PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapang atau jamur sudah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu. Cara
yang merupakan kapang patogen. Kapang patogen adalah kapang yang dapat
Colletotrichum capsici. Salah satu tanaman yang dapat terserang oleh kapang
Colletotrichum capsici yaitu cabai dan nama penyakit yang disebabkan oleh
dibudidayakan, salah satu diantaranya ialah cabai merah (Capsicum annum L.)
Beberapa senyawa yang terkandung dalam cabai ialah capsaicin yang merupakan
unsur aktif yang pokok, dapat digunakan sebagai obat untuk pengobatan sirkulasi
darah yang tidak lancar. Senyawa kapsikidin berguna memperlancar sekresi asam
1
2
Salah satu kendala dalam upaya budidaya tanaman cabai adalah penyakit
menyebabkan kerugian besar. Penyakit ini tidak hanya merugikan pada saat
penanaman di lapangan tetapi juga pada waktu pasca panen. Pada tahun 2010 total
produksi cabai besar di Jawa Tengah sebanyak 1.344377 kw atau turun 3,97%
panen sebesar 25.387 ha karena penyakit antraknosa (Bank Indonesia, 2011) dan
pada tahun 2015 di Desa Purwomartani, Sleman, Yogyakarta tanaman cabai milik
Harga jual buah cabai yang terserang oleh penyakit antraknosa menurun,
sehingga merugikan petani. Serangan utama dari kapang patogen C.capsici adalah
pada buah. Serangan pada buah ditandai dengan adanya bercak coklat atau hitam
yang terus melebar, buah akan kering membusuk dan keriput (Wiryanta, 2002).
Gejala serangan penyakit antraknosa yang timbul pada daun menyebabkan daun
memiliki bercak hitam, namun serangan berat dari kapang tersebut akan terjadi
jika sudah menyerang batang dan buah (Tjahyadi, 1989). Kerusakan dengan ciri-
sintesis secara intensif. Penggunaan fungisida ini memiliki dampak negatif pada
yang tidak sedikit dan juga efek yang ditimbulkan juga akan berpengaruh negatif
residu bahan kimia pada hasil pertanian sehingga jika ditanggulangi lagi dengan
biologis yang tidak menimbulkan efek samping yang merugikan konsumen. Salah
kapang antagonis. Mulai abad ke-19 tepatnya pada tahun 1926 oleh Sanford dan
penyakit pada tanaman budidaya. Mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman
sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung dapat berperan
potensi sebagai agen pengendali hayati kapang patogen, salah satu diantaranya
beberapa enzim misalnya enzim β-1,3-glukonase dan kitinase yang dapat meng-
(Li et al, 2002). Mekanisme pengendalian kapang patogen oleh kapang antagonis
Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Agarwal et all (2011)
melalui percobaan dual culture menunjukkan bahwa pada hari ke lima setelah
satu sama lain. Hal ini dapat dibuktikan melalui metode dual culture. Berdasarkan
uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti daya antagonis kapang
kapang patogen yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi
tentang pengendalian hayati serta spesies yang mempunyai daya antagonis lebih
5
B. Tujuan
C. Hipotesis Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
2. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai daya antagonis kapang
lain.
F. Asumsi Penelitian
roseum yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kondisi viabilitas yang
G. Definisi Operasional
berikut.
metode dual culture yaitu koloni kapang antagonis dan patogen dibiakkan
dalam satu cawan petri secara berhadapan pada jarak 3 cm pada medium
antar hifa yang menyebabkan hifa kapang patogen menjadi bening dan
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan isolat kapang yang peroleh