Anda di halaman 1dari 24

Modul1

Sej arah Konte mporer Duni a dan


Pengaruhnya bagi Kehi dupan Gl obal
A. Tujuan mempelajari modul

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik


diharapkan dapat:
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang runtuhnya
Vietnam Selatan
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang hapusnya
Apartheid di Afrika Selatan
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpecahan USSR
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang runtuhnya
Jerman Timur
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpeca han
Yugoslavia
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpecahan
Cekoslowakia
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang People Power
Filiphina
 Merekonstruksi sejarah kontemporer dunia antara lain
runtuhnya Vietnam Selatan, Apartheid di Afrika Selatan,
USSR, Jerman Timur, Yugoslavia, Cekoslowakia
 Menyajikan hasil rekonstruksi sejarah kontemporer dunia
antara lain runtuhnya Vietnam Selatan, Apartheid di
Afrika Selatan, USSR, Jerman Timur, Yugoslavia,
Cekoslowakia dalam bentuk tulisan dan/atau media lain .

B. Kompetensi Dasar

Menganalisis persamaan dan perbedaan antara manusia purba


Indonesia dan dunia dengan manusia modern dalam aspek fisik
dan nonfisik

C. Indikator Pencapaian

 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang runtuhnya


Vietnam Selatan
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang hapusnya
Apartheid di Afrika Selatan
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpecahan USSR
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang runtuhnya
Jerman Timur
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpecahan
Yugoslavia
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang perpecahan
Cekoslowakia
 Mengevaluasi sejarah kontemporer tentang People Power
Filiphina

Pokok Bahasan
Peristiwa kontemporer dunia antara lain runtuhnya
Vietnam Selatan, Apartheid di Afrika Selatan, USSR, Jerman
Timur, Yugoslavia, Cekoslowakia
 Runtuhnya Vietnam Selatan
 Hapusnya Apartheid di Afrika Selatan
 Perpecahan USSR
 Runtuhnya Jerman Timur
 Perpecahan Yugoslavia
 Perpecahan Cekoslowakia
 People Power Filiphina

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah dengan cermat ketentuan yang ada dalam bahan
ajar ini serta informasi pendukung yang sudah disediakan.
2. Carilah referensi dari internet untuk membantu
mengerjakan tugas-tugas yang sudah di sediakan.
3. Kerjakan tugas-tugas yang tercantum dalam bahan ajar
ini, jika mengalami kesulitan siswa dapat melakukan
konsultasi pada guru.

