Anda di halaman 1dari 30

BAB 6

ELEKTROKIMIA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari elektrokimia mahasiswa diharapkan dapat :
 Menjelaskan sel elektrolit ;
 Menjelaskan pengertian potensial standar ;
 Menjelaskan perbedaan sel elektronis dengan sel volta ;
 Menghitung jumlah zat yang di hasilkan selama elektrolisis ;
 Menerapkan proses elektrolisis pada pelapisan dan pemurnian logam di industri ;
 Menjelaskan cara menghantar atau mencegah terjadinya korosi pada logam.

6.1. Sel elektrolit


Air murni praktis tidak menghantarkan arus listrik,tetapi jika asam, basa, atau garam
dilarutkan di dalamnya, larutan yang dihasilkan bukan saja menghantarkan arus listrik, tetapi
juga mengalami perubahan kimia. Seluruh proses ini disebut elektrolisis.

Sumber arus

anode katode

Gambar 6.1 sel elektrolit

Gejala yang terjadi selama elektrolisis, dapat dipelajari dalam sel elektrolisis pada
gambar 6.1. Larutan elektrolit dimasukkan ke dalam bejana, dua buah penghantar, misalnya
logam yang disebut elektroda dicelupkan. Dengan bantuan aki atau sumber arus searah
lainnya, diberi perbedaan potensial antara kedua elektroda tersebut.
Elektroda dengan muatan negatif disebut katoda, sedangkan yang bermuatan positif
disebut anoda. Perubahan kimia yang terjadi selama elektrolisis dapat dilihat di sekitar
elektroda. Perubahan ini umumnya, hanyalah merupakan peruraian sederhana.
Misalnya, suatu larutan encer asam klorida dielektrolisis diantara elektroda platina, gas
hydrogen dilepaskan pada katoda, dan gas klor dibebaskan pada anoda. Konsentrasi asam
klorida dalam larutan akan berkurang. Hal ini mudah diperlihatkan, bahwa elektrolisis selalu
disertai perpindahan bahan dalam suatu sel elektrolisis.
Contoh lain, suatu larutan tembaga sulfat yang berwarna biru dan larutan kalium
dikromat yang berwarna jingga dicampur dalam konsentrasi yang ekuimolal, diperoleh larutan
kecoklat – coklatan. Larutan ini dimasukkan ke dalam sel elektrolisis berbentuk – U dan
diatasnya dituangi lapisan asam sulfat encer yang tidak berwarna pada setiap sisi, seperti
ditunjukkan pada gambar 6.2.
Jika larutan ini dielektrolisis, larutan yang tadinya tidak berwarna di dekat katoda
perlahan – lahan menjadi biru, sedangkan larutan yang dekat anoda menjadi jingga. Warna
biru berkaitan dengan tembaga dan warna jingga dengan kromat. Hal ini dapat dikatakan
bahwa tembaga bergerak ke arah katoda dan dikromat bergerak ke arah anoda selama
elektrolisis
d.c. (arus searah)

Pt Pt

H2SO4 H2SO4
2+
Biru (Cu ) Jingga (Cr2O72-)

Coklat (CuSO4 + K2Cr2O7)

Gambar 6.2 sel elektrolit berbentuk -U


Karena gerakan seperti ini hanya dapat di capai dengan elektrolitis, jelas bahwa
partikel bergerak arah salah satu elektroda, haruslah bermuatan, dan muatan ini harus
berlawanan dengan elektroda kearah partikel tersebut bergerak. Perpindahan partikel
demikian adalah akibat gaya tarik elektroda, yang timbul ketika arus di alirkan. Jadi partikel
hidrogen atau tembaga, yang bergerak kearah katoda, harus bermuatan positif, sedangkan
partikel klor atau dikromat harus bermuatan negatif.
Faraday menamakan patikel yang bermuatan dalam elektrolit adalah ion. Ion yang
bermuatan positif di sebut kation, sedngkan ion yang brmuatan negative disebut anion. Secara
umum, dapat dikatakan bahwa larutan elektrolit tidak mengandung molekul netral, seperti
pada larutan non elektrolit, terdiri atas ion – ion. Kation dan anion terdapat dalam jumlah
ekivalen, dan terdispersi merata

6.2. Potensi standar


Dalam suatu sel, selisih potensial antara kedua elektroda dapat diukur. Jika aliran
arus dapat diabaikan, selisih potensial ini dalah sama dengan gaya gerak listrik (e.m.f) sel.
E.m.f. inidapat dianggap sebagai harga mutlak dari selisih dua potensial , E1 dan E2.
e.m.f. = | E1 – E2 |
selisih potensial yang terbina antara logam logam dengan suatu larutan garamnya akan
tergantung pada sifat dasar logam itu dan pada konsentrasi ion dalam larutan. Untuk suatu
elektroda logam dengan reaksi elektroda:
Me Men+ + ne-
Pontensial elektroda E dapat di nyatakan sebagai :
RT RT
E = E + — In a
o
Me
n+
~ =E + —
o
In[ Me n+ ]
nF nF

Dengan aktifivitas a Men+ dapat di gantikan dengan kosentrasi logam[ Me n+ ]. Persamaan ini di
sebut persamaan Nernt.
Tetapan gas dinyatakan dengan suatu yang sesuai, misalnya R = 8,314 JK -1 mol -1
Bilangan Faraday ( F ) = 9.6487 x 104 C mol -1 ; T adalah temperature untuk mutlak ( K ).
Eo adalah potensial standar, suatu tetapan potensial logam.
Untuk menentukan potensial standar masing – masing logam di perlukan elektroda
standar, sebagai dasar pebanding untuk semua potensial dasar. Dalam praktek elektroda
stabdar yang di gunakan sebagai standar perbanding adalah elektroda hydrogen standar
Elektroda hidrogen standar dengan tekanan 1,0133 x 10 5 Pa aqtau 1 atm, yang berada
dalam kesimbangan dengan ion hydrogen yang beraktivitas 1 . Secara sembarang potensial
elektroda ini diambil berharga nol. Semua potensial elektroda kemudian di hitung pada skala
hydrogen ini.

