Anda di halaman 1dari 16

NAMA : ALDILLA HENNY YUSRA

BP : 1410311020

SKENARIO 4 : KETULARAN SAPI..

TERMINOLOGI

1. Luka bakar : rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) (Dikutip dari digilib.unila.ac.id/2418/10/BAB%20II.pdf)
2. Antraks : disebut juga Radang Limpa penyakit yang disebabkan Bacillus anthracis .
Penyakit ini dapat menyerang hewan domestik maupun liar, terutama hewan herbivora, seperti
sapi, domba, kambing, beberapa spesies unggas dan dapat menyerang manusia (zoonosis)
3. Sempoyongan : terhuyung-huyung hendak jatuh (KBBI)
4. Zoonosis : penyakit / infeksi yang ditransmisikan antara hewan dan manusia
5. Flu burung : penyakit menular akut yang menyerang terutama saluran pernapasan
disebabkan virus influenza A H5N1. Masa inkubasi bervariasi anatara 1-7 hari, rata-rata 3-5 hari.
6. Rabies : Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat yang disebabkan
olehvirus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae danmenginfeksi
manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet,kucing, serigala, kelelawar)
7. surveillance : menurut WHO Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak
terkait untuk melakukan tindakan.

IDENTIFIKASI MASALAH DAN BRAINSTORMING

1. Mengapa Pak Tora dan anak lelakinya datang ke puskesmas dengan keluhan mengalami kelainan
kulit seperti luka bakar di tangan dan punggung yang disertai mual-mual?
 Beberapa penyebab kelainan kulit: bisa jadi itu suatu alergi obat yang sebabkan sindrom
steven Johnson, atau merupakan suatu zoonosis ; antraks.
 Beberapa penyebab mual : merupakan keluhan gastrointestinal,bila dikaitkan dengan
zoonosis, ini bisa dikaitkan dengan antraks, kalau sindrom steven Johnson tidak ada
keluhan gastrointestisnal
 Mesti dianamnesis biar lebih pasti
 Jika dihubungkan dengan scenario di kalimat berikutnya, bisa jadi juga ini suatu antraks.
Antraks pada manusia dibedakan menjadi tipe kulit, tipe pencernaan, tipe pulmonal dan
tipe meningitis .
o Pada tipe kulit, B. anthracis masuk melalui kulit yang lecet, abrasi, luka atau
melalui gigitan serangga dengan masa inkubasi 2 sampai 7 hari . Gejala klinis
yang terlihat adalah demam tinggi, sakit kepala, ulcus dengan jaringan nekrotik
warna hitam di tengah dan dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan oedema. Jika tidak
diobati tingkat kematian dapat mencapai 10 - 20% dan jika diobati kurang dari
1% (DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003 ; WHO, 1998 ; APIC, 2005) .
o Pada tipe pencernaan (gastrointestinal anthrax), B. anthracis dapat masuk
melalui makanan terkontaminasi, dan masa inkubasinya 2 sampai 5 hari .
Mortalitas tipe ini dapat mencapai 25 - 60% dan dibedakan menjadi antraks
intestinal dan antraks oropharingeal . Pada antraks intestinal, gejala utama adalah
demam tinggi, sakit perut, diare berdarah, asites, dan toksemia . Antraks
oropharingeal, gejala utamanya demam tinggi, sakit tenggorokan, pembesaran
limfoglandula regional, dan toksemia (DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003;
WHO, 1998 ; APIC, 2005) .
o Tipe pernafasan (Pulmonary anthrax) terjadi karena terhirupnya spora B.
anthracis dengan masa inkubasi 2 - 6 hari . Jalannya penyakit perakut sulit
bernafas, sianosis, koma dan mati . Tingkat kematian bisa mencapai 86% dalam
waktu 24 jam (DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003; WHO, 1998; APIC,
2005).
o Tipe meningitis, merupakan komplikasi gejala demam tinggi, sakit kepala, sakit
otot, batuk, susah bernafas atau lanjutan dari ke-3 bentuk antraks yang telah
disebutkan di atas . Tingkat kematian dapat mencapai 100% dengan gejala klinik
pendarahan otak
 Bila memang Pak tora dan anaknya terkena antraks, berarti kelainan kulit dan mual ini
merupakan akibat antraks tipe gejala klinik kulit dan gastrointestinal.

2. Mengapa 2 hari yll warga diduga antraks dirujuk ke rs kabupaten?


 Sesuai algoritma tatalaksana, dirujuk untuk mendapatkan pengobatan dan pmeriksaan
lebih lanjut
 Untuk diisolasi didalaman ruangan
 Untuk desinfeksi dekret yang dikeluarkan penderita
3. Apa ada hubungan penyebab keluhan pa tora dan anaknya dengan warga yang diduga antraks ?
 Ada.
 Di scenario di bilang bahwa di kabupaten itu mengkonsumsi daging yang disembelih dari
sapi yang mengidap antraks. Ini menandakan bahwa, pak Tora, anaknya,dan warga itu
mendapat penularan kuman Bacillus Antrachis dari daging itu.
 Bakteri Bacillus anthracis bersifat Gram positip, aerob dan membentuk spora terletak di
sentral sel bila cukup oksigen. Dalam jaringan tubuh penderita ataupun bangkai yang
tidak dibuka, bakteri selalu berselubung dan tidak pernah berspora karena tidak cukup
oksigen. Penyakit berlangsung per akut (kematian mendadak) dan akut, menyerang
berbagai jenis hewan pemamah biak, hewan liar maupun manusia tetapi hewan-hewan
berdarah dingin samasekali tidak terinfeksi. Penularan penyakit dapat diawali dari tanah
yang berspora Anthrax, kemudian melalui luka kulit atau terhirup pernapasan ataupun
bersama pakan/minum masuk pencernaan tubuh hewan dengan masa tunas berkisar 1 - 3
hari dan kadang-kadang 20 hari. Anthrax tidak lazim ditularkan dari hewan satu ke
lainnya dengan kontak langsung, tetapi vektor lalat penghisap darah dapat berperan
(misalnya Tabanus sp). acapkali terinfeksi dari hewan melalui permukaan kulit yang
terluka terutama pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan hewan, atau terjadi
melalui pernapasan pada pekerja penyortir bulu domba. Infeksi melalui saluran
pencernaan dapat terjadi pada orang yang makan daging asal hewan penderita
Anthrax.

4. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter sehingga Pak Tora dan anknya
didiagnosis antraks?
 Anamnesis : Adanya riwayat makan daging yang dicurigai mengandung kuman antraks
disertai dengan gejala nause, anoreksia, muntah, demam, nyeri perut, hematemesis, dan
diare (biasanya disertai darah) sangat membantu penegakan diagnosis penyakit antraks.
 Pemeriksaan fisik: Kelainan kulit berupa ulkus yang dangkal disertai krusta hitam yang
tidak nyeri patut dicurigai suatu antraks kulit.Ditemukannya basil Gram positif pada
pemeriksaan cairanvesikel merupakan temuan yang khas pada antraks kulit tetapi
diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila biakan kuman positif.

5. Mengapa sapi bisa sempoyongan dan apa hubungannya dengan antraks?


 Sapi yang sempoyongan ini kemungkinan telah terkena antraks.
 Hewan dapat tertular antraks melalui pakan (rumput) atau minum yang terkontaminasi
spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami germinasi,
multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin sehingga menyebabkan
kematian (biasanya mengandung ± 10 9 kuman/ml darah) (OIE, 2000) .
 Antraks pada hewan dapat ditemukan dalam bentuk perakut, akut, subakut sampai
dengan kronis .
o Untuk ruminansia biasanya berbentuk perakut dan akut ; kuda biasanya
berbentuk akut ; sedangkan anjing, kucing dan babi biasanya berbentuk subakut
sampai dengan kronis .
o Gejala penyakit pada bentuk perakut berupa demarn tinggi (42 ° C), gemetar,
susah bernafas, kongesti mukosa, konvulsi, kolaps dan mati . Darah yang keluar
dari lubang kumlah (anus, hidung, mulut atau vulva) berwarna gelap dan sukar
membeku.
o Bentuk akut biasanya menunjukan gejala depresi, anoreksia, demam, nafas cepat,
peningkatan denyut nadi, kongesti membran mukosa . Pada kuda terjadi enteritis,
kolik, demam tinggi, depresi dan kematian terjadi dalam waktu 48 - 96 jam .
o . Sedangkan pada bentuk subakut sampai dengan kronis, terlihat adanya
pembengkakan pada lymphoglandulapharyngeal karena kuman antraks
terlokalisasi di daerah itu .
 Di Indonesia, kejadian antraks biasanya perakut, yaitu : demam tinggi, gemetar, kejang-
kejang, konvulsi, kolaps dan mati .

6. Apa saja pemeriksaan dan identifikasi untuk penyelidikan kasus ini?


 Tindakan perlu dilakukan adalah dengan cara memonitoring tingkat kejadian dan tingkat
cemaran spora di daerah tersebut
 Untuk pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium.
 Metode isolasi dan identifikasi dilakukan untuk menentukan agen penyebab telah
direkomendasikan WHO (1998) dan Central for Disease Control and Prevention (CDC,
2002) . Metode ini dilakukan dengan berbagai teknik tergantung jenis spesimen, yaitu :
(1) Penderita Meninggal spesimen yang masih bare dan hewan atau manusia tanpa
pengawet, (2) spesimen yang masih bare dan hewan atau manusia dengan pengawet, dan
(3) spesimen yang sudah lama, karkas yang sudah membusuk, material yang sudah
diproses atau dan lingkungan (tennasuk tanah) .
 Pemeriksan lain :

7. Bagaimana hasil laboratorium yang mengarahkan itu antraks?


 Untuk sampel yang masih baru, hal yang biasa dilakukan adalah dengan melihat adanya
kapsul maupun bentuk kuman dengan pewamaan polychrome methylene blue (M
fahdeyan 's reaction) . Bakteri berbentuk batang berantai dengan ujung siku berwarna
biro dengan kapsul berwama merah muda. B. anthracis yang virulen dapat diinduksi
untuk memproduksi kapsul dengan menumbuhkan kuman tersebut pads media agar
bikarbonat 0,7%. diinkubasi 37°C dengan kandungan COZ 5 - 20%. B. anthracis dapat
tumbuh path media agar darah setelah diinkubasikan 37 °C selama 16 - 24 jam. Koloni B.
anthracis berwarna putih keabu-abuan, tepi tidak rata dan beraturan (medusa head), kasar,
suram, non hemolitik, non motil dan konsistensi hat. Pada media broth, koloni B.
anthracis seperti kapas, dengan media tampak bening . Uji lisis gamma phage maupun ng.
 kepekaan terhadap penicillin tapat dijadikan sebagai uji konfirmasi talam identifikasi
(ODE, 2000) .
 Untuk sampel yang sudah lama, sudah busuk, yang sudah diproses atau sampel tanah,
sampel terlebih dahulu hams dipanaskan pads 65°C selama 15 menit untuk kemudian
ditanam pads media agar darah atau agar yang mengandung polymyxin, lysoryme,
EDTA, thallous acetat (PLET), dan diinkubasikan 37°C selama 16 - 48 jam (01E, 2000;
WHO, 1998) .

8. Apa ada hubungannya kematian 4 ekor kambing dengan sapi yang diduga penyebab antraks itu?
 Ada, kambing dan sapi ini sama2 terkena antraks pada binatang.
 Kambing makan dedaunan yang dekat dengan tanah, tanah adalah tempat sporanya

kuman penyebab antraks.


 Bedanya, pada kambing ini terjadi kmatian dikarenakan bentuk gejalakliinisnya Bentuk
per akut (sangat mendadak). Anthrax per akut gejala/tandanya sangat mendadak, hewan
mendadak mati karena perdarahan otak. Bentuk per akut sering terjadi pada domba dan
kambing dengan perubahan apopleksi serebral, hewan berputar-putar, gigi gemeretak dan
mati hanya beberapa menit setelah darah keluar dari lubang kumlah. Kasus lain dapat
berlangsung beberapa jam.

9. Mengapa di kabupaten ini tiba-tiba ada kejadian antraks padahal sebelumnya tidak ada?

 Kemungkinan dikarenakan oleh sapi yang didapat dari daerah endemic Antraks.
 Kurangnya pengetahuan penyembelih sapi akan syarat pemotongan hewan ternak.
 Di scenario dibilang bahwa sebelum disembelih sapinya duah sempoyongan, berarti ini
kemungkinan antraks.
 Syarat pemotongan ternak yang berasal dari daerah tertular antraks berdasarkan dinas
peternakan adalah Ternak yang dipotong adalah ternak sehat dan secara estetika layak
dipotong. Ternak itu sendiri adalah ternak yang kurang baik untuk reproduksi (kurang
atau tidak produktif).
 Syarat hewan ternak bila dapat dikeluarkan dari kandang atau tempat isolasi atau keluar
dari daerah tertular penyakit Anthrax antara lain apabila:
(1). Hewan-hewan yang diisolasi sudah tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda sakit
setelah 20 hari dari kasus kematian atau dari kasus hewan yang sakit terakhir.
(2). Dalam suatu daerah atau lokasi penyakit dianggap telah berlalu yaitu setelah lewat
waktu selama 20 hari sejak matinya atau sembuhnya penderita terakhir.
(3). Hewan yang akan dikeluarkan dari daerah tertular harus memenuhi syarat antara lain:
a. Hewan harus sehat dan atau berasal dari lokasi yang telah bebas kasus penyakit (klinis)
minimal setelah 20 hari dari mati atau sembuhnya penderita terakhir. b. Hewan harus
sudah divaksinasi Anthrax minimal 2 minggu pasca vaksinasi dan maksimal tidak lebih
dari 5 bulan pasca vaksinasi. Dan paling lambat satu hari sebelumnya hewan telah
disuntik antibiotika dosis maksimal. c. Khusus bagi hewan dibawah umur 3 bulan (sapi,
kerbau, kuda) sebelumnya telah disuntik antibiotika selama 4-5 hari berturut-turut dan
minimal satu kali disuntik roboransia.

10. Apa ada hubungannya dengan kabupaten lain d provinsi yang sama sebagai endemic antraks
dengan kejadian di kabupaten Muraja?
 Daerah endemic antraks ,dikarenakan Kuman Anthrax apabila jatuh ke tanah atau
mengalami kekeringan ataupun dalam lingkungan yang kurang baik lainnya akan berubah
menjadi bentuk spora. Spora Anthrax ini tahan hidup sampai 40 tahun lebih, dapat
menjadi sumber penularan penyakit baik kepada manusia maupun hewan ternak. Oleh
karena itu penyakit Anthrax dapat disebut “penyakit tanah” dan berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa/wabah, meskipun kejadian biasanya terlokalisir di sekitar wilayah
tersebut saja.
 Bisa jadi,hewan ternak yang sapi sempoyongan itu didapat dari hewan ternak di daerah
endemic itu.

