Anda di halaman 1dari 29

Sistem Penilaian Ujian

Tertulis pada SBMPTN 2018


Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan
Tinggi Negeri 2018 menyampaikan penjelasan resmi tentang sistem penilaian
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2018 (SBMPTN 2018).
Metode penilaian ujian tertulis SBMPTN di tahun 2017 dan tahun-tahun
sebelumnya dilakukan dengan menggunakan skor total dari jawaban peserta
tes terhadap soal-soal tes yang diberikan. Peserta yang menjawab dengan
benar akan mendapatkan skor 4, jawaban salah mendapatkan skor negatif (-
1) dan tidak menjawab akan mendapatkan skor nol. Teori yang mendasari
prosedur penyekoran ini adalah Teori Tes Klasik. Pada tahun 2018 metode
penilaian tes dilakukan dengan prosedur yang berbeda dengan menerapkan
Teori Tes Modern yang dikenal dengan Teori Respons Butir (Item Response
Theory/IRT).
Metode penilaian ujian tertulis pada SBMPTN 2018 tidak hanya
memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh
peserta, tetapi juga memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya
tingkat kesulitan relatif dan sensitifitasnya dalam membedakan kemampuan
peserta.
Metode penilaian oleh Panitia Pusat dilakukan melalui 3 tahap, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap I, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan


memberi skor 1 (satu) pada setiap jawaban yang benar, dan skor 0
(nol) untuk setiap jawaban yang salah atau tidak dijawab/kosong.
b. Tahap II, dengan menggunakan pendekatan Teori Response Butir (Item
Response Theory) maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya,
diantaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain,
dengan mendasarkan pada pola response jawaban seluruh peserta tes
tahun 2018. Dengan menggunakan model matematika, maka akan
dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan relatif
mudah, sedang, maupun sulit.
c. Tahap III, karakteristik setiap soal yang diperoleh pada Tahap II
digunakan untuk menghitung Skor setiap peserta. Soal-soal yang relatif
sulit akan mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal
yang relatif lebih mudah. Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan
oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran
dan penilaian.
Dengan metode penilaian baru ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab
jumlah SOAL yang SAMA dengan BENAR, akan dapat memperoleh nilai yang
SAMA atau BERBEDA tergantung pada soal mana saja yang mereka jawab
dengan benar. Contoh: peserta A dapat menjawab dengan benar 5 soal yaitu
nomor 1,5,7, 11 dan 13, sedangkan peserta B juga dapat menjawab 5 soal
dengan benar yaitu nomor 1, 5, 9, 12 dan 15, kedua peserta tersebut
kemungkinan akan mendapatkan skor akhir yang berbeda karena butir soal
yang dijawab dengan benar oleh peserta A kemungkinan memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda dengan butir soal yang dikerjakan dengan benar oleh
peserta B.
Metode penilaian ini sudah lama digunakan secara meluas di negara-negara
maju di Amerika dan Eropa karena dengan menyertakan karakteristik setiap
soal dalam penilaian, skor yang diperoleh akan lebih “fair” dan dapat
membedakan kemampuan peserta dengan lebih baik.
Penting diiinformasikan bahwa penjelasan metode penilaian baru SBMPTN
2018 yang diberikan oleh pihak-pihak lain yang beredar diberbagai media
tidak akurat dan cenderung menyesatkan. Hal ini dikarena metode penilaian
pada SBMPTN 2018 membutuhkan persyaratan tertentu yang sulit dipenuhi,
antara lain jumlah peserta tes sekitar 800.000 orang, jumlah dan kualitas soal
akan direspon secara berbeda dari 800.000 peserta tes dan
juga software model matematik yang berbeda akan memberikan hasil yang
berbeda.
Petunjuk pengerjaan soal yang sesuai dengan sistem penilaian di atas, sudah
disertakan pada setiap set soal yang diujikan.
Demikian penjelasan resmi dari Panitia Pusat SN-PMB PTN 2018 untuk dapat
diketahui oleh masyarakat dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
SISTEM PENILAIAN TERBARU SBMPTN 2018
Mungkin ada yang sudah tau kalau sistem penilaian SBMPTN 2018 ini tidak
lagi menggunakan sistem nilai 4-0-(-1), tapi menjadi 1-0-0. Gue akan
mengulangi detail-nya sekali lagi di sini supaya lebih jelas.
Dari tahun-tahun sebelumnya sampai pada tahun 2017 kemarin, sistem penilaian
SBMPTN yang kita semua tau adalah 4-0-(-1), maksudnya:
 kita akan mendapat skor 4 untuk tiap soal yang kita jawab dengan BENAR,
 kita akan mendapat skor 0 untuk tiap soal yang TIDAK JAWAB atau
KOSONG, dan
 kita akan mendapat skor (-1) untuk tiap soal yang kita jawab SALAH.
Nah, tahun 2018 ini, sistem penilaiannya akan menjadi 1-0-0, maksudnya:
 kita akan mendapat skor 1 untuk tiap soal yang kita jawab dengan BENAR,
 kita akan mendapat skor 0 untuk tiap soal yang TIDAK JAWAB atau
KOSONG, dan
 kita akan mendapat skor 0 untuk tiap soal yang kita jawab SALAH.
Sampai di sini sudah mengerti kan ya perbedaannya? Okee. Kita lanjut ya.
Selain sistem scoring seperti tadi, metode penilaian di tahun 2018 ini juga katanya
akan memperhatikan karakteristik tiap soalnya, khususnya di tingkat kesulitan
untuk membedakan kemampuan peserta. Jadi, Panitia Pusat SBMPTN akan
melakukan metode penilaian ini melalui 3 tahap:
Tahap I
Seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dan diberi skor 1-0-0
seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Tahap II
Tiap soal akan dianalisis karakteristiknya dengan pendekatan Teori Respons
Butir (Item Response Theory). Salah satunya, akan dilihat tingkat kesulitan
relatifnya terhadap soal yang lain dengan melihat respons jawaban yang masuk
dari semua peserta SBMPTN tahun 2018. Dengan perhitungan tertentu, akan
terlihat soal mana yang masuk kategori susah, sedang, atau gampang.
Tahap III
Karakteristik soal yang diperoleh di Tahap II kemudian akan digunakan untuk
menghitung skor tiap peserta. Jadi, akan ada pembobotan soal. Soal yang dianggap
susah nantinya pasti akan mendapat bobot lebih tinggi dibanding soal yang
dianggap mudah. Jadi, kalo ada peserta yang menjawab JUMLAH SOAL yang
SAMA dengan BENAR, maka skornya BELUM TENTU SAMA, tergantung dari
nomor soal mana yang mereka jawab.