D. Materi

SEJ ARAH KONTEMPORER DUNI A DAN PENGARUHNYA BAGI KEHI DUPAN


GL OBAL

A. Runtuhnya Vietnam Selatan


Perang Vietnam yang berlangsung selama 20 tahun (1955-1975)
merupakan bentuk nyata dari perbenturan ideologi demokrasi liberal
dan komunis di masa Perang Dingin. Perang Vietnam serupa dengan
Perang Korea, mengakibatkan pecahnya negara ini menjadi dua bagian,
yaitu Vietnam Utara yang berhaluan komunis dan Vietnam Selatan
berhaluan demokrasi Liberal. Perpecahan negara ini berawal dari
perseteruan antara The Vietnam independence Leaque (Viet Minh) dan
pasukan Perancis yang ingin kembali berkuasa di kawasan indochina,
khususnya Vietnam.
Perang antara Viet Minh dengan pasukan Perancis itu berlangsung
dari tahun 1946 hingga 1954 yang berakhir dengan kalahnya Perancis
pada sebuah pertempuran hebat di Dien Bien Phu. Akhirnya melalui
sebuah konferensi internasional yang berlangsung di Jenewa tahun
1954. Gencatan senjata pun diberlakukan. Ditetapkanlah garis
demarkasi antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di titik garis
17 0 sebagai zona demiliterisasi. Vietnam Utara diperuntukkan bagi
Viet Minh, sedangkan Vietnam Selatan diperuntukkan bagi pasukan
Perancis. Vietnam Selatan dipimpin oleh perdana menteri Ngo Dinh
Diem, sedangkan Vietnam Utara dipimpin oleh tokoh pergerakan Vietnam
Nguyen Tat Thanh atau dikenal dengan Ho Chi Minh.
Kesepakatan Jenewa tahun 1954 yang memproklamasikan gencatan
senjata di antara dua Vietnam ini menghasilkan sebuah badan yang
bernama International Control Committee. Badan tersebut dibentuk
untuk untuk melaksanakan proses pemilihan umur yang demokratis untuk
menyatukan dua Vietnam. Vietnam Selatan menolak prosee itu dan
Amerika Serikat mendukungnya Vietnam Utara lebih memilih untuk
menyatukan dua Vietnam melalui kekuatan militer ketimbang melalui
proses politik. Itulah awal dari perang Vietnam yang berlangsung
selama 20 tahun.
Dalam masa pemerintahannya Ngo Dinh Diem mendapatkan dukungan
baik militer maupun ekonomi dan Amerika Serikat. Hal itu didasari
oleh kekhawatiran Amerika Serikat terhadap menyebaran kekuatan
komunisme yang gencar dari Vietnam Utara. Sementara itu kekuatan
gerilyawan Vietnam Utara, yang dikenal dengan nama Viet Cong, mulai
merambah masuk kedaerah Vietnam Selatan. Pemerintahan Ngo Dinh Diem
meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk mengembangkan kekuatan
tentara Republik Vietnam (Army of the Republic of Vietnam) dan
kepolisian Vietnam.
Seiring dengan proses pemberian bantuan Amerika Serikat
terhadap Vietnam Selatan, kekuatan Viet Cong semakin bertambah besar.
Organisasi komunis yang beranggotakan kader dari Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan pun didirikan pada Desember 1960 dengan nama National
Front for the Liberation of Vietnam. Organisasi tersebut merupakan
penerus kelompok pergerakan revolusioner Viet Cong ( Vietnam
Communist) yang sebelumnya bernama Viet Minh., organisasi pergerakan
revolusioner yang menjadi pionir kemerdekaan Vietnam pada 2 September
1945. Sebagian dari anggota Viet Cong merupakan penduduk Vietnam
Selatan yang beroposisi dengan Ngo Dinh Diem. Gaya kepemimpinan Diem
yang otoriter serta keyakinan Katolik yang ia anut dinilai masyarakat
Vietnam Selatan tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat yang memeluk
Budha.
Di bawah pemerintahan Presiden John F. Kennedy, AmerikiSerikat
memutuskan untuk mengirimkan bantuan pasukan militer Amerika Serikat
ke Vietnam secara besar-besaran. Pemberiar bantuan militer itu
dikukuhkan oleh Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presid en
Lyndon B. Johnson. Inti kebijakan yang diterapkan Amerika Serikat
bagi segenap pasukannya di Vietnam adalah melakukan segala usaha
dalam membalas serangan Viet Cong serta mencegah usaha-usaha agresi
mereka.
Pada 1970, perang Vietnam semakin melebar hingga dataran Laos dan
Kamboja. Proses menuju perdamaian mulai digag pada akhir tahun 1970,
seiring makin intensifnya demonstrasi antiperang yang berlangsung di
Amerika Serikat. Amerika Serikat mulai mengurangi jumlah pasukannya
di Vietnam. Pada tahun 1971, Vietnam Selatan menyatakan diri akan
mengurusi masalah keamanan dan pertahanannya secara mandiri meskipun
peraktek logistiknya masih ditunjang oleh Amerika Serikat. Akan
tetapi pada Maret 1972, terjadi insiden penting, yaitu Vietnam utara
menganeksasi zona demiliterisasi dan Provinsi QuangTri di Vietnam
Selatan. Rencana menuju perdamaian pun gagal dan dimulai kembali pada
tahun 1973 di Paris, Prancis.
Pada 27Januari 1973, proses menuju kesepakatan perdamaian
akhirnya digagas kembali. Dalam perundingan perdamaian antara
pemerintahan komunis Vietnam Utara, Vietnam Selatan, dan Amerika
Serikat, disepakati adanya gencatan senjata di seluruh daerah konflik
di Vietnam. Kesepakatan perdamaian itu ditandatangani pada 31Januari
1973 dan dikenal dengan nama The Paris Accords. Implementasi dari
kesepakatan ini adalah ditariknya kekuatan pasukan Amerika Serikat
dari Vietnam secara besarbesaran. Selanjutnya, tawanan perang dari
kedua pihak dibebaskan dan pasukan perdamaian internasional berhak
menjaga stabilitas perdamaian dan keamanan. Tentara Vietnam Utara
diperbolehkan untuk tetap berada di Vietnam Selatan, dengan syarat
tidak boleh melakukan praktik-praktik koersif terhadap Vietnam
Selatan. Nguyen Van Thieu, pemimpin Vietnam Selatan pada waktu itu,
dihadapkan pada tantangan besar untuk menentukan nasib Vietnam
Selatan. Kondisi damai di Vietnam tidak berjalan panjang.
Pada 1974, Vietnam Utara, dengan ibu kota Hanoi, mulai
melanggar kesepakatan-kesepakatan damai yang dihasilkan dalam Paris
Accords. Tentara Viet Cong mulai menganeksasi beberapa daerah di
Vietnam Selatan, seperti Provinsi Phuoc Long, yang diserbu Viet Cong
pada Januari 1973. Invasi Vietnam Utara atasVietnam Selatan pun tidak
dapat dibendung. Pada 21 April 1975, Presiden Nguyen Van Thieu
mengundurkan diri dan terbang ke Taiwan. Pada 30 April 1975, Saigon,
ibu kota Vietnam Selatan, dikuasai seluruhnya oleh Vietnam Utara.
Tank-tank Vietnam Utara memasuki kota tersebut sebagai tanda
kemenangannya.Pada 2 Juli 1976, pemerintahan militer pun dibentuk.
Vietnam diproklamasikan sebagai Republik Sosialis Vietnam, dengan ibu
kota di Hanoi. Nama Kota Saigon diubah menjadi Ho Chi Minh.
Dampak terbesar dari perang Vietnam terlihat dari banyaknya jumlah
korban yang jatuh. Amerika Serikat menghabiskan dana sebesar
$200,000,000,000 untuk membiayai perang ini, tetapi berakhir dengan
kekalahan. Dampak dari Perang Vietnam bagi kondisi politik dan
perkembangan ideologi di kawasan Asia Tenggara adalah menangnya
ideologi komunisme di berbagai negara di kawasan Indochina, seperti
Kamboja dan Laos. Kekuatan Vietnam menjadi salah satu poros komunisme
yang disegani oleh Amerika Serikat di kawasan Asia.
Penyebaran paham komunisme di Asia Tenggara didalangi oleh
adanya sebuah lembaga di Uni Soviet yang bernama Communist
International (Comintern). Pola kaderisasi badan ini adalah dengan
menjaring para tokoh negara atau pemuda-pemuda yang pintar untuk
dididik menjadi agen-agen penyebar paham komunisme. Di Indonesia,
Dipa Nusantara Aidit merupakan salah satu tokoh yang pernah mengenyam
pendidikan di Comintern.Di Vietnam, Ho Chi Minh, tokoh kemerdekaan
Vietnam, juga pernah menjadi salah satu peserta didik Comintern.
Di Laos, paham komunisme diterapkan oleh Pathet Lao, yaitu sebuah
organisasi yang terbentuk dari proses konsolidasi militer dan
perseteruan politik dalam negeri. Pathet Lao menjadi rezim penguasa
Laos yang berhaluan komunis. Di Kamboja, pengaruh komunisme
disebarkan oleh rezim otoriter bernama Khmer Merah. Selanjutnya,
tahun 1977, terjadi pertikaian antara Kamboja dan Vietnam. Kamboja
mendapatkan dukungan dari Tiongkok, sedangkan Vietnam mendapatkan
dukungan dari UniSoviet. Puncak dari pertikaian ini adalah usaha
invasi Vietnam atas Kamboja pada 1979, yang berlanjut pada
penyerangan Vietnam oleh Tiongkok.

