1. Topografi : topografi adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur
lahan, semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang
semakin besar. (jurnal Unila)
2. Vektor : hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari
host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan (depkes).Vektor digolongkan menjadi 2 (dua)
yaitu vektor mekanik dan vektor biologik. Vektor ·mekanik yaitu hewan avertebrata yang
menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan, sedangkan dalam vector
biologik agen mengalami perkembangbiakan atau pertumbuhan dari satu tahap ke tahap yang
lebih lanjut Contoh Aedes aegypti bertindak sebagai vektor demam berdarah
3. Reservoar : manusia, hewan, tumbuhan,tanah, a tau zat organik (seperti tinja dan makanan)
yang
menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen
4. Lagoan : sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir,
batu karang atau semacamnya
5. Endemic : keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu
tempat / populasi tertentu. Pada malari pembagiannya berguna untuk menentukan pola klinisnya
( IKA,FK UI)
6. Malaria : penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.
7. Filaria : kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filarial.
8. Microfilaria Rate: menggambarkan prevalensi orang yang dalam pemeriksaandarah tusuk jari
mengandung mikrofilaria dibandingkan dengan jumlah orang yang diperiksa. Mikrofilaria rate
merupakan indikator transmisi penyakit di suatu wilayah. (depkes)
9. Rapid Diagnostic Test : assist in the diagnosis of malaria by detecting evidence
ofmalaria parasites (antigens) in human blood.(WHO)
10. Mass Blood Survey : suatu upaya pencarian dan penemuan penderita yang dilakukan melalui survey
malaria didaerah endemis malaria tinggi yang penduduknya tidak lagi menunjukkan gejala spesifik
malaria.
11. eliminasi filarial : Program Eliminasi Filariasis Limfatik Global dari WHO, yaitu memutuskan rantai
penularan filariasis serta mencegah dan membatasi kecacatan.
Identifikasi Masalah dan Brainstorming
1. Berapa penduduk untuk 1 puskesmas?
standar nasional , 1 (satu) puskesmas melayani 30.000 jiwa. UU Desa wajib 4.500 orang dan
dalam undang- undang(no 32 th 2004)
Pada scenario, 1 puskesmas layani 24 desa,bila dirata2kan dengan rumus, jumlah
penduduk bisa >30000.
Ini ,enandakan bahwa kurangny puskesmas, dan menyatakan bahwa pulau ini padat
penduduk.
Ini semakin meningkatkan resiko penyakit infeksi menular dari vektor
2. Bagaimana hubungan topografi lingkungan dan tempat perindukan nyamuk dengan penyakit
yang ditularkan vector dan reservoar?
Topografi lingkungan terkait daerah kepulauan, bila dokter medika di bagian barat
Indonesia, kelmbaban lebih tinggi dan indek curah hujan lebih tinggi.
Kelembaban yang tinggi, merupakan hal yang sensitive untuk vector, contohnya pada
nyamuk aides aigepti.
Indeks curah hujan yang tinggi, meningkatkan kemungkinan resiko banyaknya genangan
air, yang bisa jadi wadah pertumbuhan vector.
Pada kepulauan,saat musim kemarau, daerah dekat pantai, merupakan tempat risiko
untuk berkembanganya filariasis apabila sanitasi lingkungannya buruk dan kurangnya
pecegahan terhadap reservoarnya.
Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan sementara,
permanen dan alamiah.
Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam tempat penampunga
air(TPA) termasuk : kaleng bekas, ban mobil bekas, pecahan botol, pecahan gelas,
talang air, vas bunga, dan tempat yang dapat menampung genangan air bersih.
Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga seperti :
bak penampungan air, reservoir air, bak mandi, gentong air dan bak cuci di kamar
mandi.
Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon seperti pohon pisang,
pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan lubang pohon.
Nyamuk Ae. albopictus yang juga ber- peran dalam penularan penyakit DBD,
merupakan nyamuk luar rumah dan jauh dari pemukiman penduduk, misalnya di
kebun, hutan dan daerah pinggiran kota, walaupun demikian peranannya dalam
penularan penya-kit DBD perlu diwaspadai
Berdasarkan daerah tempat dokter Medika dinas, banyak rawa,laguna, yang
merupakan t empat perindukan vector yang alami. Belum lag tempat perindukan
apabila sanitasi lingkungan warga buruk, makanya dibilang bahwa ini
meninfkatkan tinginya penyakit yang ditularkan vector ke reservoar.