11. Koordinasi apa yang dilakukan oleh dinas kesehatan,dinas pertanian dan pangan, serta kepala
desa setempat untuk kasus ini?
 Koordinasi ini berfungsi untuk pemantauan dan openidikasn kaasus antraks ini.
Untuk dapat mengetahui dengan cepat bila timbul kasus baru sehingga dapat segera
dilakukan pemberantasannya, harus dilakukan pemantauan rutin dan berkesinambungan.
Di samping itu untuk mengetahui setiap kasus penyakit apakah Anthrax atau bukan harus
dilakukan penyidikan baik lapangan maupun laboratorium dengan pembagian tugas
sebagai berikut:
1). Pemantauan dilakukan oleh unsur Dinas Peternakan/ yang membidangi fungsi
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner mulai dari tingkat kecamatan,
kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Kepada seluruh Bvet/BBVet tetap diminta
monitoring dan kewaspadaan dini terhadap Anthrax, situasi serupa termasuk menghadapi
Hari Besar Keagamaan mengacu ketentuan yang berlaku.
2). Kegiatan penyidikan dilakukan oleh unsur Laboratorium dan untuk pengumpulan
bahan pemeriksaan (spesimen) dibantu oleh dinas provinsi dan/atau kabupaten/kota
Mengingat daerah endemis Anthrax pada 12 (dua belas) provinsi di Indonesia yaitu
Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur, merupakan wilayah kerja dari 4 Unit BVet/BBVet termasuk didalamnya
Denpasar yang tidak diperkenankan memasukkan agen eksotik ke dalam wilayah P. Bali,
maka khusus penyidikan dugaan Anthrax ditunjuk:
(1). Balai Veteriner Bukittinggi, alamat Komplek Pertanian, Jln. Landbow Kotak Pos 35
Bukittinggi, Sumatera Barat. Telp. 0752 28300/Fax. 0752 28290.
(2). Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, alamat Jln. Raya Yogya-Wates KM. 27
Kotak Pos 18 Wates, Yogyakarta 55602. Telp. 0274 773168/Fax. 0274 773354.
(3). Balai Besar Veteriner Maros, alamat Jln. Jend. Sudirman No.14, Kotak Pos 198
Makassar, Sulsel. Telp/Fax. 0411 371105.
Sedangkan untuk penelitian dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian Veteriner
(BBALITVET), alamat Jln. RE. Martadinata No.30, Bogor Jawa Barat. Telp. 0251
21048.
 Pengendalian adalah suatu usaha terorganisir di Daerah/ Pusat untuk mengurangi
kejadian/kerugian suatu penyakit sampai tingkat terkendali/ tidak berdampak serius
terhadap kestabilan kesehatan hewan dan masyarakat.
1). Penanganan terhadap hewan. Penyakit Anthrax dapat dicegah dengan vaksinasi
UNTUK PETUGAS KESEHATAN HEWAN Pengendalian dan Pemberantasan PHM -
Seri Penyakit Anthrax UNTUK PETUGAS KESEHATAN HEWAN Pengendalian dan
Pemberantasan PHM - Seri Penyakit Anthrax 12 rutin sesuai anjuran. Hewan yang sakit
dapat diobati dengan antibiotik Penicilline dikombinasi dengan roboransia (mengandung
kalsium dan lainlain). Pemberian antibiotik secara intra muskuler (IM) untuk ternak
dewasa 20.000 IU/Kg dan anak setengahnya, selama 4-5 hari berturut-turut.
2). Penanganan terhadap kuman. Bacillus anthracis mudah dibunuh dengan pemanasan
pada suhu pasteurisasi, macam-macam desinfektansia (formalin 10%, karbol 5%, iodine
dan lain-lain) serta oleh pembusukan. Namun kuman setelah menjadi bentuk spora lebih
tahan yaitu baru musnah dengan pemberian uap basah bersuhu 120 derajat Celcius dalam
beberapa detik, air mendidih atau uap basah bersuhu 100 derajat Celcius selama 10 menit,
uap basah bersuhu 90 derajat Celcius selama 45 menit atau panas kering pada suhu 120
derajat Celcius selama 1 jam. 3). Perlakuan terhadap hasil produksi hewan. Hasil
produksi berupa susu, daging serta bahan asal hewan seperti kulit, tulang, bulu dan lain-
lain yang berasal dari hewan penderita/mati karena Anthrax samasekali tidak boleh
dikonsumsi atau dimanfaatkan, dan harus dimusnahkan dengan jalan dibakar atau
dikubur.