B. Perpecahan Uni Soviet


1. Awal Ter bent uknya Uni Sovi et

Meletusnya Revolusi Rusia atau Revolusi Oktober pada 25


Oktober 1917 menjadi titik awal terbentuknya Uni Soviet. Revolusi
tersebut merupakan puncak kekecewaan rakyat terhadap kepemimpinan
Tsar Nicholas II yang dianggap korup dan sewenangwenang. Selain itu,
revolusi ini juga dipicu oleh ketidakpuasan kaum Bolshevik atas
keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I. Motivator gerakan revolusi
ini adalah kaum Bolshevik yang menganut Marxisme di bawah pimpinan
Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924). Ekspansi wilayah dilakukan Lenin
sejak mengambil alih kekuasaan. Pada 30 Desember 1922, Lenin
membentuk sebuah federasi yang diberi nama Uni Soviet. Federasi ini
beranggotakan 15 negara bagian, yaitu Rusia, Armenia, Azerbaijan,
Belarusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirghistan, Latvia,
Lithuania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan
Uzbekistan. Lenin ditunjuk sebagai pemimpin pertama Uni Soviet. Ia
menjadi pemimpin UniSoviet hingga wafat pada 1924, dan kemudian
digantikan oleh Joseph Stalin (1878-1953).

2. Uni Sovi et Er a Joseph St ali n

Ketika Stalin naik ke panggung kekuasaan, ia menerapkan pengawasan


total atas perekonomian Uni Soviet dengan mengendalikan aktivitas
industri dan membangun sistem pertanian kolektif. Kebijakan ini
mengalami kegagalan sehingga banyak rakyat yang mati kelaparan.
Stalin juga mengendalikan kehidupan politik dan sosial. Orang-
orangyang menentang kebijakannya ditangkap dan dikirim ke kamp-kamp
kerja paksa atau bahkan dieksekusi. Tokoh-tokoh berpengaruh, baik
dari kalangan militer maupun sipil, dilenyapkan.Pembersihan Massal
(Great Purge) yang dilakukannya pada 1937 terhadap lawan-lawan
politiknya merupakan sejarah kelam UniSoviet.
Pasca-Perang Dunia II, Stalin berusaha membangun kembali
ekonomi Uni Soviet yang hancur dengan meneruskan kebijakan lamanya,
yaitu membangun industri berat dan militer serta menindas dan
menyingkirkan para pembangkang. Kepiawaiannya dalam berpolitik
menjadikan dirinya seorang diktator yang mengantarkan Uni Soviet
sebagai negara komunis terkuat di dunia. Stalin meninggal pada 1953
dan digantikan oleh Nikita Khrushchev.

3. Uni Soviet Era Khrushchev

Setelah kematian Joseph Stalin pada 1953, Nikita Khrushchev


(1894-1971) terpilih menggantikan Stalin melalui Kongres ke-20
Partai Komunis pada 1956. Ia mengubah kebijakan-kebijakan politik
kejam yang diterapkan Stalin. Ia menerapkan kebijakan politik yang
disebut proses destalinisasi. Kebijakan ini bertujuan melenyapkan
segala hal yang berbau Stalin dari kehidupan politik Uni Soviet,
baik terhadap kebijakan maupun pengikut Stalin. Sebagai bagian dari
proses destalinisasi, ada dua hal pokok yangdilakukan, yakni sebagai
berikut.
a. Segala sesuatu yang dianggap sebagai kegagalan dan kesalahan,
termasuk brutalitas dan kultus individu terhadap Stalin,
disingkapkan dan dikecam secara publik.
b. Doktrin Marxisme-Leninisme yang dikembangkan Stalin ditinjau
kembali untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangan
sosial-politik, baik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar
negeri. Di dalam negeri, misalnya, muncul generasi baru yang
terdiri atas manajer, usahawan, dan cendekiawan. Sesuatu yang
sebetulnya tidak dimungkinkan oleh sistem komunisme. Sementara
itu, diluar negeri muncul perkembangan baru yang harus mendapat
perhatian besar berupa penemuan bom nuklir.
Khrushchev juga mencoba untuk meredakan ketegangan hubungan dengan
Barat. Ia mencetuskan beberapa gagasan yang secara mendasar
menyimpang dari ajaran asli Karl Marx dan kebijakan Stalin, di
antaranya:
o mengemukakan bahwa perang dapat dihindari dan bukan lagi tak
terelakkan,
o membuka kemungkinan hidup berdampingan dengan negaranegara lain
yang berbeda sistem sosial-politiknya atau suatu keadaan yang
disebut peaceful co-existence

Meski demikian, konflik dengan Barat masih ada karena di era inilah
terjadi kompetisi ruang angkasa dan senjata nuklir dengan Amerika
Serikat. Dalam perkembangannya, proses destalinisasi mempunyai
pengaruh besar terhadap negara-negara komunis lainnya. Pimpinan
Moskwa yang semasa Stalin sangat disegani dan ditaati sepenuhnya
oleh negara-negara komunis lainnya, terutama di Eropa Timur,
perlahan-lahan luntur. Selain itu, mulai berkembang gagasan
polisentrisme, yaitu pusat komunisme tidak hanya terbatas pada satu
tempat, Moskwa, tetapi juga di berbagai negara-negara komunis
lainnya.

Khrushchev diturunkan dari jabatannya pada 1964 setelah Krisis Rudal


Kuba yang terjadi pada 1963. Krisis Rudal Kuba tersebut nyaris
memicu perang nuklir dengan Amerika Serikat.Posisinya digantikan
oleh Leonid Brezhnev, seorang pengagum berat Stalin. Brezhnev
menghentikan proses destalinisasi dan memulihkan nama baik Stalin di
panggung politik Uni Soviet.

4. Uni Sovi et Er a Leoni d Br ezhnev

Pada 1970, Brezhnev secara resmi menjadi pemimpin tunggal Uni


Soviet. Setelah Stalin wafat, Uni Soviet sempat dipimpin secara
bersama oleh Leonid Brezhnev sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei
Kosygin sebagai perdana menteri, dan Nikolai Podgorny sebagai ketua
presidium. Di era Brezhnev, Uni Soviet dan negara-negara anggota
Pakta Warsawa menginvasi Cekoslowakia guna mencegah meluasnya
reformasi Musim Semi Praha. Sementara itu, pengawasan Dalam bidang
politik luar negeri, Brezhnev memulai politik etente (Prancis:
relaksasi) dengan Barat. Tujuannya meredakan etegangan dengan Barat.
Meski demikian, Brezhnev tetap mencoba engembangkan pengaruh Uni
Soviet dengan menyokong salah atu pihak yang mendukung komuni sme,
sosialisme, atau anti-Barat alam berbagai konflik dan perang saudara
di berbagai negara.Contohnya, mendukung Viet Cong dan Tentara Rakyat
Vietnamdalam Perang Vietnam. Sementara itu, pada 1980, Perang
SovietAfganistan pecah. Dalam perang ini, Amerika S erikat mendukung
para mujahidin Afganistan untuk berperang melawan Uni Soviet. Perang
ini j uga yang mengakhiri kebijakan detente Uni Soviet.

5. Uni Soviet Era Mikhail Gorbachev


Pada 1982, Brezhnev wafat dan digantikan oleh Yuri Andropov dan
Konstantin Chernenko. Namun, pada 1984 Andropov wafat dan menyusul
kemudian Chernenko pada 1985. Setelah itu, politbiro mengangkat
Mikhail Gorbachev sebagai sekretaris jenderal pada Maret 1985 dan
menjabat sampai 1991. Pengangkatan Gorbachev menandai lahirnya
generasi dan tonggak kepemimpinan yang baru. Gorbachev memberi ruang
bagi liberalisasi politik dan ekonomi, serta mengembangkan hubungan
yang lebih baik dengan Barat.

Guna memperbaiki kondisi perekonomian Uni Soviet yang terpuruk,


Gorbachev memperkenalkan dua model kebijakan, yaitu glasnost dan
perestroika. Glasnost berarti keterbukaan politik dengan
menghilangkan jejak-jejak peninggalan Stalin, seperti pelarangan
buku dan penyebaran polisi rahasia, serta memberi kebebasan baru
bagi warga negara Uni Soviet. Para tahanan politik dibebaskan.
Majalah dan surat kabar harian dapat memuat kritik terhadap
pemerintah. Selain itu, untuk pertama kalinya, partaipartai lain,
selain Partai Komunis, dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum.

Perestroika berarti restrukturisasi ekonomi yang dimaksudkan untuk


menghidupkan kembali ekonomi Uni Soviet. Gorbachev yakin inisiatif
swasta akan bermuara pada inovasi. Itulah sebabnya, individu dan
korporasi diizinkan untuk menjalankan bisnis, yang sebetulnya sudah
sedikit ditoleransi oleh Lenin sejak 1920-an melalui kebijakan
ekonomi baru {New Economic Policy!NEP). Pekerja diberi hak mogok
untuk mendapat upah dan kondisi yang lebih baik. Selain itu,
Gorbachev juga mendorong investasi asing di Uni Soviet.

