Anda di halaman 1dari 4

1.

Anatomi sinus paranasal (sumber 1 Buku THT ijo)

Gambar 1 : sinus paranasal (sumber 4)

Gambar 2 : anatomi hidung dan sinus paranasal (sumber 1)

Sinus paranasal merupkan hasi pneumatisasi tulang kepaa sehinggaterbentuk lah rongga di
dalam tulang. Ada4 pasang sinus paranasalyaitu sinus maksila,sinus frontalis ,sinus
ethmoidalis,sinus sphenoid.

a. Sinus maksila
Sinus ini merupakansinus yangterbesar. Berbentuk piramid, dinding anterior sinus adalah
permukaan fasial os maksila, dinding posterior permukaan infratemporalmaksila, dinding
media adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah supra orbita,
dindinginferior nya adalah proc alveolaris dan palatum. Ostiummaksila berada di dinding
medial sinus di bagian superior dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui
infundibulum etmoid.
b. Sinus frontal
Terletak di os frontal, sinus frontal kanan dan kri biasanyatidak simetris, satu lebih besar
dan dipsahkan oleh sekat yangyerletak di garis tengah, sekitar15%orang dewasa hanya
mempunyaistu sinus frontal dan 5% sinus frontalnya tidak berkembang, sinus ini
biasanya besekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Ukuran ini adalah 3,8 cm x 2,4 cm x
2 cm
c. Sinus ethmoid
Sinus ethmoid berongga,terdiri dari sel2 yang menyerupaisarang tawon,sinus ini terletak
di dalam massa bagian lateral os etmoid, diantara konka media dan dinding
medialorbita, sinus etmoid terbagi menjadi sinus etmoid nterior yang bermuaradi
maetusmedius dan sinus etmoid poaterior yang bermuaradi meatus superior.
d. Sinus sphenoid
Sinus sfenoid terletak di dalam os sfenoid dibelakang sinus etmoid posterior. Sinus
sfenoid dibagi dua olah septum intersfenoid, sinus ini berukuran 2cm x2,3 cmx 1,7 cm

Kompleks Osteomeatal (KOM)


KOM merupakan celahpada dinding laetral hidung yang dibatasi oleh konka media dan
lamina papirasea, struktur anatomi yang mebentuk KOM adalah prosesus ursinatus,infudibulum
etmoid, hiatus semilunaris,bula etmoid, agger nasi, resesus frontal, KOM merupakan tempat ventilasi
dan drainase sinus-sinus paranasal, yangterletak di anterior,yaitu sinus maksila etmoid anterior,dan
frontal.jika terjadi obstruksi pada KOM maka akan terjadi perubahan patologi pada sinus-sinus
terkait.

2. Gejala klinis (sumber : EPOS (2))

Pada anak ditandai dengan inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang diikuti oleh 2 ataulebih
gejala :

- Hidung tersumbat  penurunan atau hilang nya pemciuman


- Sekret hidung (nasal drip)
- Batuk terus menerus
- Nyeri sinus dan nyeri kepala
- Pada keadaan akutberlangsunghingga <12 minggu

Pada rinosinusitis akibat bakteri ditandai dengan :

- Perubahan warna sekret (unilateral predominant)


- Sekret purulen
- Nyeri lokal (unilateral predominant)
- Demam >38 derjat celcius
- Peningkatan LED

3. Diagnosis Klinis Rinosinusitis (SUMBER : 4)

Menurut Task Force yang dibentuk oleh the American Academy of Otolaryngologic Allergy
(AAOA) dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinis RS pada dewasa dapat digolongkan
menjadi : Gejala mayor yaitu gejala yang banyak dijumpai serta mempunyai faktor prediksi yang
tinggi.

Termasuk dalam gejala mayor adalah :


Sakit pada daerah muka (pipi,dahi ,hidung)

 hidung tersumbat

 Ingus purulens/pos-nasal

 Gangguan penciuman

 Sekret purulen di rongga hidung

 Demam

Sedangkan gejala minor : Batuk Demam (untuk RS non akut) Tenggorok berlendir Nyeri
kepala Nyeri geraham Halitosis

Berdasarkan kualitas gejalanya RSA dapat dikelompokkan dalam kategori ringan (non severe)
dan berat (severe) :

RSA ringan (non-severe acute sinusitis): Rinore Buntu hidung Batuk Sakit kepala/wajah
ringan Demam tidak ada/ringan

RSA berat (severe acute sinusitis): Rinore purulen (kental,berwarna) Buntu hidung Sakit
kepala/wajah berat Udem periorbital Demam tinggi

Anamnesis

Adanya penyebab infeksi baik kuman maupun virus,riwayat alergi atau kelainan anatomis di
dalam rongga hidung dapat dipertimbangkan dari riwayat penyakit yang lengkap. Untuk RSA gejala
yang ada mungkin cukup jelas karena berlangsung akut (mendadak) dan seringkali didahului oleh
infeksi akut saluran nafas atas. Pada anak infeksi saluran nafas atas merupakan predisposisi pada 80%
RSA anak. Penderita dengan latar belakang alergi mempunyai riwayat yang khas terutama
karakteristik gejala pilek sebelumnya,riwayat alergi dalam keluarga serta adanya faktor lingkungan
yang mempengaruhi.

