Anda di halaman 1dari 17

BAB III

ELEKTROKIMIA

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari topik ini Anda diharapkan dapat memahami sel elektrokimia; komponen
penyusun sel dan reaksi yang terjadi serta energi yang dihasilkan, menghitung potensial sel volta,
pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap potensial sel, dapat memahami sel konsentrasi dan jenis
sel volta, pembentukan sel galvani pada logam yang menyebabkan korosi, perlindungan logam
terhadap korosi, dapat menentukan potensial lebih dalam elektrolisis, kemungkinan reaksi yang terjadi
pada elektroda, dan menghitung efek kuantitatif dalam elektrolisis.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan dapat
1. menjelaskan komponen dalam sel elektrokimia serta jenis sel elektrokimia
2. menjelaskan reaksi yang terjadi pada sel volta
3. membaca data potensial elektroda
4. menghitung potensial sel dalam berbagai konsentrasi larutan elektrolit dan temperatur
5. memahami sel konsentrasi dan menghitung potensial selnya
6. memahami terbentuknya sel galvani pada campuran logam dan kaitannya dengan korosi
7. memahami cara perlindungan terhadap korosi
8. menghitung potensial yang harus diberikan dalam elektrolisis
9. menentukan reaksi yang terjadi dalam elektrolisis
10. menghitung parameter elektrolisis; banyaknya endapan, arus dan waktu yang dibutuhkan

3.1 Reaksi Oksidasi Reduksi


Istilah oksidasi atau reaksi oksidasi dan reduksi yang dipakai sejak abad ke-19 adalah peristiwa
bersenyawanya zat dengan oksigen. Sebagai contoh, reaksi pembakaran bahan bakar gas dengan
oksigen.
CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(g)
Dari persamaan reaksi di atas terlihat hidrogen pada metana dilepaskan sehingga reaksi oksidasi dapat
pula disebut sebagai reaksi pelepasan hidrogen. Reaksi yang menyangkut penguraian zat dengan
melepaskan oksigen dan menerima hidrogen disebut reaksi reduksi. Sejalan dengan perkembangan ilmu
kimia, konsep reaksi oksidasi dan reduksi ini diperluas; tidak hanya menyangkut perpindahan oksigen,
tapi juga menyangkut reaksi tanpa keterlibatan oksigen.
Reaksi oksidasi ialah perubahan kimia yang melibatkan
1. zat melepaskan atau memberikan elektron
2. unsur dalam senyawa yang bereaksi mengalami pertambahan bilangan oksidasi
3. zat yang menjadi anoda dalam sel elektrokimia
Reaksi reduksi ialah perubahan kimia yang melibatkan
1. zat/senyawa yang menerima atau menangkap elektron
2. unsur dalam senyawa yang bereaksi mengalami pengurangan bilangan oksidasi
3. zat yang menjadi katoda dalam sel elektrokimia

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 42


Adakalanya reaksi oksidasi dan reduksi ini terjadi secara simultan seperti reaksi di bawah ini
2 H+(aq) + Cu2O(s) → Cu(s) + Cu2+ + H2O(l)
+1 0 +2
Dalam reaksi terlihat, Cu mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0 (turun, reduksi)
dan +2 (naik, oksidasi) sehingga dikatakan bahwa Cu mengalami oksidasi dan reduksi secara
bersamaan (simultan). Reaksi seperti ini disebut reaksi disproporsionasi atau otooksidasi.
Pada reaksi oksidasi dan reduksi, senyawa yang mengalami reaksi reduksi disebut oksidator, dan
senyawa yang mengalami reaksi oksidasi disebut reduktor. Beberapa oksidator adalah F2, Cl2, O2,
H2O2, H2SO4 pekat, MnO4-, Cr2O72-, dan reduktor adalah Zn, C, H2, CO, Al, SO2, SO32-, Fe2+, C2O42-,
dan H2C2O4.

3. 2 Sel Elektrokimia; Sel Galvani dan Elektrolisis, Persamaan dan Perbedaan


Bidang elektrokimia membahas bagaimana perubahan energi listrik menjadi energ kimia seperti
dalam sel elektrolisis dan perubahan energi kimia menjadi energi listrik dalam sel galvani atau sel volta.
Pada sel elektrolisis, reaksi oksidasi-reduksi yang sebenarnya tidak dapat terjadi secara spontan dapat
terjadi dengan memberikan energi dari luar berupa energi listrik. Di sisi lain, sel galvani merupakan
tempat terjadinya reaksi reduksi-oksidasi yang berlangsung spontan dan menghasilkan energi berupa
energi listrik.
Secara umun sel elektrokimia terdiri atas
1. dua buah elektroda yaitu anoda: tempat terjadinya reaksi oksidasi dan katoda: tempat terjadinya
reaksi reduksi
2. larutan elektrolit
3. penghantar luar/sirkuit luar yang merupakan media tempat mengalirnya elektron dari dan ke
dalam sel
Setiap elektroda dan elektrolitnya membentuk reaksi setengah sel yang dihubungkan dengan jembatan
garam. Sebagai contoh, dapat dilihat sel volta atau sel galvani berikut ini.

Sel galvani di atas terdiri atas setengah sel pertama yang terdiri atas elektroda seng (Zn) dan larutan
elektrolit ZnSO4 dan setengah sel kedua yang terdiri atas elektroda Cu dan larutan elektrolit CuSO4.
Kedua setengah sel dihubungkan oleh jembatan garam yang bisa terdiri atas pipa yang beisi garam
KCL jenuh, sedangkan kedua elektroda dihubungkan oleh penghantar luar atau sirkuit luar berupa
perangkat voltmeter.
Pada setengah sel pertama, dapat terjadi reaksi oksidasi sebagai berikut,
Zn → Zn2+ + 2e

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 43


sehingga elektrodanya disebut anoda.