Gambar 6.3 .Sel elektroda hidrogen standar


Sel elektroda seperti gambar 6.3 terdiri atas lembaran platina yang dilapisi platina
hitam dengan suatu proses elektrolisasis, dicelupkan dalam suatu larutan asam klorida yang
aktivitas ion hydrogen nya adalah suatu. Dalam praktek dapat digunakan suatu campuran
antara 1000 g air dan1.184 mol hydrogen klorida. Gas hydrogen pada tekanan 1 atm
dilewatkan pada lembaran tersebut.
Gas dimasukan lewat pipa C dan keluar melalui lubang – lubang B di sekitar lubang A.
Dengan demikian, lembaran platina dijaga tetap jenuh dengan gas.
Gas hydrogen yang di gunakan harus betul – betul murni dengan mengalirkan nya lewat
larutan KMnO4 dan AgNO3. Hubungan antara lembaran platina dengan rangkaian luar lewat
merkuri dalam D.
Platina hitam mempunyai sifat luar biasa dalam menyerap hydrogen dalam jumlah
besar, dan memungkinkan peribahan dari gas ke ion dan sebaliknya tampa hambatan
2H + + 2e- <=> H2
Elektoda ini berperilaku seakan – akan seluruhnya terdiri atas hydrogen, yaitu sebagai suatu
elektroda uidrogen.
Dengan menghubungkan elektrodan ini lewat jembatan garam ke sebuah elektroda
yang potensialnya tidak diketahui,diperoleh sel galvanic, dan e.m.f yang diukur akan sama
dengan potensial elektroda yang dihubungkan. Tanda aljabarnya akan sama dengan polaritas
elektroda tersebut dalam sel itu. Pengukuran potensial dengan elektroda hydrogen standar
harus ditunggu agar system mencapai kesetimbangan selama 30-60 menit sebelum
pengukuran final diambil.
Persamaan Nernst nampak bahwa potensial elektroda logam yang dicelupkan dalam
larutan ion-ionnya, bergantung pada konsentrasi atau aktivitas ion-ion tersebut. Jika aktivitas
ion dalam larutan tersebut satu atau 1 mol per liter, maka rumus menjadi : E = E o. Jadi,
potensial elektroda menjadi sama dengan potensial elekrtoda standar itu sendiri. Pontesial
elektroda standar dapat didefinisikan sebagai e.m.f. yang dihasilkan bila setengah sel yang
terdiri atas unsure tersebut yang dicelupkan dalam larutan ionnya yang aktivitasnya satu,
dihubungkan dengan sebuah elektroda hydrogen standar. Tanda potensial ini adalah sama
dengan polaritas elektroda dalam gabungan tersebut.
Tabel 6.1 memaparkan harga-harga potensial standar untuk elektroda logam. Pada
table ini logam disusun menurut potensial standarnya diawali dengan nilai negatif dan
berakhir dengan nilai positif. Tabel ini merupakan deret elektroda logam-logam, makin
negatif potensial suatu logam, makin besar kecenderungannya untuk melarut menjadi ion, dan
sebaliknya. Suatu logam dengan potensial lebih negatif akan mengeser logam di bawahnya
dari larutan garamnya. Jadi, magnesium, aluminium, seng, dan besi semuanya akan
menggantikan tembaga dari larutannya.
Timbal akan mengeser tembaga, merkuri atau perak. Tembaga akan menggeser
perak, merkuri, dan seterusnya. Logam dengan potensial standar negatif akan menggantikan
hydrogen. Logam dengan potensial standar positif hanya dapat larut dalam asam yang bersifat
pengoksidasi, seperti asam nitrat HNO3.
Potensial elektoda standar merupakan ungkapan kuantitatif dari unsur untuk
melepaskan elektroda. Oleh karena itu, potensial elektroda standar merupakan kekuatan suatu
logam sebagai pereduksi. Makin potensial elaktroda suatu logam negative makin kuat
produksinya.
Tabel 6.1 Potensial standar elektroda logam pada 25o.

Reaksi elektroda Eo Volt Reaksi elektroda Eo Volt


Li + e-
+
Li - 3.04 Zn + 2e-
2+
Zn - 0,76
K+ + e- K - 2.92 Cr3+ + 3e- Cr - 0,74
Ba2+ 2e- Ba -2,90 Fe2+ + 2e- Fe - 0,44
Sr2+ 2e- Sr - 2.89 Cd 2+ + 2e- Cd - 0,40
Ca 2+ + 2e- Ca - 2.87 Co2+ + 2e- Co - 0,28
Na+ + e- Na - 2.71 Ni2+ + 2e- Ni - 0,25
Ce3- + 3e- Ce - 2.48 Sn2+ + 2e- Sn - 0,14
Mg2+ + 2e- Mg - 2,37 Pb2+ + 2e- Pb - 0,13
Th4+ + 4e- Th - 1,90 2H+ + 2e- H2/Pt 0
Be2+ + 2e- Be - 1,85 Cu2+ + 2e- Cu + 0,34
V3+ + 3e- V - 1.80 Hg22+ + 2e- 2Hg - 0,79
Al3+ + 3e- Al - 1.66 Ag+ + e- Ag + 0,80
Mn2+ + 2e- Mn - 1.18 Pd2+ + 2e- Pd + 0,99
Au3+ + 3e- Au + 1,50

6.3. Sel elektrokimia


Sel elektrokimia dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
 Sel volta atau sel galvanic
 Sel elektrosis
Pada sel volt atau sel galvani, energi yang dihasilkan dari reaksi kimia diubah
menjadi energi listrik, sedengkan pada sel elektrosis diperlukan sumber energi listrik searah
untuk menghasilkan reaksi kimia. Pada sel volt, katoda bermuatan positif, sedangkan pada sel
elektrosis, katoda bermuatan negatif. Pada kedua sel elektrokimia tersebut terjadi reaksi
redoks.
Sel volta atau sel galvani terdiri atas dua setengah sel, masing-masing terdiri atas
sebuah elektroda dan elektrolit. Kedua elektrolit dihubungkan dengan suatu jembatan garam.
Jika elektroada disambung dengan kawat, elektroda akan mengalir menurut arah yang
ditunjukan. Gerakan electron dalam kawat menunjukkan suatu arus listrik sedang mengalir.
Arah aliran elektron dalam sel ini dikaitkan dengan arah reaksi yang dilibatkan proses
tersebut.
Secara listrik arah aliran elektron tergantung pada selisih potensiaal antara elektroda.
Elektron akan mengalir dari elektroda negatif lewat kawat ke elektroda positif. Karena itu
besarnya potensial elektroda sangat penting dalam menafsirkan proses oksidasi reduksi secara
kuantitatif.

Gambar 6.4. Sel Galvani atau Sel Volta


Reaksi yang terjadi dalam sel galvani yang ditunjukkan pada gambar 6.4. adalah :
2 Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+ .................(i)
Larutan Timah(II) Klorida dan Besi(III) Klorida, masing-masing diasamkan dengan asam
klorida untuk meningkatkan daya hantar listrik, masing-masing larutan dimasukkan kedalam
gelas piala terpisah A dan B. Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam yang
mengandung NaCl.
Jembatan garam terdiri atas pipa U terbalik yang diisi elektrolit yang menghantar
listrik, seperti kalium klorida atau natrium klorida, dan disumbat dengan kapas kedua
ujungnya mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua larutan tanpa
mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam dipilih yang tidak bereaksi dengan larutan-
larutan yang dihubungkan.
Elektroda lembaran platina dicelupkan ke dalam masing-masing larutan dan
dihubungkan ke sebuah voltmeter V yang bertahanan tinggi. Bila rangkaian dihubungkan
voltmeter akan menunjukkan simpangan sesuai dengan voltase kedua elektroda tersebut. Jika
tahanan dalam pengukur tinggi sehingga tidak ada arus mengalir dalam rangkaian, voltase
terukur sama dengan gaya gerak listrik atau e.m.f. sel. Sebaliknya jika tahanan dalam
rangkaian rendah, arus akan mengalir, sesuai dengan aliran elektron dari elektroda negatif A
ke elektroda positif B.
Pada saat arus mengalir, ion timah(IV) dapat dideteksi dalam larutan A, sedangkan
ion besi(II) dapat dijumpai dalam larutan B. Hal ini menandakan bahwa dalam sel tersebut
berlangsung proses.
Sn2+ Sn4+ + 2e ................... (ii)
Dua elektron diaambil daari elektroda. Kemudian elektron ini dikirim ke elektroda lain,
diaambil oleh ion besi(III).
Oleh kaarena ittu, daalam larutaan B :
2Fe3+ + 2e 2Fe2+ .................. (iii)
Karena jumlah persamaan reaksi (ii) dan (iii) sama dengan (i), akan tampak bahwa
dasar operasi sel galvani adalah proses oksidasi reduksi, yang berlangsung normal seandainya
pereaksi tersebuit dicampur. Perbedaan dasar antara kedua proses adalah bahwa pereaksi (Fe 3+
daan Sn2+) dalam sel galvani terpisah satu dari yang lain.
Bila sepotong logam Zn dicelupkan dalam suatu larutan tembaga sulfat,
permukaannya akan tersalut dengan logam tembaga, adanya ion Zn dapat dideteksi dalam
larutan. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
Cu2+ + Zn Cu + Zn2+ .................... (iv)
Dalam proses ini elektron yang disumbangkan oleh atom Zn diambil oleh ion
tembaga. Proses yang sama berlangsung dalam sel Daniel, seperti pada gambar 6.5. Dalam
bejana D lembaran tembaga dimasukkan dan dicelupkan kedalam larutan CuSO4 membentuk
kutup positif (+), sedangkan pada bejana E lembaran Zn dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4,
adalah kutup negatif (-). Peranan jembatan garam B sama seperti pada sel galvani
sebelumnya.
Voltmeter V mengukur e.m.f. sel, voltase yang diukur adalah sama dengan e.m.f.
hanya praktis bila tidak ada arus mengalir daalam rangkaian. Jika elektroda-elektroda
dihubungkan lewat suatu tahanan, arus akan mengalir dan dapat diukur dengan amperemeter
A.
Jika sel telah berjalan pada saat tertentu massa elektroda Zn berkurang, sedangkan
massa elektroda tembaga akan bertambah. Pada saat yang bersamaan konsentrasi ion Zn
dalam bejana E bertambah dan konsentrasi ion tembaga dalam bejana D berkurang. Reaksi
kimia yang terjadi dalam bejana E dan bejana D masing-masing adalah :
Zn Zn2+ + 2e ............................. (v)
Dan
Cu2+ + 2e Cu ............................... (vi)
Jumlah persamaan (v) dan (vi) sama dengan (iv), yang berarti proses kimia ini juga proses
oksidasi dan reduksi.

Gambar.6.5 Sel Daniel

6.4. Sel Elektrolisis


Elektrolisis adalah peristiwa peruraian yang disebabkan adanya arus listrik searah.
Sel elektrolisis terdiri atas sebuah bejana dengan dua buah elektroda yaitu katoda dan anoda.
Pada katoda terjadi reduksi ion-ion positif di dalam larutan sekitar katoda :
 Ion hidrogen direduksi menjadi gas H2.
2H+ + 2e H2(g)
 Ion logam pada katoda dikelompokkan menjadi dua bagian :
o Ion alkali dan alkali tanah yaitu ion-ion Na+, K+, Ca2+, Sr2+, dan Ba2+ yang
terdapat dalam larutan tidak mengalami reduksi, yang akan direduksi adalah
molekul air :
2H2O(l) + 2e H2(g) + 2OH-
o Ion-ion logam yang lain yang tidak terdapat seperti diatas akan mengalami
reduksi :
Cu2+ + 2e Cu(p)
Ni2+ + 2e Ni(p)
Ag+ + 2e Ag(p)
Pada anoda terjadi reaksi antara ion negatif atau anion yang ditarik oleh anoda. Anion adalah
ion OH- dan ion sisa asam. Jika anoda yang digunakan adalah Pt, Au, atau C maka anoda ini
tidak mengalami perubahan, tetapi ion negatif dioksidasi.
 Ion OH- dioksidasi menjadi H2O daan O2 dengan persaamaan reaaksi :
4OH- 2H2O(l) + O2(g) + 4e
 Ion sisa asam Cl-, Br-, I- dioksidasi menjadi molekul dengan reaksi :
2Cl- Cl2(g) + 2e
2Br- Br2(g) + 2e
2I- I2(g) + 2e
 Ion sisa asam yang mengandung oksigen misalnya NO3-, SO42- tidak mengalami
oksidasi kecuali air :
2H2O(l) 4H+ + O2(g) + 4e
jika anoda yang dipakai bukan Pt, Au, dan C tetapi dari logam Cu, Ni, Ag maka anoda
ini teroksidasi. Misalnya, pada elektrolisis digunakan anoda Cu, reaksi yang terjadi
adalah :
Cu(p) Cu2+ + 2e
Contoh reaksi proses elektrolisis :

 Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Cu :


HCl 2H+ + 2Cl-
Katoda (-) 2H+ + 2e 2H2 (reduksi)
Anoda (+) 2Cl- Cl2 + 2e (oksidasi)
2HCl H2 + Cl2 (redoks)

 Elektrolisis larutaan NaOH dengaan elektroda Pt :


NaOH 4Na+ + 4OH-
Katoda (-) 4H2O + 4e 2H2 + 4OH-
Anoda (+) 4OH- 2H2O + O2 + 4e
4NaOH + 2H2O 4Na+ + 4OH- +2H2 + O2
2H2O 2H2 + O2
 Elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektroda Pt:
Na2SO4 2 Na+ + SO42-

Katoda(-) 4H2O + 4e- 2H2 + 4OH-


Anoda(+) 2H2O 4H+ + O2 + 4e-

Na2SO4 + 6 H2O 2Na+ + SO42- + 2H2(g) + O2(g) + 4H+ + 4OH-

2Na+ + SO42- + 2H2O 2 Na+ + SO42- + 2H2(g) + O2(g)


2H2O 2H2 + O2

 Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt :


4 AgNO3 4Ag+ + 4NO3

Katoda(-) 4Ag+ + 4e- 4Ag(p)


Anoda(+) 2H2O 4H+ + O2 + 4e-

AgNO3 + 2H2O 4Ag+ + 4NO3 - + O2 + 4H+

 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Ni :


CuSO4 CU2+ + SO42+

Katoda(-) CU2+ + 2e_ Cu(p)


Anoda(+) Ni(p) Ni2- + 2e_

CuSO4 + Ni(p) + SO42- + Ni2-

 Elektrolisis Natrium klorida cair dengan elektroda Pt :


2NaCI(I) 2Na+ + 2C-

Katoda(-) 2Na+ + 2e_ 2Na


Anoda(+) 2CI- CI2 + 2e_

2NaCI(I) 2Na + CI2

Di industri proses Elektrolisis digunakan untuk :

 Melapisi logam yang kurang tahan korosi dengan logam yang lain tahan korosi,
misalnya logam besi dilapisi oleh logam tembaga, nikel, krom atau atau dilapis;
 Memperkeras permukaan aluminium dengan proses anodisasi dengan maksud
mempertebal lapisan aluminium oksidasi, setelah diproses anodisasi lebih mudah
diwarnai:
 Proses permurnian logam, misalnya aluminium, perak, tembaga, dan emas, serta
pembuatan beberapa senyawa, misalnya NaOH, O2 dan H2.

