TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pneumonia
(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk
balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu
menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per
menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit
(Depkes, 1991).
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
b. Virus
pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat
c. Mikoplasma
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009).
1) Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
1) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau
sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih)
atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali
atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada
2) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak
dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding
dada.
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama
10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai,
a. Gejala
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga
cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi
langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia.
dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan
2. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada
balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi,
karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian
ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan
4. Umur Anak
pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status
kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas
b. Faktor Lingkungan
terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang
berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang berpengaruh
diantaranya :
1. Ventilasi
kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan
2. Polusi Udara
polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko
terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga
dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan
dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor
(Lubis, 1989).
keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh
menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu
perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu,
balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita
yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan
dan 4 bulan.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan
dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur
serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan
tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk.
Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada
orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan
penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan
menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
d. Pemberian imunisasi
e. Pemberantasan vektor
f. Memberikan penyuluhan kesehatan.
program P2ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal
periode. Salah satunya adalah periode Bawah Lima Tahun (BALITA) merupakan
salah satu periode manusia setelah bayi sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita
dimulai dari 1 sampai 5 tahun. Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena pada masa
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
2.3. Pencegahan
cara, tindakan mencegah atau menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan kata lain
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis,
semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia
demikian yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku manusia merupakan respon atau reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan yaitu: berpikir, berpendapat,
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bila mana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari
itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
2003).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo,
2003).
kesehatan yaitu :
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup
hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak
dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the
sick role).
Yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan,
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
Perilaku
Proses Perubahan
Pendidikan Kesehatan
( Promosi Kesehatan )
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku
kesehatan, misalnya dalam pencegahan penyakit pneumonia diperlukan pengetahuan
dan kesadaran ibu tentang penyakit pneumonia. Di samping itu, kepercayaan dari
tradisi dapat menghambat ibu untuk memeriksakan anak ke sarana kesehatan. Karena
a. Pendidikan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
berlangsung lama (long lasting) dan menetap, karena didasari oleh kesadaran.
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan
tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan
kesehatan.
Menurut Feldstein dalam Nainggolan (2008), bahwa tingkat pendidikan
gejala awal. Kunjungan ke dokter yang rendah adalah sebagai akibat rendahnya
b. Pekerjaan
dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu
kesehatan.
c. Penghasilan Keluarga
kesehatan yang lebih rendah dibanding dengan lapisan masyarakat menengah atas
(Zulikfan, 2004).
pendapatannya, maka taraf kehidupan akan semakin baik. Status sosial ekonomi
dianggap sebagai salah satu faktor risiko penting untuk pneumonia, karena
penderita pneumonia pada balita banyak ditemukan pada kelompok keluarga
d. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara formal maupun informal.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
a. Tahu (know)
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau
b. Memahami (Comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis)
e. Sintesa (Synthesis)
atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
puskesmas, rumah sakit, polindes, dokter atau bidan swasta, dan lain-lain. Fasilitas ini
faktor pendukung.
a. Ketersediaan sarana kesehatan
mendukung maka tindakan tentang kesehatan tidak akan terwujud. Oleh karena
itu pengetahuan dan kesadaran yang tinggi harus diikuti dengan ketersediaan
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan. Untuk
positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh/acuan yang
diberikan oleh petugas kesehatan. Faktor ini disebut juga sebagai faktor penguat.
Menurut Nur (2004) kerjasama dan penyuluhan dari petugas kesehatan sangat
dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa
lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang
diketahui.
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam melakukan upaya kesehatan
baik itu berupa penyuluhan, saran dan tindakan petugas kesehatan dalam memberikan
Dari gambar kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah