Anda di halaman 1dari 7

Fungi berdasarkan penampakannya dikelompokkan ke dalam jamur

benang dengan nama lain kapang (moulds atau molds), khamir (yeasts) dan

cendawan (mushrooms) (Gandjar dkk., 2006b). Adapun menurut analisis

molekuler, jamur benang atau kapang dan khamir adalah organisme yang secara

filogenetik bersifat diverse. Artinya, baik jamur benang dan khamir terdapat

dalam kelompok besar dari Ascomycetes dan Basidiomycetes, sedangkan

cendawan yang diartikan dari mushrooms atau edible mushrooms umumnya

termasuk dalam kelompok Homobasidiomycetes yang monofiletik (Gandjar dkk.,

2006b).

Bagian yang cukup penting dari sel jamur benang adalah hifa. Kumpulan

hifa membentuk struktur yang bernama miselium dan bisa dilihat mata telanjang.

Bentuknya yang seperti kumpulan benang-benang membuat jamur benang

memiliki sebutan lain yaitu jamur benang. Hifa memiliki fungsi untuk menyerap

nutrien dari lingkungan serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa adalah

suatu struktur fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang

terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidium (Gandjar dkk., 2006b).

Bagian yang mencolok dari jamur benang adalah miselium yang terbentuk

dari kumpulan hifa yang bercabang-cabang membentuk suatu jala. Hifa berisi

protoplasma yang dikelilingi oleh suatu dinding yang kuat. Pertumbuhan hifa

berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat

ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya tetap, yaitu berkisar 3-30 µm.
11

Jenis yang berbeda memiliki diameter yang berbeda pula, dan ukuran diameter

tersebut dapat juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile dan Watkinson,

1994).

Hifa yang tua mempunyai ketebalan antara 100-150 µm, sedangkan

tebalnya pada bagian apeks kurang lebih 50 µm. Hifa ada yang memiliki septa

atau dapat juga didefiniskan memiliki struktur bersekat (Gandjar dkk., 2006b).

Hifa yang tua mempunyai tambahan bahan pada dinding sel-nya, yaitu senyawa

melanin dan lemak (Gandjar dkk., 2006b). Sel-sel hifa yang tua bertugas untuk

mengalirkan nutrien ke sel-sel tunas (apikal) untuk pertumbuhan hifa seterusya.

Sel-sel apikal ukurannya lebih besar dibandingkan sel-sel hifa lainnya.

Pembentukan cabang pada hifa dapat terbentuk sepanjang hifa. Cabang hifa

tersebut akan menjauhi hifa induk atau hifa pertama agar nutrien di lingkungan

dapat terjangkau sejauh mungkin. Sehingga hifa bentuknya semakin besar dan

semakin luas.

Struktur sel jamur benang memiliki kesamaan dengan tumbuhan yaitu

dengan adanya dinding sel. Dinding sel jamur benang sangat kokoh dan resisten

terhadap serangan enzim, suatu hal yang menguntungkan bagi jamur benang

karena hifa-hifa harus menembus tanah dan aneka substrat lainnya. Dinding spora

jamur benang kurang lebih tujuh kali lebih tebal daripada dinding hifa (Moore-

Landecker, 1996). Di bawah dinding yang kuat terdapat lapisan yang melindungi

isi sel, yaitu membran sel. Komposisi kimia membran sel jamur benang diduga

terdiri dari senyawa-senyawa sterol, protein (berupa molekul-molekul yang

amorf), serta senyawa-senyawa fosfolipid. Komponen isi sel jamur benang sama
12

dengan organisme ekaryotik pada umumnya yaitu nukleus, mitokondria,

retikulum endoplasma, ribosom, apparatus Golgi, mikrobodi (peroksisom,

glioksisom, hidrogenesom, lisosom dan liposom).

FAKTOR
AFPA

Aspergillus flavus and parasiticus agar (AFPA) is a selective media for the enumeration in foods
of the mycotoxin producing fungi Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus. Aspergillus is
developed as a differential medium (ADM), containing 1.0% yeast extract, 1.5% tryptone, and
0.5% ferric chloride, recommending incubation at 28° C for 3 days. Streptomycin and dichloran
is incorporated into ADM and recommended incubation at 28° C for 5 days. Both media rely
upon the formation of a bright orange-yellow reverse pigment by Aspergillus flavus and related
species. Aspergillus flavus and parasiticus agar (AFPA) gives sufficient color development to
enable the recognition of Aspergillus flavus colonies within 4248 hours at 30 ° C. AFPA is
composed of yeast extract, peptone, iron (III) ammonium citrate, dichloran, chloramphenicol,
agar, and distilled or deionized water. Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus produce
orange-yellow reverse colony pigmentation. Aspergillus niger produces colonies with a light
yellow reverse but is readily distinguished from Aspergillus flavus after further 24–48 hours
incubation by the production of black conidial heads. Aspergillus ochraceus produces an
orange-yellow reverse but only forms colonies after prolonged incubation.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0079635203800292

Media DCPA dan DG18 adalah media umum untuk mengisolasi cendawan pada bahan pangan. Menurut
Andrews & Pitt (1986) media DCPA digunakan untuk menumbuhkan cendawan umum yang terdapat
pada biji-bijian. Media DG18 adalah media umum yang digunakan terutama untuk mengisolasi
cendawan xerofilik, yaitu cendawan yang tumbuh dan berkembang pada substrat dengan kadar air
rendah seperti serealia, kacang-kacangan, tepung dan rempah-rempah. Contoh cendawan xerofilik yaitu
Eurotium, Aspergillus restrictus, A. penicillioides, Walemia sebi. Eurotium merupakan tingkat teleomorf
Aspergillus. Sebagian besar spesies dari Aspergillus dapat tumbuh dengan baik pada media tersebut
(Hocking & Pitt 1980).

Andrews S, Pitt JI. 1986. Selective Media for Fusarium Species and Dematiaceous Hyphomycetes from
Cereals. Appl Environ Microbiol. Vol 51. hlm. 1235-1238.

Hocking AD, Pitt JI. 1980. Dichloran-Glycerol Medium for Enumeration of Xerophilic Fungi from Low
Moisture Foods. Appl Environ Microbiol vol 39. hlm 488-492

DG 18
Description
Dichloran-Glycerol (DG18) Agar Base is based on the formulation described by Hocking and Pitt 1 and is
recommended for the enumeration and isolation of xerophilic moulds from dried and semi-dried foods.
Examples of these are dried fruits, spices, confectionery, cereals, nuts and dried meat and fish products.

The medium formulation contains glycerol at 16% (w/w) which lowers the water activity (aW ) from 0.999 to 0.95.
Glycerol was chosen because of advantages it showed over sodium chloride and sugars which have
traditionally been used to formulate media of reduced aW1. The medium also contains dichloran which inhibits
spreading of mucoraceous fungi and restricts the colony size of other genera. This restrictive characteristic
makes the medium especially suitable for enumeration because it allows unobscured growth of organisms that
ordinarily form small colonies.
A modification to the formula has been described in which the addition of Triton-X to DG18 agar increases the
inhibition of vigorously-spreading fungi2.

In a comparative study carried out between DG18 and DRBC, (a medium of higher aW ) greater recovery of
xerophilic moulds was achieved on the DG18 medium1. In this study it was found that two of the fungi
commonly isolated from dried foods in high numbers, Aspergillus penicilloides and Wallemia sebi, grow very
poorly or not at all on DRBC.
http://www.oxoid.com/UK/blue/prod_detail/prod_detail.asp?pr=CM0729&c=UK&lang=EN

DCPA

Dichloran chloramphenicol peptone agar (DCPA) has recently been described as a selective
medium for the isolation of Fusarium species and dematiaceous hyphomycetes from cereals
(Andrews & Pitt, 1986). On DCPA, these fungi generally produce abundant well-formed conidia
which are of prime importance in identification. Conidial production is promoted by incubating
cultures under a light bank providing a 12 h photoperiod.
ROSE BENGAL

Lab M’s Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC Agar) is a


medium for the enumeration of yeasts and moulds in food and animal
products.

Prepared according to ISO 21527-1:2008, this medium is based on the original formulation described by King,
Hocking and Pitt in 1979, and is also compliant with methods stated in the Bacteriological Analytical Manual
(BAM) and American Public Health Association (APHA).

Used for the enumeration of viable yeasts and moulds in products with a water activity of greater than 0.95
such as eggs, meat, some dairy products, fresh pastes, fruit and vegetables, DRBC Agar (ISO) is designed to
suppress the colonial growth of ‘spreader’ moulds and in doing so allow easier performance of the colony
count technique on yeasts and moulds.
The use of the anti-fungal agent, dichloran, restricts spreading of mucoraceous fungi and restricts the colony
size of other genera. Rose bengal also assists in the reduction of colony sizes and is selective against
bacteria.

Additional selectivity against bacterial growth is achieved by the incorporation of the heat-stable antibiotic
Chloramphenicol. Glucose is incorporated as the fermentable carbohydrate source, with an enzymatic digest
of animal & plant tissues providing the essential vitamins, minerals, amino acids, nitrogen and carbon.

http://www.labm.com/products/drbc-agar-dichloran-rose-bengal-chloramphenicol-agar.asp

Anda mungkin juga menyukai

  • RASIO
    RASIO
    Dokumen3 halaman
    RASIO
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Inter
    Inter
    Dokumen19 halaman
    Inter
    Puru
    Belum ada peringkat
  • Cheklist
    Cheklist
    Dokumen1 halaman
    Cheklist
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Inter
    Inter
    Dokumen19 halaman
    Inter
    Puru
    Belum ada peringkat
  • PRINT
    PRINT
    Dokumen3 halaman
    PRINT
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Suratdm
    Suratdm
    Dokumen2 halaman
    Suratdm
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Sadfer
    Sadfer
    Dokumen9 halaman
    Sadfer
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • DDDDDD
    DDDDDD
    Dokumen6 halaman
    DDDDDD
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Rencana-Program
    Rencana-Program
    Dokumen14 halaman
    Rencana-Program
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • PanduanPKL PDF
    PanduanPKL PDF
    Dokumen22 halaman
    PanduanPKL PDF
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Pembahasan
    BAB IV Pembahasan
    Dokumen9 halaman
    BAB IV Pembahasan
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Rs Dan Prebiotk 19
    Rs Dan Prebiotk 19
    Dokumen33 halaman
    Rs Dan Prebiotk 19
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Choco Cookies
    Choco Cookies
    Dokumen4 halaman
    Choco Cookies
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Referensi Tempat PKL
    Referensi Tempat PKL
    Dokumen25 halaman
    Referensi Tempat PKL
    Bayu Rezky Anugrah
    Belum ada peringkat
  • Puding Lapis Susu Rasa Jeruk
    Puding Lapis Susu Rasa Jeruk
    Dokumen4 halaman
    Puding Lapis Susu Rasa Jeruk
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Dokumen Tanpa Judul
    Dokumen Tanpa Judul
    Dokumen2 halaman
    Dokumen Tanpa Judul
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Dzikir
    Dzikir
    Dokumen1 halaman
    Dzikir
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • KKKK
    KKKK
    Dokumen3 halaman
    KKKK
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • UG Jurnal Budi Santoso ST - Mmsi
    UG Jurnal Budi Santoso ST - Mmsi
    Dokumen10 halaman
    UG Jurnal Budi Santoso ST - Mmsi
    AsrofulUmam
    Belum ada peringkat
  • Alsin Pak Tardi
    Alsin Pak Tardi
    Dokumen7 halaman
    Alsin Pak Tardi
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Dokumen Tanpa Judul
    Dokumen Tanpa Judul
    Dokumen2 halaman
    Dokumen Tanpa Judul
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Doa Sehari Hari
    Doa Sehari Hari
    Dokumen4 halaman
    Doa Sehari Hari
    Izhar Ma'sum Rosadi
    Belum ada peringkat
  • Tabel AKG 2013 PDF
    Tabel AKG 2013 PDF
    Dokumen6 halaman
    Tabel AKG 2013 PDF
    Dian
    Belum ada peringkat
  • Salmonella
    Salmonella
    Dokumen2 halaman
    Salmonella
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen8 halaman
    Bab I PDF
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    devi
    Belum ada peringkat
  • XNSX
    XNSX
    Dokumen3 halaman
    XNSX
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Maja Lamhbjhbh
    Maja Lamhbjhbh
    Dokumen3 halaman
    Maja Lamhbjhbh
    Puru Rue
    Belum ada peringkat
  • Terse Rah
    Terse Rah
    Dokumen4 halaman
    Terse Rah
    Puru Rue
    Belum ada peringkat