Misalnya, nih:

Peserta A menjawab lima soal dengan BENAR, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6.


Sedangkan peserta B menjawab lima soal dengan BENAR di nomor 1, 2, 3, 7, 8.
Nilai keduanya belum tentu sama, tergantung bobot soal di tiap nomor yang
mereka kerjakan.
Kebayang?
Nah. Pertanyaan yang akan muncul biasanya begini:

"Jadi, saat tes, gimana kita tau, nomor soal yang sedang kita
kerjakan itu termasuk nomor soal yang bobotnya susah atau
enggak?"
Gue paham kalo lo pasti pengen ngumpulin skor sebanyak-banyaknya.
Selain ngumpulin skor dari soal gampang, lo juga pasti pengen dan penasaran dong
untuk mengerjakan soal yang termasuk kategori susah, supaya skor
yang dikumpulinbisa lebih banyak lagi. Ya, gak?
Nah, lo perlu ingat penjelasan tahapan metode penilaian sebelumnya, yaitu
di Tahap II (coba dilirik lagi ke atas). Singkatnya, saat mengerjakan soal, kita
GAK BISA TAU mana nomor-nomor soal yang termasuk kategori susah,
sedang, atau yang gampang karena penilaiannya akan bergantung pada
jawaban yang masuk dari seluruh peserta SBMPTN 2018 saat itu. Jadi, setelah
seluruh jawaban peserta SBMPTN masuk, baru bisa dianalisis karakteristiknya.
Soal-soal nomor berapa saja yang paling banyak dijawab benar oleh peserta tahun
2018 itu. Semakin banyak yang menjawab dengan benar, berarti ada
kemungkinan nomor soal tersebut termasuk kategori gampang. Begitu juga
sebaliknya. Gampangnya sih, gitu walaupun sebenarnya perhitungan IRT jauh
lebih kompleks dari ini.
"Terus, dengan perubahan ini, bisa diprediksi gak
sih, kecenderungan peserta SBMPTN tahun 2018 ini dalam
menjawab soal gimana?"
Hmm, tebakan cepat gue, kalo gak ada "dosa" (gak ada nilai minus), pasti semua
orang pengen nembak. Ya gak? :p
“Mayanlah nembak aja siapa tau bener kan!”
Apalagi kalo udah mendekati bel.
“Yak, 10 menit lagi dikumpulkan ya.” |“Wah, wah, okeoke itung kancing dulu,
Bro.” (ngomong sama diri sendiri).
Terus yaudah langsung aja deh, bat-bet-bat-bet ngitemin jawaban
hasil ngitung kancing. Tebakan gue sih itu yang akan terjadi. Di bawah, gue akan
kasih liat juga data yang mendukung tebakan gue ini. Keep readiing

SEKILAS TENTANG METODE PENDEKATAN ITEM


RESPONSE THEORY
Karena istilahnya panjang, gue singkat aja jadi IRT ya. Setelah gue baca sekilas
tentang si Metode IRT ini, ternyata kepala gue cukup dibuat ngebul. :p
Perhitungannya sangat kompleks, variabel yang diperhatikan untuk menentukan
bobot tiap soal juga banyak sekali. Jadi, ternyata scoring 1-0-0 tadi tidak akan
menjadi sesimpel itu perhitungannya.
Dalam melihat karakteristik suatu soal untuk ditentukan bobotnya, metode IRT ini
memperhitungkan beberapa hal, yaitu:

 daya beda tiap nomor soal


 taraf kesusahan tiap nomor soal
 faktor kebetulan dalam menjawab tiap nomor soal
Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa
yang sudah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang belum
menguasai materinya. Semacam melihat kualitas soalnya, bagus atau enggak.
Taraf kesusahan adalah peluang untuk menjawab suatu soal dengan
benar. Kalo banyak peserta yang menjawab salah, berarti soal tersebut
susah. Kalo banyak yang jawab benar, berarti gampang. Simpelnya begitu.
Faktor kebetulan dalam menjawab soal akan menghitung kemungkinan peserta
yang menjawab soal tertentu dengan benar walaupun sebenarnya dia gak mengerti
materinya itu gimana. Ya bisa dibilang, faktor kebetulan ini
menghitung kemungkinan nembak di suatu soal.
Nah, jadi lumayan kompleks kan? Gue sendiri gak mengerti
cara ngitung detilnya gimana untuk menghasilkan nilai persentase skor akhir
SBMPTN lo besok ini. Satu hal yang pasti, gak cuma scoring 1-0-0, tapi masih
banyak aspek yang mesti dikutak-katik dari hasil scoring itu.
Tapi hal ini gak perlu lo pikirin sedetil itu kok. Tenang. Gue cuma mau
memberikan informasi aja supaya lo kebayang IRT itu ngapain sih.
Jangan ikutan pusing ya, mending lanjut baca lagi

DATA PERBANDINGAN HASIL TRY OUT SBMPTN


DENGAN SISTEM PENILAIAN LAMA DAN BARU
Nah, berikut ini ada data menarik yang diolah oleh Kak Nurul (Zenius Club
Manager) atau yang lebih kita kenal dengan Kak Qom :p Jadi, Kak Qom
melakukan online try out untuk murid-murid Zenius Club. Try out dilakukan untuk
mata pelajaran TKPA dan Saintek sebanyak dua kali, masing-masing dengan
sistem penilaian yang berbeda.
Try out pertama dilakukan dengan sistem scoring lama, 4-0-(-1). Try out kedua
dilakukan dengan sistem scoring terbaru, yaitu 1-0-0 (tapi belum menggunakan
perhitungan pembobotan). Data yang ditemukan begini:
Persentase Jawaban Kosong
Dari tabel di atas, perbedaan yang kita bisa lihat secara signifikan adalah
PERSENTASE JAWABAN KOSONG. Untuk mata pelajaran TKPA, persentase
jawaban kosong mengalami penurunan jika dilihat dari try out 1 ke try out 2, dari
38% menjadi 18%. Begitu juga persentase jawaban kosong di mata pelajaran
Saintek, turun dari 65% jawaban yang kosong menjadi hanya 27% saja.
Sebenernya, ini baru data kecil-kecilan karena try out dengan metode scoring 1-0-0
ini baru dilakukan satu kali. Tapi, dari tabel di atas, tidak salah kalo kita
menyimpulkan bahwa dengan perubahan sistem scoring menjadi 1-0-0,
kemungkinan peserta try out untuk menjawab soal lebih banyak menjadi lebih
besar, terlepas jawabannya benar atau salah. Yang pasti, jumlah soal yang
dijawab menjadi lebih banyak. Dengan kata lain, sistem baru ini membuat
peserta jadi lebih gak takut untuk nembak :p
Persentase Jawaban Salah
Oke balik lagi lihat tabel di atas. PERSENTASE JAWABAN SALAH untuk mata
pelajaran TKPA malah menjadi naik. Di try out 1, yang tadinya 21% menjadi 36%
di try out 2. Hal ini juga terjadi di mata pelajaran Saintek. Di try out 1, persentase
jawaban salahnya 16%, di try out 2 menjadi 48%. Cukup tinggi sih ya,
peningkatannya.
Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari tabel di atas? Dugaan simpelnya:

Dengan sistem scoring 1-0-0, peserta ujian akan lebih cenderung untuk
nembak, tapi ternyata jawaban salahnya juga naik.
Hehe. Jadi, ya gak jaminan banyak nembak, banyak jawaban bener.
"Tapi Kak Wilo, gakpapa dong, sebenernya kalo NEMBAK, terus SALAH, kan
skor-nya 0 gak (-1)?"
Iya gakpapa, kalo perhitungannya memang cuma 1-0-0. Tapi kan, ada hal yang
kita gak tau tentang perhitungan pasti pembobotan dengan sistem IRT
tadi. Bayangin aja misalnya nih, untuk soal nomor X, ternyata banyak peserta yang
menjawab soal itu, tapi SALAH, bisa aja jadinya Si Soal X tadi dilihat sebagai
soal yang masuk kategori susah. Jadi, untuk peserta yang menjawab dengan
BENAR malah akan mendapat bobot nilai lebih tinggi. Ya gak? Jadi, peserta-
peserta yang nembaknya itung kancing dan salah, malah membuat Si Peserta yang
menjawab soal X dengan benar, lebih untung.
Tapi gue ngerti kok, masalah nembak ini gak sesimpel boleh atau enggak.
Realitanya gak sesederhana itu. Pas ujian, lo pasti akan ketemu situasi ketika lo
akan tergoda untuk nembak. Misalnya, ternyata ada 20 soal yang gak bisa lo jawab.
Lo pasti gemes lah membiarkan 20 soal itu kosong. Pasti ada rasa penasaran lo
untuk menembak jawaban beberapa soal. Ya gak? Atau misalnya lagi, lo udah tau
jawaban suatu soal itu apa, tapi lo masih ragu dengan pilihan jawabannya. Ini bakal
jadi godaan banget kan buat nembak.

DAMPAK JAWABAN SALAH DAN NEMBAK DI


SBMPTN 2018 DENGAN PERHITUNGAN ITEM
RESPONSE THEORY
Nah, untuk lebih jelasnya, Wisnu OPS udah melakukan simulasi lanjutan. Tujuan
simulasi ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak menembak pada soal
yang dihitung dengan menggunakan IRT.
Simulasi yang dilakukan Wisnu menggunakan data try out beneran di ZeniusClub.
Ada 50 soal di try out ini. Total ada 50 peserta, yaitu 49 peserta "asli" dari Zenius
Club dan 1 peserta baru yang perilaku nembak-nya berubah-ubah (1 peserta
sebagai eksperimen). Setelah dilakukan proses pembobotan IRT, ternyata ada 29
soal yang masuk kategori mudah dan ada 21 soal yang masuk kategori sulit.
Berikut hasil simulasinya.
Oke, dari tabel di atas, lo bisa ambil 2 kesimpulan utama:

1. Walaupun tidak ada minus di scoring 1-0-0, tapi sistem pembobotan soal di
IRT membuat jawaban salah akan mengurangi nilai akhir lo dan pada akhirnya
menurunkan peringkat lo.
2. Nembak asal-asalan akan membuat nilai dan peringkat lo menurun.
Kalo lo penasaran dengan mekanisme simulasi di atas, lo bisa baca lebih detil
setiap skenario yang ada di dokumen yang udah disiapkan Wisnu berikut ini:

>> Simulasi Try Out SBMPTN 2018 dengan Perhitungan Item Response
Theory <<
.

Disclaimer:
Wisnu menggunakan software Xcalibre 4.2 untuk simulasi ini. Berhubung doi
masih pakai yang free version, maksimum peserta ujian yang bisa dimasukkin
cuma 50. Jumlah soal yang bisa dimasukkin juga maksimum 50 soal. Idealnya,
simulasi IRT sebaiknya dilakukan dengan data sekitar 400 peserta untuk
memperoleh hasil yang benar-benar reliable. Jadi, ini hanya gambaran kasar, ya.
Tapi, zenius berusaha memanfaatkan resource yang tersedia sekarang aja dulu
untuk menjawab rasa penasaran menjelang SBMPTN 2018. Eksperimen dan data
lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil simulasi di atas. Zenius emang
rencananya mau meneliti lebih lanjut terkait hal ini. Tunggu aja hasilnya ya..

TIPS DALAM MENGERJAKAN SOAL SBMPTN 2018


Nah, gimana perasaannya setelah membaca penjelasan tentang sistem penilaian
baru di atas? Bisa dimengerti atau malah tambah puyeng? :p
Mudah-mudahan bisa dimengerti ya, atau at least jadi kebayang, gak terlalu
meraba-raba lagi.
Sekarang masuk ke bagian yang paling lo tunggu-tunggu, yaitu tips menjawab soal
di SBMPTN 2018 nanti.

1. Pahami Konsep
Kayaknya ini udah sering diingetin oleh Zenius ya bahwa belajar itu jangan
sekadar menghafal. Ini berlaku di kondisi apapun. Belajar yang benar adalah
dengan gak cuma ngafal, tapi dengan memahami konsep dasarnya sampai kalo lo
ditanya, lo beneran mengerti dan bisa menjelaskan ulang. Dengan bener-
bener memahami konsep dasar suatu teori atau materi, lo gak perlu panik mau
metode penilaian tesnya gimanapun juga, lo pasti bisa jawab. Belajar hal lain
secara umum yang bukan pelajaran sekolah dan yang gak ada tesnya, juga harus
begini, yaa.

2. Kerjain dulu soal yang gampang


Untuk konteks SBMPTN besok ini, saran gue akan tetap sama dengan
sebelumnya. Kerjain dulu soal-soal yang paling lo anggap gampang (yang paling
bisa lo kerjain) dan soal yang lo yakin jawabannya BENAR. Nemu soal
susah dikit atau kusut dikit, skip aja dulu. Jangan terlalu keasikan di satu
soal doang. Inget, lo lagi ngerjain soal dalam suasana ujian, bukan kayaklagi
belajar dan penasaran buat ngulik. Yang namanya ujian, waktunya terbatas. Lo
harus bisa bagi waktu untuk setiap soalnya. Kalo lo udah kelar kerjain soal-soal
yang gampang, nanti baru balik lagi ke soal susah kalo masih ada sisa waktu.

3. Boleh nembak, asal..


Gue GAK MELARANG LO untuk nembak. Tapi, alangkah baiknya, kalo paling
tidak, nomor soal yang lo tembak punya kemungkinan benarnya lumayan besar.
Misalnya, lo udah mengeliminasi 3 jawaban. Cuma ragu di antara 2. Lumayan kan,
kemungkinannya jadi 50:50. Jadi, gak ngitung kancing banget. Kenapa? Karena
jangan lupa, metode penilaian 1-0-0 ini juga disertai dengan perhitungan IRT yang
kompleks pake bobot-bobotan.
Jadi, sebisa mungkiiin kalo nembak, jangan ngasal-
ngasal amat.
Sekali lagi gue ulang, ya. Kalau nembaknya asal-asalan, sebaiknya jangan karena
berpotensi mengurangi nilai. Tapi, kalo lo lumayan ngerti soalnya, hanya ragu-
ragu di antara dua pilihan jawaban, gak papa ditembak.
Nembak 50:50 masih oke, nembak itung kancing, NO NO.
Lalu, lo harus perhatikan juga bahwa setiap tahunnya, ada aja soal SBMPTN yang
super ambigu. Misalnya, pertanyaan soal gak jelas, terus jawaban di pilihannya ada
2. Atau biasanya di soal TKPA - TPA Pola Gambar, gambarnya
gak kebaca, dll. Kalo lo ketemu soal yang super ambigu, saran gue
sih sebaiknya di-skip aja. Dikosongin! Karena terlalu gambling. Kecuali, kalo
misalnya lo udah lumayan yakin dengan jawabannya, ya silakan aja dipilih
jawaban yang menurut lo bener.Nembak atau nge-skip kan sebenernya keputusan
lo sendiri.
Dan pada akhirnya, kita harus inget kalo kita tetep harus fokus untuk menjawab
soal dengan benar, BUKAN menjawab soal dengan sebanyak-banyaknya.
Jadi, tetep kasih energi lo 100% dalam menjawab soal, ya!
Belajarlah dengan benar supaya kita bisa menjawab soal dengan benar juga.
Gue pasti akan doain lo semua!
Semoga artikel gue ini bisa mengurangi deg-deg-an lo dalam menghadapi
SBMPTN besok.
GOOD LUCK!
1. Topik: Trigonometri

Pembahasan:

Sehingga,

Jawaban: C
2. Topik: Vektor

A. t < -1 atau t > 2


B. t < -4 atau t > 2
C. -2 < t < 4
D. -4 < t < 4
E. -4 < t < 2
Pembahasan:

Sehingga:
-4 < t < 2
Jawaban: E

3. Topik: Suku Banyak


Pembahasan:

Jawaban: E

4. Topik: Persamaan Eksponen


Pembahasan:

Jawaban: E

5. Topik: Fungsi Naik/Turun


Pembahasan:

Karena nilai dalam akar selalu positif maka didapatkan

Jawaban: B
6. Topik: Sifat Koligatif Larutan

Sebanyak 12 gram zat nonelektrolit memiliki tekanan osmotik


sebesar setengah dari tekanan osmotik 5,85 gram garam
dapur. Jika volume larutan zat non elektrolit sama dengan
volume garam dapur yaitu 500 mL. Berapakah massa
molekul relatif zat non elektrolit tersebut? (Ar Na = 23; Cl =
35,5)

A. 30
B. 60
C. 120
D. 180
E. 360
Pembahasan:

Sehingga dapat dimasukkan:

Jawaban: B
7. Topik: Elektrolisis

Sebanyak 100 mL larutan NiSO4 dielektrolisis dengan


elektroda Pt. Jika pH larutan setelah elektrolisis adalah 2,
maka berapakah muatan listrik yang mengalir selama
elektrolisis?

A. 9,65 C
B. 96,5 C
C. 965 C
D. 9650 C
E. 96500 C
Pembahasan:

Jawaban: B
8. Topik: Senyawa Karbon

Alkohol sekunder dapat diubah menjadi keton dengan


menggunakan KMnO4 atau K2Cr2O7 menurut persamaan
reaksi:
R1 – CHOH – R2 → R1 – CO – R2
Jenis reaksi yang terjadi adalah ...

A. eliminasi
B. reduksi
C. hidrolisis
D. substitusi
E. adisi
Pembahasan:
Perubahan terjadi pada gugus fungsi alkohol dan keton
R1 – CHOH – R2 → R1 – CO – R2

Dari reaksi tersebut, terjadi pembuangan 2 atom H (pada -


CHOH-) di kiri panah menjadi CO saja di kanan panah.
Reaksi pembuangan atom itu disebut sebagai reaksi
eliminasi.
Jawaban: A

9. Topik: Persamaan Redoks


Diketahui reaksi redoks (belum setara):
PbSO4(s)+H2O(l)→Pb(s)+PbO2(s)+H2SO4(aq)
Pernyataan berikut ini yang benar adalah ...

1. PbSO4 berperan sebagai oksidator


2. PbSO4 berperan sebagai reduktor
3. Pada akhir reaksi pH laturan lebih kecil dari 7
4. Perbandingan mol PbSO4 terhadap H2O adalah 1:2
A. (1), (2) dan (3) benar
B. (1) dan (3) benar
C. (2) dan (4) benar
D. (4) benar
E. (1), (2), (3) dan (4) benar
Pembahasan:

Pernyataan yang benar adalah 1, 2, dan 3.


Jawaban: A

10. Topik: Konfigurasi Elektron

Suatu unsur mudah membentuk ion dengan muatan +1


SEBAB

Unsur bernomor atom 19 dengan melepaskan 1 elektron


akan memperoleh konfigurasi elektron gas mulia.
1. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya
menunjukkan hubungan sebab akibat.
2. Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat.
3. Pernyataan benar, alasan salah.
4. Pernyataan salah, alasan benar.
5. Pernyataan dan alasan, keduanya salah.
Pembahasan:

Jawaban: A

11. Topik: Fisika Kuantum

Sebuah elektron bergerak dari keadaan diam melewati beda


potensial 100 V. Panjang gelombang de Broglie dari elektron
tersebut adalah ...

A. 0,123 nm
B. 1,230 nm
C. 12,30 nm
D. 123,0 nm
E. 1230 nm
Pembahasan:

Jawaban: B

12. Topik: Fluida Statis


Seorang polisi berdiri pada jarak 180 m menghadap sebuah
gedung tinggi. Ketika polisi menembakkan sebutir peluru ke
atas, seorang anak yang berada pada jarak 170 m di
belakang polisi mendengar dua letupan. Jika selang waktu
antara dua letupan tersebut 1 detik, maka kecepatan bunyi
letupan di udara adalah ...