Elektron yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi ini kemudian bergerak sepanjang elektroda Zn. Karena
elektroda ini tempat dihasilkannya elektron, disebut juga elektroda negatif. Elektron bergerak ke sirkuit
luar dan melalui volt meter akan bergerak ke arah elektroda Cu. Pada elektroda Cu, terdapat larutan
elektrolit yang mengandung ion Cu2+ sehingga terjadilah reaksi reduksi pada permukaan Cu,
Cu2+ + 2e → Cu
Karena itu, Cu disebut katoda atau elektroda positif.

Pada anoda, terjadi reaksi oksidasi sehingga konsentrasi ion Zn2+ bertambah. Muatan ion dalam larutan
elektrolit anoda akan disetimbangkan oleh ion Cl- yang terdapat dalam jembatan garam. Sementara itu,
pada larutan elektrolit katoda akan terjadi pengurangan ion Cu2+. Untuk menyeimbangkan muatan, ion
K+ dari jembatan garam akan berdifusi menuju larutan elektrolit katoda.
Secara keseluruhan, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
Zn → Zn2+ + 2e
Cu2+ + 2e → Cu

Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu

Elektrolisis berasal dari kata electro (peristiwa listrik) dan lysis (terurai). Alat atau tempat
terjadinya elektrolisis disebut sel elektrolisis. Di dalam sel ini, terdapat elektroda sebagai penghantar
listrik untuk masuk dan keluar dari zat yang bereaksi. Perpindahan elektron dari dan ke zat yang
bereaksi terjadi pada permukaan elektroda. Zat yang dapat dielektrolisis dapat berupa larutan yang
mengandung ion atau leburan ion. Sebagai contoh, dapat dilihat gambar berikut ini.

Misalkan, larutan eletrolit adalah leburan NaCl. Ion Na+ dalam larutan akan bergerak menuju
katoda; dari power supply dialirkan listrik (elektron), sehingga pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Karena di elektroda mengalir elektron yang berasal dari power supply, elektroda ini disebut juga
elektroda negatif.
Na+ + e → Na
Ion Cl- yang ada dalam leburan bergerak menuju anoda dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi
2 Cl- → Cl2 + 2 e

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 44


Karena elekttroda ini menjadi kutub positif dari power supply, anoda disebut juga elektroda positif.
Elektron yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi akan bergerak kearah sirkuit luar (power supply).
Secara keseluruhan, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
2 Na+ + 2 e → 2 Na
2 Cl- → Cl2 + 2 e
2 Na+ + 2 Cl- → Cl2 + 2 Na

3. 3 Sel Galvani; DGL Sel, Elektroda Pembanding dan Potensial Elektroda Standar
Pengukuran daya gerak listrik (DGL) sel galvani dapat dilakukan dengan cara menghubungkan sel
dengan sirkuit luar berupa volt meter. Agar pengukuran dapat dilakukan dengan teliti, dapat digunakan
1. tahanan pada volt meter tinggi, misalnya sampai 105 ohm
2. valve volt meter (kadang disebut d.c.amplifier)
3. potensiometer
Pengukuran DGL sel dan penentuan potensial standar suatu elektroda, memerlukan dua buah
elektroda yaitu elektroda yang akan ditentukan potensialnya dan elektroda pembanding. Sebagai
elektroda pembanding digunakan elektroda hidrogen standar yang harga potensial elektrodanya
ditetapkan sama dengan nol. Elektroda hidrogen terdiri atas logam platina yang dilapisi platina
berbentuk halus. Logam platina dicelupkan pada larutan yang mengandung ion H + dengan konsentrasi 1
M dan dialirkan gas H2 dengan tekanan 1 atm. Reaksi yang terjadi pada elektroda adalah
2 H+ + 2 e → H 2
Jika elektroda yang akan ditentukan potensial elektroda standarnya dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit yang berkonsentrasi 1 M dan elektroda hidrogen digunakan sebagai pembanding, DGL yang
ditunjukkan merupakan potensial standar elektroda. Misal, jika ingin menentukan potensial standar
elektroda Zn, dibuat sel galvani yang terdiri atas elektroda Zn dan elektroda hidrogen. DGL sel galvani
hasil pengukuran merupakan potensial standar Zn karena potensial standar hidrogen adalah nol.
Potensial standar elektroda dapat dilihat pada tabel berikut; potensial standar ini adalah potensial
ketika elektroda mengalami reaksi reduksi (ada buku yang menyajikan potensial standar elektroda
dalam reaksi oksidasinya).

Setengah reaksi dalam suasana asam, pelarut air EƏ (V)


Li+ + e → Li -3,045
K+ + e → K -2,925
Ba2+ + 2 e → Ba -2,906
Sr2+ + 2 e → Sr -2,888
Ca2+ + 2 e → Ca -2,866
Na+ + e → Na -2,714
Mg2+ + 2 e → Mg -2,363
H2 + 2 e → 2 H- -2,25
Al3+ + 3 e → Al -1,662
Mn2+ + 2 e → Mn -1,185
Zn2+ + 2 e → Zn -0,763
Cr3+ + 3 e → Cr -0,744
Fe2+ + 2 e → Fe -0,44
Cr3+ + e → Cr2+ -0,408
Cd2+ + 2 e → Cd -0,403
Pb SO4 + 2 e → Pb + SO42- -0,359

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 45


PbCl2 + 2 e → Pb + 2 Cl- -0,268
Co2+ + 2 e → Co -0,277
Ni2+ + 2 e → Ni -0,25
Sn2+ + 2 e → Sn -0,136
Pb2+ + 2 e → Pb -0,126
2 H+ + 2 e → H2 0
Pb2+ + 2 e → Pb 0,13
S + 2 H+ + 2 e → H2S 0,142
Sn2+ + 2 e → Sn 0,14
Sn4+ + 2 e → Sn2+ 0,15
Sb2O3 + 6 H+ + 6 e → 2 Sb + 3 H2O 0,152
Cu2+ + e → Cu+ 0,153
SO42- + 4 H+→ H2SO3 + H2O 0,172
AgCl + e → Ag + Cl- 0,222
Cu2+ + 2e → Cu 0,337
SO42- + 8 H+ + 6 e → S + 4 H2O 0,357
H2SO3 + 4 H+ + 4 e → S + 3 H2O 0,450
I2 + 2 e → 2 I - 0,536
MnO4- + e → MnO42- 0,564
O2 + 2 H+ + 2 e → H2O2 0,682
Hg22+ + 2 e → 2 Hg 0,788
Ag+ + e → Ag 0,799
2 Hg2+ + 2 e → Hg22+ 0,92
Pd2+ + 2 e → Pd 0,987
Pt2+ + 2 e → Pt 1,2
O2 + 4 H+ + 4 e → 2H2O 1,229
Cl2 + 2 e → Cl- 1,36
PbO2 + 4 H+ + 2 e → Pb2+ + 2 H2O 1,455
Au3+ + 3 e → Au 1,498

