Pada tahun 1950 Amerika Serikat sebagai pimpinan Sekutu dan negara adidaya baru
dunia mulai terlibat dalam masalah Vietnam. Oleh karena merasa Prancis adalah sekutunya,
Amerika Serikat memutuskan untuk memberi bantuan. Bantuan Amerika Serikat tersebut
berupa paket ekonomi dan militer yang diberikan langsung kepada pemerintah baru Vietnam
bentukan Prancis. Tujuannya agar bantuan itu dapat dipakai untuk memerangi Viet Minh yang
komunis. Dengan demikian, apabila komunis di Vietnam dapat dihabisi, kekuatan liberal
kapitalislah yang akan berkuasa. Itu berarti pengaruh Amerika Serikat terhadap kawasan Asia
Tenggara makin meluas.
Sementara itu, Viet Minh pada tahun 1949 mulai bangkit kekuatannya. Hal itu
disebabkan Viet Minh mendapat bantuan persenjataan dari Cina. Dukungan juga didapatkan
dari negara Uni Soviet sebagai sesama Negara komunis. Viet Minh karena merasa telah kuat,
kembali melancarkan serangan pada pertahanan Prancis. Wilayah luar kota berhasil dikuasai
tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu bertahan di kota-kota. Keadaan seperti
itu tentu saja sangat membahayakan Prancis pada khususnya dan kepentingan Blok Barat, pada
umumnya. Merasa kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan
senjata dan perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena selangkah
lagi mereka akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan Uni Soviet yang
merupakan negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu. Pada bulan Februari
1954, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet mengadakan pertemuan di Berlin,
Jerman. Pertemuan itu membahas tentang penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang
Vietnam. Sebagai realisasinya, akan diselenggarakan Konferensi Jenewa. Pada tanggal 20 Juli
1954 Konferensi Jenewa membuat keputusan, antara lain:
mengakui kemerdekaan negara Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
menyetujui bahwa wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan;
akan segera diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam, di
bawah pengawasan Komisi Pengawas Internasional.
1
Hasibuan M.S., dkk., 2007, Prajurit TNI Dalam Tugas Kemanusiaan Galang 96, Pusat Sejarah TNI, Jakarta,
hlm. 6.
2
Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Cetakan Pertama, Sinar Grafika Offset, Jakarta, hlm. 166.
Setelah negara Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) yang berideologi
komunis terbentuk, negara tersebut segera memperluas pengaruhnya. Laos telah berhasil
dijadikan negara komunis, begitu pula dengan Vietnam Selatan. Komunis Vietnam terus
berusaha memperluas pengaruhnya dengan mencoba memengaruhi Kampuchea. Usaha untuk
melakukan kolonisasi di Kampuchea ini disebut Vietnamisasi. Penyerbuan Vietnam untuk
menguasai Kampuchea dilakukan pada tanggal 7 Januari 1979. Pasukan Vietnam dalam
menguasai Kampuchea dibantu oleh orang-orang Kampuchea yang mendukung Vietnam.
Mereka itu tergabung dalam Front Penyelamat Nasional. Vietnam berhasil menguasai
Kampuchea. Oleh karena itu, Vietnam mendirikan Republik Rakyat Kampuchea di bawah
pemerintahan Heng Samrin bonekanya.
Vietnam meskipun berhasil menguasai dan membentuk pemerintahan boneka di dalam
negeri Kampuchea terjadi usaha untuk menentang pemerintahan komunis itu. Tentu saja itu
memberi peluang bagi negara-negara dan pemerintahan antikomunis untuk menghambat laju
perkembangan komunis di Asia Tenggara. Pemerintahan antikomunis di Kampuchea dibentuk
atas koalisi kelompok Sihanouk, Son San, dan Khieu Sampan. Koalisi itu membentuk
pemerintahan baru di Kampuchea dengan nama Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea
pada tanggal 22 Juni 1982. Negara-negara anggota ASEAN dan PBB yang sebagian besar
antikomunis tentu saja banyak yang memberi dukungan pada Pemerintahan Koalisi Demokrasi
Kampuchea. Hal itu merupakan salah satu cara untuk menghambat laju perkembangan
komunis di dunia. Salah satu bentuk dukungan pada pemerintahan antikomunis di Kampuchea
adalah mengakui hanya Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea yang berhak
memerintah Kampuchea dan menjadi wakil sah di PBB.
Berakhirnya perang Indocina yang ditandai dengan jatuhnya reziem Saigon berarti
memberikan kemenangan bagi kaum komunis. Cita-cita Ho chi Minh mengenai ”kemerdekaan
dan persatuan” dibawah panji-panji komunisme mulai mencicipi satu kenyataan. Peristiwa ini
telah membawa perubahan-perubahan yang cukup mendasar bagi peta politik di Asia
Tenggara, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi dan opini masyarakat, juga para
pengamat politik tergerak perhatiannya pada masalah, bagaimana pengaruh kemenangan
komunis di Indocina dan bagaimana pula posisi ASEAN di Asia Tenggara.
Gerakan komunis Vietnam senantiasa berkaitan erat dengan proses perjuangan rakyat
melawan penjajahan bangsa asing. Kalau sebelum jatuhnya benteng Dien Bien Phu, gerakan
komunis harus berperang melawan Perancis, kemudian sesudah itu harus berhadapan dengan
Amerika Serikat yang dinilai sebagai imperialis pengganti penjajahan Perancis. Pada bulan
April tahun 1975 merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan politik di Asia
Tenggara. Karena pada waktu itu tumbangnya kekuasaan non-komunis Lo Nol di Kamboja dan
jatuhnya reziem Nguyen Van Thieu di Vietnam Selatan, yang sekaligus tumbanglah pengaruh
Amerika Serikat di kawasan Indocina.
Rezim komunis yang berkuasa di Vietnam dalam Hanoi Blue Print akan menyebarkan
paham komunis ke Asia Tengggra. Ada tiga poin penting dalam Hanoi Blue Print yaitu:
Konsilidasi antara Vietnam utara dan selatan. Menjadikan Vietnam satu bangsa yang
bulat dan kokoh memenuhi kebutuhan sendiri.
Menjadikan Hanoi sebagai satu-satunya kekuatan atau Laos dan Kamboja yang
merupakan dua negara komunis, tetapi memiliki orientasi yang berbeda. Dengan pasal
itu Vietnam saling berjuang untuk mempersatukan antara Laos dan Kamboja dibawah
pengakuan Hanoi.
Memperluas pengaruh kekuasaan baik politik maupun ekonomi atas seluruh wilayah
Asia Tenggara untuk perlu menempuh jalan subversi dengan membantu rencana militer
terhadap setiap perjuangan di daerah-daerah lain .
Berdasarkan rencana di atas, dimana Vietnam akan menyebarkan paham komunis di Asia
Tenggara yang tentu saja menimbulkan perubahan politik di Asia Tenggara terutama dalam
rangka menangkis serangan komunisme.
References
Feby, C. (n.d.). perang Vietnam dan Dampaknya terhadap Perkembangan Politik di Asia Tenggara. Universitas
Paramadina.
Simanulang, K. M. (2014, Desember 12). PELAKSANAAN OPERASI KOMANDO TUGAS (KOGAS) KEMANUSIAAN
GALANG 96 DALAM RANGKA PEMULANGAN PENCARI SUAKA ASAL VIETNAM TAHUN 1996 DI PULAU
GALANG DITINJAU DARI SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-IL.01.10-1297
PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG.. Retrieved from Universitas Atma Jaya Yogyakarta's
Library: http://e-journal.uajy.ac.id/7285
Utama, R. P., Pratama, P. S., & Ni'mah, F. (2015). Sejarah Asia Tenggara "Perang Vietnam 1957-1975".
Universitas Airlangga.