12. Mengapa penanganan kasus zoonosis lain juga dilakukan koordinasi oleh dinas dan petinggi
daerah ?
 Salah satu program kerjasama WHO-FAO-OIE adalah penanggulangan penyakit akut
termasuk zoonosis. Program ini masuk dalam IDENTIFY project, salah satu dari lima
program besar untuk meningkatkan peran laboratorium dalam diagnostikIDENTIFY
project bertujuan membentuk jejaring surveilans dan respon terhadap penyakit akut serta
berkomitmen dalam peningkatan kemampuan diagnosis laboratorium baik regional
maupun nasional.
 Pengendalian Zoonosis 2014 yang bertema Koordinasi, Kolaborasi, dan Integritas Lintas
Sektor Untuk Meningkatkan Kapasitas Anitisipasi, Deteksi, dan Respon dalam
Memperkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Ancaman Wabah Zoonosis. Dalam
laporan tersebut disampaikan, Rakornas Komnas Pengendalian Zoonosis secara lintas
sektor tahun 2014 merupakan imlpementasi Perpres No.30 Tahun 2011 dalam rangka
untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dalam pengendalian zoonosis yang
diharapkan dapat tercipta sinergitas pelaksanaan dan mobilisasi sumberdaya nasional
dengan optimal dan tepat sasaran.
 Selain itu dikarenakan oleh kendala dalam pengendalian zoonosis ini, sehingga perlu
seluruh sector terlibat. Kendala itu berupa :

13. Apa saja kasus zoonosis?


 Berdasarkan waktunya :
o ‘Emerging zoonoses’ : penyakit zoonosis yang baru muncul, dapat terjadi dimana
saja di dunia, dan dampaknya berpotensi menjadi begitu parah.
o ‘re-emerging zoonoses’ : penyakit zoonosis yang sudah pernah muncul di masa-
masa sebelumnya, akan tetapi menunjukkan tanda mulai meningkat kembali saat
ini.
 Yang ada di Indonesia :
o Rabies
o Antraks
o Sistiserkosis dan taeniasis (dikategorikan oleh WHO sebagai Neglected Tropical
Deseases(NTDs) atau Neglected Zoonotic Deseases (NZDs
o Salmonellosis
o Leptospirosis
o Bruselosis
o Tuberkulosis
o Toksoplasmosis
o Sistosomiasis
o Japanese encephalitis
o Avian Influensa

 Zoonosis telah menjadi ancaman global termasuk di Indonesia, diantaranya SARS, Flu
Burung tipe A (H7N9), MERS-CoV dan Ebola.

14. Apa program pemerintah utnuk mengendalikan kasus zoonosis?


Untuk mengendalikan masalah-masalah zoonosis, Presiden RI mengeluarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis. Perpres terdiri atas 7 bab
dan 43 pasal. Perpres ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu 20 Mei 2011.
Strategi pengendalian zoonosis dilakukan dengan mengutamakan prinsip pencegahan penularan
kepada manusia dengan meningkatkan upaya pengendalian zoonosis pada sumber penularan.
penguatan koordinasi lintas sektor, sinkronisasi, pembinaan, Pengawasan, pemantauan, dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi dan program perencanaan terpadu dan percepatan
pengendalian melalui surveilans, pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan
pembatasan penularan, penanggulangan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dan pandemi serta
pemusnahan sumber zoonosis pada hewan apabila diperlukan.

Strategi lain adalah melalui penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap
penularan zoonosis baru. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan
zoonosis. Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan, prosedur
teknis pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengendalian zoonosis. Penguatan penelitian dan
pengembangan zoonosis. Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan
tinggi, LSM, dan organisasi profesi, serta pihak-pihak lain.

