Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN

PERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME DI DESA BANDUNGREJO,


KECAMATAN BANTUR, KABUPATEN MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Jiwa
di Puskesmas Bantur Kabupaten Malang

Oleh :
Uswatun Hasanah
170070301111116

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN
PERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME DI DESA BANDUNGREJO,
KECAMATAN BANTUR, KABUPATEN MALANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Departemen Jiwa di Desa
Bandungrejo, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang

Disusun oleh :

Uswatun Hasanah 170070301111116

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :

Tanggal :

Perseptor akademik Perseptor Klinik

( ) ( )

NIP NIP
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Pokokbahasan : Autisme pada Anak

Sub pokokbahasan : Perawatan Pada Anak Autisme

Sasaran : Ibu dan Keluarga Posyandu Balita

Hari/tanggal : Jum’at, 09 November 2018

Pukul : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat : Kelurahan Bandungrejo

Penyuluh : Uswatun Hasanah

1. LatarBelakang
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks
yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas
imajinasi. Istilah autis hingga kini masih banyak masyarakat yang belum
mengenal secara baik apa yang dimaksud autis, sehingga seringkali
permasalahan autisme ini dianggap sebagai suatu hal yang negatif.
Menurut Rachmawati (dalam Setiafitri, 2014), autis merupakan
kelainan perilaku dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya
sendiri, seperti melamun atau berkhayal. Gangguan perilakunya dapat berupa
kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, kesulitan dalam
mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku.
Sutadi, 2006 mengungkapkan bahwa anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain
mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan
dengan orang lain. Autisme juga merupakan gangguan perkembangan
organik yang mempengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi dan
menjalani kehidupannya (Hanafi, 2002).
Menurut data dari Unesco pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang
penyandang autisme di seluruh dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di dunia
telah mengidap autisme. Di Amerika Serikat, autisme dimiliki oleh 11 dari 1000
orang. Sedangkan di Indonesia, perbandingannya 8 dari setiap 1000
orang. Angka ini terhitung cukup tinggi mengingat pada tahun 1989, hanya 2
orang yang diketahui mengidap autism.
Autisme masih menjadi mimpi buruk bagi sebagian besar orangtua.
Beberapa orangtua langsung merasa stress saat mendengar anaknya
telah diagnosis autisme. Di kalangan masyarakat juga masih ada
pemahaman bahwa anak-anak autis bisa menularkan penyakitnya. Maka,
beberapa orangtua justru menyembunyikan anaknya yang mengidap autis.
Salah satu faktor yang paling penting dalam keberhasilan penanganan
autisme adalah keterlibatan dan komunikasi orang tua dalam melakukan
perawatan pada anak dengan autis.
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, ibu dapat mengenali tanda
gejala autisme, memberikan penanganan dan tindakan pencegahan yang
tepat.
3. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan
ibu-ibu hamil di Posyandu Mawar 1 Kepanjen mengetahui tentang :
a. Pengertian Autisme pada Anak
b. Klasifikasi Autisme pada Anak
c. Penyebab Autisme pada Anak
d. Tanda dan Gejala Autisme pada Anak
e. Hambatan pada Anak autism
f. Penatalaksanaan Autisme pada Anak
4. Strategi Pelaksanaan
a. Metode :
 Ceramah
 Diskusi
b. Garis besar materi (penjelasan terlampir) :
 Pengertian Autisme pada Anak
 Klasifikasi Autisme pada Anak
 Penyebab Autisme pada Anak
 Tanda dan Gejala Autisme pada Anak
 Hambatan pada Anak autism
 Penatalaksanaan Autisme pada Anak
5. Proses Pelaksanaan

Waktu Kegiatan Penyuluh Peserta Metode

5 menit Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam Ceramah


salam pembuka 2. Menyimak
2. Menyampaikan 3. Mendengarkan,
tujuan menjawab,pertanya
penyuluhan an
3. Menanyakan
kesiapan peserta
15 menit Kerja 1. Penyampaian 1. Mendengarkan Ceramah
garis besar dengan penuh dan
materi Autisme perhatian diskusi
2. Memberi 2. Menanyakan hal-hal
kesempatan yang belum jelas
peserta untuk 3. Memperhatikan
bertanya jawaban dari
3. Menjawab pemateri
pertanyaan 4. Menjawab
peserta pertanyaan
4. Evaluasi
10 menit Penutup 1. Menyampaikan 1. Mendengarkan Ceramah
kesimpulan 2. Menjawab salam
2. Salam penutup