Pemeriksaan Fisik

Pada RSA dapat terlihat adanya hiperemi dan daerah sembab sekitar hidung dan orbita. Pada
anak gejala ini lebih terlihat jelas terutama pada RSA berat atau dengan komplikasi. Gejala nyeri
tekan di daerah sinus terutama sinus frontal dan maksila kadang dapat ditemukan,akan tetapi nyeri
tekan di sinus tidak selalu identik dengan sinusitis.

Pemeriksaan yang penting adalah rinoskopi. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat
dijumpai adanya kelainan-kelainan di rongga hidung yang berkaitan dengan RS seperti
hiperemi,sekret,udem,krusta,septum deviasi,polip atau tumor. Sedangkan rinoskopi posterior adalah
pemeriksaan untuk melihat rongga hidung bagian belakang dan nasofaring. Melalui pemeriksaan ini
dapat diketahui kelainan yang terdapat di belakang rongga hidung dan nasofaring seperti post nasal
drib dan lain-lain.

4. Patofisiologis dan Patogenesis


Tiga faktor utama berperan pada fisiologi sinus paranasal adalah ostium yang terbuka, silia
yang berfungsi efektif dan pengeluaran sekret yang normal. Retensi sekret dalam sinus paranasal
dapat diakibatkan oleh obstruksi ostium, penurunan jumlah atau fungsi silia atau produksi yang
berlebihan atau berubahnya viskositas sekret, diikuti dengan infeksi sekunder sehingga terjadi
peradangan mukosa sinus paranasal. Variasi faktor lokal, regional atau sistemik bisa menimbulkan
obstruksi kompleks osteomeatal. Faktor lokal dan regional meliputi deviasi septum, polip nasal,
variasi anatomis seperti atresia koana atau konka bulosa, benda asing, edema yang berhubungan
dengan peradangan virus, bakteri, alergi maupun radang selaput hidung non alergi. Faktor sistemik
seperti sindrom diskinesia silia, cystic fibrosis dan defisiensi imunologis. (sumber 3)

Kegagalan transpor mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama
berkembangnya sinusitis. Patofisiologi RS digambarkan sebagai lingkaran tertutup, dimulai dengan
inflamasi mukosa hidung khususnya kompleks ostiomeatal (KOM). Secara skematik patofisiologi RS
sebagai berikut: Inflamasi mukosa hidung  pembengkakan (udem) dan eksudasi  obstruksi
(blokade) ostium sinus  gangguan ventilasi dan drainase,resorpsi oksigen dalam rongga sinus 
hipoksia (oksigen menurun,pH menurun,tekanan negatif)  permeabilitas kapiler meningkat
transudasi,peningkatan eksudasi serous,penurunan fungsi silia retensi sekresi di sinus atau
pertumbuhan kuman. (sumber 4)

Faktor paling sering yang menyebabkan terjadinya sinusitis adalah ISPA yang disebabkan oleh
virus. (SUMBER 3)

Sebagaian besar kasus RS disebabkan karena inflamasi akibat dari infeksi virus dan rinitis alergi.
Infeksi virus yang menyerang hidung dan sinus paranasal menyebabkan udem mukosa dengan
tingkat keparahan yang berbeda. Virus penyebab tersering adalah coronavirus,rhinovirus,virus
influenza A dan respiratory syncytial virus (RSV). Infeksi virus influenza A dan RSV biasanya
menimbulkan udem berat. Udem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi
sinus normal akan terjebak (sinus stasis). Pada keadaan ini ventilasi dan drainase sinus masih
mungkin dapat kembali normal, baik secara spontan atau efek dari obat-obatan yang diberikan
sehingga terjadi kesembuhan. Apabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi (obstruksi total)
maka dapat terjadi pertumbuhan bakteri sekunder pada mukosa dan cairan sinus paranasal.
(SUMBER 4)

Gerakan silia pada mukosa sinus menjadi sangat terganggu sehingga timbul penumpukan sekret dan
penebalan mukosa sinus. Organisme yang sering ditemukan pada sinusitis anak, biasanya sama
seperti yang ditemukan pada otitis media seperti Streptococcus pneumonae, Staplyllococcus
pyogenes, Haemoplylus influenzae dan Moraxella catharalis. Pada kasus kronis, Staplyllococcus
pnemonial, Streptococcus haemolyticus dan bakteri anaerob sering ditemukan. (sumber 3 )

Diagnosis banding

Anda mungkin juga menyukai