Dengan menggunakan data di atas, potensial sel dapat dihitung. Harga potensial sel dapat digunakan
untuk menentukan apakah reaksi berlangsung atau tidak. Jika E Əsel > 0 reaksi akan berlangsung, EƏsel <
0 reaksi tidak dapat berlangsung dan EƏsel = 0 reaksi berlangsung setimbang dalam keadaan standar.
Untuk sel galvani, EƏsel > 0, sedangkan sel elektrolisis memiliki EƏsel < 0,
EƏsel dapat dihitung dengan menjumlahkan kedua setengah reaksi (reaksi yang terjadi pada satu
elektroda disebut setengah reaksi) atau dapat juga ditulis sebagai penjumlahan E Ə elektroda. Sebagai
contoh, sel galvani dengan anoda Zn dan larutan elektrolitnya Zn SO 4 dan katoda Cu dengan larutan
elektrolitnya Cu SO4. Dari data pada tabel di atas diketahui potensial elektroda,
Zn2+ + 2e → Zn ……….EƏ = -0,763 V
Cu2+ + 2e → Cu ………..EƏ = 0,337 V
Dalam sel galvani, reaksi yang terjadi adalah
Zn → Zn2+ + 2e
Cu2+ + 2e → Cu
sehingga EƏsel = 0,337 V – (-0,763) V = 1,1 V
Secara umum untuk sel galvani EƏsel = EƏkatoda - EƏanoda

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 46


3. 4 Pengaruh Suhu dan Konsentrasi pada Nilai Potensial
Penentuan potensial standar sel dapat dilakukan menggunakan persamaan EƏsel = EƏkatoda - EƏanoda .
Potensial sel yang diperoleh adalah potensial dalam keadaan standar yakni pada temperatur 25oC
dengan konsentrasi elektrolit masing-masing 1 M. Karena sel galvani sering digunakan tidak hanya
pada 25oC dan konsentrasi elektrolit 1 M, Nernst menggambarkan bagaimana hubungan potensial sel
dengan konsentrasi elektrolit dan temperature. Perhatikan persamaan reaksi berikut ini
α A + β B → γ C + δ D, dengan α, β, γ dan δ adalah koefisien stoikiometri reaksi.

Persamaan Nernst adalah


Esel = EƏsel – RT ln [C] γ [D] δ dengan Esel dan EƏsel dalam V.
nF [A] α [B] β
R = konstanta gas 8,314 J/mol.K
T = temperatur (K)
n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi sel
F = tetapan Faraday 96 500 C

Atau, persamaan dapat pula ditulis sebagai berikut


Esel = EƏsel – 2,303 RT log [C] γ [D] δ
nF [A] α [B] β
T = 25 C = 298 K, maka Esel = EƏsel – 0,059 log [C] γ [D] δ
o

n [A] α [B] β

Latihan 1
Tentukanlah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dan katoda serta nilai potensial sel galvani yang
terdiri atas elektroda Co dan Ni dengan larutan elektrolit masing masing memiliki konsentrasi [Co 2+]
0,01 M dan [Ni2+] 0,1 M pada 25oC.
Jawab
Dari tabel Co2+ + 2 e → Co EƏ = -0,277 V
Ni2+ + 2 e → Ni EƏ = -0, 25 V
Jika Ni sebagi anoda reaksi sel ; Co 2+ + 2 e → Co
Ni → Ni2+ + 2 e
Sehingga EƏsel = -0,277 – (-0, 25) = - 0,027 ( EƏsel < 0, reaksi tidak terjadi)
Jika Ni sebagai katoda, reaksi sel
Ni 2+ + 2 e → Ni
Co → Co2+ + 2 e
Ni 2+ + Co → Co2+ + Ni
sehingga EƏsel = -0,25 – (-0, 277) = 0,027 ( EƏsel > 0, reaksi terjadi/spontan).
Oleh karena itu dalam sel galvani yang terdiri atas elektroda Ni dan Co, Ni berfungsi sebagai katoda
dan Co sebagai anoda. Potensial sel pada keadaan 25oC dengan konsentrasi masing masing [Co 2+] 0,01
M dan [Ni2+] 0,1 M adalah Esel = EƏsel – 0,059 log [C] γ [D] δ
n [A] α [B] β
2+ 2+
= 0,027 – 0,059/2 log ([Co ]/[Ni ]) = 0,027 – 0,059/2 log (0,01/0,1) = 0,0565 V

Latihan 2
Tentukanlah potensial sel galvani di atas bila temperatur 50oC.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 47


Jawab
Esel = EƏsel – 2,303 RT log [C] γ [D] δ = EƏsel – 2,303 (8,314)(323) log [C] γ [D] δ =
[A] α [B] β n (96500) [A] α [B] β
= 0,027 – 0,064/2 log (0,01/0,1) = 0,059 V