A. 300 m/s
B. 320 m/s
C. 340 m/s
D. 360 m/s
E. 380 m/s
Pembahasan:
S= v * t
170 = v * t
530 = v * (t + 1)
------------------------- :
170/530 = t/(t + 1)
530t = 170t +170
360t = 170
---> t = 170/360 = 0,47 sekon
--> 170 = v * 0,47
v = 170/0,47 = 361,70 m/s
Jawaban: D

13. Topik: Optik Geometri


Jarak titik lensa obyektif dan lensa okuler sebuah mikroskop
berturut-turut adalah 1,8 cm dan 6 cm. Pada pengamatan
mikro-organisme, mikroskop digunakan oleh mata normal
dengan titik dekat 24 cm tanpa berakomodasi. Jika jarak
antara lensa obyektif dan lensa okuler 24 cm, maka
perbesaran mikroskop tersebut adalah ...
A. 10
B. 12
C. 16
D. 24
E. 36
Pembahasan:
Perbesaran mikroskop untuk mata tidak berakomodasi:

Jawaban: E

14. Topik: Teori Kuantum Planck

Jika tembaga ditembaki elektron berenergi tinggi dalam orde


puluhan keV, maka spektrum sinar-X yang terbentuk dapat
mempunyai puncak tajam pada beberapa panjang
gelombang tertentu yang menunjukkan karakteristik dari
bahan tersebut.
SEBAB

Elektron berenergi puluhan keV jika ditumbukkan pada suatu


bahan dapat mengalami perlambatan yang besar sehingga
akan muncul gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang dalam orde panjang gelombang sinar-X.
Pembahasan:
 Sinar X akan muncul dengan 2 panjang gelombang
yaitu λ karakteristik yang muncul karena karakter bahan
dan λ kontinu yang dipengaruhi oleh bedapotensial
listrik, jadi pernyataan 1 benar.
 Elektron berenergi tinggi jika ditumbukkan pada sebuah
logam akan menghasilkan gelombang sinar X, jadi
pernyataan 2 juga benar dan keduanya menunjukkan
hubungan sebab akibat.
Jawaban: A

15. Topik: Kalor


Sebuah alat pemanas yang baik seharusnya memiliki ...
1. konduktivitas kalor yang tinggi
2. permeabilitas yang tinggi
3. kalor jenis yang rendah
4. konduktivitas Iistrik yang rendah
Pembahasan:

Elemen pemanas adalah alat yang mengubah energi listrik


menjadi energi panas. Elemen pemanas harus terbuat dari
bahan yang mempunyai konduktivitas kalor yang tinggi,
sementara nilai konduktivitas kalor suatu bahan menunjukkan
kemampuan bahan menghantarkan panas. Benda yang
memiliki konduktivitas kalor besar merupakan penghantar
kalor yang baik (konduktor termal yang baik), berlaku
sebaliknya. Sedangkan kalor jenis menunjukkan kalor yang
dibutuhkan oleh suatu bahan untuk menaikkan suhu badan
tersebut. Maka elemen pemanas harus mempunyai nilai kalor
jenis yang rendah. Elemen pemanas harus terbuat dari
bahan yang mempunyai tahanan tinggi, sehingga listrik yang
mengalir melalui bahan tersebut berubah menjadi panas.
Jadi pernyataan 1,2,3 dan 4 benar.
Jawaban: E

16. Topik: Sistem Pencernaan


Pernyataan yang tepat terkait dengan proses pengaktifan
enzim yang berperan dalam proses pencernaan protein
secara kimiawi adalah ...
A. Protein akan mulai tercerna secara kimiawi di usus 12 jari
dengan bantuan enzim lipase yang diaktifkan oleh natrium
bikarbonat.
B. Protein akan diubah menjadi asam amino secara langsung
dengan bantuan enzim aminopeptidase di lambung.
C. Protein akan mulai dicerna secara kimiawi
menjadi dipeptida di lambung dengan bantuan enzim pepsin
yang telah diaktifkan oleh HCl.
D. Protein akan mulai dicerna secara kimiawi menjadi
polipeptida rantai pendek di lambung dengan bantuan enzim
pepsin yang telah diaktidkan oleh HCl.
E. Protein akan mulai dicerna secara kimiawi menjadi
dipeptida di usus kosong dengan bantuan enzim tripsin atau
protease yang telah diaktifkan kim.
Pembahasan:
Protein akan mulai dicerna secara kimiawi menjadi
polipeptida pendek di lambung dengan bantuan enzim pepsin
yang telah diaktifkan oleh HCl, kemudian akan dilanjutkan
polipeptida pendek akan dicerna secara kimiawi oleh enzim
tripsin/enzim protease yang telah diaktifkan oleh adanya
makanan dari lambung yang disebut kim, enzim tripsin akan
mengubah polipeptida pendek menjadi dipeptida yang
berlangsung di usus dua belas jari (deudenum). Selanjutnya
dipeptida akan dicerna secara kimiawi di usus kosong
(jejunum) menjadi asam amino dengan bantuan enzim
aminopeptidase.
Jawaban: D

