Anda di halaman 1dari 27

TUGAS HIDROMETRI DAN HIDROGRAFI

PENGUKURAN DEBIT

Disusun oleh :
Ani Hairani
09/285453/TK/35796

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
PENGUKURAN DEBIT (DISCHARGE MEASUREMENTS)

4.1 PENDAHULUAN

Pada saluran terbuka dikenal beberapa jenis aliran yang dapat


diklasifikasikan berdasarkan perubahan kedalaman, debit, dan kecepatan aliran
terhadap fungsi ruang dan waktu. Ditinjau dari aspek waktu, aliran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak
(unsteady flow), sedangkan dari aspek ruang, aliran dibedakan atas aliran seragam
(uniform flow), dan aliran tidak seragam (nonuniform flow). Untuk membedakan
tipe aliran yang terjadi, dapat dilakukan dengan mengukur debit pada saluran
terbuka. Secara umum, debit pada saluran terbuka mengambil konsep persamaan :

Q=v.A

Dimana Q (debit) dapat ditentukan jika luas area diketahui serta dengan
melakukan pengukuran kecepatan.

4.1.1 Tujuan

Pengukuran aliran bertujuan untuk perencanaan desain pada bangunan air,


distribusi air irigasi, kebutuhan air kegiatan industri dan treatment plant, saluran
navigasi, manajemen air pada daerah perkotaan maupun pedesaan, serta pada
kegiatan monitoring.

4.2 METODE PENGUKURAN DEBIT

1. Single measurements
a. Velocity area method
b. Slope area method
c. Dilution method
2. Continuous measurements
a. Stage discharge method
b. Slope stage discharge
c. Acoustic method
d. Electro magnetic method
d. Pumping Stations
e. Flow measuring structures

Dalam memilih metode pengukuran yang akan dilakukan, pelu memperhatikan


dan mempertimbangkan beberapa hal seperti :

 Kondisi hidraulik
 Tingkat keakuratan yang dibutuhkan
 Kualitas SDM yang dimiliki
 Head yang tersedia
 Biaya operasional dan instalasi

4.3 VELOCITY AREA METHOD

Metode ini didasarkan pada konsep Q = v . A dimana debit dapat diketahui


dengan mengetahui luasan tampang melintang suatu saluran yaitu dengan
melakukan pengukuran terhadap lebar saluran dan kedalaman tampang tersebut
pada beberapa pias vertikal. Kecepatan rata-rata diperoleh dengan melakukan
pengukuran kecepatan pada sejumlah titik vertikal.

Gambar 4.1 Tampang Melintang Saluran


4.3.1 Distribusi Kecepatan pada Tampang Melintang Saluran

Akibat adanya permukaan bebas dan gesekan di sepanjang dinding


saluran, kecepatan tidak terbagi merata dalam tampang saluran. Kecepatan
minimum akan terjadi di dekat dinding saluran kemudian semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jarak menjauhi dinding. Distribusi kecepatan
tersebut dapat digambarkan dengan garis kontur kecepatan yang menghubungkan
titik-titik yang memiliki kecepatan yang sama seperti ditunjukkan pada Gambar
4.2. Terlihat bahwa kecepatan maksimum terletak sedikit di bawah permukaan
akibat adanya pengaruh tegangan permukaan dan gesekan udara. Faktor lain
seperti kekasaran dasar, bentuk tampang, kecepatan, dan kemiringan dasar saluran
juga dapat berpengaruh terhadap bentuk distribusi kecepatan.

Gambar 4.2 Garis Kontur Kecepatan

Selanjutnya, untuk dapat menentukan kecepatan rata-rata vertikal maupun


kecepatan rata-rata tampang saluran tersebut, perlu dilakukan pengukuran
kecepatan pada beberapa titik. Pada umumnya, pengukuran kecepatan titik
dilakukan dengan menggunakan current meter dengan durasi waktu pengukuran
minimum yang disarankan adalah 30 – 60 detik. Semakin banyak lokasi titik
pengukuran akan semakin menunjang tingkat keakuratan data sehingga
diharapkan data yang diperoleh dapat mendekati sifat aslinya. Gambar 4.3(a) dan
4.3(b) memperlihatkan hubungan tingkat keakuratan terhadap pertambahan
jumlah titik pengukuran. Yang menjadi persoalan adalah berapa jumlah titik
pengukuran yang dibutuhkan ? Hal tersebut tentunya tergantung pada kebutuhan
akurasi, pertimbangan biaya, ruang lingkup survei (misal steady atau unsteady
flow)
Gambar 4.3 (a) Jumlah titik pengukuran n dalam satu pias vertikal; (b) Jumlah
vertikal m dalam satu tampang lintang

Tabel 4.1 Jumlah pias vertikal untuk lebar tertentu

4.3.2 Penentuan Lokasi Pengukuran

1. Sebaiknya dipilih reach yang lurus dengan profil seragam dimana


diharapkan alirannya searah longitudinal saluran.

Gambar 4.4 Jarak pengukuran yang disarankan dari belokan sungai


2. Memiliki kedalaman yang cukup untuk mendukung pencelupan
currentmeter yang efektif, penggunaan pelampung, atau alat ukur yang
lain.
3. Arah reach sedimikian sehingga arah aliran sebisa mungkin mendekati
arah tegak lurus terhadap arah angin dominan (mendukung efektivitas
penggunaan pelampung)
4. Daerah dimana terjadi aliran vortex, backwater, ataupun deadline
sebaiknya dihindari (sebaiknya menggunakan daerah hulu sebagai batasan
kontrol)
5. Seluruh debit sebaiknya mengisi saluran dengan tampungan yang stabil
dan dimensi geometri yang telah diketahui dengan baik.
6. Potongan melintang ditandai dengan rambu
7. Staff gauge atau water level recorder dipasang pada potongan melintang
8. Lokasi sebaiknya mudah diakses oleh surveyor
9. Berada pada kondisi sungai yang stabil
10. Dihindari lokasi yang berdekatan dengan pertemuan dua sungai untuk
mencegah efek backwater

Gambar 4.5 Penempatan Stasiun Pengamat


4.3.3 Alat Ukur Kecepatan Aliran

1. Propeller Current meter


Cara kerja alat ini menggunakan prinsip perputaran horizontal axis baling-
baling oleh partikel air yang lewat. Satu putaran propeller sama dengan
jarah tempuh partikel air yang sama dengan baling-baling propeller.
Jumlah putaran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam variabel
kecepatan.
Kecepatan minimum yang masih dapat diukur Propeller Current meter
sekitar 0.03 – 0.06 m/s tergantung dari diameter dan baling-baling
propeller. Besar error penggunaan alat ini dapat dikurangi dengan durasi
pengukuran yang lebih lama, t > 60 s

Gambar 4.6 Propeller Current-meter

2. Cup-type current meter


Terdiri dari sebuah baling-baling yang disusun dari sejumlah kerucut
dengan sudut yang telah disesuaikan.
3. Electromagnetic flow velocity sensors (EMS)
Menggunakan prinsip hukum Faraday, ‘ Sebuah konduktor yang bergerak
di sekitar daerah magnet akan menghasilkan listrik’. Air sebagai
konduktor yang bergerak pada daerah magnet menimbulkan arus listrik
(analog voltage) yang dianggap sebagai kecepatan aliran air.
Probe terdiri dari sebatang logam yang ujungnya terdapat sensor
elegtromagnetic untuk mengukur kecepatan dalam arah longitudinal dan
transversal. Sebelum dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk
memperoleh formula yang dapat mengkonversikan dari analog voltage
yang dikeluarkan oleh sensor menjadi nilai kecepatan yang sebenarnya.

Gambar 4.7 Electromagnetic flowmeter type VM 201H (body unit) dan vector
calculate equipment typeDV101

Gambar 4.8 Electromagnetic flowmeter type VMT2-200-08P (sensor)

4. Pelampung
Pelampung adalah peralatan paling sederhana yang dapat digunakan untuk
mengetahui kecepatan aliran. Dengan mengukur waktu tempuh pelampung
melalui dua titik cross section yang telah diketahui jaraknya maka akan
dapat diperoleh besar kecepatan aliran.
5. Pendulum-type meters
Alat ini digunakan pada sungai yang dangkal atau pada saluran kanal.
Sejenis benda logam atau plastik digantung dengan tali kawat yang
dihubungkan dengan alat pengukur. Dari alat ukur, dapat diketahui besar
sudut penyimpangan tali terhadap garis vertikal akibat aliran air yang
kemudian dikonversikan ke dalam variabel kecepatan. Dalam penggunaan
alat ini, perlu dilakukan koreksi terhadap lengkungan kawat.

Gambar 4.9 Tipe pendulum-type meter


6. Pitot Tube
Pitot Tube merupakan sebuah tabung (pipa) dengan dimensi kecil yang
dimasukkan dalam aliran permanen dari suatu fluida. Pitot Tube sering
digunakan pada laboratorium hidraulika. Penentuan kecepatan
menggunakan prinsip persamaan Bernoulli dengan mengukur tinggi energi
pada piezometer di lokasi-lokasi tertentu.
V = √2𝑔(𝐻 − ℎ)
7. Doppler ultrasonic velocity sensors
Alat ini mengukur kecepatan dengan mentransmisikan gelombang suara
secara kontinyu ke dalam aliran air. Gelombang suara tersebut selanjutnya
akan dipantulkan oleh partikel yang bergerak dan dibaca oleh receiver
sensor.
4.3.4 Pengukuran Kecepatan

1. Merawas
Pengukur langsung masuk ke dalam badan air dan melakukan pengukuran
dengan alat ukur di tempat. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
• dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas
• posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh
menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur
• hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan
penampang melintang
• apabila posisi arah aliran tidak tegak lurus terhadap penampang melintang
sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu dicatat untuk
menghitung koreksi kecepatan di vertikalnya.

Gambar 4.10 Merawas

2. Pengukuran dari sisi jembatan


Pengukuran dilakukan dari sisi jembatan bagian hilir aliran. Sebaiknya
jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar. Pengukuran dari sisi
jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas jembatan,
dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup
deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan
menggunakan perahu.
Keuntungan : Mudah menentukan posisi pengukuran
Kesulitan : Keberadaan pilar dan abutmen dapat berpengaruh terhadap
pola aliran. Perlu dipastikan pula bahwa pilar dan abutmen
harus bersih dari debris yang terapung.

Gambar 4.11 Pengukuran dari sisi jembatan

3. Pengukuran dengan perahu melalui kabel melintang sungai


Keuntungan : Pemosisian cepat dan akurat, tidak memerlukan angkur
(jangkar)
Kerugian : Menutup jalur perairan, hanya dapat diterapkan pada
saluran yang tidak terlalu lebar

Gambar 4.12 Pengukuran dengan perahu melalui kabel melintang sungai

4. Perahu berjangkar (Anchored vessel)


Keuntungan : Dapat menggunakan kapal yang lebih besar, tidak
dibatasi oleh lebar sungai
Kerugian : Perlu fasilitas jangkar (angkur), butuh kedalaman
sungai yang cukup terhadap draft kapal, hambatan
angin, dibutuhkan waktu yang lebih untuk menentukan
posisi atau titik pengukuran yang tepat
5. Cable ways
Metode ini menggunakan alat bantu pengukuran berupa kereta gantung
yang digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat
ukur lebar sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan
dudukan sounding reel.

Gambarr 4.13 Metode Pengukuran dengan bantuan Cable ways

4.3.5 Penentuan Kecepatan Rata-rata dalam Satu Pias Vertikal

Dengan berbagai kondisi di lapangan, pengambilan data kecepatan menjadi hal


yang tidak mudah. Jumlah titik pengukuran yang tidak sedikit akan membutuhkan
waktu, tenaga, dan biaya. Agar pengukuran kecepatan efektif, sampel pengukuran
kecepatan diambil pada titik-titik tertentu yang dirasa telah dapat
merepresentrasikan nilai kecepatan rata-rata. Berikut ini adalah tabel jumlah titik
pengukuran yang disarankan pada kedalaman tertentu :

Tabel 4.1 Jumlah titik pengukuran vertikal terhadap fungsi kedalaman air
Metode Kecepatan Rata-rata Keterangan

U 1titik = U0.4D
1 Titik
Dimana 0.4D = 0.4 kali kedalaman
dihitung dari dasar saluran

2 Titik U 0, 2 D  U 0,8 D
U 2titik 
2

0.25U 0, 2 D  0.5U 0, 4 D  0.25U 0,8 D


3 Titik U 3titik 
4

Selain metode di atas, juga terdapat beberapa metode lain, salah satunya

metode integrasi dimana kecepatan rata-rata dihitung berdasarkan data

pengukuran kecepatan pada beberapa titik arah vertikal. Kecepatan rata-rata

kedalaman diperoleh dengan membagi luas area kurva dengan kedalaman total

aliran dimana luas area kurva dapat didekati dengan menggunakan konsep metode

integrasi numeris trapesium banyak pias.


D


1
Uy  Udy
D y
y

dengan
U y = Kecepatan rata-rata kedalaman (cm/s)

D = Kedalaman aliran (cm)

y = Posisi pengukuran dari titik referensi (cm)


4.3.6 Penentuan Total Debit dalam Satu Tampang Saluran

1. Metode Grafis
Debit per unit lebar (q) diperoleh dari kecepatan rata-rata tiap pias vertikal
dikali dengan kedalaman, kemudain hasilnya diplotkan dan saling
dihubungkan antar pias yang berdekatan. Luas area yang tergambar
merupakan debit total tampang.

Gambar 4.14 Metode grafis

2. Metode Rata-rata Pias

Debit per unit lebar dihitung mengalikan kecepatan rata-rata dengan


kedalaman rata-rata antara dua pias yang berdekatan, lalu dikalikan dengan
lebar masing-masing pias. Debit total merupakan jumlah dari keseluruhan
debit per unit lebar.

Gambar 4.17 Metode rata-rata pias


3. Metode Tengah Pias
Debit per unit lebar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di
bawah ini

Gambar 4.18 Metode tengah pias

4.3.7 Pengukuran menggunakan Pelampung

Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasanya digunakan


pada saat pelaksanaan pengukuran dengan current meter tidak memungkinkan
untuk dilakukan,misalnya pada saat banjir atau ketika kecepatan aliran terlalu
kecil. Dalam melakukan pengukuran menggunakan pelampung, sebaiknya dipilih
reach dimana alirannya sebisa mungkin seragam (saluran lurus dengan tampang
seragam).
Prosedur pengukuran :
1. Membagi reach menjadi 3 section : hulu(1), tengah(2), hilir(3)
2. Tiap tampang dibagi ke dalam sejumlah pias vertikal utnuk dapat
menentukan debit pada section 2
3. Pelampung dilepaskan dari section 1 dicatat waktu tempuhnya hingga
menuju hilir (section 3). Dengan mengetahui jarak dan waktu tempuh
pelampung, maka kecepatan dapat diketahui :
𝑣𝑓𝑙𝑜𝑎𝑡 = 𝐿/𝑡
Selanjutnya, kecepatan pelampung dikalikan dengan faktor koreksi (k)
untuk dapat mengetahui kecepatan rata-rata aliran.
Gambar 4.19 Beberapa tipe pelampung yang banyak digunakan

4. Kedalaman air pada section 2 diukur untuk setiap pias vertikal


5. Satu per satu pelampung dilepas mengikuti jalur tiap-tiap pias vertikal
sehingga dapat diketahui besar debitnya.

Gambar 4.20 Prosedur pengukuran dengan pelampung


4.3.8 Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

ADCP adalah alat pengukur arus dimana kecepatan arus air dapat terpantau dalam
3 dimensi pada suatu penampang melintang sungai dengan menggunakan efek
dari doppler pada gelombang supersonic. Alat ini dipasang di perahu dan akan
mengukur air di sungai secara cepat bila perahu melalui suatu penampang sungai.

Gambar 4.21 Metode ADCP


Cara kerja :
Dengan menghitung data sistem transmisi, distribusi kecepatan arus 3 dimensi
pada tampang aliran dapat diketahui. Air sungai yang mengandung larutan
sedimen, tanaman, kayu, dll merupakan media untuk memantulkan
gelombang supersonic di dalam air secara tegak lurus dalam 2 arah yang dikirim
oleh peralatan ADCP.
Keuntungan dan kerugian menggunakan peralaran ADCP ini :
 Pengukuran kecepatan dapat dilakukan secara cepat
 Distribusi kecepatan arus secara 3 dimensi dapat teramati
 Kondisi kecepatan aliran, dan debit dapat langsung diketahui
 Pada kondisi dimana banyak kayu besar yang terbawa dapat menghantam alat
ADCP
 Pengukuran sulit untuk dilakukan pada malam hari dan sungai yang berkelok-
kelok
 Komunikasi antara perahu radio kontrol dan kontrol transmisi radio
maksimum berjarak 1000 meter
Gambar 4.22 Keunggulan metode ADCP dibandingkan dengan metode
konvensional

4.4 SLOPE AREA METHOD

Metode Kemiringan Luas digunakan untuk menentukan debit secara tidak


langsung dari suatu ruas saluran, biasanya setelah banjir terjadi dengan
menggunakan tanda bekas banjir dan karakteristik fisik penampang melintang
ruas saluran tersebut. Pada metode ini, dilakukan survei lapangan untuk
menentukan jarak antara dan elevasi tanda bekas banjir dan menetapkan
penampang sungai. Data itu selanjutnya digunakan menghitung beda tinggi muka
air diantara dua penampang melintang yang berdekatan dan untuk menetapkan
sifat-sifat tertentu dari penampang tersebut. Informasi tersebut digunakan bersama
dengan nilai n Manning atau pun koefisien Chezy untuk menghitung debit.
1
Persamaan Manning Q  R 2 / 3S1 / 2 A
n

Persamaan Chezy Q  CA RS
Prosedur Pengukuran :

1. Memilih saluran yang alirannya mendekati seragam


2. Mengukur profil tampang melintang saluran, menghitung luasan dan
keliling tampang basah
3. Menentukan kemiringan permukaan air berdasarkan tinggi tanda air.
S = (H1 – H3)/L
4. Memperkirakan koefisien Manning atau Chezy dengan mengamati
kekasaran di lokasi
5. Menghitung kecepatan aliran, dan debit

Gambar 4.23 Slope Area Method

Berikut ini adalah tabel koefisien Manning berdasarkan ukuran material dasar dan
profil tampang saluran
4.5 DILUTION METHOD

Metode ini dapat diterapkan pada kondisi dimana bentuk tampang saluran sulit
untuk ditentukan atau ketika kecepatan aliran yang terjadi terlalu besar untuk
diukur dengan menggunakan current meter.

Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan (menginjeksi) suatu zat (traceur)


yang dapat bercampur dengan aliran air (biasanya digunakan larutan garam).
Debit traceur diberikan sebagai QsC1, dimana Qs menggambarkan debit larutan
yang dimasukkan, dan C1 adalah konsentrasi larutan. Pada suatu jarak L di hilir
tempat injeksi larutan traceur, larutan akan tercampur secara sempurna dengan
aliran; dan debit total aliran adalah (Q + Qs) dan konsentrasi aliran menjadi C2.

Dengan konsep persamaan konservasi massa (kontinuitas), diperoleh

Qs C1  ( Q  Qs ) C2
Karena Q >> Qs, persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai :

Q  Qs (C1 / C2 )
Dalam praktek, debit aliran dapat diperoleh cukup dengan mengukur konsentrasi
C2 dengan metode titrasi (atau dengan peralatan digital untuk mengukur salinitas),
karena debit injeksi Qs dan konsentrasi larutan C1 diketahui.

Gambar 4.24 Pengukuran Debit dengan Metode Dilution

Metode ini hanya dapat digunakan apabila larutan traceur dapat tercampur secara
sempurna dengan aliran air, seperti misalnya pada kasus aliran pada suatu sungai
dengan kemiringan besar atau dengan kekasaran yang besar, atau pada aliran yang
melalui suatu konstruksi yang memungkinkan terjadinya pencampuran secara
sempurna

Injeksi dapat dilakukan dengan menggunakan :

1. Botol Mariotte dengan Volume = 25 liter untuk debit Q < 0,5 m3/s
2. Tangki atau pompa volumetrik dengan debit Q > 0,5 m3/s

3.
4. Gambar 4.25 Pencampuran larutan traceur
Gambar 4.26 Pengoperasian Botol Mariottte

4.5.1 Larutan Traceur

Larutan Traceur dapat menggunakan larutan garam (NaCl) yang konsentrasinya


dapat dihitung dengan titrasi atau berdasarkan tingkat konduktivitas dan
temperatur. Selain itu, juga dapat digunakan larutan berwarna yang
konsentrasinya diukur dengan fluorometer. Syarat umum bahan material traceur
yang digunakan adalah:

1. Mudah larut
2. Tidak terabsorbsi oleh material sedimen atau vegetasi yang ada di saluran
3. Bukan bersifat polutan (mudah terdegradasi dan tidak mencemari
lingkungan)
4. Murah

4.6 STAGE DISCHARGE METHOD

Debit yang kontinyu dapat diperoleh dari suatu stasiun pengukur dimana
tersimpan data elevasi muka air. Kurva yang menunjukkan hubungan antara debit
dan elevasi muka air disebut rating curve.

Untuk diperoleh rating curve yang stabil, dimana Q=f(hw) diperlukan controlling
yaitu dengan cara :
1. Section control : ditinjau dari suatu tampang saluran yang menimbulkan
adanya zona percepatan dimana gangguan di hilir sebisa mungkin tidak
mempengaruhi kontrol di hulu
2. Channel control : apabila tidak terjadi aliran dipercepat atau percepatan
yang terjadi tidak cukup menghalangi gangguan di hilir terhadap hullu,
rating curve dikontrol dengan memperhatikan kondisi kekasaran dan
geometri sungai di bagian hilir
3. Structure control : dengan menggunakan kontrol dari bangunan strukur
seperti bendung

4.6.1 Menghitung Hubungan Debit-Elevasi

Diasumsikan bahwa aliran bersifat steady flow , persamaan yang digunakan


adalah :

Q  a(hw  hb )b
Atau

Q  a(hw  h0 ) 2  c(hw  h0 )  d
Dimana Q = debit (m3/s)

hw = elevasi muka air terukur (m)

h0 = elevasi muka air saat Q = 0

a,b,c,d = parameter stasiun


Contoh :

Tentukan h0 dengan menggunakan rumus :

h1h3  h2 2
h0 
h1  h3  h2

Kemudian diubah ke dalam bentuk logaritmik

log Q  log a  b log( hw  h0 )

Y  log Q
a0  log a
X  log( hw  h0 )

Sehingga persamaannya menjadi

Y  a0  bX

Parameter a0 , dan b dapat dicari dengan menggunakan least square method


4.6.1 Non-Unique Rating Curve

Non-unique Curve dapat disebabkan oleh :

1. Flood wave
Berdasarkan persamaan Chezy

Terlihat bahwa adanya perubahan gradien elevasi muka air akan


menyebabkan perubahan pada debit. Gradien makin curam ketika debit
mengalami peningkatan, hal yang sebaliknya terjadi ketika debit turun.
Jadi, ketika terjadi banjir, muka air naik dan turun. Hal tersebit dapat
dijelaskan pada gambar di bawah ini

Gambar 4.27 Flood wave travelling

2. Perubahan morfologi sungai


Adanya sedimentasi atau erosi dapat mengakibatkan naik turunnya elevasi
muka air secara sementara.
3. Perubahan vegetasi
Perubahan vegetasi akan menyebabkan perubahan luasan area dan
kekasaran tampang sungai
4. Efek Backwater
Terjadi akibat pengaruh pasang surut dan pengaruh distribusi aliran pada
pertemuan dua sungai
Gambar 4.28 Perubahan Unique Rating Curve akibat gerusan dan
backwater
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, T.J. dan Somers, W.P. 1969. Techniques of Water-Resources

Investigations of The United States Geological Survey. United States-

Government Printing Office. Washington. 1-37.

Boiten W. 2003. Hydrometry. IHE-Delft Lecture Note Series. A.A Balkema


Publishers. Lisse.

Yulistiyanto, B. 2012. Hidrometri. Diktat Kuliah S1-Teknik Sungai. Jurusan


Teknik Sipil dan Lingkungan UGM. Yogyakarta

Kironoto, B.A. 2006. Instrumentasi Alat Ukur Debit. Diktat Kuliah S2 Keairan-
Metode Eksperimen. Pasca Sarjana UGM.

Anda mungkin juga menyukai