3. 5 Elektroda
Elektroda yang dikenal secara komersial adalah sebagai berikut,
1. Elektroda logam
Elektroda logam dapat dibuat dari logam murni. Contoh, logam-logam yang terdapat dalam tabel
setengah reaksi sebelumnya.
2. Elektroda gas
Contoh elektroda gas ini adalah elektroda hidrogen dan elektroda klor dengan setengah reaksi
adalah 2 H+ + 2 e → H2 (g) dan elektroda klor Cl2 + 2 e → Cl-.
3. Elektroda logam dengan garam tidak larut
Pada elektroda jenis ini, elektroda reversible dengan anion pada larutan elektrolitnya. Untuk itu,
yang diperlukan adalah memilih logam yang dapat membentuk garam yang tidak larut dalam
anionnya. Sebagai contoh, elektroda Ag/ AgCl. Elektroda Ag dilapisi dengan garam AgCl, akan
terjadi reaksi
AgCl + e → Ag + Cl-
AgCl adalah garam yang memiliki kelarutan sangat kecil. Bila diletakkan pada larutan yang
mengandung anion Cl- , akan terjadi kesetimbangan dengan garamnya sehingga elektroda tidak larut
dalam anionnya. Contoh lain, elektroda Pb/PbSO4 dengan reaksi setengah selnya :
PbSO4 + 2 e → Pb + SO42-
4. Elektroda redoks
Sebagai contoh adalah elektroda
Sn2+, Sn4+| Pt, logam Pt adalah elektrodanya dan terjadi setengah reaksi pada logam Pt;
Sn4+ + 2 e → Sn2+

3. 6 Sel Konsentrasi
Pada sel konsentrasi, digunakan dua elektroda yang sama namun konsentrasi larutan elektrolitnya
berbeda. Contoh, sel yang terdiri atas elektroda Zn dan larutan elektrolit ZnSO4 dengan konsentrasi
yang berbeda, seperti gambar berikut ini.

Pada sel ini, nilai potensian sel dapat dihitung menggunakan persamaan Nersnt;

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 48


Esel = EƏsel – 2,303 RT ln [C] γ [D] δ
nF [A] α [B] β
Karena kedua elektroda adalah sama, EƏsel = 0, sehingga persamaan menjadi

Esel = 0 – 2,303 RT ln [C] γ [D] δ


nF [A] α [B] β
Reaksi yang terjadi di dalam sel adalah
Zn → (Zn2+)1 + 2e …………………… pada anoda
(Zn2+)2 + 2e → Zn …………………… pada katoda
(Zn2+)2 → (Zn2+)1
sehingga Esel pada 250C adalah Esel = 0 – 0,059 log [Zn2+] 1
2 [Zn2+] 2
Agar Esel > 0 , [Zn2+] 1 < [Zn2+] 2

Latihan
Tentukanlah potensial sel yang terdiri atas elektroda Cu dengan konsentrasi larutan elektrolit CuSO4
masing masing 0,1 dan 0,01M pada 500C.
Jawab
Esel = 0 – 2,303 RT log [C] γ [D] δ
nF [A] α [B] β

= 0 – 2,303 (8,314)(323) log [C] γ [D


n (96500) [A] α [B] β
= 0 – 0,064/2 log (0,01/0,1) = 0,032 V

3. 7 Sel Volta
Berdasarkan prinsip galvani dan volta, sekarang ini ada tiga macam sel, yaitu
1. Sel primer
Pada sel primer, setelah salah satu komponen elektroda habis terpakai, sel tidak dapat lagi berfungsi
menghasilkan energi listrik dan hasil reaksi ini tidak dapat diubah kembali menjadi pereaksi. Pada
sel jenis ini, sel dapat berbentuk kering dan basah. Beberapa sel primer adalah
a. sel kering, dapat dilihat pada gambar baterai berikut ini

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 49


Anoda : Zn → Zn2+ + 2e
Katoda; 2NH4+ + 2 e → NH3 + H2
H2 + 2 MnO2 → Mn2O3 + H2O
Zn + 2NH4+ + 2 MnO2 → Zn2+ + 2NH3 + Mn2O3 + H2O
b. Sel kering alkali
Anoda : Zn + 2OH- → ZnO + H2O + 2 e
Katoda; H2O + 2 MnO2 + 2e → Mn2O3 + 2OH-
c. Sel bervoltase tetap
Anoda : Cd → Cd2+ + 2e
Katoda; Hg22+ + 2e → 2 Hg
d. Baterai perak oksida
Anoda : Zn + 2OH- → Zn(OH)2(s) + 2 e
Katoda; Ag2O + H2O + 2e → 2 Ag + 2OH-
e. Sel merkuri
Anoda : Zn + 2OH- → ZnO + H2O + 2 e
Katoda; HgO + H2O + 2e → Hg + 2OH-
f. Sel konsentrasi, seperti contoh yang sudah dibahas.
g. Sel daniell seperti contoh yang sudah dibahas.

2. Sel sekunder
Pada sel sekunder, reaksi yang terjadi adalah reversibel sehingga hasil reaksi bisa dikembalikan
menjadi pereaksi dengan memberikan potensial tertentu (diisi ulang/recharge). Sel ini sering juga
disebut dengan sel penyimpan. Beberapa sel sekunder adalah
a. sel penyimpan timbal/aki
Anoda : Pb + HSO4- → PbSO4 + H+ + 2 e
Katoda; PbO2 + 3 H+ + 2 e + HSO4- → PbSO4 + 2 H2O
b. sel Edison
Anoda : Fe + 2OH- → Fe(OH)2(s) + 2 e
Katoda; Ni2O3 + 3 H2O + 2 e → 2 Ni(OH)2 + 2 OH-
c. sel Nicad (nikel-cadmium)
Anoda : Cd + 2OH- → Cd (OH)2(s) + 2 e
Katoda; Ni2O3 + 3 H2O + 2 e → 2 Ni(OH)2 + 2 OH-

3. Sel bahan bakar


Pada sel bahan bakar, pereaksi dialirkan melalui elektroda sehingga sel dapat bekerja secara
berkesinambungan yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektroda yang digunakan
umumnya adalah sama, misalnya elektroda karbon yang berpori, elektroda nikel.

Pada elektroda ini terjadi reaksi;

Anoda (misal pasta karbon) ; 2 H2 + 4 OH- → 4 H2O + 4 e


Katoda (misal pasta karbon) ; O2 + 2 H2O + 4 e - → 4 OH-
2 H2 + O2 → 2 H2O

Cara kerja sel bahan bakar dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 50


3. 8 Korosi
Korosi yang terjadi pada logam adalah apabila logam membentuk sel galvani dan logam yang berperan
sebagai anoda pada sel galvani akan mengalami korosi (terurai). Pasangan galvani yang dapat terjadi
pada logam adalah
1. sel komposisi
Sel komposisi terjadi pada bahan yang terdiri atas dua logam. Contoh, baja (Fe) yang
digavanisasi/dilapis dengan seng (Zn). Bila dilihat dari harga potensial elektrodanya,
Zn2+ + 2e → Zn …….EƏ = -0,763 V
Fe2+ + 2e → Fe …….. EƏ = -0,44 V
Kedua logam akan membentuk pasangan galvani dengan Zn berperan sebagai anoda dan Fe sebagai
katoda. Bila Fe terekspos ke udara terbuka, Fe tidak akan pernah terkorosi karena Fe selalu sebagai
katoda. Sebaliknya, bila digunakan timah putih (Sn) sebagai pelapis, setengah reaksinya adalah
sebagai berikut
Fe2+ + 2e → Fe ……..EƏ = -0,44 V
Sn2+ + 2e → Sn …….EƏ = 0,14 V
Pada pasangan ini, Fe bertindak sebagai anoda pada pasangan galvani sehingga Fe akan teroksidasi
bila terekspos ke udara terbuka. Pada Fe/baja yang digalvanisasi dengan Sn (katoda), Fe tidak akan
terkorosi selama Fe terlindungi oleh Sn. Bila ada bagian baja yang Sn-nya terkelupas, di sini terjadi
korosi pada Fe. Contoh sel komposisi lainnya adalah skrup baja dalam perkakas perkapalan yang
terbuat dari kuningan (Cu + Zn). Pada pasangan Fe-Zn, Zn dapat berperan sebagai anoda sehingga
Fe tidak terkorosi. Pada pasangan lain, Fe-Cu, Fe berperan sebagai anoda (terkorosi).
Zn2+ + 2e → Zn …….EƏ = -0,763 V
Cu2+ + 2e → Cu …….EƏ = -0,34 V

Timah patri (Pb-Sn) di sekitar kawat tembaga, setengah reaksi selnya,


Sn2+ + 2e → Sn …….EƏ = 0,14 V
Pb2+ + 2e → Pb …….. EƏ = 0,13 V
sehingga Cu berperan sebagai anoda (terkorosi) dan Pb serta Sn sebagai katoda.

Pada poros baling-baling baja pada bantalan perunggu (Cu + Sn), pasangan galvaninya adalah Cu-
Fe, Fe berperan sebagai anoda dan pada Sn-Fe, Fe juga berperan sebagai anoda (poros baja akan
mudah terkorosi).

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 51


Pada pipa baja yang disambungkan dengan pipa tembaga, Fe bersifat sebagai anoda dan tembaga
sebagai katoda sehingga Fe atau pipa baja dapat terkorosi.
2. sel tegangan
Sel tegangan dapat terjadi pada batas butir karena batas butir mempunyai energi yang berbeda
(potensial yang berbeda) sehingga pada batas butir dapat terbentuk pasangan galvani.
3. sel konsentrasi
Logam tunggal masih bisa mengalami korosi apabila logam diekspos pada lingkungan yang
memiliki konsentrasi elektrolit berbeda sehingga terbentuklah sel konsentrasi. Pada sel konsentrasi,
sel galvani terjadi bila konsentrasi elektrolit berbeda dan yang berperan sebagai anoda adalah
elektroda yang memiliki konsentrasi elektrolit lebih rendah. Pada sel konsentrasi ini, elektroda
(logam) yang memiliki konsentrasi elektrolit (mis O2, H2O) yang rendah berperan sebagai anoda.
Contoh, korosi pada baja paling sering terjadi di tempat retakan/celah atau kotoran pada permukaan.
Karena konsentrasi O2, dan H2O di daerah ini rendah, baja di daerah ini berperan sebagai anoda.
Keadaan makin parah jika terbentuk kerak/karat sehingga perbedaan konsentrasi O2, dan H2O pada
permukaan baja akan makin besar. Baja yang tertutup kerak akan makin mudah/cepat
teroksidasi/terkorosi.
Reaksi pembentukan karat;
Fe → Fe2+ + 2 e
½ O2 + H2O + 2e → 2OH-

Fe + ½ O2 + H2O + 2e → Fe (OH)2
Endapan Fe (OH)2 akan bereaksi dengan O2 dan H2O, sesuai dengan reaksi berikut ini

Fe (OH)2 + O2 + H2O → Fe2O3 x H2O (karat)

Korosi dapat dicegah sama sekali dengan meniadakan elektrolit. Namun, keadaan ini sulit atau praktis
tidak dapat diciptakan. Untuk melindungi logam dari peristiwa korosi, dapat dilakukan dengan

1. memberi lapisan pelindung pada logam


Memberi lapisan pelindung pada logam merupakan cara perlindungan yang paling mudah dan
sederhana untuk dilakukan. Beberapa pelindung yang biasa digunakan adalah cat, minyak/gemuk,
galvanisasi (melapisi dengan Zn dengan cara mencelupkan baja kedalam Zn cair). Bahan keramik
inert seperti oksida serbuk yang dicairkan sehingga menyerupai lapisan seperti kaca, dapat pula
digunakan sebagai pelapis. Cara melapisi logam lainnya adalah dengan cara penyepuhan. Misalnya,
baja disepuh dengan logam lain yang bersifat katodik seperti nikel, tembaga, dan perak, melalui
elektrolisis. Sherardizing adalah cara pelapisan yang menggunakan PO43- yang diadsorpsi pada
permukaan baja. Pada tabel berikut ini, dapat dilihat jenis pelapis yang dapat digunakan untuk
melindungi logam dari korosi serta kelebihan dan kekurangan bahan pelapis tersebut.