6.5. Sel Aki

Gambar 6.6. Sel Aki

Elektroda positif adalah timah hitam yang dilapisi oleh PbO2-


Elektroda negatif : Pb
Elektrolit adalah : H2SO4 encer
Reaksi yang terjaadi :
Pb + SO42- PbSO4 + 2e-
Di sekitar elektroda Pb banyak elektroda terkumpul, sehingga disebut kutup negatif.
Bila kutup negatif dihubungkan dengan kutup positif, terjadi pelepasan elektroda terus
menerus. Karena itu terjadilah perpindahan elektroda dari kutup negatif ke kutup positif,
dikenal sebagai sumber arus searah.
Pada katoda, ion H+ menerima elektroda dari kutup positif dengan elektroda PbO2-
Elektroda ini berasal dari kutup melalui penghantar luar
Reaksi total yang terjadi selama aki dipakai :
Katoda : PbO2 + 2H+ + H2SO4 + 2e PbSO4 + 2 H2SO4
Anoda : Pb + SO42 PbSO4 + 2e-

Total : Pb + PbO2 + 2H+ + H2SO4 + SO42- 2 PbSO4 + 2H2O


Dalam reaksi ini terjadi pengurangan konsentrasi asam sulfat dan terjadi
pembentukan air, sehingga larutan asam ini makin lama encer. Bila kedua elektroda telah
menjadi PbSO4 tidak akan terjadi arus listrik lagi.

Gambar 10.7 Sel aki saat diisi arus listrik


Pada kutup negatif atau katoda terjadi penerimaan elektron dari sumber listrik ke elektroda :
PbSO4 + 2e Pb + SO42- (reduksi)
Pada kutup positif atau anoda terjadi pelepasan elektron dari PbSO4, dan H2O dengan reaksi :
PbSO4 + H2O PbO2 + H2SO4 + 2H+ + 2e
Reaksi total pada pengisian aki dengan arus listrik adalah :
Katoda (-) : PbSO4 + 2e Pb + SO42-
Anoda (+) : PbSO4 + 2H2O PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e
2PbSO4 + 2H2O Pb + PbO2 + 2H2O
Dari hasil reaksi ini terlihat bahwa aki akan kembali seperti semula, dan dapat menghasilkan
arus kembali.
6.6. Sel Leclanche (Batere kering)
Batere kering terdiri atas katoda grafit sebagai kutup (+) dan dinding Zn sebagai
anoda atau kutup (-). Selain itu menggunakan media dari campuran batu kawi atau MnO 2,
salmiak atau NH4Cl dan air.
Pada batere kering jika kedua elektroda Zn dan grafit dihubungkan maka akan terjadi beda
potensial sebesar 1,5 volt.

Gambar 6.8. Sel Batere Kering


Reaksi yang terjadi pada sel batere kering :
Katoda (+) : 2MnO2 + 2NH4+ + 2e Mn2O3 + 2NH3 + H2O
Anoda (-) : Zn Zn2+ + 2e
Zn + 2MnO2 + 2NH4+ Zn2+ + Mn2O3 + 2NH3 + H2O
Ion Zn2+ dengan amonia akan bereaksi membentuk ion seng tetramina, dengan reaksi sebagai
berikut :
Zn2+ + 4NH3 Zn(NH4)42+

6.7. Hukum Faraday


Bila dalam suatu larutan elektrolit dialirkan arus listrik searah, dalam larutan akan
terjadi perubahahan kimia. Untuk menentukan jumlah arus yang digunakan untuk suatu
perubahahn kimia tertentu di dalam larutan digunakan huku Faraday I dan hukum Faraday II.
6.7.1. Hukum Faraday I
Jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda sebanding dengan jumlah arus yang
dialirkan pada zat tersebut.
 Bila dalam larutan AgNO3 dialirkan arus sebesar 1 Faraday, maka dalam larutan akan
diendapkan 1 g ekivalen Ag.
Reaksi yang terjadi :
Ag + e-  Ag(p)
1 mol e-  1 mol Ag  1 ekivalen Ag
1 ekivalen Ag  1 mol e-
Jadi untuk 1 ekivalen Ag diperlukan 1 mol e- atau sejumlah 3,023 x 1023 elektron
 Bila dalam larutan tembaga sulfat dialirkan arus sebesar 1 Faraday, maka akan
diendapkan 1,0 ekivalen Cu.
Reaksi yang terjadi :
Cu2 + 2e-  Cu(p)
2 mol e-  1 mol Cu
1 mol e-  ½ mol Cu
1 ekivalen  ½ mol Cu atau
96500 coulomb  ½ mol Cu
Banyaknya arus yang dialirkan di dalam larutan dinyatakan dalam Coulomb.
1 Coulomb = i . t dengan satuan amper detik
Dengan i = kuat arus, amper
t = waktu, detik
Muatan 1 e- = 1,6 x 10-19 coulomb
Muatan 1 mol e- = 1,6 x 10-19 x 3,023 x 1023 coulomb
= 96500 coulomb = 1 Faraday
Jika dalam suatu larutan elektolit dialirkan arus sebesar 1.0 Faraday atau sejumlah 3,023 x
1023 elekttron, maka jumlah zat yang diubah atau diendapkan sebesar 1 ekivalen. Pernyataan
di atas dapat ditulis ssebagai berikut :
Zi . t
M =
96500
Dengan : M = massa zat, g
Z = masa ekivalen, g
i = kuat arus, amper
t = waktu, detik

Contoh Soal :
1. Berapa gram nikel akan terbentuk jika ke dalam larutan NiSO 4 dialirkan arus sebesar
24,125 coulumb ?
Penyelesaian
Reaksi yang terjadi :
Ni2+ + 2e-  Ni(p)
1 mol Ni2+  2 mol e-
1 mol e- = 1 ekivalen Ni = ½ massa atom Ni
1 ekivalen Ni massanya = ½ . 58,7 = 29,35 g
Jumlah arus yang dipakai = 24,125 coulumb
Jika arus yang dipakai adalah 96500 coulomb, akan terbentuk 1 ekivalen nikel. Jumlah Ni
yang terbentuk adalah :
24,125
= x 29,35  7,3 g
96500
2. Berapa jumlah tembaga terbentuk jika dalam larutan CuSO4 dialirkan arus sebesar 40.000
coulomb ?
Penyelesaian
Cu2+ + 2e-  Cu(p)
1 mol Cu2+  2 mol e-
1 ekivalen Cu = ½ mol Cu
1 ekivalen Cu massanya = ½ x 63,55 = 31,77 g
Jika dipakai arus sebesar 96500 coulomb, maka akan terbentuk 1 ekivalen tembaga.
Karena banyaknya arus yang dipakai adalah 40.000 coulomb, maka jumlah tembaga
terbentuk adalah ::
40.000
= x 31,77  13,17 g
96500

6.7.2. Hukum Faraday II


Jumlah zat yang dihasilkan oleh arus yang sama pada beberapa sel yang berbeda
adalah sebanding dengan masa ekivalen zat-zat tersebut.
Jika arus 1 Faraday dialirkan pada larutan AgNO3, CuSO4, AuCl3, maka massa Ag, Cu, dan
Au akan sesuai dengan perbandingan massa ekivalen Ag, Cu dan Au, yaitu : 108/1, 63,5/2,
dan 197/3.
Gambar 6.9. Dua buah sel elektrolisis yang berbeda dengan arus yang sama
Contoh Soal :
1. Berapa gram massa perak yang mengendap di katoda dengan mengalirkan arus listrik 5
ampere, dalam larutan AgNO3 selama 2 jam
Penyelesaian :
Reaksi yang terjadi :
Ag+ + e Ag(p)
1 mol Ag+ 1 mol e 1 ekivalen Ag
Zi . t
M = = (108 x 5 x 7200)/ 96500
96500
= 40,29 g
Jadi massa perak yang mengendap di katoda adalah 40,29 g.
2. Tentukan massa ekivalen tembaga dan besi jika dalam larutan CuSO 4 dan larutan FeCl3
masing-masing dialirkan arus sebesar 1 Faraday!
Penyelesaian :
a. Reaksi yang terjadi :
Cu2+ + 2e Cu(p)
1 mol Cu2+ 2 mol e 1 mol Cu
2 mol e  1 mol Cu
1 mol e  ½ mol Cu atau
96500 coulomb = ½ mol Cu
Jadi, maassa ekivalen Cu = ½ x 63,55 = 31,775 g
b. Reaksi yang terjadi :
Fe3+ + 3e Fe(p)
1 mol 3 mol 1 mol
3 mol e  1 mol Fe
1 mol e  1/3 mol Fe atau
96500 coulomb = 1/3 mol Fe = 1/3 x 56 g = 18,67 g
Jadi massa ekivalen Fe = 18,67 g
Dari contoh 2a dan 2b diatas terdapat ekivalen yang berbeda utnuk unsur yang berlainan.
Massa ekivalen adalah massa zat yang terbentuk dibagi muatan ionnya tau valensinya.
Misalnya 96500 coulomb mengendapkan 107,88 g perak, artinya Ag yang terbentuk adalah
(107,88g/96500 coulomb).

6.8. Eleektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan suatu logam dengan logam lain, dengan cara
elektrolisis. Tujuan dari proses elektroplating :
 melindungi logam yang kurang tahan korosi dengan logam yang lebih tahan korosi.
 Memperkeras permukaan logam dengan lapisan logam lain.
Prinsip dasar elektroplating adalah ;
Proses elektrolisis yaitu bila arus listrik searah dialirkan melalui suatu larutan
elektrolit, akan terjadi elektrolisis. Elektrolisis adalah proses penguraian zat kimia dalam
larutan elektrolit karena adanya arus listrik. Contoh dalam larutan CuSO4 dialirkan arus listrik
searah melalui katoda dan anodanya. Dalam larutan CuSO4 akan terurai menjadi anion dan
kation :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Bila anoda terbuat dari tembaga ion SO42- akan menarik atom tembaga sambil melepaskan
elektron-elektronnya dan kembali membentuk CuSO4 :
SO42- + Cu  CuSO4 + 2e-
Pada katoda ion Cu2+ akan menerima 2 elektron yang berasal dari ion SO42- dan menjadi
logam tembaga yang melekat pada katoda, dengan reaksi :
Cu2+ + 2 e-  Cu (p)
Tembaga yang menempel pada katoda makin lama makin banyak sampai membentuk lapisan
tembaga yang menutupi seluruh permukaan katoda.

