Pembahasan
A. Pendahuluan
Dalam era yang serba maju ini, seberapa jauh produsen dapat
memenuhi tuntutan dari konsumen adalah salah satu aspek yang paling
menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Di dalam proses produksi
tuntutan dari konsumen dapat diartikan sebagai spesifikasi produk atau
standar minimal yang harus dicapai. Produsen akan terus berupaya untuk
meningkatkan kualitas dari produknya agar sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan oleh pasar, tak terkecuali PT Triteguh Manunggal Sejati, Pati,
yang memproduksi produk minuman berbasis jelly, yaitu Okky Jelly Drink.
Produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dapat
disebut sebagai produk cacat. Pengaruh produk cacat yang dihasilkan pada
perusahaan berdampak pada biaya kualitas, image perusahaan, dan kepuasan
konsumen. Semakin banyak produk cacat yang dihasilkan maka semakin
besar pula biaya kualitas yang dikeluarkan, karena diperlukan pelaksanaan
tindakan inspeksi dan rework untuk memperbaiki kualitas produk cacat.
Oleh karenanya tim quality assurance dan quality control tak henti-hentinya
memonitor setiap tahapan proses dan terus berupaya untuk berinovasi guna
meningkatkan kualitas dan menurunkan produk cacat yang tidak memenuhi
kriteria standar pemasaran.
Salah satu tahapan proses yang dikontrol dalam pembuatan produk
Okky Jelly Drink adalah pada proses cooling atau pendinginan. Proses
pendinginan adalah proses yang berperan dalam menurunkan suhu jelly
drink setelah melalui proses hot filling, sehingga ketika mencapai tahap
pengemasan, produk sudah mengalami penurunan suhu. Pendinginan ini
juga berpengaruh pada gel strength jelly drink dan kecepatan sineresis jelly
di kemudian hari. Permasalahan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan
adalah munculnya produk yang mengalami overcooling atau suhu jelly drink
setelah proses cooling berada dibawah suhu standar yang telah ditetapkan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat beberapa metode
pengendalian kualitas yang dapat digunakan. Tujuan dari pengendalian
kualitas adalah untuk mengurangi tingkat kegagalan produk dan
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu metode
pengendalian kualitas yang dapat digunakan adalah Fault Tree Analysis
(FTA). FTA merupakan metode untuk mengidentifikasi serta
menggambarkan penyebab-penyebab kegagalan dari suatu sistem sampai ke
penyebab paling dasar.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Kecacatan Produk Overcooling pada Proses
Pendinginan pada Produk Okky Jelly Drink”.
B. Landasan Teori
Jelly drink merupakan produk minuman yang berbentuk gel dan
memiliki karakteristik berupa cairan kental yang konsisten dengan kadar air
yang cukup tinggi. Jelly drink memiliki komponen berupa serat yang berasal
dari gelling agent (karagenan) yang digunakan.
Salah satu tahapan proses yang dapat memberikan pengaruh terhadap
karakteristik jelly drink adalah ketika tahap pendinginan. Tahap pendinginan
berperan dalam menurunkan suhu jelly setelah dilakukan proses pemasakan.
Ketika mengalami proses pendinginan, ……
Di PT Triteguh Manunggal Sejati dilakukan pendinginan dengan
metode perendaman dan penyemprotan dengan air. Produk yang berasal dari
proses hot filling dan sealing akan ditransfer menggunakan conveyor menuju
bak pendingin. Proses pendinginan sendiri dilakukan dengan dua tahapan,
yaitu tahap pre-cooling dan tahap cooling. Tahap precooling dilakukan
dengan merendam cup dengan level air yang rendah yaitu sekitar 3/5 bagian
dari cup dengan disertai penyemprotan air dari atas. Untuk tahap cooling
dilakukan dengan merendam cup dengan ketinggian air yang lebih tinggi
yaitu sekitar 4/5 bagian namun dengan penyemprotan air yang lebih kecil.
Tahap precooling berlangsung sekitar 2-3 menit sementara proses cooling
berlangsung sekitar 5-6 menit. Lamanya produk berada di dalam bak cooling
bergantung pada kecepatan conveyor yang dapat disesuaikan dengan kondisi
suhu media dan suhu ruangan.
Dengan adanya proses cooling diharapkan produk Okky Jelly Drink
dapat diturunkan suhunya hingga 34-37 Celcius. Apabila suhu produk yang
keluar dari media cooling lebih terlalu dingin, maka dikhawatirkan akan
terjadi sineresis di kemudian hari. Sineresis adalah proses ketika … Hal ini
disebabkan karena … .
C. Metode Penelitian
Materi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk Okky Jelly Drink
yang diproduksi di PT. Triteguh Manunggal Sejati.
Metode
Studi kasus ini dilakukan pada salah satu perusahaan produsen minuman
jelly komersial. Data didapatkan dari proses pengamatan pada proses
pendinginan jelly drink. Pengambilan data dilakukan secara bertahap dengan
interval 5 menit di salah satu shift start-up selama 3 jam pertama.
Pengambilan data dilakukan dua kali di tiap awal produksi sehingga
didapatkan total data sebanyak 35 data.
Analisis Statistik
Dilakukan analisis statistik menggunakan aplikasi Minitab untuk
menghitung kapabilitas proses. Hasil perhitungannya berupa nilai Cp dan
Cpk. Hasil yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk histogram dan run-
chart.
D. Hasil Penelitian
1. Pengambilan Data dan Analisis Kapabilitas Proses Cooling
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh melalui observasi langsung pada area proses cooling. Dari
pengamatan langsung yang dilakukan di 180 menit pertama saat start-up
dengan interval waktu 5 menit, maka didapatkan data suhu produk
setelah proses pendinginan adalah sebagai berikut:
Hasil analisis kapabilitas proses pendinginan pada varian produk Okky
Jelly Drink dapat dilihat pada Figur 1 yang menyajikan detail dari
analisis. Nilai rata-rata (mean) yang didapatkan adalah … dan nilai ini
sudah memenuhi nilai yang ditetapkan sebagai target standar internal
yakni ….
Kapabilitas proses ditunjukkan oleh nilai Cp dan Cpk. Nilai indeks Cp pada proses
pendinginan dengan acuan standar internal adalah …. Hal ini menunjukkan pada
saat 180 menit setelah start-up proses pendinginan dianggap belum mampu
(incapable) berdasarkan standar internal karena memiliki nilai Cp<1, sebuah proses
dianggap capable apabila memiliki nilai Cp minimal 1 (Siregar & Syahputri, 2017)
dan dianggap ideal (direkomendasikan) apabila memiliki nilai Cp lebih dari 1,33
(Kiran, 2017). Proses yang incapable memiliki peluang terjadinya penyimpangan
terhadap spesifikasi yang sudah ditetapkan. Penyimpangan berupa suhu akhir
produk yang lebih rendah dari batas akan menyebabkan terjadinya sineresis pada
produk yang lebih cepat di kemudian hari. Selain indeks Cp yang menunjukkan
kemampuan proses dalam memenuhi batas spesifikasi yang telah ditentukan,
terdapat indeks Cpk yang berfungsi untuk memberi indikasi apakah proses sudah
berada di tengah (mendekati target) atau tidak (Ramakrishnan et al., 2001; Wu et
al., 2009). Nilai Cpk tidak mungkin melebihi nilai Cp dan secara khusus menjadi
penting ketika nilai Cp nya sudah memenuhi syarat. Sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 2, nilai Cpk proses pendinginan jelly adalah … . Nilai Cpk yang lebih
kecil dari Cp mengartikan bahwa proses yang terjadi tidak berada dekat dengan
target nilainya dan nilai Cpk<1 menunjukkan kemungkinan terjadinya
penyimpangan berat dari standar. Figur 1(B) menunjukkan bahwa histogram lebih
condong ke sisi kiri dari range target, sehingga nilai Cpk<1 menyiratkan bahwa
proses masih memiliki peluang untuk menghasilkan produk menyimpang dengan
suhu berada di bawah batas yang ditentukan.
Setelah dilakukan simulasi sebanyak dua kali dengan tiga kali ulangan
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Belum dapat dilakukan trial pada lapangan karena belum diberikan izin
oleh kepala shift karena diperlukan persiapan yang lebih matang
mengenai durasi penurunan level air. Tidak adanya persiapan yang
matang dapat beresiko terhadap suhu produk yang berada di atas standar.