Jenis Contoh Kelebihan Kekurangan


Organik Cat, Mudah pengerjaannya, Dapat teroksidasi, lunak,
minyak/gemuk/oli murah, fleksibel suhu pemakaian terbatas,
larut dalam pelarut organik
Logam Logam yang lebih Penghantar panas, tidak larut Bila tergores dapat
katodik dalam pelarut organik, membentuk pasangan
bentuknya bisa fleksibel galvani

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 52


Keramik Lapisan oksida Tahan suhu tinggi, keras, Getas, isolator panas
enamel seperti gelas tidak membentuk sel dengan
logam yang dilapisi

2. menghindari terjadinya sel galvanik


Cara mudah untuk menghindari sel galvanik adalah dengan menggunakan satu jenis logam saja.
Namun, hal ini kadang-kadang sulit sekali dilakukan karena harga produk atau benda kerja akan
mahal sekali. Cara lain adalah dengan merekayasa paduan logam (campuran dan komposisi) seperti
yang dilakukan pada baja tahan karat. Pada baja tahan karat, dicampurkan krom, dan nikel yang
bersifat lebih katodik dari pada besi.
Di samping itu, dapat juga dilakukuan pengurangan konsentrasi karbon pada baja karbon dan
menambahkan unsur pembentuk karbida seperti titanium, niobium dan tantalum. Logam-logam ini
lebih mudah membentuk karbida dengan karbon sehingga karbida besi yang menyebabkan
terbentuknya pasangan galvanik pada antarbutir tidak terjadi. Karbida logam logam ini tidak
menimbulkan pasangan galvani pada batas antarbutir.

3. mengadakan proteksi galvanik


Korosi (terbentuknya pasangan galvani) dapat pula dicegah dengan membentuk pasangan galvani
yang baru. Logam yang akan diproteksi menjadi katoda pada pasangan galvani yang baru ini.
Contoh, menempelkan lempengan Mg yang sangat anodik pada pipa baja, sehingga Fe/baja
berperan sebagai katoda, batangan Mg pada tanki air panas sehingga Mg berperan sebagai anoda,
lempengan Zn pada badan kapal sehingga Zn berperan sebagai anoda, dan memberi beda tegangan
yang tidak terlalu besar (membentuk sel elektrolisis) sehingga pipa baja menjadi katoda.

3. 9 Elektrolisis
Sel elektrolisis terdiri atas elektroda, elektrolit, sirkuit luar sebagai sumber energi. Pemilihan
besaran energi listrik yang akan digunakan adalah sedemikian sehingga elektrolisis dapat terjadi.
Karena itu, untuk terjadinya elektrolisis, diperlukan potensial minimal sebesar penjumlahan potensial
lebih dan potensial jika membentuk sel galvani.
1. Adanya beda potensial antara elektroda elektroda menyebabkan ion bergerak menuju elektroda dan
bereaksi dielektroda menghasilkan beda potensial. Agar elektrolisis dapat terjadi, beda potensial
yang diberikan adalah minimal dapat mencegah terbentuknya sel galvani. Contoh adalah reaksi
setengah sel berikut ini.

O2 + 4 H+ + 4 e → 2H2O EƏ = 1,23 V
2 H+ + 2 e → H 2 E Ə = 0 V

Jika terbentuk sel galvani, pada katoda akan terbentuk H2O dan pada anoda terbentuk ion H+. Jika
yang diinginkan adalah terbentuknya H2 pada katoda dan terurainya H2O membentuk O2 pada
anoda, sirkuit luar haruslah memberikan energi sebesar minimal 1,23 V ke sirkuit dalam.

2. Diperlukannya potensial tambahan/lebih agar proses tidak spontan dapat terjadi. Besarnya potensial
lebih merupakan energi pengaktifan bagi reaksi-reaksi pada elektroda. Besarnya potensial lebih
yang harus diberikan bergantung pada jenis reaksi pada elektroda yang diperlihatkan oleh jenis gas
yang terbentuk, seperti pada tabel berikut ini.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 53


Gas yang timbul Elektroda Potensial lebih (V)
H2 Platina 0,03
O2 Platina 0,44
H2 Perak 0,15
O2 Perak 0,45
H2 Perak 0,78
O2 Grafit 0,37
Cl2 Platina 0,7

Umumnya, elektrolisis dilakukan dengan cara melarutkan elektrolit didalam air sehingga terjadi
persaingan reaksi oksidasi dan reduksi antara elektrolit yang akan diendapkan dan air. Sebagai contoh
adalah larutan NaCl encer. Jika larutan NaCl dielektrolisis, terjadi persaingan antara ion Cl- dan H2O
pada anoda

Anoda; 2 Cl- → Cl2 (g) + 2e EƏ = -1,36 V


2H2O → O2 + 4 H+ + 4 e EƏ = -1,23 V

Pada katoda, terjadi persaingan reaksi reduksi antara Na+ dan H2O. Setengah reaksi masing masing
adalah sebagai berikut

Katoda ; Na+ + e → Na EƏ = -2,714 V


H2O + 2 e → H2 + 2 OH- EƏ = -0,83 V

Hasil eksperimen menunjukkan yang tereduksi di katoda adalah H2O dan yang teroksidasi di
permukaan anoda adalah H2O. Hal ini dapat dijelaskan dari harga potensial yang harus diberikan
kepada sel elektrolisis.

Jika yang teroksidasi adalah Cl- dan yang tereduksi adalah Na+ , potensial yang harus diberikan agar
reaksi dapat terjadi adalah 1,36 + 2,714 = 4.074 V. Bila yang teroksidasi dan tereduksi H2O, potensial
yang harus diberikan adalah = 1,23 + 0,83 = 2,06 V. Bila yang teroksidasi Cl- dan yang tereduksi
H2O, potensial yang harus diberikan = 1,36 + 0,83 = 2,19. Bila yang teroksidasi adalah H2O dan yang
tereduksi Na+ , potensial yang harus diberikan = 1,23 + 2,714 = 3.944 V. Dari pengandaian yang
dibuat ini terlihat bahwa potensial terkecil yang harus diberikan pada elektrolisis adalah 2,06 V
dengan H2O mengalami oksidasi dan reduksi pada anoda dan katoda.