Gambar 6.10 Proses elektroplating

Gambar 6.10 adalah proses pelapisan logam besi dengan tembaga, menggunakan
elektrolit tembaga sulfat. Katoda adalah logam yang akan dilapisi, misalnya logam besi.
Anoda adalah logam pelapis, misalnya tembaga. Dalam percobaan-percobaan yang dilakukan
Faraday ternyata bahwa, arus listrik sebesar 1 amper dalam waktu satu detik akan
mengendapkan 1,118 x 10-3 g logam perak atau 0,329 x 10-3 g logam tembaga. Angka 1,118 x
10-3 untuk perak dan 0,329 x 10 -3 untuk tembaga disebut nilai setara elektokimia. Berdasarkan
nilai setara elektrokimia untuk perak dapat dihitung nilai setara elektokimia logam-logam
lainnya.

Nilai setara elektrokimia logam :


( massa atom logam/ valensi )
= x 1,118 x 10 3
massa atom perak
Contoh :
Nilai setara elektrokimia tembaga :
( 63,54/2 ) x 1,118 x 10 3
=  0,329 x 10 3
107,87

Rapat arus dan ketebalan lapisan logam tergantung pada banyaknya arus yang mengalir
menuju permukaan elektoda. Satuan rapat arus adalah mA/cm2.

Ketebalan lapisan logam dapat dihitung dengan hukum Faraday yaitu jumlah massa zat yang
terurai dalam suatu elektrolisis berbanding lurus dengan besarnya arus listrik, nilai setara
kimia dan waktu.

Hukum Faraday dapat dirumuskan :


M=e.i.t
Dengan
M = massa zat yang terurai, g
e = nilai setara elektrokimia
i = besarnya arus listrik
t = waktu (detik)

6.9. K o r o s i
Menurut definisi klasik, korosi adalah reaksi kimia atau elektrokimia dari logam
dengan lingkungannya. Secara termodinamika, umumnya, sistem logam dengan lingkungan
berair atau udara tidak berada dalam keseimbangan. Dengan berjalannya waktu, sistem akan
menuju ke araah kesetimbangan dan logam akan membentuk oksida logam atau senyawa
kimia.
Pengertian umum korosi adalah :
 perusakan logam atau konstruksi oleh pengaruh lingkungan;
 proses kimia disertai perpindahan elektron;
 sebagai akibat proses elektrokimia;
 sebagai akibat proses alamiah.
Korosi mengakibatkan penurunan sifat logam. Istilah korosi terbatas pada serangan
kimia pada logam. Karat adalah korosi besi dan paduannya. Produk korosi utamanya, adalah
oksida besi.
Proses korosi dapat terjadi karena
 Adanya reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan;
 Terjadinya reaksi anodik dan katodik.
Reaksi anodik dapat terjadi karena adanya pelepasan elektron dari logam. Atom atom logam
melepaskan elektron, sehingga ion logam berpindah ke dalam lingkungan.
Contoh reaksi
Besi : Fe Fe2+ + 2e-
Tembaga : Cu Cu2+ + 2e
-

Zn --------- Zn2+

Logam Zn Larutan
asam

e- H+

---------- H2

e- H+

Gambar 6.11 Reaksi elektrokimia pada korosi logam Zn dalam larutan asam

Reaksi katodik dapat terjadi karena adanya penangkapan elektron. Molekul atau ion dari
lngkungan menangkap elektron yang telah dilepaskan oleh atom logam.
Contoh :
 Ion hidrogen dari lingkungan menangkap elektron atau proses reduksi, sehingga
terbentuklah gas hidrogen:
2H- + 2e- H2
 Molekul gas oksigen dari lingkungan dan ion hidrogen juga dari lingkungan direduksi
menjadi air yang menenpel pada permukaan logam.
O2 + 4H+ + 2e- 2H2O
Gas oksigen dan air dari lingkungan menangkap elektron yaitu proses reduksi,
membentuk hidroksil yang menenpel pada permukaan logam.
O2 + 2H2O + 4e- 2H2O
 Ion logam yang larut dalam lingkungan mengalami proses reduksi, dengan reaksi:
M3+ + e- M2+
M2+ + 2e- M
Bermacam-macam korosi
 Korosi permukaan
o terjadi korosi merata dipermukaan;
o penipisan logam yang merata;
o umur kontruksi dapat diramalkan berdasarkan laju penipisan atau laju kehilangan
berat.
 Korosi sumur
o Korosi terjadi secara tidak merata berupa lubang-lubang;
o Lubang hasil korosi akan berkembang makin dalam;
o Terjadi pada logam yang berada di lingkungan yang mengandung klorida atau
sulpida.

Gambar 6.12 Korosi sumur pada permukaan stenlis steel dalam larutan asam klorida

 Korosi celah

o terjadi pada celah antara dua permukaan logaam.


o terjadi pada celah antara permukaan logam dengan kerak yang menutupinya.
Gambar 6.13 Skema pada mekanisme korosi di antara dua sambungan plat dg rivet

 Korosi galvanis
o terjadi bila dua logam yang tidak sama berhubungan;
o logam yang kurang mulia akan lebih cepat terserang korosi;
o logam yang lebih mulia akan terlindung dari korosi;
o contoh korosi galvanis pada pemakaian rivet aluminium untuk sambungan
baja, rivet Al akan diserang korosi.
Gambar 6.14 Korosi galvanis yang terjadi pada sambungan baja dengan aluminium
atau rivet baja pada plat Al dan sambungan plat aluminium dan baja
dengan rivet tembaga.

