Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR KERJA SISWA

Nama : Seni Fajrina Aprillia


Kelas : XI APL 1
Tanggal : 13 April 2020
Nilai : …………………………………..

A. Judul LKS
Menerapkan analisis elektrogravimetri

B. Pertanyaan
1. Deskripsikan potensial elektroda standar dalam melaksanakan analisis
elektrogravimetri!
Dalam melaksanakan analisis nya , suatu reaksi reduksi dapat menimbulkan potensial
listrik tertentu yang disebut potensial reduksi atau potensial elektoda( E) . Makin mudah
suatu unsur mengalami reduksi makin besar E yang ditimbulkannya. Harga E yang
sebenarnya dari suatu reaksi reduksi tidak dapat dihitung sebab tidak ada reaksi redoks
yang berlangsung tanpa disertai reaksi oksidasi.
Misalnya kita tidak mungkin dapat mengukur E yang timbul dari reaksi reduksi
Zn2+ + 2e Zn sebab reaksi ini hanya merupakan setengah reaksi yang selalu
berpasangan dengan reaksi oksidasi misalnya reaksi Mg Mg 2+ + 2e yang juga
merupakan setengah reaksi. Reaksi yang sesungguhnya terjadi antara
Mg + Zn2+ Mg2+ + Zn

Oleh karena itu, harga E yang kita pakai adalah harga E yang dibandingkan terhadap
suatu elektroda standar. Itulah sebabnya harga E lebih tepat disebut harga E o yaitu
potensial reduksi standar atau potensial elektroda standar.
Berdasarkan harga E0 yang tercantum dalam daftar kita dapat menyususn suatu deret
unsur-unsur mulai dari unsur yang memiliki E0 terkecil sampai unsur yang memiliki E0
terbesar.
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn - Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Sb
Bi – Cu – Hg – Ag – Pt – Au
Deret unsur-unsur di atas disebut deret potensial logam, atau dikenal sebagai deret volta.
Hidrogen ditempatkan didalam urung sebab hidrogen bukan logam.
Dengan memakai deret volta kita memperolah beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki E 0 negatif. Logam-logam yang
terletak di sebelah kanan H memiliki E0 positif
2. Makin kekanan letak suatu logam dalam deret volta harga E 0 makin besar. Hal ini
berarti bahwa logam-logam disebelah kanan mudah mengalami reduksi serta sukar
mengalami oksidasi
3. Makin kekiri letak suatu logam dalam deret volta harga E 0 makin kecil. Hal ini berarti
bahwa logam-logam disebelah kiri sukar mengalami reduksi serta mudah mengalami
oksidasi
4. Oleh karena itu unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (mengalami
oksidasi) maka logam-logam disebelah kiri merupakan logam-logam yang aktif
(mudah melepaskan elektron) sedangkan logam -logam disebelah kanan merupakan
logam mulia (sangat sukar melepasan elektron). Emas terletak di ujung paling kanan
sebab emas palin sukar tereoksidasi
5. Makin kekanan sifat reduktor makin lemah (sukar teroksidasi). Makin kekiri sifat
reduktor makin kuat (mudah teroksidasi). Itu sebabnya unsur-unsur dalam deret volta
hanya mampu mereduksi unsur-unsur di kanannyatetapi tidak mampu mereduksi
unsur-unsur dikirinya.

Contoh: Mg mampu mereduksi Zn tetapi Mg tidak mampu mereduksi Na


Mg + ZnSO4 MgSO4 + Zn
Mg + Na2SO4

2. Deskripsikan sel volta dalam melaksanakan analisis elektrogravimetri


Sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menimbulkan arus listrik akibat adanya
reaksi redoks dalam sel tersebut.
Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam. Masing-masing logam seng dan
logam tembaga dihubungkan dengan voltmeter melalui kawat.

Elektron yang dihasilkan dari oksidasi seng mengalir melalui kawat menuju larutan
CUSO4. Elektron ditangkap oleh ion Cu2+ dan terjadilah reduksi menghasilkan logam
tembaga. Aliran elektron melalui kawat menghasilkan sumber energi listrik.

Jembatan garam merupkan tabung berebntuk U yang diisi oleh KNO 3 atau KCl dalam
gelatin dan berfungsi yang berfungsi menjaga kenentralan listrik dari kedua larutan. Ion K +
dari jembatan garam dapat bergerak ke dalam larutan CuSO4 untuk menetralkan kelebihan
ion SO42- dan ion Cl- atau NO3- dari jembatan garam dapat bergerak ke dalam larutan
ZnSO4 untuk menetralkan kelebihan Zn2+. Adnya jembatan garam menyebabkan elektron
mengalir secara terusmenerus melalui kawat. Oleh karen elektron (muatan negatif)
mengalir dari seng ke tembaga maka seng adalah elektroda negatif dan tembaga adalah
elektroda positif. Seng merupakan anoda (terjadi oksidasi) dan tembaga merupakan atoda
(terjadi reduksi). Hal ini berrti bahwa dalam sel volta anoda adalah elektroda negatif dan
katoda adalah elektroda positif.

Dari daftar E0 dapat kita lihat bahwa logam yang memiliki E0 lebih kecil selalu
memberikan elektron kepada logam yang memiliki E0 yang lebih besar. Proses sebaliknya
tida mungkin berlangsung sebab akan melanggar praturan deret volta. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam sel volta anoda selalu memiliki E0 lebih kecil dari pada katoda.
Potensial elektroda yang dihasilkan oleh suatu sel Volta disebut potensial sel yang
memeiliki Esel. Istilah lain untuk potensial sel adalah emf (electromotive force) atau ggl
(gaya gerak listrik)

Potensial sel merupkan perbedaan harga E0 dari kedua elektroda.

E Sel = E0Katoda - E0Anoda

Contoh: Hitung potensial sel dari reaksi


Zn + Cu2+ Cu + Zn2+
Zn merupakan anoda karena memiliki E0 lebih kecil dari sedangkan Cu
merupkan katoda
Esel = + 0,34 – ( - 0,76)
= 1,10 volt

3. Suatu sel volta tersusun dari elektroda Pb dan elektroda Cr. Jika diketahui potensial
elektroda standar Pb dan elektroda Cr masing-masing
Pb2+(aq) + 2e Pb(s) E0 = - 0,126 V
Cr3+(aq) + 3e Cr(s) E0 = - 0,740 V
a. Tentukan anode dan katodenya
Dik : Pb2+(aq) + 2e Pb(s) E0 = - 0,126 V
Cr3+(aq) + 3e Cr(s) E0 = - 0,740 V

Dit : Anoda ?
Katode ?
Jawab :
dalam sel volta anoda selalu memiliki E0 < E0 katoda.
Anoda = Cr
Katode = Pb

b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda


Anoda : Cr(s)  Cr3+ (aq) + 3e- x2
Katoda: Pb 2+ + 2e- Pb x3
---------------------------------------
Anoda : 2Cr(s)  2Cr3+ (aq) + 6e-
Katoda: 3Pb 2+ + 6e- 3Pb
---------------------------------------
2Cr(s) + 3Pb 2+  2Cr3+ + 3Pb

c. Tentukan nilai potensial selnya


E0 sel = E0 katoda - E0 anoda
E0 sel = - 0,126 V – (- 0,740 V)
= 0, 614 volt
d. Tuliskan notasi selnya
2Cr(s) | 2Cr3+(aq) || 3Pb2+(aq) | 3Pb(s)

Anda mungkin juga menyukai