Berdasarkan hal tersebut, untuk elektrolisis yang memiliki persaingan reaksi reduksi dan oksidasi
antara elektrolit dan pelarut, reaksi reduksi yang terjadi pada katoda adalah yang memiliki potensial
elektroda lebih besar dan yang mengalami reaksi oksidasi pada anoda adalah yang memiliki
potensial elektroda reaksi reduks-nyai yang lebih kecil.

Latihan
Pada elektrolisis, larutan CrCl3 menggunakan elektroda platina, zat apakah yang terbentuk pada anoda
katoda dan berapakah beda potensial minimal yang harus diberikan?
Jawab
CrCl3 akan terurai dalam air membentuk ion Cr 3+ dan Cl-. Ion-ion ini akan bersaing dengan
pelarutnya (H2O) dalam elektrolisis.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 54


Anoda
2 Cl- → Cl2 (g) + 2e (Cl2 (g) + 2e → 2 Cl- EƏ = 1,36 V)
2H2O → O2 + 4 H+ + 4 e (O2 + 4 H+ + 4 e → 2H2O EƏ = 1,23 V)
Katoda
Cr3+ + 3 e → Cr EƏ = -0,744 V
H2O + 2 e → H2 + 2 OH- EƏ = -0,83 V

Dari data terlihat bahwa pada anoda terjadi reaksi ion yang memiliki potensial elektroda yang paling
kecil yaitu H2O sehingga pada anoda terbentuk gas O2, sedangkan pada katoda terjadi reduksi ion
yang memiliki potensial elektroda yang lebih besar yaitu Cr 3+ sehingga pada anoda terbentuk endapan
Cr. Beda potensial minimal yang harus diberikan = 1,23 + 0,744 + 0,44 (potensial lebih)
= 2,414 V.

Beberapa contoh proses elektrolisis yang dilakukan di industri adalah


1. ekstraksi logam logam seperti Al, Na, K, Mg, Zn, Ca
2. pemurnian tembaga
3. produksi NaOH dan Cl2 dari larutan NaCl
4. pelapisan baja dengan Cr, Ni, Sn
5. penyepuhan logam dengan emas dan perak
6. pengisian (recharge) aki
7. pelapisan aluminium dengan aluminium oksida

Beberapa contoh elektrolisis dan reaksinya dapat dilihat pada tabel berikut

Elektrolit Elektroda Reaksi


NaCl leburan Anoda: Karbon Anoda: 2 Cl- → Cl2 (g) + 2e
Katoda: Baja Katoda: Na+ + e → Na
NaCl encer Anoda: Karbon Anoda: 2H2O → O2 + 4 H+ + 4 e
Katoda: Baja Katoda: H2O + 2 e → H2 + 2 OH-
NaCl pekat Anoda: Karbon Anoda: 2 Cl- → Cl2 (g) + 2e
Katoda: Baja Katoda: H2O + 2 e → H2 + 2 OH-
NaOH (aq) Anoda: Karbon Anoda: 4 OH- → 2H2O + O2 + 4 e
Katoda: Baja Katoda: 4 H2O + 4 e → 2 H2 + 4 OH-
H2SO4 (aq) Anoda: platina Anoda: 2H2O → O2 + 4 H+ + 4 e
Katoda: platina Katoda: 2H+ + 2 e → H2
Cu SO4 (aq) Anoda: Karbon Anoda: H2O → ½ O2 + 2 H+ + 2 e
Katoda: Karbon Katoda: Cu2+ + 2 e → Cu
Cu SO4 (aq) Anoda: tembaga Anoda: Cu → Cu2+ + 2 e
Katoda: tembaga Katoda: Cu2+ + 2 e → Cu
Al2O3 Anoda: Karbon Anoda: 3 (2O2- → O2 + 4 e)
Katoda: Aluminium Katoda: 2 (Al3+ + 3 e → Al)

Michael Faraday menemukan efek kuantitatif dari elektrolisis. Misalkan, pada katoda mengendap ion
Mn+ dengan reaksi reduksi sebagai berikut;
Mn+ + n e → M

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 55


Bila m adalah massa yang mengendap pada katoda, mol Mn+ yang mengendap = m/Ar
Elektron yang dibutuhkan = n/1 x m/Ar (mol),
Muatan 1 mol elektron = 96 500 C, maka muatan elektron yang dibutuhkan= Q
= n/1 x m/Ar (mol) x 96 500 C
Q = i x t, dengan i = arus (Amper) dan t = waktu elektrolisis (detik)

sehingga m = Q x Ar = i x t x Ar
n x 96 500 n x 96 500
Latihan 1
Arus sebesar 1 A dialirkan selama 3 jam 40 menit untuk mengendapkan Cu dari larutan CuSO 4 pada
katoda sebanyak 4.3 gr (Ar Cu = 63.5 gr/mol). Hitunglah muatan 1 mol elektron.
Jawab
Waktu yang terpakai = 3 jam 3600 detik/jam + 40 menit 60 detk/menit = 13 200 detik
Muatan elektron total = 13 200 dtk x 1 A = 13 200 C
Mol Cu yang mengendap = 4.3/63.5 = 0,0677 mol
Mol elektron = 2/1 x 0,0677 mol = 2/1 x 0,0677 mol x 6.02 1023 elektron/mol = 0,815 1023 elektron
Elektron ini memiliki muatan 13 200 C, sehingga muatan 1 elektron
= 13 200 C/0,815 1023 elektron = 1,62 10-19 C

Latihan 2
Dengan arus 12 A, air dielektrolisis selama 1,5 jam. Hitunglah volume gas yang dihasilkan pada 25 oC
dan tekanan 1 atm pada masing-masing elektroda.
Jawab
Anoda ; 2H2O → O2 + 4 H+ + 4 e
Katoda ; 2H2O + 2 e → H2 + 2 OH-
Muatan selama 1,5 jam, arus (i) =12 A = 1,5 jam x 3600 dtk/jam x 12 A = 64 800 C
= 64 800 C/96 500 C/mol = 0,672 mol.
Pada anoda terbentuk O2 = ¼ x 0,672 mol x 0,082 l atm/mol K x 298 K/1 atm = 4.105 L
H2 yang terbentuk pada katoda = ½ x 0,672 mol x 0,082 l atm/mol K x 298 K/1 atm = 8.21L

3. 10 Rangkuman
Dalam elektrokimia, terdapat dua jenis sel yaitu; sel galvani dan sel elektrolisis. Reaksi oksidasi
terjadi pada anoda dan reaksi reduksi terjadi pada katoda. Pada sel galvani, reaksi sel berlangsung
spontan, Esel > 0 sehingga pada sel galvani dihasilkan energi listrik karena adanya reaksi kimia. Pada
sel elektrolisis, reaksi sel berlangsung tidak spontan, Esel<0 sehingga pada sel elektrolisis dibutuhkan
energi listrik agar reaksi kimia dapat terjadi. Pada sel galvani, anoda merupakan kutub negatif dan
katoda kutub positif dan pada sel elektrolisis katoda adalah kutub/elektroda negatif sedangkan anoda
adalah kutub positif.

Elektroda memiliki potensial yang dibandingkan terhadap potensial elektroda hidrogen, sehingga
potensial sel dapat dihitung. Potensial sel merupakan fungsi konsentrasi elektrolit dan temperatur,
sesuai dengan persamaan Nersnt.
α A + β B → γ C + δ D, dengan α, β, γ dan δ adalah koefisien stoikiometri reaksi
Esel = EƏsel – RT ln [C] γ [D] δ
nF [A] α [B] β
Sel yang memiliki elektroda sama namun konsentrasi larutan elektrolit berbeda disebut sel

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 56


konsentrasi. Pada sel konsentrasi EƏsel = 0.

Sel galvani digunakan sebagai penghasil energi listrik seperti pada aki, baterai dan sel bahan bakar.
Fenomena korosi yang terjadi pada logam merupakan pembentukan sel galvani/sel komposisi
maupun sel konsentrasi. Mengatasi terbentuknya sel galvani pada logam adalah dengan melakukan
pelapisan (organic, logam, dan keramik), membuat paduan logam dengan menambahkan logam lain
yang bersifat katodik, dan secara berkala membersihkan benda kerja dari kotoran, dan karat. Di
samping itu, dapat pula dilakukan perlindungan dengan cara menempelkan logam yang lebih anodik
pada logam yang diproteksi serta memberi potensial yang dapat mendorong terjadinya reaksi
sebaliknya pada sel galvani atau membentuk sel elektrolisis.

Sel elektrolisis banyak digunakan untuk pelapisan logam dengan tujuan mengendalikan korosi. Hal
yang harus diperhatikan dalam sel elektrolisis adalah beda potensial yang harus diberikan agar
elektrolisis dapat berlangsung, zat apa saja yang tereduksi dan mengendap serta perhitungan
kebutuhan arus listrik yang digunakan, jumlah zat yang dihasilkan, dan waktu yang dibutuhkan dalam
elektrolisis.

3. 11 Soal Latihan
1. Suatu sel galvani terdiri atas elektroda Zn dan Pb. Jika Ar Zn = 65 gr/mol dan Pb = 207 gr/mol
a. tuliskan reaksi pada anoda dan katoda
b. tulis reaksi sel
c. hitung potensial sel standar
d. hitung potensial sel jika [Pb2+] = 0,004 M dan [ Zn2+] = 0,4 M
e. hitung massa anoda yang melarut jika sel menghasilkan arus sebesar 1 mA selama 12 minggu
2. Hitunglah DGL/potensial sel yang terdiri atas elektroda Cr yang dicelupkan kedalam larutan Cr 3+
dengan konsentrasi 0,5 M dan elektroda Zn yang dicelupkan kedalam larutan Zn2+ dengan
konsentrasi 0,05 M. Elektroda mana yang menjadi katoda?
3. Reaksi suatu sel galvani adalah sebagai berikut
Zn + Cl2 → Zn2+ + Zn2+ + 2 Cl-
Hitunglah waktu yang diperlukan agar sel tersebut menghabiskan 30 gr Zn dan menghasilkan arus
0,1 A.
4. Suatu aki dengan reaksi pada anoda adalah: Pb + HSO4- → PbSO4 + H+ + 2 e
Aki tersebut mempunyai kapasitas 150 A-jam (aki dapat menghasilkan arus 150 A selama 1 jam
atau menghasilkan arus 1 A selama 150 jam). Berapa gram Pb yang habis bereaksi sesuai dengan
kapasitas aki?
5. Suatu baja karbon akan dilapisi dengan menggunakan larutan Cr 3+ dan sebagai anoda adalah baja
dan anoda adalah karbon. Jika diinginkan ketebalan lapisan Cr pada baja karbon berukuran 10 x
20 x 2 cm3 adalah 1 mm, tentukanlah waktu yang diperlukan jika digunakan arus sebesar 1 A.
Diketahui ρ Cr = 7,2 gr/ cm3 dan Ar Cr = 52 gr/mol
6. Hitunglah arus yang diperlukan untuk mengendapkan Cr setebal 0.1 mm pada permukaan plat
baja yang memiliki ukuran luas permukaan 1 m2 , dan tebal 0,05 m dalam 25 menit dari larutan
yang mengandung H2Cr2O4.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 57


3. 12 Referensi
1. Humilton, Brady,1982, General Chemistry, Principles and Structure, willey international edition
2. Tupamahu, MS dan Achmad, Hiskia,1992, Elektrokimia dan Kinetika, Larutan, PT Citra Adyria
Bakti
3. Dogra, S K dan Dogra, S, 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, Jakarta, UI
4. Van Vlack , Lawrence H, 1983, Ilmu dan Teknologi Bahan, Erlangga

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 58

Anda mungkin juga menyukai