Anda di halaman 1dari 4

Semnas Linsatemas, Tahun 2017 UNDIP

PENERAPAN SMK3 DAN ANALISIS POTENSI BAHAYA SERTA RISIKO DI PABRIK I


PPCI PEMALANG

Sely Oktaviolita Asri1)*, Ika Bagus Priyambada1)


1Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

*email: selyoktaviolita@gmail.com

Abstract
Setiap akifitas pekerjaan yang sering dilakukan para pekerja di suatu perusahaan terdapat bermacam
– macam potensi bahaya yang pastinya dapat terjadi tanpa diketahui sebelumnya . Potensi – potensi
bahaya tersebut akan menimbulkan suatu risiko terhadap kecelakaan kerja dan akan berdampak
terhadap kelangsungan manusia dan juga lingkungan di sekelilingnya . Maka dari itu perlu adanya suatu
proses pengendalian potensi bahaya dan untuk meminimalisasi risiko yang muncul perlu dilakukan
suatu analisis potensi bahaya dan analisis risiko di dalam sebuah sistem manajemen risiko untuk
mengendalikan suatu risiko secara efesien dan berkelanjutan dalam suatu Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang baik di perusahaan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sebagai perusahaan yang menyediakan kegiatan usaha di
sektor industri pengolahan getah pinus, PPCI Pemalang terdapat berbagai macam potensi bahaya yang
dapat merugikan pekerja dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, PPCI Pemalang telah
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan telah melakukan
manajemen risiko. Sistem ini mencakup perencanaan, penerapan, hingga pemantauan dan evaluasi
dari program kerja perusahaan.

Keywords: Penerapan SMK3, HIRARC, PPCI Pemalang, Analisis Potensi Bahaya serta Risiko

PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disingkat dengan K3 merupakan hal penting yang
tidak dapat dipisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Penerapan K3
merupakan salah satu contoh upaya menciptakan tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari
pencemaran lingkungan serta mampu mengurangi dan atau terbebas dari penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Perhutani Pine Chemical Industry selanjutnya disebut PPCI adalah suatu industri kimia milik
Perhutani yang mengolah bahan baku berupa getah pinus menjadi produk gondorukem (gum rosin),
terpentin dan produk derivatifnya seperti, a-pinen, b- pinen, d-carene, d-limonene, a-terpineol, dan
cineol. Latar belakang pendirian PPCI Pemalang adalah dimana terdapat bahan baku serta bahan
penunjang, berupa getah pinus yang tersedia dengan baik dan teknologi prosesnya sederhana, namun
belum termanfaatkan secara maksimal. Kebutuhan pasar yang tinggi juga faktor yang penting karena
nilai tambah produk yang tinggi dan kebutuhan dunia akan produk derivat dari terpentin dan
gondorukem sangat tinggi. PPCI Pemalang merupakan satu satunya pabrik terbesar pengolah hasil
turunan dari terpentin dan gondorukem di kawasan Asia Tenggara.
Dalam kegiatan yang dilakukan PPCI Pemalang ini membutuhkan program-program dan
manajemen yang menunjang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik untuk menciptakan
tenaga kerja yang profesional dan sehat serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman, salah satunya
adalah dengan penerapan SMK3 dan analisis potensi bahaya serta risiko. Mekanisme penerapan K3
secara spesifik tidak didapatkan melalui kegiatan perkuliahan di kampus, melainkan memerlukan
pembelajaran secara langsung di lapangan melalui kegiatan Kerja Praktik (KP) sesuai dengan kurikulum
Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Pelaksanaan Kerja
Praktik (KP) di PPCI Pemalang merupakan salah satu upaya untuk mewujudkannya.

METODE PENELITIAN
Kerja Praktik dilakukan di Perhutani Pine Chemical Industry yang selanjutnya disebut PPCI
Pemalang yang berlokasi di Jalan D. I. Panjaitan Desa Saradan Kecamatan Pemalang Kabupaten
Pemalang. Pelaksanaan Kerja Praktik dimulai pada tanggal 3 Juli 2017 sampai 3 Agustus 2017. Secara
umum, pelaksanaan kerja praktik dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu, Tahap Persiapan, Tahap
Pelaksanaan, dan Tahap Penyusunan Laporan. Metode analisis yang digunakan untuk membahas
penerapan SMK3 adalah metodedeskriptif dengan melihat kondisi yang ada khususnya di lingkungan
Pabrik I (Pabrik Gondorukem dan Terpentin). Sedangkan metode analisis yang digunakan untuk
Semnas Linsatemas, Tahun 2017 UNDIP