15. Mengapa kasus flu burung keberadaannya terus dimonitor?


 Karena berhubungan dengan faktor risikonya yang selalu terpapar pada masyarakat :
o Kontak langsung dg unggas (close contact, menyentuh, menyembelih, mengubur,
mengolah, dll)
o Kontak dengan Lingkungan (udara, air, tanah, lumpur, pupuk, alat) yg tercemar virus
Flu Burung
o Konsumsi unggas/produk unggas yg tdk dimasak sempurna
o Kontak dengan penderita konfirmasi Flu Burung Saat ini belum terbukti adanya
penularan dari manusia ke manusia.
o Kontak dengan spesimen unggas dan manusia positif H5N1

 oleh karena itu dimonitor dengan cara :


a. ketahui gejala unggas yang mungin terkena flu burung :
o Umumnya tanpa gejala, unggas tiba-tiba mati.
o Menimbulkan kematian cukup tinggi.
o Pada unggas yang sakit/mati dapat ditemukan tanda-tanda
sebagai berikut :
 Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru
keunguan.
 Kadang ada cairan di mata & hidung.
 Pembengkakkan di muka dan kepala.
 Perdarahan di bawah kulit (dada, kaki dan telapak kaki).
 Diare
 Depresi
 Kerabang telur lembek

o Unggas air (bebek dan entog) dapat menjadi pembawavirus, tanpa


menunjukkan tanda-tanda sakit.

b. Setiap ditemukan kasus suspek Flu Burung maka petugas puskesmas bersama
TGC Flu Burung Kab/Kota melakukan penyelidikan epidemiologi ke lokasi
kasus untuk mencari kasus tambahan dan faktor risiko. Petugas puskesmas
dan petugas fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang terkait melakukan
pemantauan terhadap kontak kasus suspek Flu Burung.

Definisi kontak kasus yaitu kontak serumah dan kontak di tempat kerja, sekolah
dan masyarakat setempat yang kontak erat dan tidak memakai alat pelindung dalam
waktu 1 hari sebelum sampai 14 hari setelah onset sakit.

Definisi kontak erat yaitu orang yang kontak dengan penderita dalam jarak < 1
meter seperti merawat, berbicara atau menyentuh. (sumber : WHO)

KIE harus dilakukan kepada pasien dan keluarga serta masyarakat setempat.

KIE yang perlu diberikan, yaitu ;

Pasien  mengenai penyakit yang diderita dan bahayanya, tindakan


penanggulangan yang harus dilakukan.
Keluarga mengenai penyakit yang diderita dan bahayanya, tindakan
penanggulangan yang harus dilakukan, pembiayaan. Apa yang harus dilakukan
bila ada anggota keluarga yang menderita ILI. Sekaligus minta inform consent
untuk semua tindakan pengobatan yang akan dilakukan.

Masyarakat  Mengenai penyakit Flu Burung dan bahayanya, faktor risiko


tertular, cara pencegahannya dan penanganan unggas sakit/mati, kemana harus
melapor dan apa yang dilakukan bila ada yang sakit dan dicurigai Flu Burung.
16. Mengapa rabies jadi program suvailance penyakit menular?

 Suatu kegiatan Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari oleh kondisi – kondisi
berikut ( WHO, 2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting
kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
3. Data yang relevan mudah diperoleh
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan ( pertimbangan efisiensi ).
 Selain itu, Rabies hampir selalu berakibat fatal jika postexposure prophylaxis tidak
diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies bergerak ke otak melalui saraf perifer.
 Beban penyakit rabies ini tinggi di Indonesia, data dilihat dari peta
Dibawah ini : Indonesia high risk umtuk rabies.

 Selain itu, secara umum kasus Rabiesbelum menurun secarasignifikan, sehingga ke


depan pengendalian Rabies dengan mengedepankan penerapan one health sangat
penting untuk dilakukan. Pertemuan W H O d i b a n g l a d e s h juga mencatat bahwa
program pengendalian Rabies di hewan masih terbatas karena belum menjadi prioritas
dan kurangnya data pendukung penanganan Rabies dibandingkan dengan sektor
kesehatan manusia.Pertemuan ini menyetujui bahwa Rabies pada manusia dapat
dicegah apabila ditangani dengan baik di sumbernya, khususnya pada anjing
dengan menggunakan vaksin yang baik dalam program vaksinasi. Namun demikian
pertemuan ini mencatat bahwa ada keterbatasan anggaran dalam mendukung
penyediaan vaksin dalam jumlah yang cukup dan operasional
vaksinasinya.Pertemuan mencatat pengembangan dokumen "Call for action towards
the elimination of rabies in the ASEAN member states and the plus three
countries by 2020" yang didukung oleh Kementerian Pertanian dan
Kementerian Kesehatan.
 Jadi karena itulah rabies termasuk program surveillance penyakit menular.

17. Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas dan penyakit zoonosis lainnya serta
pengelolaannya?
 Kasus di atas adalah kasus zoonosis.
 Pengendalian dari zoonosis ini perlu banyak sector yang terkait.
 Untuk kasus pak Tora dan anaknya perlu diperiksa laboratoriumnya dari specimen di
kulitnya, unutk penegakan diagnosis antraks. Lalu akan dirujuk untuk diisolasi , diberi
obat simptomatik dan disinfeksi skret yang dikeluarkannya.
 Untuk warga lain yang di tempat tinggal pak Tora, perlu penyelidikan lebih lanjut dengan
apakah ada warg lain yang terkena antraks.
 Perlu di cari penyebab kenapa tiba2 di daerah yang tidak endemic ini tetiba antraks.
 Perlu upaya promootif untuk para peternak di wilayh itu, tetatng syarat hewan ternak
yang layak dan pemotongan yang layak.

Respons tatalaksana kasus: Respons Kes. Masyarakat:


• Pengambilan sample (jaringan • Dan mencegah pencemaran lingkungan oleh
mati, tinja) spora antraks
• Kirim sample ke laboratorium • Penyelidikan Epidemiologi dan koordinasi
• Lakukan pengobatan terhadap dengan dinas peternakan
pasien • Surveilans Intensif dan membawa penderita
• Lakukan tatalaksana pencegahan kasus baru ke RS terdekat
dengan memutuskan rantai • Penyuluhan masyarakat tentang Antraks dan
penularan hewan /tanah upaya penanggulangannya, meliputi
tercemar ke manusia • Konsultasi dengan petugas kesehatan bila
• Rujuk pasien ke RS apabila memandikan tubuh penderita yang
diperlukan penanganan lebih meninggal
lanjut. • Hewan harus disembelih di rumah potong
hewan
• Tidak boleh memotong dan mengkonsumsi

Untuk zoonosis lainnya perlu preventif, dengan cara promotif ke masyarakat agar masyarakat tahu cara
perlindungan dirinya. Contoh : Rabies. Flu burung sudah ada gambar dhalaman sebelumnya.
REFERENSI

Diarmita,I Ketut. 2016. Pedoman dan Pengendalian Penyakit Hewan Menular Seri
Penyakit Anthrax. Jakarta : Kementerian Pertanian RI Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Natalia,Lily. R.S.Adji.2006. Pengendalian Penyakit Antraks: Diagnosis, Vaksinasi dan
Investigasi. Wartozoa Vol. 16 No . 4 :198-205
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Menkes Ungkap Berbagai Penyakit Zoonosis
yang Sering Dilaporkan di Indonesia, 01 Februari 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Penanggulangan Penyakit Zoonosis
Merupakan Satu dari Lima Program Besar Identify Project, 15 April 2012.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis, 13
Juni 2011.
Pohan,Herdiman.T.,Januari 2005, ‘Patogenesis,Diagnosis,dan Penatalaksanaan
Antraks’,Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 55, No.1:23-29
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.2016.Jangan Ada Lagi Kematian
Akibat Rabies,Info Datin.
http://distanak.bantenprov.go.id/read/berita/134/Pengendalian-Dan-Pemberantasan-
Penyakit-Zoonosis.html
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_18006_131113_ALGORITMA_DIAGNOSIS.pptx

Anda mungkin juga menyukai