Adapun penyebaran virus ini mulai terjadi pada bulan Januari di tahun
2016. Penyebaran ini mulai merebak ke Amerika Utara, Karibia, Amerika
Selatan, Afrika dan Samoa (Ocenia). Sementara untuk penyebaran di
Samudra Pasifik sendiri, pada tahun 2014 virus ini menyebar ke wilayah
timur melintasi Samudra Pasifik hingga ke bagian Polinesia Perancis,
kemudian masuk ke Pulau Paskah di tahun 2015.
Pada awal tahun 2016, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC)
Amerika Serikat sampai mengeluarkan panduan perjalanan untuk negara-
negara terjangkit wabah ini, termasuk mengeluarkan panduan pencegahan
dan pertimbangan untuk menunda kehamilan bagi seorang wanita. Hal
serupa pun bahkan dilakukan oleh beberapa negara latin seperti Ekuador,
Kolumbia dan daerah sekitarnya yang memberikan himbauan untuk
masyarakat wanitanya agar menunda kehamilan sampai risiko tentang virus
tersebut bisa diketahui cara penanganannya.
Melihat reaksi yang begitu besar terhadap penyakit ini, maka sudah
semestinya kita turut serta dalam menjaga dan menggalangkan hidup sehat.
Agar demikian, segala ancaman sakit dan risiko dari serangan virus akan
dapat diminimalisir.
Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever)
pada dasarnya adalah virus Zika itu sendiri. Virus jenis ini dapat disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk berspesies Aedes Aegypti yang terinfeksi
dengan jenis virus serupa. Nyamuk ini akan menjadi terinfeksi setelah si
nyamuk mengigit penderita yang menderita atau telah terinfeksi dengan
virus yang sama.
Pada dasarnya, setelah si nyamuk menggit si penderita, maka ia akan bisa
sangat aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam ataupun
di luar ruangan yang jaraknya dekat dengan manusia. Sama halnya dengan
penyebaran virus lain, nyamuk yang terinfeksi virus Zika lebih cenderung
menempati daerah-daerah atau tempat-tempat yang terdapat genangan air
dan bersuhu lembab.
Meskipun kasus ini jarang terjadi, akan tetapi bahaya virus ini bisa
berdampak besar untuk penderita, terutama wanita yang sedang hamil.
Pada kasus tertentu, virus Zika dapat ditransmisikan dari seorang ibu ke
bayi dalam kandungannya. Dengan demikian, virus ini akan memiliki
kemungkinan dapat ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang
dikandungnya. Bukan hanya itu, risiko lain yang juga bisa menyerang bayi
bila tidak terjadi dalam kandungan adalah virus ini dapat ditularkan pada
saat proses persalinan, ketika persalinan seorang ibu hamil yang terinfeksi
virus Zika akan dapat menularkan virusnya terhadap bayi yang baru
dilahirkannya.
Hingga saat ini, kasus penularan virus Zika melalui proses menyusui belum
ditemukan, sehingga para ahli masih terus menganjurkan ibu yang
terinfeksi dengan virus Zika untuk tetap menyusui bayi mereka.
Infeksi virus Zika pada ibu hamil tetap menjadi perhatian khusus. Hal ini
disebabkan karena ditemukannya peningkatan kasus kelainan bawaan
berupa mikrocefali (cacat pertumbuhan otak) yang terjadi pada bayi baru
lahir dan ibu yang terinfeksi virus Zika pada saat
hamil. Mikrocefali merupakan kelainan bawaan yang terjadi dimana si
bayi terlahir dengan ukuran kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran pada umumnya. Dalam kasus ini, ukuran kepala si bayi tidak
proporsional dengan ukuran tubuhnya. Adapun penyebab atau latar
belakang dari hal ini dikarenakan oleh adanya kelainan perkembangan otak
bayi sejak dalam kandungan.
Sebelum virus Zika menyerang, mikrocefali pada umumnya disebabkan
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti down syndrome, konsumsi
alkohol, paparan obat yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan dan
infeksi rubella (campak jerman) selama masa kehamilan.
Mengingat risiko dari virus ini yang begitu besar, maka mungkin inilah
salah satu hal atau faktor yang membuat sebagian negara sampai
menerapkan panduan atau anjuran pada warga wanita untuk menunda
kehamilannya.
Selain beberapa gejala umum diatas yang telah disebutkan, gejala lain yang
datang dari virus Zika yang telah diketahui diantaranya adalah timbulnya
sakit kepala pada penderita, nyeri dibagian belakang mata dan
kecenderungan mudah lelah yang dirasakan. Gejala umum ini, sifatnya
ringan dan berlangsung sekitar satu minggu. Namun sebenarnya ada
beberapa gejala yang bisa membedakan antara virus Zika dan penyakit
demam berdarah yaitu:
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung paling tinggi hanya 38 derajat
celcius. Sementara penyakit demam berdarah, demamnya bisa berlangsung
sangat tinggi.
2. Jika penyakit demam berdarah yang muncul adalah bintik-bintik merah
sekujur badan, maka pada pasien penyakit Zika muncul beberapa ruam
yang lebar dengan benjolan tipis. Terkadang ruam ini berubah warna
menjadi merah tua.
3. Penderita penyakit Zika juga akan mengalami keluhan infeksi mata yaitu
mata kemerahan disertai dengan munculnya ruam pada bagian dalam
kelopak mata.
Sementara itu, berbicara mengenai masa inkubasi dari gejala pada virus
Zika, hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Namun
kemungkinan berlangsungnya beberapa gejala diatas 2-7 hari setelah
pasien terkena infeksi atau paparan virus Zika. Artinya, bila
setelah penderita di gigit nyamuk dan mengalami beberapa gejala diatas,
maka kondisi seperti ini perlu diwaspadai dan segera mendapatkan
penanganan medis agar tindakan yang tepat bisa segera dilakukan sehingga
kemungkinan buruk dari penyakit ini akan dapat dihindari.
Melihat dari gejala penyakit akibat virus Zika yang hampir mirip dengan
penyakti lain, maka untuk menegakkan diagnosis penyakit Zika ini
dilakukan pemeriksaan terhadap rute perjalanan oleh penderita, dengan
menanyakan waktu, area dan aktivitas saat melakukan kunjungan ke daerah
yang terinfeksi virus Zika. Pemeriksaan lain dengan melakukan
serangkaian tes darah, guna mendeteksi asam nukleat virus, mengisolasi
virus atau bahkan melakukan uji serologis. Pada umumnya pengambilan
sampel darah akan dilakukan pada 1-3 hari setelah muncul gejala penyakit
akibat virus Zika ini. Selain itu, urine dan air liur pun menjadi salah satu
media yang bisa dilakukan pengujian. Untuk pengujian air liur dan urine,
biasanya dilakukan pada hari ke 3-5 setelah penderita mengeluhkan gejala
akibat infeksi virus Zika.