3. Mengapa daerah tersebut menjadi endemic malaria dan filaria?
Ini terkait banyaknya tempat perindukan vector yang banyak, disertai dengan topgrafi
lingkungannya berupa kelembaban , indeks curah yang tinggi. Sehingga jadi endemic.
4. Bagaimana hubungan jalur transportasi darat ,meningkatnya angka mobilitas ,angka kepadatan
vektor yang tinggi dengan kejadian DBD?
Tingginya transportasi darat sehingga meningkatkan monilitas antar penduduk. Ini bisa
menyebabkan peningktan risiko DBD karena mempermudah penyebabran dari satu desa
ke desa lain kasus DBD ini. ( IPD FK UI)
Angka vector yang tinggi menyebabkan frekuensi gigitan nyamuk terhadap tiap reservoir
meningkat, tentu meningkatkan risiko DBD pada orang itu.
6. Bagaimana pelatihan diagnostic dan tatalaksana untuk Malaria yang diberikan pada petugas
puskesmas?
Penting untuk menyamakan persepsi petugas kesehatan, dari segi diagnostic,
mengutamakan berdasarkan EHO dengan pemeriksaan apus darah tepi.
Dari segi tatalak sana, penting ditanamkan bahwa Pengobatan yang diberikan adalah
pengobatan radikal malaria dengan membunuh sernua stadium parasit yang ada
di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Tujuannya akhirnya adalah demi mencegah timbulnya malaria berat jika tidak cepat
didiagnosis dan telat tatalaksana.
9. Apa tujuan WHO malaria ditegakkan dengan pemeriksaan apusan darah tepi?
Karena berdasarkan pemeriksaan darah tepi bisa ditentukan spesies plasmodium penyebab
malaria nya.
Tiap spesies malaria , beda dosis obatnya . Jadi kalau dari awal diagnosis sudah tahu spesiesnya.
Tentu penatalaksanaan malaria lebih efektif dan obatnya pun cocok dengan anti spesies
malarianya.
6. Gagal sirkulasi atau Syok, tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau
perbedaan tamperatur kulit-mukosa >10 C.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus disgestivus atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam setelah pendinginan pada hipertemia
10. Makroskopik hemoglobinuri (black water fever)oleh karena infeksi pada malaria akut
(bukan karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post- mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler pada jaringan otak
11. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk suspect Malaria?
6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).
7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering,
produksi air seni berkurang).
8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat
dan lain-lain)
9. Terlihat mata kuninglikterik.
10. Adanya ronki pada kedua paru
11. Pembesaran limpa dan atau hepar.
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
13. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)
14. Apa tujuan di adakan mass blood survey, eliminasi filarial dan survey jentik?
Mass Blood survey : Tujuan dari MBS untu mencari penderita malaria pada suatu wilayah
terutama didaerah endemis tinggi yang sudah tidak menunjukkan adanya gejala klinis
yang spesifik pada masyarakat, selain itu untuk menurunkan sumber penularan dengan
melakukan pengobatan radikal terhadap semua penderita positif malaria.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan terhadap seluruh penduduk diwilayah tertentntu
dengan endemisitas tinggi denganmengambil SD diperiksa langsung ditempat, bagi
penderita yang positif diberikan pengobatan radikal dan waktu pelaksanaan disaat
puncak kasus.
Eliminasi filarial : Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
tahun 2004 – 2009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus
program adalah
(a) menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap
Kabupaten/Kota,
(b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
STRATEGI PROGRAM
Memutuskan mata rantai penularan filariasis -> pemberian obat massal utkpencegahan
filariasis (POMP Filariasis) di daerah endemis filariasis. Akan dikeluarkan sertifikasi
setelah 5 tahun dilakukan PMOP pada suatu daerah.
Mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis.
Pengendalian vektor secara terpadu.
Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan negara.
Memperkuat surveilans dan mengembangkan penelitian.
Survei Jentik : Tujuan dari survey jentik adalah kegiatan pengawasan terhadap upaya
pengamatan dan pengendalian yang dilakukan untuk menurunkan populasi atau
melenyapkan vektor dan binatang penular penyakit dengan maksud mencegah dan
memberantas penyakit yang di tularkan oleh vektor dan binatang.
Kesehatan dasar BASIC SIX atau 6 program pokok puskesmas Menurut Depkes 1991 yaitu:
Promosi kesehatan.
Kesehatan lingkungan.
Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Perbaikan Gizi masyarakat
Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan