1.
Visum et Repertum : keterangan (laporan) tertulis yang dibuat oleh seorang dokter atas
permintaan penyidik tentang apa yang dilihat dan ditemukan terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia berdasarkan keilmuannya
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multi
disiplin.
4. BNO
: Blass Nier Overzicht, bahasa lainnya jadi KUB (Kidney Ureter
Blader) adalah salah satu pemeriksaan radiologi untuk melihat saluran kemih yang
membutuhkan persiapan ;minum obat pencahar,tidak merokok,puasa semalam dan tidak
banyak bicara sebelum pemriksaan.
1. Mengapa wanita kasus perkosaan perlu di visum et repertum oleh dokter dan hasilnya
langsung ditunggu polisi?
Ini perlu karena dibutuhkan oleh peradilan untuk mencari pelaku dan barang bukti, demi
menentukan hukuman yang pantas untuk pelakunya. Hukuman maksimal untuk pelaku 12
tahun penjara.
Dalam sistim peradilan yang dianut negara kita, seorang hakim tidak dapat menjatuhkan
hukuman kepada seseorang terdakwa kecuali dengan sekurangnya dua alat bukti yang sah
ia merasa yakin bahwa tindak pidana itu memang telah terjadi (pasal 183 KUHAP) .
Sedang yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan
ahli visum et repertum, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (pasal 184 KUHAP).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada suatu kasus perkosaan dan delik susila
lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara bukti bukti yang ditemukan :
1.
Keterkaitan antara 4 faktor inilah yang seringkali dijabarkan dalam prisma (segiempat)
bukti dan merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan keyakinan hakim.
Pada banyak kasus perkosaan keterkaitan empat faktor ini tidak jelas atau tidak dapat
ditemukan sehingga mengakibatkan tidak timbul keyakinan pada hakim yang bermanifestasi
dalam bentuk hukuman yang ringan dan sekadarnya. Karena itulah selain barang
bukti,juga perlu pemeriksaan dari dokter
Masalah keutuhan barang bukti
Seorang korban perkosaan setelah kejadian yang memalukan tersebut
umumnya akan merasa jijik dan segera mandi atau mencuci dirinya bersih-bersih.
Seprei yang mengandung bercak mani atau darah seringkali telah dicuci dan diganti
dengan seprei yang baru sebelum penyidik tiba di TKP.
Lantai yang mungkin mengandung benda bukti telah disapu dan dipel terlebih
dahulu agar "rapi " kelihatannya bila polisi datang. Ketika korban akan dibawa ke
dokter untuk diperiksa dan berobat seringkali ia mandi dan / atau mengganti
pakaiannya terlebih dahulu dengan yang baru dan bersih.
Hal-hal semacam ini tanpa disadari akan menyebabkan hilangnya banyak
benda bukti seperti cairan/bercak mani, rambut pelaku, darah pelaku dsb yang
diperlukan untuk pembuktian di pengadilan.
Adanya kelambatan korban untuk melapor ke polisi karena perasaan malu dan
ragu-ragu juga menyebabkan hilangnya benda bukti karena berlalunya waktu.
Masalah teknis penqumpulan benda bukti
Pengolahan TKP dan tehnik pengambilan barang bukti merupakan hal yang
amat mempengaruhi pengambilan kesimpulan. Pada suatu kejadian perkosaan dan delik
susila lainnya penyidik mencari sebanyak mungkin benda bukti yang mungkin
ditinggalkan di TKP seperti adanya sidikjari, rambut, bercak mani pada lantai, seprei
atau kertas tissue di tempat sampah dsb.
Tidak dilakukannya pencarian benda bukti, baik akibat kurangnya
pengetahuan, kurang pengalaman atau kecerobohan, dapat mengakibatkan hilangnya
banyak data yang penting untuk pengungkanan kasus.
Pada pemeriksaan terhadap tubuh korban cara pengambilan sampel usapan
vagina yang salah juga dapat menyebabkan hasil negatif palsu.
Pada persetubuhan dengan melalui anus (sodomi) pengambilan bahan usapan
dengan kapas lidi bukan dilakukan dengan mencolokkan lidi ke dalam liang anus saja
tetapi harus dilakukan juga pada sela-sela lipatan anus, karena pada pengambilan yang
pertama yang akan didapatkan umumnya adalah tinja dan bukan sperma.
Adanya bercak mani pada kulit, bulu kemaluan korban yang menggumpal atau
pakaian korban, adanya rambut pada sekitar bulu kemaluan korban, adanya bercak
darah atau epitel kulit pada kuku jari (jika korban sempat mencakar pelaku) adalah
hal-hal yang tak boleh dilewatkan pada pemeriksaan.
ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan ini adalah jika sel sperma telah hancur
bagian ekor dan lehernya sehingga hanya tampak kepalanya saja. Untuk mendeteksi
kepala sperma semacam ini harus diyakini bahwa memang kepala tersebut masih
memiliki topi (akrosom).
Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaan terhadap beberapa komponen
sekret kelenjar kelamin pria (khususnya kelenjar prostat) yaitu spermin (dengan uji
Florence), cholin (dengan uji Berberio) dan zink (dengan uji PAN) . Suatu temuan
berupa sel sperma negatif tapi komponen cairan mani positip menunjukkan
kemungkinan ejakulasi oleh pria yang tak memiliki sel sperma (azoospermi) atau telah
menjalani sterilisasi atau vasektomi.
Dampak perkosaan
Dampak perkosaan berupa terjadinya gangguan jiwa, kehamilan atau
timbulnya penyakit kelamin harus dapat dideteksi secara dini. Khusus untuk dua hal
terakhir, pencegahan dengan memberikan pil kontrasepsi serta antibiotic lebih
bijaksana dilakukan ketimbang menunggu sampai komplikasi tersebut muncul.
Pelaku perkosaan
Aspek pelaku perkosaan merupakan merupakan aspek yang paling sering
dilupakan oleh dokter. Padahal tanpa adanya pemeriksaan kearah ini, walaupun telah
terbukti adanya kemungkinan perkosaan. amatlah sulit menuduh seseorang sebagai
pelaku pemerkosaan. Untuk mendapatkan informasi ini dapat dilakukan pemeriksaan
kutikula rambut dan pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA dari sampel
yang positip sperma/maninya.
teknis pemeriksaan forensik dan laboratorium untuk visum et repertum
Kemampuan pemeriksaan pusat pelayanan perkosaan berbeda-beda dari satu tempat ke
tempat lainnya. Suatu klinik yang tidak melakukan pemeriksaan sperma sama sekali tentu tak dapat
membedakan antara robekan selaput dara atau robekan akibat benda tumpul pada masturbasi. Klinik
yang hanya melakukan pemeriksaan sperma langsung saja tentu tak dapat membedakan tidak adanya
persetubuhan dengan persetubuhan dengan ejakulasi dari orang yang tak memiliki sel sperma (pasca
vasektomi atau mandul tanpa sel sperma).
Suatu klinik yang hanya melakukan pemeriksaan sperma dengan uji fosfatase asam saja
misalnya tentu hanya dapat menghasilkan kesimpulan terbatas: ini pasti bukan sperma atau ini
mungkin sperma Tetapi jika klinik tersebut juga melakukan pemeriksaan lain seperti uji PAN,
Berberio, Florence, pewarnaan Baechi atau Malachite green maka kesimpulan yang dapat ditariknya
adalah: pasti sperma, cairan mani tanpa sperma (pelakunya mandul tanpa sel sperma atau sudah
disterilisasi) atau pasti bukan sperma. Lihat tabel.
Pemeriksaan pada kasus perkosaan untuk pencarian pelaku dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan pada bahan rambut atau bercak cairan mani, bercak/cairan darah atau kerokan kuku.
Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan pola permukaaan luar (kutikula) rambut,
peme .riksaan golongan darah dan pemeriksaan sidik DNA.
Pemeriksaan sidik DNA yang dilakukan pada bahan yang berasal dari usapan vagina korban
bukan saja dapat mengungkapkan pelaku perkosaan secara pasti, tetapi juga dapat mendeteksi
jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan banyak pelaku (salome).Pemeriksaan golongan darah dan
sidik DNA atas bahan kerokan kuku (jika korban sempat mencakar) juga dapat digunakan untuk
mencari pelakunya.Jika hanya pemeriksaan golongan darah yang akan dilakukan pada bahan usapan
vagina, maka bahan liur dari korban dan tersangka pelaku perlu juga diperiksa golongan darahnya
untuk menentukan golongan sekretor atau non sekretor.
Orang yang termasuk golongan sekretor (sekitar 85 -06 dari populasi) pada cairan tubuhnya
terdapat substansi golongan darah. Kelompok orang ini jika melakukan perkosaan akan
meninggalkan cairan mani dan golongan darahnya sekaligus pada tubuh korban.
Sebaliknya orang yang termasuk golongan non-sekretor (15 % dari populasi)jika memperkosa
hanya akan meninggalkan cairan mani saja tanpa golongan darah. Dengan demikian jika pada
tubuh korban ditemukan adanya substansi golongan darah apapun, maka yang bersangkutan
tetap harus dicurigai sebagai tersangkanya.
Adanya pemeriksaan sidik DNA telah mempermudah penyimpulan karena tidak dikenal adanya
istilah sekretor dan non~sekretor pada pemeriksaan DNA. Dalam hal tersangka pelaku tertangkap
basah dan belum sempat mencuci penisnya, maka secara konvensional leher kepala penisnya dapat
diusapkan ke gelas obyek dan diberi uap lugol. Adanya sel epitel vagina yang berwarna coklat
dianggap merupakan bukti bahwa penis itu baru bersentuhan' dengan vagina alias baru bersetubuh.
Laporan terakhir pada tahun 1995, menunjukkan bahwa gambaran epitel ini tak dapat diterima lagi
sebagai bukti adanya epitel vagina, karena epitel pria baik yang normal maupun yang sedang
mengalami infeksi kencing juga mempunyai epitel dengan gambaran yang sama.
Pada saat ini jika seorang pria diduga baru saja bersetubuh, maka kepala dan leher penisnya
perlu dibilas dengan larutan NaCl. Air cucian ini selanjunya diperiksa ada tidaknya sel epitel secara
mikroskopik dan jika ada maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan DNA dengan
metode PCR (polymerase chain reaction)
Polisi menunggu hasil visum et repertum, untuk menghindari adanya manipulasi dalam kasus
perkosaan ini selama perjalan hasil visum ke pengadilan.
Luka memar :
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam
jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya
pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Ini menunjukkan
bahwa pada Leo, bagian sekitar pinggangnya kena tekanan berlebih dari angkot
Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 5-14 Tahun Menurut Tipe Daerah
perkotaan pedesaan penyebab lain
13%
10%
77%
Jadi, leo termasuk umur yang berisiko bila tidak ditangani. Selain itu Leo, dibawah 17 tahun
berarti belum punya ktp. Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang
menentukan KLL. Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap KLL.
Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. Karakteristik
pengemudi berkaitan erat dengan:
o Keterampilan mengemudi
o Gangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
o Surat Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada tilang, maka
tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan administrasi, termasuk izin
mengemudi.
o
o
o
o
o
o
1.
Cedera minor : kontusio ginjal dan laserasi minor parenkim ginjal
2.
Cedera major : laserasi major (terjadinya kerusakan pada system kaliks) dan
fragmentasi parenkim ginjal
3.
Cedera pedikel ginjal : cedera pembuluh darah ginjal
90% trauma tumpul berupa cedera minor seperti kontusio ginjal dan laserasi parenkim
superficial tidak memerlukan tindakan bedah.
Observasi ;
o Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma mayor dan trauma
pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan kematian.
Selain itu kebocoran system kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi urine hingga
menimbulkan urinoma, abses perirenal, urosepsis, dan kadang menimbulkan fistula
renokutan. Dikemudian hari pasca cedera ginjal dapat menimbulkan penyulit berupa
hipertensi, hidronefrosis, urolitiasis, atau pielonefritis kronis.
o Tindakan konservatif : istirahat di tempat tidur, analgesic untuk menghilangkan
nyeri, dan observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi local, kadar
hemoglobin, hematokrit serta endapan urin.
Bedah dilkukan bila : ada tanda perdarahan dengan syok yang tidak diatasi/perdarahan
berat.
Indikasi laparotomi :
Perdarahan dengan keadaan syok yang sukar diatasi
Ekstravasasi kontras pada pielografi intravena
Cedera ginjal pada arteriografi atau CT scan
Perdarahan dari dalam pada cedera tajam.