6. Setting Tempat
Peserta penyuluhan berhadapan dengan pemateri
7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Persiapan SAP
 Persiapan tempat yang akan digunakan
 Kontrak waktu
 Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan Bandungrejo bersedia
mengikuti pendidikan kesehatan dari awal-akhir
b. Evaluasi Proses
 Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan Bandungrejo mengikuti
penyuluhan dari awal sampai akhir
 Selama penyuluhan Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan
Bandungrejo memperhatikan penjelasan yang disampaikan pemateri
 Selama penyuluhan Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan
Bandungrejo aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan
 Selama penyuluhan Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan
Bandungrejo aktif menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri
c. Evaluasi Hasil Akhir
 Ibu dan keluarga Posyandu Balita di Kelurahan Bandungrejo mengerti
dan memahami tentang konsep dan penatalaksanaan autisme pada
anak, dibuktikan dengan kemampuan ibu-ibu dalam menjawab
pertanyaan, minimal 2 dari 4 pertanyaan yang diberikan pemateri
setelah kegiatan penyuluhan.
Lampiran 1

Materi Penyuluhan

1. Definisi
Autismea berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autismea
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autismee adalah gangguan
perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Autismee adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi
pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan
interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-
anak biasa disebut dengan Autismee Infantil. Autisme adalah kelainan
perkembangan saraf yang sangat beragam yang ditandai dengan adanya tiga
gejala, yaitu gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, dan tingkah laku
terbatas dan berulang yang terjadi sebelum usia anak tiga tahun (Hadi, 2006)
2. Klasifikasi Autisme
a) Autisme Klasik
Adanya kerusakan saraf sejak lahir, karena sewaktu mengandung, ibu
terinfeksi virus, seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya
seperti merkuri dan timbal yang berdampak menagacaukan proses
pembentukan sel-sel saraf di otak janin (Faisal, 2007)
b) Autisme Regresif
Autisme regresif muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan.
Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun tiba-tiba saat usia
anak meninjak 2 tahun kemampuan anak merosot. Yang tadinya sudah
bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata berubah diam dan tidak lagi
berbicara. Kesimpulan yang beredar di klangan ahli menyebutkan
autismee regresif muncul karena anak terkontaminasi langsung oleh
faktor pemicu. Yang paling disorot adalah paparan logam berat terutama
merkuri dan timbal dari lingkungan (Faisal, 2007)
3. Penyebab
Autis mempunyai dasar bawaan yang kuat. Penyebabnya bermacam-macam
yang melibatkan banyak gen dan faktor lingkungan. Penyebab gen yang pasti
sulit diketahui (Christopher, 2012)
1. Genetik
Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi
pada terjadinya autis. Menurut Nasional Institute of Health, keluarga yang
memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk
melahirkan anak yang juga autis.
Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak autis,
kembarannya kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama. Secara
umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan
spektrum autis. Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan
otak, pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi. Namun
gejala autis baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. Bisa saja
autis tidak muncul, meski anak membawa gen autis. Jadi terkadang
memerlukan faktor lain.
2. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autis.
Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di
sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia
dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya bakat autis.
3. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki
risiko lebih besar mengalami autis. Obat-obatan tersebut termasuk
valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang
dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan,
kecemasan, serta insomnia. Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah
dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun,
obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi
kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk
penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
4. Usia Orangtua
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak
menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010
menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki
anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun.
5. Perkembangan Otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang
bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood,
berkaitan dengan autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti
dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme.
6. Faktor Kelahiran
Sebuah penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2008 menunjukan
bahwa bayi yang lahir dengan berat badan sangat rendah dan lama
dalam kandungan ( lebih dari 9 bulan ) memiliki resiko lebih tinggi
terhadap Autisme. Keadaan saat persalinanpun sangat mempengaruhi
terhadap autis, bayi yang mengalami hipoksa ( gagal nafas) saat
dilahirkan itu dapat memicu autisme. secara tidak langsung bayi yang
lahir prematur juga bisa menimbulkan autisme.beberapa bayi lahir
prematur biasanya mengalami pendarahan otak ada yang sebagian hidup
dan ada yang mati dan yang hidup biasanya akan mengalami kelainan
otak yang menyebabkan autisme.
7. Faktor Lingkungan
Bayi yang lahir sehat belum tentu tidak mengalami autisme. Faktor
lingkungan (eksternal) juga bisa menyebabkan bayi menderita autisme,
seperti lingkungan yang penuh tekanan dan tidak bersih. Lingkungan
yang tidak bersih dapat menyebabkan bayi alergi melalui ibu. Karena itu,
hindari paparan sumber alergi berupa asap rokok, debu atau makanan
yang menyebabkan alergi.
4. Tanda dan Gejala
Sebagian dari orang tua mengenali munculnya gejala autis pada anak usia
18 bulan. Padahal, gejala awal telah dapat dikenali pada usia lebih dini.
Periksakan anak kepada tenaga kesehatan apabila terdapat gejala (Andri
Priyatna, 2010)
 Tidak ada kontak mata pada saat menyusu;
 Tidak dapat mengoceh pada usia 12 bulan;
 Tidak ada isyarat badan, seperti menunjuk dan melambaikan tangan,
pada usia 12 bulan;
 Belum dapat berbicara satu kata pada usia 16 bulan;
 Tidak dapat merangkai dua kata, kecuali meniru (echolalia) pada usia
2 tahun;
 Kehilangan keterampilan bahasa atau interaksi pada setiap usia.
5. Hambatan pada anak autisme
Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya, antara
lain komunikasi, interaksi sosial, gangguan dalam sensoris, pola bermain,
perilaku khas, dan emosi (Riyanti, 2002:10, Peeters, 2004:5; Hidayat,
2006:2; Sunardi dan Sunaryo, 2006:193). Gangguan-gangguan tersebut
jelas akan mengahambat perkembangan anak autis.

1. Hambatan dalam komunikasi

a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.


b. Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi
kemudian sirna.
c. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
e. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
f. Senang meniru atau membeo (echolalia)
g. Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi
tidak mengerti artinya.
h. Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit
berbicara sampai usia dewasa.
i. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan.

2. Hambatan dalam interaksi sosial

a. Anak autis lebih senang menyendiri.


b. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk
bertatapan.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
3. Gangguan dalam sensoris

a. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.


b. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.

4. Hambatan dalam pola bermain

a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.


b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
c. Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
d. Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan dielus-elus
kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
e. Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,
dan lain-lain.
f. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang
terus dan dibawa kemana-mana.

5. Gangguan perilaku khas

a. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).


b. Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan
pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan
yang berulang-ulang.
c. Tidak suka pada perubahan.
d. Dapat duduk benging dengan tatapan kosong.

6. Gangguan emosi

a. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis


tanpa alasan.
b. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi
keinginannya.
c. Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
d. Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
e. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
6. Penatalaksanaan
Langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua atau keluarga terhadap anak
autis (Nattaya, 2012)
 Apabila ada gangguan pada hal-hal tersebut di atas, periksakan anak
untuk penilaian lanjutan ke puskesmas dan rumah sakit (tenaga
kesehatan).
 Gunakan cara penanganan yang sesuai dengan kondisi anak karena
tidak setiap anak membutuhkan cara penanganan yang sama.
 Mintalah bantuan tenaga kesehatan untuk menentukan cara penanganan
yang tepat di antara beberapa cara yang tersedia di wilayah setempat,
misalnya, cara/metode ABA (analisis perilaku terapan/applied behavior
analysis), model perkembangan, pembelajaran terstruktur, terapi bicara
dan bahasa, terapi keterampilan sosial, atau terapi okupasi.
 Lakukan penanganan tingkah laku dan kecerdasan pada usia dini melalui
program pendidikan khusus yang terus-menerus sehingga membantu
anak autis meningkatkan kemandirian dan interaksi sosial, keterampilan
berkomunikasi dan bekerja, serta mengurangi gejala tingkah laku aneh.
 Jangan menunda penanganan/pengobatan karena akan berpengaruh
terhadap perkembangan anak selanjutnya.
Selain terapi diatas dapat pula dilakukan terapi sebagai berikut :
1. Dimulai dari sering mengajak anak berbicara, membantu memfokuskan
pembicaraan, sampai meminta mengarahkan wajah saat kita atau anak
tengah berbicara. Bangun pula suasana menyenangkan dalam
berkomunikasi, seperti dengan menghadirkan aneka permainan
berwarna-warni, buku cerita bergambar, atau permainan-permainan yang
disukainya.
2. Setiap anak mengharapkan pujian, dan pada anak autis pujian dapat
berguna sebagai petunjuk 'jalan yang benar'. Berikan pujian lewat
perkataan atau tunjukkan kasih sayang Anda jika anak dapat menjawab
dengan baik.
3. Melakukan senam atau gerakan-gerakan sederhana seperti permainan
menggerakkan anggota tubuh. Memiringkan kepala beberapa kali,
memutar badan ke kanan dan kiri, mengangkat tangan tinggi-tinggi, dll.
Seluruh gerakan ini akan mendukung terciptanya latihan motorik pada
otak anak, sehingga terapi akan lebih mudah dijalankan.
4. Senantiasa menyiapkan diri tetap sabar berkomunikasi dengan anak.
Tentu bukan hal mudah dibanding memberikan kasih sayang pada anak
normal, tetapi sebagai titipan Tuhan dan buah cinta kita, sudah
semestinya mereka tetap mendapat belaian kasih sayang sesuai
kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Priyatna. (2010).Amazing Autism ! (Memahami, Mengasuh, dan Mendidik


Anak Autis).Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Agus Suryana. Terapi Autisme. 2004. Jakarta : Progres

Bloom, Emanuel dkk. The Developmental Neurobiology of Autism Spectrum


Disorder. Diakses dari http://www.jneurosci.org/content/26/26/6897 pada
8 November 2018
Christopher Sunu. (2012). Unlocking Autism.Yogyakarta:Lintangterbit.

Hadi, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung :


Alfabeta Bandung

Joko Yuwono, M.Pd. Memahami Anak Autis. November 2012. Jakarta Barat :
Alfabeta

Nattaya Lakshita. Panduan Simpel Mendidik Anak Autis. 2012. Yogyakarta :


Javalitera

Yatim, Faisal. Dr. 2007. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak. Jakarta
: Pustaka Populer Obor
Lampiran 2

PRE TEST POST TEST

1. Klasifikasi Autisme dibagi menjadi berapa ? sebutkan ! 1. Klasifikasi Autisme dibagi menjadi berapa ? sebutkan !
a. 3 yaitu autisme klasik, autisme regresif dan progesif c. 3 yaitu autisme klasik, autisme regresif dan progesif
b. 2 yaitu autisme klasik dan regresif d. 2 yaitu autisme klasik dan regresif
2. Apa saja tanda dan gejala autisme ? 2. Apa saja tanda dan gejala autisme ?
a. Tidak ada kontak mata, tidak dapat berkomunikasi c. Tidak ada kontak mata, tidak dapat berkomunikasi
dengan baik, tidak ada isyarat badan dengan baik, tidak ada isyarat badan
b. Terdapat kontak mata, dapat berkomunikasi dengan baik, d. Terdapat kontak mata, dapat berkomunikasi dengan baik,
mampu melakukan isyarat badan mampu melakukan isyarat badan
3. sebutkan hambatan pada anak autisme? 3. sebutkan hambatan pada anak autisme?
a. Hambatan komunikasi, hambatan dalam interaksi sosial, c. Hambatan komunikasi, hambatan dalam interaksi sosial,
dan hambatan dalam bermain dan hambatan dalam bermain
b. Hambatan mobilitas fisik, hambatan berkemih dan d. Hambatan mobilitas fisik, hambatan berkemih dan
gangguan emosi gangguan emosi
4. Bagaimana upaya yang dilakukan orang tua dalam merawat 4. Bagaimana upaya yang dilakukan orang tua dalam merawat
anak dengan autisme? anak dengan autisme?
a. Melakukan komunikasi dua arah yang aktif, mengajak c. Melakukan komunikasi dua arah yang aktif, mengajak
anak bermain, menghilangkan perilaku yang tidak wajar anak bermain, menghilangkan perilaku yang tidak wajar
pada anak, rutin dalam mekukan Posyandu pada anak, rutin dalam mekukan Posyandu
b. Melakukan komunikasi dua arah yang aktif, membiarkan d. Melakukan komunikasi dua arah yang aktif, membiarkan
anak berperilaku yang tidak wajar, membiarkan anak anak berperilaku yang tidak wajar, membiarkan anak
bermain sendiri bermain sendiri
5. Anak suka menyendiri merupakan hambatan dalam…? 5. Anak suka menyendiri merupakan hambatan dalam…?
a. Hambatan bermain c. Hambatan bermain
b. Hambatan interaksi sosial d. Hambatan interaksi sosial

Anda mungkin juga menyukai