strain NGPP dan juga dengan
tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka pada saat ini pemakaian
penisilin tidak dianjurkan lagi.
- Ampisilin dan amoksisilin
Dosisnya adalah 3,5 gram ditambah 1 gram probenisid, dan amoksisilin 3 gram ditambah
1 gram probenisid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya adalah alergi
penisilin. Untuk daerah dengan NGPP, ampisilin dan amoksisilin juga tidak dianjurkan.
- Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan
dosis 0,50 sampai 1.00 g secara intramuscular. Sefiksim 400 mg per-oral dosis tunggal
memberi angka kesembuhan sampai 95%.
- Spektinomisin
Dosisnya 2 gram intramuscular. Baik untuk penderita yang mengalami alergi penisilin, yang
`mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga
tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
- Kanamisin
Dosisnya 2 gram intramuscular. Baik untuk pasien yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis.
- Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
- Kuinolon
Dari golongan Kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka kesembuhannya
merupakan yang paling tinggi dibandingkan obat-obat lainnya, yakni mencapai 100%.
Golongan kuinolon yang dianjurkan saat ini adalah levofloksasin 250 mg per-oral dosis
tunggal, mengingat semakin banyaknya resistensi.4

Komplikasi pada wanita

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada servisitis adalah :


 Parairetritis/Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi,
 Bartolinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan. Kelenjar
Bartolini membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan biasanya penderita
sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat, dapat timbul abses dan dapat pecah melalui
mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat menjadi kista.
 Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi,
yaitu:
- Masa puerperium (nifas)
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba falopii sampai pada daerah salpinx dan ovarium
sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan
berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen ke bawah, disuria, dan
menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.4

Prognosis

Prognosis dari gonore adalah baik apabila cepat ditangani. Gonore yang tidak diobati
dapat menyebabkan kemandulan pada wanita atau penyakit radang panggul, dan meningkatkan
risiko kehamilan ektopik. Pria dan wanita dapat mengalami infeksi diseminata disertai artritis,
endokarditis, atau konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan. Apabila ditularkan ke bayi
baru lahir sewaktu persalinan, dapat terjadi kebutaan.9

Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


- Semua pasien dengan infeksi gonore seharusnya melibatkan pasangan seksualnya dalam
evaluasi dan pengobatan.
- Pasien seharusnya menghindari kontak seksual sampai pengobatan selesai dan juga sampai
pasangan seksualnya selesai dievaluasi dan diobati.
- Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan
pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi
komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas.
- Di kalangan wanita tunasusila telah dilakukan pengawasan intensif dengan memberi
antibiotik berkala, sehingga memperkecil terjadinya penularan infeksi kepada pelanggan.
- Penggunaan kondom masih dianggap yang paling baik.
- Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan.10

Kesimpulan

Pasien menderita Servisitis et causaGonorrhoea. Gonore adalah salah satu STD dengan
insiden tertinggi yang bisa terjadi pada pria maupun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
diplokokus gram negatif, Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini dapat didiagnosa dengan tepat
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Infeksi primer yang
disebabkan oleh penyakit ini adalah uretritis, dan komplikasi bisa terjadi apabila penanganan
tidak segera dilakukan. Penatalaksanaan bisa dilaksanakan dengan pengobatan memakai
antibiotik, dan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kontak dengan berbagai cara.

Daftar Pustaka
1. Daili SF, Judonarso J, dkk. Standardisasi diagnostic dan penatalaksanaan beberapa penyakit
menular seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 143-48.
2. Ovedoff D. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta: Bina Pura Aksara.2006
3. Benzion T. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: EGC. 2006
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI;
2011: 369-79.
5. Price SA. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012: 1336-7.
6. Daili SF, Judonarso J, dkk. Infeksi menular seksual. Edisi 3; jilid 2. Jakarta: balai penerbit
FKUI. 2007. Hal 65-76.
7. Adler M, Cowan F, French P, Mitchell H, Richens J. ABC of sexually transmitted infections.
Edisi 5. London: BMJ Publishing Group; 2004: 12.
8. Wolf FK, Goldsmith LA, Katz S, Gilesres BA, Paller LS, Level LL. Fitzpatricks
dermatology and dermal medicine. Edisi 7. USA: McGraw Hill; 2008: 1993-4.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009:
807.
10. Porth CM. Essentials of pathopophysiology:Sexually Transmitted Infection. Edisi 3.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2009.1076-7

Anda mungkin juga menyukai