17. Topik: Sistem Ekskresi


Hematuria merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
ekskresi karena ...
A. banyaknya kadar hormon ADH di glomerulus sehingga
proses filtrasi air semakin cepat.
B. kurangnya kadar hormon ADH di tubulus kontortus
proksimal sehingga proses reabsorpsi air semakin lambat.
C. kurangnya kadar air yang ada di darah pada saat proses
filtrasi di glomerulus sehingga pada urin masih ditemukan
sela darah merah.
D. banyaknya kadar air yang ada di darah pada saat proses
filtrasi di glomerulus sehingga terbentuk urin dalam jumlah
yang banyak.
E. banyaknya asam amino yang ada di darah pada saat
proses augmentasi di glomerulus sehingga pada urin masih
ditemukan asam amino.
Pembahasan:
Hematuria merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
ekskresi karena kurangnya kadar air yang ada di darah pada
saat proses filtrasi di glomerulus sehingga pada urin masih
ditemukan sel darah merah.
Poliuria merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
ekskresi karena banyaknya kadar air yang ada di darah pada
saat proses filtrasi di glomerulus sehingga terbentuk urin
dalam jumlah yang banyak.

Albuminuria merupakan gangguan yang terjadi pada sistem


ekskresi karena banyaknya asam amino yang ada di darah
pada saat proses filtrasi di glomerulus sehingga pada urin
masih ditemukan asam amino.
Jawaban: D

18. Topik: Sistem Reproduksi

Bayi kembar identik dan bayi kembar siam memiliki


kesamaan dalam proses fertilisasinya tetapi memiliki …
A. kesamaan dalam proses organogenesis dan diferensiasi
sel.
B. perbedaan pembelahan sel saat embriogenesis pada
tahap morula.
C. kesamaan pembelahan sel saat embriogenesis pada
tahap blastula.
D. perbedaan pembelahan sel saat embriogenesis pada
tahap organogenesis.
E. perbedaan pada pemisahan sel-sel saat proses
diferensiasi.
Pembahasan:
Pembahasan Bayi kembar identik dan bayi kembar siam
memiliki kesamaan dalam proses fertilisasinya karena
berasal dari sperma dan telur yang sama, tetapi memiliki
perbedaan pembelahan sel saat embriogenesis pada tahap
morula, pada bayi kembar identik morula terbagi dan
membelah secara sempurna, sedangkan pada bayi kembar
siam morula terbagi dan membelah secara tidak sempurna
sehingga ada bagian-bagian tubuh bayi yang masih menjadi
satu.
Jawaban: B

19. Topik: Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

Pertumbuhan tanaman selalu terkait dengan proses


pendewasaan tanaman yang bersifat irreversible.
SEBAB

Pertumbuhan tanaman ditandai dengan bertambahnya


jumlah sel, biomassa, ukuran tanaman yang bersifat
kuantitatif.
Pembahasan:
Pertumbuhan tanaman ditandai dengan bertambahnya
jumlah sel, biomassa, ukuran tanaman yang bersifat
kuantitatif dan irreversible (tidak bisa kembali seperti semula),
sedangkan perkembangan tanaman terkait dengan proses
pendewasaan tanaman yang bersifat kualitatif.
Jawaban: D
20. Topik: Materi Genetik (DNA dan RNA)
Di bawah ini yang terkait dengan DNA adalah …

1. Tersusun atas gula deoksiribosa.


2. Basa nitrogennya terdiri atas adenin, timin, sitosis, dan
guanin.
3. Tersusun dalam double helix.
4. Tersusun dalam untaian tunggal.
Pembahasan:

Perbedaan DNA RNA


Jenis gula Deoksiribosa Ribosa
Basa Adenin, timin, sitosin, Adenin, urasil, sitosin,
nitrogen dan guanin dan guanin
Susunan Double helix Untaian tunggal

Jawaban: A

Anda mungkin juga menyukai