 Korosi antar butir


o terjadi pada batas butir atau di sekitar batas butir;
o batas butir bersifat anodik;
o bagian tengah butir bersifat katodik;
o contoh korosi pada stenless steel yang mengalami pemanasan pada temperatur
550-8500C, akibat pengelasan.
Gambar 6.15 Korosi antar butir pada sambungan las stenless steel yang mengalami
sensitisasi

 Korosi tegangan
o Adanya tegangan, khususnya tegangan tarik akan mempercepat proses korosi.
o Tegangan tarik dapat berasal dari beban yang bekerja atau berupa tegangan
sisa akibat proses pengerjaan.
o Tegangan tarik yang bekerja pada logam di lingkungan yang korosif dapat
menyebabkan retak akibat kirosi tegangan.
o Adanya tegangan tekan justru akan memperbaiki ketahanan korosi
tegangannya.
 Korosi erosi
o Terjadinya gabungan perusakan antar korosi dengan pengikisan atau erosi
logam oleh aliran fluida.
o Adanyan aliran fluida yang cepat, apalagi bila aliran fluida mengandung
partikel yang arbrasif, akan mengikis lapisan tipis oksida, sehingga lapisan
lindung tersebut rontok dan proses korosi akan berlangsung lebih cepat.
Gambar 6.16. Foto mikro yang menunjukkan terjadinya retakan diantara butir akibat
korosi tegangan
 Korosi selektif
o Terjadi bila salah satu komponen unsur atau fasa dalam paduan larut atau
terkorosi.
o Contoh berkurang Zn dalam paduan kuningan, pipa besi cor yang terpendam
didalam tanah pada waktu yang lama akan terkorosi logam besinya.
Korosi adalah proses alamiah berlangsung dengan sendirinya. Karena itu, proses korosi tidak
dapat dicegah sama sekali, yang mungkin adalah usaha untuk mengurangi korosi atau untuk
mengendalikannya.
Usaha-usaha untuk pengendalian korosi.
 Korosi adalah peristiwa reaksi elektrokimia.
Untuk menghindari terjadinnya korosi dapat dilakukan dengan cara menghambat laju
reaksi redoks atau menghindari reaksi elektrokimia tersebut.
 Memisahkan atau mengisolasikan logam dari lingkungannya dengan jalan pengecatan
dan pelapisan.
 Mengurangi ion hidrogen di dalam lingkungan, misalnya dengan menaikkan pH.
 Mengurangi ion logam atau garam yang larut dalam lingkungan atau demineralisasi.
 Mengurangi oksigen yang larut dalam air atau deaerasi.
 Mencegah kontak antara dua jenis logam yang sangat berbeda elektropotensial
standarnya. Contoh memberi isolasi atau memilih logam yang letaknya berdekatan dalam
deret galvani volta.

Gambar 6.17 Sambungan antara dua logam yang berbeda dengan memberi isolasi
untuk menghindari korosi galvanis.

 Mencegah celah atau menutup celah dengan memberi sealant pada ujung celah. Alternatif
lain dari sambungan keling adalah sambungan las.
Gambar 6.18 Pemberian sealant pada ujung celah

 Penempelan anoda umpan yang terbuat dari logam yang tidak mulia, misalnya Mg, Zn,
atau Al.

Gambar 9.19 Pemakaian anoda umpan pada pipa baja

 Mengadakan Proteksi katodik, dengan memberi elektron pada logam, sehingga logam
menjadi lebih katodik dan akan terlindung dari serangan korosi. Contoh Galvanisasi baja
dengan lapisan Zn.

Gambar 6.20. Proteksi galvanis pada baja dengan lapisan Zn


 Dengan memberikan arus tandingan yang berasal dari suatu sumber arus searah.
Gambar 6.21. Pemberian arus tanding untuk mencegah korosi

Soal Pelatihan :
Kerjakan soal berikut dengan singkat dan jelas :
1. Jelaskan yang dimaksud dengan potensial standar!
2. Apa yang dimaksud dengan elektrolisis?
3. Jelaskan pemakaian proses elektrolisis di industri?
4. Apa yang dimaksud dengan proses elektroplating, jelaskan apa tujuannya?
5. Jelaskan pemakaian hukum Faraday pada proses elektroplating!
6. Apa yang dipakai sebagai standar untuk mengukur potensial standar?
7. Bagaimana cara mementukan potensial standar pada suatu logam?
8. Berikan beberapa contoh reaksi proses elektrolisis!
9. Jelaskan pemakaian proses elektrolisis dalam bidang industri!
10. Berapa gram nikel akan terbentuk bila dalam larutan nikel sulfat dialirkan arus sebesar
50 coulomb?
11. Berapa jumlah arus yang diperlukan untuk menghasilkan 10 g krom dalam larutan
H2Cr2O4?
12. Berapa gram massa tembaga yang mengendap di katoda dengan mengalirkan arus
listrik 0,5 ampere dalam larutan tembaga sulfat selama 2 jam?
13. Tentukan massa ekivalen tembaga dan besi jika dalam larutan CuSO 4, dan larutan
FeCl3, masing-masing dialirkan arus sebesar 2 Faraday?
14. Jelaskan yang dimaksud dengan nilai setara elektrokimia beberapa logam misalnya
perak, tembaga dan krom!
15. Apa yang dimaksud dengan peristiwa korosi?
16. Jelaskan macam-macam korosi pada logam!
17. Jelaskan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi terutama
pada logam!
18. Jelaskan perbedaan antara proses korosi dengan proses elektroplating dalam proses
elektrolisis!.

Anda mungkin juga menyukai