Anda di halaman 1dari 3

SERUMEN PROP

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal
SOP :
Terbit

PEMERINTAH KOTA Halaman : 1/3


SIBOLGA
UPTD Kepala Puskesmas
PUSKESMAS
dr. HERLINA NASUTION
SAMBAS NIP. 19740505 200502 2 001

1. Pengertian Adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas, dan
partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga, Bila serumen ini
berlebihan maka dapat membentuk gumpalan yang menumpuk di liang telinga,
dikenal dengan serumen prop.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan penatalaksanaan


serumen prop
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun 2015 tentang
serumen prop
5. Prosedur 1.Alat :
a. Alat tulis
b. Lampu kepala
c. Spekulum telinga
d. Otoskop
e. Suction
f. Irigator telinga (spuit 20 - 50 cc )
2.bahan:
a. Aplikator kapas
b. Kapas
c. Cairan irigasi telinga (NaCL)
d. Suction
e. Wadah ginjal (nierbekken)
6. Langkah-langkah 1. Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam
2. Dokter melakukan anamnesis kepada pasien. Hasil Anamnesis (Subjective)
yaitu:
a. Rasa penuh pada telinga
b. Pendengaran berkurang
c. Rasa nyeri pada telinga
d. Keluhan semakin memberat bila telinga kemasukan air (sewaktu mandi atau
berenang)
e. Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus
3. Dokter mencuci tangan
4. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada pasien.
a. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin
telah dilupakan.
b. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas
gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan
penyakit).
c. Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi,
hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas
ADH, paralitik/paralisis flaksid.
d. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
e. Tanda patognomonis Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif,
demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa
tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia
5. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Dokter memberikan penatalaksanaan yaitu:
a. Non-medikamentosa: Evakuasi serumen 1) Bila serumen lunak, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. 2) Bila serumen keras,
dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak
dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes
Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari. 3) Serumen yang sudah
terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya,
dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
disesuaikan dengan suhu tubuh
b. Medikamentosa Tetes telinga Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari
untuk melunakkan serumen
7. Dokter mencuci tangan
8. Dokter memberikan edukasi
a. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik
dengan cotton bud atau alat lainnya
b. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke
dalam telinga
9. Dokter mencatat rekam medik
7. Diagram Alir FLOW CHART

Dokter memperkenalkan diri dan


memberi salam

Dokter melakukan anamnesis kepada pasien

Dokter mencuci tangan

Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada pasien

Dokter menegakkan diagnosis

Dokter memberikan penatalaksanaan

Dokter mencuci tangan

Dokter memberikan edukasi

Dokter mencatat rekam medik

8. Hal-hal yang perlu Mengetahui kriteria rujukan Bila Bila terjadi komplikasi akibat tindakan pengeluaran
diperhatikan serumen.
9. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Ruang gawat darurat
10. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan tindakan.
11. Rekam historis
perubahan No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai