Anda di halaman 1dari 17

UNIT KAMAR OPERASI

STANDART PROSEDURE OPERASIONAL


(SPO)

RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA


Jl. Manyar no 09 surabaya
Telp. (031)
KATA PENGANTAR
MOTTO
CARE,CORRECT AND PROFESIONAL

VISI:
Menjadi rumah sakit bedah berstandar internasional sebagai pilihan masyarakat

MISI
- Membangun institusi bedah dengan dukungan tehnologi berstandart
internasiol
- Memberiakan pelayanan optimal yang berorientasi pada pelanggan
- Menciptakan tenaga yang kompeten dan profesional
- Meningkatkan kesejahteraan stekoholder tanpa meninggalkan amalan
kebijakan perikemanusiaan

FALSAFAH DAN TUJUAN

Tindakan pembedahan medis untuk kebajikan perikemanusiaan


1. STANDART PROSEDUR OPERASIONAL

1.1 SOP pelayanan sebelum tindakan pembedahan

Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN


Surabaya PEMBEDAHAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

Pengertian : Serangkaian tindakan pelayanan yang dilakukan sebagai persiapan


terhadap pasien yang akan dibedah agar pasien merasa aman dan
nyaman.
Tujuan : 1. Pasien merasa aman dan nyaman sebelum tindakan bedah
dilakukan.
2. Tindakan bedah yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar.
Kebijakan : Layanan pasien sebelum pembedahan agar tidak terjadi kekeliruan
(kesalahan), baik pasien maupun jenis operasinya sehingga pasien
merasa aman dan nyaman.
Prosedur :
1. Perawat ruangan melakukan persiapan pasien yang akan dilakukan
pembedahan sesuai prosedur dan pasien di antar ke Kamar Operasi.
2. Perawat ruangan melakukan serah terima pasien dengan perawat Kamar
Operasi di ruang serah terima.
3. Dilakukan pengecekan kembali persiapan yang telah dilakukan dengan
mengisi formulir serah terima pasien dihadapan pasien dan keluarganya
(formulir serah terima terlampir).
Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN
Surabaya PEMBEDAHAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

4. Pasien dimasukkan ke Ruang Premedikasi untuk diberi penjelasan ulang


prosedur pembedahan maupun pembiusan yang akan dilakukan dan diajak /
dianjurkan untuk berdo’a sesuai dengan keyakinannya.
5. Sebelum pasien dibius harus dilakukan penjelasan tindakan pembedahan oleh
Dokter Bedah dan tindakan pembiusan oleh Dokter Anesthesi.
6. Petugas didalam Kamar Operasi harus bersikap ramah dan sopan.
Unit Terkait : 1. Dokter Pembedah
2. Dokter Anesthesi
3. Perawat Ruang Rawat Inap
4. Pasien dan Keluarga
Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PASIEN RUANGAN PREMEDIKASI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS


Pengertian : Memberikan Premedikasi adalah memberikan obat-obatan kepada
pasien sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
Tujuan : 1. Mengurangi kecemasan
2. Mengurangi sekresi lendir air ludah
3. Memperlancar induksi anestesi
4. Mengurangi dosis obat induksi
Kebijakan : Pemberian premedikasi boleh diberikan di Ruang Premedikasi sesuai
instruksi dokter Anestesi.
Prosedur :
1. Menyiapkan alat :
a. Obat-obat yang diperlukan
b. Spuit steril sesuai kebutuhan
c. Kapas dan Alkohol
2. Menyiapkan Pasien :
a. Menanyakan kembali nama pasien dan keluhannya kemudian
memberitahu pada pasien tentang tindakan yang akan diberikan.
b. Mengganti baju pasien dengan baju operasi
c. Memastikan infus sudah terpasang dengan cairan sesuai instruksi
d. Mengatur pasien untuk tidur di atas brancard
Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PASIEN RUANGAN PREMENDIKASI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

3. Melaksanakan :
Dr. Widorini Soenarjo, MARS
a. Membaca kembali instruksi pemberian premedikasi
b. Mencocokkan obat dengan instruksi
c. Menyiapkan obat-obat yang diperlukan ke dalam spuit
d. Memberikan obat premedikasi dengan cara sesuai instruksi,
intramuskular atau intravena
e. Merapikan pasien
f. Membereskan alat-alat, mengembalikan pada tempatnya
g. Mencatat pada status pasien, jam pemberian, obat yang diberikan dan
nama petugas
h. Observasi reaksi yang terjadi selama pasien belum dilakukan tindakan
anestesi dan pembedahan.

Unit Terkait : Dokter Anesthesi


Rumah Sakit Bedah PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Surabaya ( INFORMED CONSENT)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

Pengertian : Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah suatu


persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap pasien.
Tujuan : 1. Untuk tanda bukti yang sah bagi Rumah Sakit pasien maupun
dokter apabila terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
2. Penderita dan atau keluarga mengerti tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap dirinya dan menjadi penentu utama
membuat keputusan.
Kebijakan : 1. Setiap tindakan medis (diagnostik terapeutik) yang akan
dilakukan terhadap dirinya akan menjadi penentu utama
membuat keputusan.
2. Informed Consent harus sudah ditanda tangani minimal ½
jam sebelum tindakan dilakukan.
Prosedur : 1. Dokter memberikan penjelasan yang dapat dimengerti /
dapat dipahami mengenai rencana tindakan medis
( diagnostik, terapeutik ) atau tindakan invasive yang akan
dilakukan kepada penderita, indikasi maupun kemungkinan
akibat yang ditimbulkannya.
Rumah Sakit Bedah PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Surabaya (INFORMED CONSENT)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

2. Penjelasan tentang tindakan medis harus diberikan kepada


penderita baik diminta maupun tidak, dengan mengingat
kode etik kedokteran Indonesia.
3. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis ataupun lisan
setelah penderita mendapatkan informasi yang lengkap dari
dokter yang akan melakukan operasi atau dokter yang
bertanggung jawab dan didampingi oleh seorang paramedis
sebagai saksi.
4. Tindakan medis dengan resiko tinggi harus mendapat
persetujuan tertulis dan ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan :
a. Jika penderita dan atau keluarga sudah bisa memahami
yang berarti menyetujui tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter dengan segala resiko kegagaln yang mungkin
terjadi, maka penderita dan atau keluarganya diminta
untuk menanda tangani formulir Informed Consent pada
kolom tanda tangan yang tersedia.
b. Dokter pelaksana tindakan juga menanda tangani
formulir Informed Consent yang telah ditanda tangani
penderita dan atau keluarganya.
Rumah Sakit Bedah PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Surabaya (INFORMED CONSENT)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS


c. Perawat yang mendampingi, membubuhkan tanda tangan
sebagai saksi.
5. Formulir Informed Consent disimpan jadi satu dengan
dokumen Rekam Medis yang lainnya.
6. Dokter bisa langsung melakukan tindakan sesuai dengan
persetujuan.
7. Bilamana penderita / keluarga menolak, maka diminta
mengisi formulir penolakan tindakan.
8. Bilamana penderita tidak sadar dan tidak ada keluarganya
yang dapat dihubungi dengan segera, maka sebelum
melakukan tindakan harus ada persetujuan Direktur yang
ditanda tangani oleh ( dua orang ) dokter yang merawat /
mengambil tindakan.
Unit terkait : 1. Unit Rawat Inap
2. Unit Kamar Bedah
3. Sub Unit Radiologi
4. Sub Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PADA PRA – SAAT – PASCA ANASTHESI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

Pengertian : Suatu pelayanan dalam menunjang kualitas hidup yang sebaik-baiknya


untuk mengurangi rasa nyeri, rasa cemas, menjaga pasien agar selama
pra – saat dan pasca operasi tetap dalam kondisi stabil
Tujuan : 1. PRA ANASTESI
Mengusahakan kondisi yang optimal dari pasien agar dapat
menjalani pembedahan dengan hasil sebaik-baiknya
2. SAAT ANASTESI
Mengupayakan fungsi vital pasien / haemodinamik dalam batas.
Batas normal selama menjalani pembedahan dan mengurangi rasa
cemas dan nyeri pasien
3. PASCA ANASTESI
Menjaga fungsi vital pasien dalam batas normal setelah
pembedahan berakhir dan selam obat anastesi belum hilang sama
sekali. Serta menjaga pasien tidak merasa nyeri dan atau cemas
berlebihan
Kebijakan : Pasien mengalami pembedahan dalam kondisi rasa cemas dan rasa
nyeri yang minimal.
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur : I. PRA ANASTESI memeriksa:
1. Penanggung jawab logistik melakukan inventarisasi setiap hari dari
pemakaian alat dan obat dalam satu hari
Rumah Sakit Bedah
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PELAYANAN
PADA PRA – SAAT 2/3
PASCA
ANASTHESI
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

2. Kelengkapan status penerimaan pasien


3. Surat persetujuan tindakan operasi dan Anastesie dari pasien dan
keluarga
4. Kelengkapan data laboraturium, EKG, dll
5. Pasien bebas dari perhiasan, gigi palsu, lensa kontak, cat kuku,
lipstik
6. Lamanya puasa pasien dan apakah ada penyakit penyerta seperti
asma, batuk, hipertensi
II. SAAT ANASTESI
1. Mencatat semua tindakan anastesi.
2. Merespon dan mendokumentasi semua perubahan fungsi vital
tubuh pasien selama operasi / anastesi. Pemantau meliputi sistem
pernafasan,sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, pendarahan, dan
produksi urine dll
3. Melaporkan kepada dokter Anastesi bila terdapat tanda-tanda
kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan
sesegera mungkin.
4. Melaporkan kepada dokter bedah tentang perubahan fungsi Vital
tubuh pasien dan tidakan yang diberikan selama Anastesi
Rumah Sakit Bedah PELAYANAN PADA PRA – SAAT – PASCA ANASTHESI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

5. Mengatur dan memberikan obat sesuai instruksi dokter Anastesi.


6. Mengulangi keadaan gawat darurat
7. Memantau waktu ekstubasi
a. Memantau tanda-tanda vital secara lebih intensif
b. Menjaga airway agar tetap bebas
c. Menyiapkan alat-alat dan obat-obatan untuk ekstubasi
d. Memenuhi kebutuhan O2 pasien sebelum dipindah ke ruang
pulih sadar
III. PASCA ANASTESI
1. Memantau fungsi fital tubuh
2. Oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diperhatikan
3. Memantau kemajuan pasien sewaktu masa pulih sadar
4. Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
5. Menilai kesadaran dan vital pasien.
Unit terkait : - Lembaran catatan medik
- Formulir persetujuan tindakan medik
- Dokter Bedah
- Dokter Anastesie
- Asisten Anastesia
- Pasien dan keluarga
Rumah Sakit Bedah PENANGGANAN KEGAGALAN OPERASI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

Pengertian : Mekanisme yang harus dijalankan apabila terjadi kesulitan dalam


pelaksanaan tindakan operasi.
Tujuan : Mengatasi kesulitan operasi sesuai disiplin ilmu dan ketentuan yang
telah ditetapkan.
Kebijakan : Prosedur Penanganan Kegagalan Operasi harus sesuai dengan
Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit Lavalette.
Prosedur : Kegagalan pembedahan dapat digolongkan :
1. Kegagalan yang masih dapat diatasi pelaksana pembedahan di
Kamar Operasi terdiri dari :
- Dokter Bedah Umum
- Dokter Spesialis
a. Bila Dokter Bedah Umum tidak dapat menyelesaikan /
gagal menyelesaikan proses pembedahan, maka perlu
berkonsultasi ke Dokter Bedah Spesialis sesuai kasus dan
bidangnya.
b. Bila Dokter Spesialis mengalami kesulitan dalam proses
pembedahan dapat berkonsultasi dengan Dokter Spesialis
yang lebih senior.
Rumah Sakit Bedah PENANGGANAN KEGAGALAN OPERASI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

c. Teknik pelaksanaan cito konsul durate operasi dapat


dilakukan via telepon atau Dokter Spesialis senior
langsung datang ke tempat operasi dengan bantuan
perawat Kamar Operasi.
2. Kegagalan yang tidak dapat diatasi
Kegagalan jenis ini bila ditemukan selama pembedahan berupa :
a. Kegagalan untuk mengangkat penyakitnya secara keseluruhan
tindakan yang dilakukan :
1) Tindakan paliatif
2) Diusahakan supaya penderita dapat kembali ke ruangan
dengan selamat. Hal tersebut tercatat dalam laporan operasi
dan anastesi serta keluarga penderita diberi penjelasan.
b. Bila selama pembedahan terjadi kegagalan sedemikian rupa
sehingga pasien tidak tertolong jiwanya, maka :
1) Dokter memberitahu keluarga pasien
2) Dibuatkan catatan operasi disertai penyebab kematian dalam
form FRM 17
3) Bila kesalahan dilakukan oleh dokter bedah maka yang
bertanggung jawab adalah dokter bedah.
4) Bila kesalahan dilakukan oleh dokter anastesi maka yang
bertanggung jawab adalah dokter tersebut
Rumah Sakit Bedah PENANGGANAN KEGAGALAN OPERASI
Surabaya

No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Rumah Sakit Bedah Surabaya
Prosedur Tetap November 2010

Dr. Widorini Soenarjo, MARS

5) Bila kesalahan dari alat – alat Rumah Sakit yang bertanggug


jawab adalah Rumah Sakit
6) Harus ada laporan tertulis kepada Kepala Unit Kamar
Operasi yang kemudian diteruskan ke DPJP 2 baru ke
Komite Medik sebagai tindak lanjut untuk penyelidika jika
diperlukan selanjutnya di laporkan ke Kepala Rumah Sakit
7) Jenazah di rawat dan dibawa ke Kamar Jenazah.

Unit Terkait : - Komite Medik


- Sub Unit Kamar Jenazah

Anda mungkin juga menyukai