membahas analisis potensi bahaya dan risiko PPCI Pemalang adalah metode analisis kualitatif berupa
skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan
diukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu cara untuk menjamin konsistensi
dan efektifitas perusahaan dalam pengendalian sumber bahaya dan meminimalkan risiko, mengurangi
dan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta memaksimalkan efisiensi perusahaan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. PPCI Pemalang dalam hal ini
telah mengupayakan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan SMK3 bukanlah
sukarela (voluntary), tetapi keharusan yang dimandatkan oleh peraturan perundangan (Mandatory) [1].
Berdasarkan analsisis mengenai penerapan K3 di PPCI Pemalang terdapat 5 aspek kegiatan yakni
meliputi:
a. Kebijakan K3
Untuk penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), PPCI Pemalang
sudah memiliki peraturan tetap sebagai acuan dalam menerapkan K3. Sehingga PPCI Pemalang sudah
memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 5 ayat (1) dan (2).
1) Perencanaan K3
Salah satu perencanaan K3 adalah adanya program K3 yakni training. Perusahaan belum
memberikan training dasar K3, training K3 dan training kesehatan. Hal ini belum memenuhi Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 elemen 12.
2) Implementasi dan Operasi
PPCI Pemalang telah membentuk P2K3 untuk mendapatkan keputusan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
mencegah kerusakan peralatan milik perusahaan. Selain itu PPCI Pemalang telah memiliki AK3 adalah
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja. Safety Induction yang diberikan oleh PPCI Pemalang sudah memenuhi Undang-Undang
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bab V mengenai Pembinaan pasal 9 ayat 1. Pengendalian
operasi yang berlaku di PPCI Pemalang antara lain APD (Alat Pelindung Diri), work permit, prosedur
tetap, HIRARC, MSDS, sistem tanggap darurat
3) Pemeriksaan dan Pengawasan
Sistem pelaporan, penyidikan dan pencatatan data kecelakaan kerja yang telah dilakukan PPCI
Pemalang belum memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998 bahwa setiap
kecelakaan harusnya dicatat dalam formulir kecelakaan kerja yang antara lain berisi identitas korban,
bagian tubuh yang luka, sifat luka, jenis kecelakaan, uraian kecelakaan, dan upaya pencegahan yang
disarankan.
4) Tinjauan Ulang Manajemen
PPCI Pemalang telah melakukan tinjauan ulang manajemen sehingga telah memenuhi Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal
15 ayat (1) dan (2).
Penerapan SMK3 di PPCI Pemalang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 50
Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 di perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya Kebijakan K3,
Perencanaan K3, Implementasi dan Operasi K3, Pemeriksaan dan Pengawasan K3 di perusahaan dan
Tinjauan Ulang Manajemen yang sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) PP No. 50 Tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 yang menyatakan bahwa penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan
nasional tentang SMK3 yang meliputi penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana
K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
2. Analisis Tahap Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko
Organisasi harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya
yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan [2]. PPCI Pemalang memiliki
prosedur identifikasi bahaya pada setiap proses produsinya sebagai upaya pencegahan kecelakaan
kerja. Metode identifikasi bahaya yang diterapkan di PPCI Pemalang bersifat proaktif/preventif dengan
menggunakan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control). Metode HIRARC
inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan sehingga perusahaan nantinya akan
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, terutama masalah manajemen dalam perusahaan tersebut
[3]. Pada penelitian ini, proses identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi potensi serta faktor
bahaya di Pabrik I yang merupakan Pabrik Gondorukem dan Terpentin PPCI Pemalang.
a. Tahap Pemilihan Unit Pekerjaan
Semnas Linsatemas, Tahun 2017 UNDIP

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tahap pengumpulan data, diketahui bahwa terdapat 13
langkah kerja/kegiatan/fasilitas di Pabrik I – Pabrik Gondorukem dan Terpentin. Langkah-langkah kerja
tersebut sudah merupakan keseluruhan aktifitas kerja yang ada di Pabrik I. Hal ini telah sesuai dengan
informasi yang tercantum pada dokumen operasional prosedur yang ada.
b. Tahap Identifikasi Bahaya
Tahap identifikasi bahaya menjadi suatu kunci utama yang diperlukan dalam usaha pengendalian
risiko kerja yang efektif, karena proses identifikasi bahaya langsung ditujukan pada faktor penyebab
bahayanya. Dari 13 langkah kerja yang telah diperoleh di Pabrik I, terdapat 25 potensi bahaya yang
teridentifikasi di Pabrik I.
c. Tahap Penilaian Identifikasi Bahaya
Tahap penilaian terhadap hasil identifikasi bahaya kerja merupakan rangkuman peninjauan semua
faktor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia dilakukan dengan mempertimbangkan segala
risiko terburuk yang akan terjadi, seperti risiko cedera, sakit, kerusakan, biaya-biaya dan risiko
keselamatan umum yang harus ditanggung baik oleh pekerja maupun oleh perusahaan.
1) Tingkat Risiko
Tingkat risiko yang berlaku di PPCI Pemalang terdiri dari 5 tingkatam antara lain tidak bermakna
(insignificant), kecil (minor), sedang (moderate), besar (major), dan bencana (catastrophic). Rata-rata
skor yang diberikan berdasarkan tingkat konsekuensi dari masing- masing potensi bahaya yang
teridentifikasi di Pabrik 1 bernilai 23 jenis kategori minor/kecil, yaitu cidera Ringan/Memerlukan
perawatan P3K, langsung dapat ditangani di lokasi kejadian, kerugian materi sedang.
2) Tingkat Kemungkinan
Pada tahap ini penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan faktor seberapa besar
kemungkinan suatu potensi bahaya mampu berakibat kecelakaan kerja bagi pekerja dan
dikelompokkan menjadi lima kategori dengan rating yang sudah ditentukan dalam di PPCI Pemalang
antara lain almost certain (hampir pasti akan terjadi), likely (cenderung untuk terjadi), mungkin dapat
terjadi, unlikely (kecil kemungkinan terjadi), rare (jarang terjadi).
3) Tingkat Risiko
Penentuan level risiko bahaya dilakukan pada masing-masing aktifitas kerja Pabrik I PPCI
Pemalang. Penentuan level risiko dikelompokkan menjadi empat kriteria (level) yaitu Extreme Risk (E),
High Risk (H), Moderate Risk (M), Low Risk (L). Masing-masing kategori tersebut memiliki tingkatan
berbeda- beda, semakin besar risiko bahayanya maka semakin kritis (perlu segera dilakukan tindakan)
suatu risiko bahaya kerja tersebut, begitu juga sebaliknya.
Nilai tingkat risiko diperoleh dengan cara melihat nilai peluang suatu kejadian. Kemudian melihat
nilai akibat/ risiko pada suatu kejadian. Setelah diperoleh nilai keduanya, kemudian dari nilai peluang
yang ada digabungkan dengan nilai akibat/ risiko yang ada. Nanti dari hasil tersebut akan ditemukan
nilai dari tingkat risiko (Risk Rating) suatu potensi bahaya.
Contohnya suatu potensi bahaya pada drum getah jatuh dan pecah dari truck atau forklift
mempuyai nilai peluang C yang artinya mungkin dapat terjadi, kemudian nilai akibat atau
konsekuensinya adalah 2 yang artinya Cidera Ringan/Memerlukan perawatan P3K, langsung dapat
ditangani di lokasi kejadian, kerugian materi sedang. Jadi nilai tingkat risiko (Risk Rating) adalah yaitu
moderate/sedang.. Contoh penilaian tingkat risiko dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Contoh Penilaian Tingkat Risiko


Peluang Akibat
Keterangan
1 2 3 4 5
A H H E E E E = Extreme Risk
B M H H E E H = High Risk
C L M H E E M = Moderate Risk
D L L M H E L = Low Risk
E L L M H H
Sumber : Analisis Penulis, 2017
Berdasarkan rekapitulasi model HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk
Control) maka dapat dianalisis potensi risiko yang berbahaya dan dapat melakukan prioritas
penanggulangan bahaya. Dari Pabrik 1 PPCI Pemalang terdapat potensi risiko sebanyak 44 potensi
risiko yang terdiri dari 6 potensi yang termasuk kategori high risk sebagai prioritas utama untuk
mendapatkan perlakuan pengendalian bahaya, 27 potensi yang termasuk kategori moderate risk yang
dapat dikendalikan dengan penjadwalan sesuai prosedur serta penanganan oleh manajemen area
terkait, dan 11 potensi masuk ke kategori low risk yang dapat dikendalikan dengan prosedur rutin seperti
yang dikemukakan oleh Suardi (2005) langkah-langkah untuk mengatasi bahaya yang timbul,
Semnas Linsatemas, Tahun 2017 UNDIP

dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat membantu dalam pemilihan pengendalian suatu bahaya
yang disebut dengan hierarki pengendalian.

KESIMPULAN
Setelah didapat hasil analisis penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan di PPCI Pemalang dapat
ditarik kesimpulan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPCI Pemalang telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3.
2. Analisis potensi bahaya dan risiko pada Pabrik 1 PPCI Pemalang menggunakan metode HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) dengan hasil 44 potensi risiko yang
terdiri dari 6 potensi yang termasuk kategori high risk, 27 potensi yang termasuk kategori moderate
risk, dan 11 potensi masuk ke kategori low risk.

REFERENSI

[1] Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja "Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja, Surakarta: Harapan Press, 2008.
[2] OHSAS 18001, Occupational Health and Safety Management System Requirements, 2007.
[3] T. E. R. O. I. Taufiq Ihsan, "Analisis Risiko K3 dengan Metode HIRARC pada Area Produksi PT
Cahaya Murni Andalas Permai," 2016.
[4] Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Jakarta: Indonesia, 2012.
[5] Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, 1970.
[6] Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, Jakarta:
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 1998.
[7] R. Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Penerbit PPM,
2005.

Anda mungkin juga menyukai