Pada Januari 1987, Gorbachev menyerukan demokratisasi dengan


memperkenalkan unsur-unsur demokrasi di Uni Soviet, seperti
pemilihan umum dengan banyak calon. Pada Juni 1988, Gorbachev
menggulirkan pembaruan-pembaruan radikal yang dimaksudkan untuk
mengurangi kendali Partai Komunis terhadap aparat pemerintah. Pada
Desember 1988, dibentuk Kongres Perwakilan Rakyat atas persetujuan
Majelis Agung Uni Soviet. Setelah itu, pada Maret dan April 1989,
diadakan pemilihan anggota kongres. Pada 15 Maret 1990, Gorbachev
terpilih sebagai presiden Uni Soviet yang pertama.

6. Bubarnya Uni Soviet


Usaha Gorbachev dalam merampingkan sistem komunis membawa harapan.
Namun, ketidakmampuan untuk mengendalikan jalannya pembaruan itu
melahirkan serangkaian peristiwa yang akhirnya bermuara pada
bubarnya Uni Soviet. Restorasi melalui glasnost dan perestroika yang
awalnya dimaksudkan untuk merangsang pemulihan ekonomi Uni Soviet
malah memunculkan dampak-dampak yang tidak diharapkan. Ada beberapa
faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem marxisme-komunisme ternyata tidak memiliki pengawasan yang
efektif terhadap bidang politik dan ekonomi.
b. Marxisme-komunisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi
perubahan.
c. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
memberi peluang kepada negara-negara bagian untuk melepaskan diri
dari Uni Soviet.
d. Sistem ekonomi pasar mengundang masuknya liberalisme dan
kapitalisme yang bertentangan dengan komunisme
e. Kaum buruh yang merupakan andalan marxisme-komunisme ternyata
lebih memihak kapitalisme yang memberikan kebebasan uncuk
memiliki sesuatu daripada komunisme yang tidak mengakui hak
individu.

sebagai sebuah negara federasi tinggal menunggu waktu. Di akhir


1980-an, arus keterbukaan yang dilancarkan mendorong tumbuhnya
nasionalisme di negara-negara bagian yang menginginkan haknya untuk
melepaskan diri dari Uni Soviet. Nasionalisme tersebut dilandasi
keinginan untuk mengubah tatanan kenegaraan ke arah sistem demokrasi
ala Barat. Akhirnya, satu per satu negara-negara bagian tersebut
menyatakan diri sebagai negara yang berdaulat. Hal itu memang
dimungkinkan melalui Pasal 72 Konstitusi UniSoviet yang berbunyi, ‘‘
Negara bagian memiliki kebebasan untuk melepaskan diri.’’

Dalam perkembangan selanjutnya, reformasi yang dijalankan tidak


berhasil memperbaiki kondisi perekonomian Uni Soviet. Kekuasaan
Gorbachev semakin melemah dan sentimen antikomunisdi negara-negara
bagian di Baltik (Estonia, Latvia, dan Lituania) semakin menguat.
Pada 8 Desember 1991, Presiden RSFS Rusia RSS Ukraina, dan RSS
Belarusia menandatangani Perjanjian Belavezha yang menandakan
pembubaran kesatuan (Uni) dan digantikan fungsinya oleh
Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Di tengah-tengah
perdebatan mengenai siapa yang berhak membubarkan Uni Soviet,
Gorbachev meletakkan jabatannya sebagai presiden Uni Soviet pada 25
Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya kepada Boris Yeltsin. Pada
26 Desember 1991, Majelis Agung membubarkan diri yang sekaligus
menandakan bubarnya Uni Soviet sebagai suatu federasi. Peristiwa ini
hanya terpaut empat hari sebelum hari jadi Uni Soviet yang ke -69.

C. Berakhirnya Politik Apartheid di Afrika Selatan

1. Apartheid
a. Pengertian Apartheid
Apartheid adalah sistem pemisahan ras yang diberlakukan di Republik
Afrika Selatan dalam kurun waktu 1948 hingga 1993. Secara
etimologis, apartheid berasal dari bahasa Afrika yang artinya
terpisah. Dari sisi historis, cikal-bakal apartheid sesungguhnya
sudah muncul jauh sebelum 1948 dan terus membayangi Afrika Selatan
sebelum akhirnya dihapus. Hal yang perlu digarisbawahi dalam sistem
apartheid adalah legalisasi hukum atas diskriminasi terhadap orang -
orang kulit berwarna atau kulit hitam. Dalam sistem itu, orang -orang
kulit putih memiliki hak istimewa untuk memperoleh perumahan,
pekerjaan, akses pendidikan, dan akses kekuasaan politik.

b. Cikal Bakal Munculnya Apartheid


Pada 1652, Belanda tiba di Afrika Selatan dan mendirikan Tanjung
Harapan (Cape Town). Para pemukim Belanda di Afrika Selatan ini
memanfaatkan Perusahaan india Timur Belanda (VOC) untuk mengimpor
budak dari Malaysia, Madagaskar, India, Indonesia, Mozambik, dan
Afrika Timur. Para pemukim Belanda itu dikenal dengan nama kaum
Boer. Ketika emas ditemukan di tanah-tanah kesukuan pada 1795,
pasukan Inggris merebut kendali atas koloni Tanjung Harapan. Setelah
itu, banyak warga Inggris berimigrasi ke Afrika Selatan dan
menyingkirkan para pemukim. Para pemukim Belanda berjuang
mempertahankan dan merebut kekuasaan atas wilayah yang mereka
tempati. Hal ini melahirkan Perang Anglo-Boer I dari 1880-1881 dan
Perang Anglo-Boer II dari 1899-1902. Dalam perjanjian damai, kaum
Boer kehilangan kekuasaan. Inggris pun mempertahankan dominasi di
Afrika Selatan serta menghapus perbudakan.

Orang-orang Inggris, setelah bernegosiasi dengan jenderal keluarga


Boer, membentuk Komisi Urusan Pribumi Asli Afrika e latan. Dalam
negosiasi itu diusulkan segregasi pemisahan)rasial di bidang lahan,
tenaga kerja, pendidikan, dan politik. Pada 1910, Afrika Selatan
memperoleh status dominion dalam Kerajaan Inggris. Dalam sepuluh
tahun berikutnya, pemerintahan gabungan pemukim Inggris-Afrikaner
(kaum Boer) mengesahkan beberapa undang-undang yang secara tegas
memisahkan orang-orang Afrika Selatan yang berkulit hitam dari
orang-orang Afrika Selatan berkulit putih. Undang-Undang Wilayah
Orang Asli (disahkan pada 1913dan 1936) memaksa suku-suku asli
Afrika (yang tidak berkulit putih) untuk tinggal di tanah (kurang
dari 14% ) mereka. Padahal sebenarnya mereka adalah kaum mayoritas
dengan mencakup 85% penduduk. Pada 1930-an, ketika cengkeramarf
Partai Nasional
(sebuah partai yang semua anggotanya berkulit putih) semakin kuat,
proses pemisahan orang-orang asli Afrika dari orang-orang kulit
putih semakin gencar. Orang-orang kulit hitam (kulitberwarna)
dimanfaatkan sebagai tenaga kerja murah di perkebunanperkebunan
milik kaum kulit putih.
c. Pemberlakuan Apartheid
Pada 1948, Partai Nasional memenangi pemilihan umum. Di bawah
kepemimpinan Daniel F. Malan, ‘‘segregasi (pemisahan) total’’
apartheid diberlakukan. Periode pertama dikenal sebagai baaskap,
yang berarti Afrikaner berkuasa dan memiliki supremasi atas kulit
putih. Dalam periode ini, orang-orang kulit hitam dan Asia diusir
dari tempat tinggal mereka dan digiring ke tempat yang sejauh
mungkin dari pusat permukiman, lahan pertanian, serta pusat bisnis
kaum kulit putih. Mereka juga kehilangan semua hak politik, termasuk
hak kewarganegaraan.Dalam perkembangannya, kaum kulit putih
menyadari bahwa tenaga kerja murah hanya berasal dari orang -orang
yang baru saja mereka singkirkan. Untuk itu, agar kegiatan bisnis
berjalan lancar, para pebisnis kulit utih ‘‘ mengizinkan’’ kaum
kulit berwarna ini untuk kembali ke wilayah-wilayah ‘‘ putih’’ untuk
bekerja. Guna mengawasi orang-orang kulit berwarna tersebut, empat
rancangan undang-undang disahkan menjadi undang-undang, yaitu
UndangUndang Larangan Nikah Campur (1949), Undang-Undang Registrasi
Penduduk (1950), Undang-Undang Wilayah Kelompok (1950) (secara paksa
merelokasi 3,5 juta orang pada akhir 1980-an), dan Undang-Undang
Reservasi Pemisahan Fasilitas (1953).

Ketika Fiehdrick Verwoerd menjadi perdana menteri pada 1958,


apartheid diterapkan dengan cara lain, yaitu dari baaskap ke‘‘
pembangunan terpisah’’ [separatedevelopment). Maksud dari istilah ‘‘
pembangunan yang terpisah’’ dijelaskan dalam sebuah undangundang
yang disahkan setahun setelahnya (1959), yaitu Bantu Self-Government
Act 1959. Undang-undang ini mengesahkan apa yang disebut Black
Homelands (Tanah Air Etnis) bagi sepuluh suku kulit hitam di Afrika
Selatan. Akibatnya, seluruh warga kulit hitamdi Afrika Sclatan
dipindahkan ke salah satu dari sepuluh wilayah suku ini. Dengan
demikian, sekitar 87 persen wilayah darat Afrika Selatan dikuasai
oleh kaum kulit putih. Di satu wilayah suku itu, semua warga kulit
hitam dapat menikmati semua hak politik dan menjadi warga negara
dari wilayah itu, bukan warga negara dari Afrika Selatan. Contohnya,
mereka dapat melakukan pemilihan umum untuk memilih pemimpin mereka.
Wilayah itu memang dirancang sebagai sebuah negara merdeka yang
hanya terdiri dari orang-orang kulit hitam.
Di wilayah tanah air etnis itu, sebagian pajak yang dibayar kaum
kulit hitam ke pemerintah digunakan untuk membangun perumahan,
sekolah, rumah sakit, universitas, dan infrastruktur lain. Dukungan
keuangan dan pendidikan yang bersifat umum juga diberikan dengan
tujuan agar warga di tanah air etnis ini siap menyongsong
kemerdekaan secara penuh, sebagaimana telah dialami oleh dua negara
‘‘ tanah air etnis’’ lain yang telah berhasil, yaitu Lesotho dan
Swaziland.Sementara itu, mereka yang bekerja di tanah ‘‘ orang-orang
putih’’ tidak diperbolehkan mengikutsertakan keluarganya. Hal itu
bertujuan menghindari dominasi ras kulit hitam di tempat kaum kulit
putih. Semua warga nonkulit putih wajib membawa buku izin atau ‘‘
buku kehidupan’’. Dalam buku izin itu tercantum akta perkawinan,
akta kelahiran, dan surat izin kerja. Mereka yang ditangkap tanpa
membawa buku izin akan dijebloskan ke dalam penjara dan disiksa
(dalam kasus yang ekstrem).
(sebuah partai yang semua anggotanya berkulit putih) semakin kuat,
proses pemisahan orang-orang asli Afrika dari orang-orang kulit
putih semakin gencar. Orang-orang kulit hitam (kulit berwarna)
dimanfaatkan sebagai tenaga kerja murah di perkebunan-perkebunan
milik kaum kulit putih.
d. Pemberlakuan Apartheid
Pada 1948, Partai Nasional memenangi pemilihan umum. Di bawah
kepemimpinan Daniel F. Malan, ‘‘segregasi (pemisahan) total’’
apartheid diberlakukan. Periode pertama dikenal sebagai baaskap,
yang berarti Afrikaner berkuasa dan memiliki supremasi atas kulit
putih. Dalam periode ini, orang-orang kulit hitam dan Asia diusir
dari tempat tinggal mereka dan digiring ke tempat yang sejauh
mungkin dari pusat permukiman, lahan pertanian, serta pusat bisnis
kaum kulit putih. Mereka juga kehilangan semua hak politik, termasuk
hak kewarganegaraan.Dalam perkembangannya, kaum kulit putih
menyadari bahwa tenaga kerja murah hanya berasal dari orang -orang
yang baru saja mereka singkirkan. Untuk itu, agar kegiatan bisnis
berjalan lancar, para pebisnis kulit utih ‘‘ mengizinkan’’ kaum
kulit berwarna ini untuk kembali ke wilayah-wilayah ‘‘ putih’’ untuk
bekerja. Guna mengawasi orang-orang kulit berwarna tersebut, empat
rancangan undang-undang disahkan menjadi undang-undang, yaitu
UndangUndang Larangan Nikah Campur (1949), Undang-Undang Registrasi
Penduduk (1950), Undang-Undang Wilayah Kelompok (1950) (secara paksa
merelokasi 3,5 juta orang pada akhir 1980-an), dan Undang-Undang
Reservasi Pemisahan Fasilitas (1953).

Ketika Fiehdrick Verwoerd menjadi perdana menteri pada 1958,


apartheid diterapkan dengan cara lain, yaitu dari baaskap ke‘‘
pembangunan terpisah’’ [separatedevelopment). Maksud dari istilah ‘‘
pembangunan yang terpisah’’ dijelaskan dalam sebuah undangundang
yang disahkan setahun setelahnya (1959), yaitu Bantu Self -Government
Act 1959. Undang-undang ini mengesahkan apa yang disebut Black
Homelands (Tanah Air Etnis) bagi sepuluh suku kulit hitam di Afrika
Selatan. Akibatnya, seluruh warga kulit hitamdi Afrika Sclatan
dipindahkan ke salah satu dari sepuluh wilayah suku ini. Dengan
demikian, sekitar 87 persen wilayah darat Afrika Selatan dikuasai
oleh kaum kulit putih. Di satu wilayah suku itu, semua warga kulit
hitam dapat menikmati semua hak politik dan menjadi warga negara
dari wilayah itu, bukan warga negara dari Afrika Selatan. Contohnya,
mereka dapat melakukan pemilihan umum untuk memilih pemimpin mere ka.
Wilayah itu memang dirancang sebagai sebuah negara merdeka yang
hanya terdiri dari orang-orang kulit hitam.

Di wilayah tanah air etnis itu, sebagian pajak yang dibayar kaum
kulit hitam ke pemerintah digunakan untuk membangun perumahan,
sekolah, rumah sakit, universitas, dan infrastruktur lain. Dukungan
keuangan dan pendidikan yang bersifat umum juga diberikan dengan
tujuan agar warga di tanah air etnis ini siap menyongsong
kemerdekaan secara penuh, sebagaimana telah dialami oleh dua negara
‘‘ tanah air etnis’’ lain yang telah berhasil, yaitu Lesotho dan
Swaziland.Sementara itu, mereka yang bekerja di tanah ‘‘ orang-orang
putih’’ tidak diperbolehkan mengikutsertakan keluarganya. Hal itu
bertujuan menghindari dominasi ras kulit hitam di tempat kaum kulit
putih. Semua warga nonkulit putih wajib membawa buku izin atau ‘‘
buku kehidupan’’. Dalam buku izin itu tercantum akta perkawinan,
akta kelahiran, dan surat izin kerja. Mereka yang ditangkap tanpa
membawa buku izin akan dijebloskan ke dalam penjara dan disiksa
(dalam kasus yang ekstrem).
e.Perlawanan terhadap Apartheid
Pelaksanaan sistem apartheid mendapat perlawanan dari para tokoh
Afrika Selatan yang tergabung dalam Kongres Nasional Afrika atau
Afrika national Gongress (ANC). ANC berjuang menghapuskanapartheid.
Tokohnya yang terkenal adalah Nelson Mandela (1918-2013) yang
bergabung dengan ANC menjelang pecahnya Perang Dunia II. Nelson
mendorong ANC menjadi sebuah gerakan nasional. Fokus perhatian ANC
adalah hak-hak sipil warga kulit hitam Afrika Selatan. Mereka
mengadakan gerakan perlawanan terhadap hukum yang tidak adil
{defiance campaign of unjust laws). Gerakan perlawanan itu dilakukan
secara damai, tanpa kekerasan. Pada awal 1995, ANC mengirim 50.000
sukarelawan ke kotakota dan kampung-kampung untuk menyerap aspirasi
dari seluruh penduduk Afrika Selatan. Masyarakat pada intinya
menuntut hak-hak sipil yang penuh serta kesetaraan bagi semua warga
Afrika Selatan. Contohnya, tanah harus dibagikan kepada orang yang
tidak memiliki tanah, upah harus sesuai dengan sta ndar hidup dan jam
kerja dikurangi, serta pendidikan wajib bebas biaya tanpa membeda -
bedakan warna kulit, ras, dan kebangsaan. Tuntutantuntutan ini
disatukan dalam Piagam Kebebasan {Freedom Chartero),yang diresmikan
pada Kongres Rakyat di Kliptown 26 Juni 1955. Pada Desember 1956,
lebih dari seratus aktivis ditangkap. Mereka didakwa melakukan
pengkhianatan tingkat tinggi. Namun, semua terdakwa dibebaskan.

Pada 6 April 1959, Pan Africanist Congress (PAC) disahkan di Soweto


dan dimotori oleh pecahan dariANC. PAC mengampanyekan anti-Pass
Laws.Kampanye pertama mereka berbuntut pembunuhan massal di
Sharpeville pada 21 Maret 1960, ketika 69 orang tewas ditembak.
Tepatnya pada 8 April 1960, ANC dan PAC dilarang oleh pemerintah.
Para pemimpinnya dipenjarakan atau diasingkan tanpa proses
pengadilan. Nelson Mandela, misalnya, dipenjarakan seumur hidup pada
1962 sebelum akhirnya dibebaskan pada 1990. PAC langsung merespons
dengan membentuk sayap militer Azanian People’s Liberation Army.
Pada 1963, ANC membentuk sayap militer Umkonto we Sizwe, yang
berarti ‘‘ Tombak Bangsa.’’ Praktik-praktik buruk dan kejam
apartheid ternyata berhasil membuka mata dunia internasional.
Semakin banyak negara mulai mengecam rezim apartheid. Oleh karena
kecaman yang bertubitubi, pada 1961, Perdana Menteri B. J. Verwoerd
menyatakan Afrika Selatan keluar dari keanggotaan PBB, meninggalkan
Persemakmuran Inggris, serta melarang Afrika Selatan mengikuti
Olimpiade.

Pada 1983, 600 organisasi Afrika Selatan bersama-sama membentuk


Front Demokratis Bersatu. Mereka mendukung Piagam Kebebasan serta
menuntut dihapusnya istilah‘‘ homelands’’ Meningkatnya aktivitas-
aktivitas antiapartheid ini membuat pemerintah menyatakan keadaan
darurat pada 1986. Lima ribu tentara disebar untuk melarang,
menangkap, dan menahan puluhan ribu orang Afrika Selatan. Banyak
dari mereka yang disiksa dan dibunuh. Negara-negara asing mulai
menarik transaksi bisnis,perdagangan, dan investasi mereka dari
Afrika Selatan menjelang akhir 1980-an. Akibatnya, Afrika Selatan
mengalami depresi ekonomi.
Pada 1989, pemimpin Partai Nasional, Frederik Willem de Klerk
menjadi perdana menteri. Ia membebaskan banyak tahanan politik kulit
hitam. Ia menyatakan kepada parlemen bahwa apartheid telah gagal dan
semua larangan pendirian partai politik segera dicabut. Namun,
ketegangan terus berlanjut hingga 1993. Lebih dari sepuluh ribu
warga Afrika Selatan tewas karena kekerasan politik. Pada Februari
1990, organisasi antiapartheid tidak dilarang, tahanan politik
dibebaskan, termasuk Nelson Mandela, dan pengesahan resolusi baru
yang secara resmi menghapus praktik apartheid. Apartheid resmi
berakhir pada 1994. Pada tahun yang sama, Nelson Mandela terpilih
menjadi presiden melalui pemilihan yang bebas. Ia mewujudkan
kesetaraan bagi seluruh warga Afrika Selatan.

D. Perpecahan Cekoslovakia
Pada 1 Januari 1993, Republik Sosialis Cekoslowakia pecah menjadi
dua negara yang merdeka dan berdaulat, yaitu Republik Ceko dan
Republik Slowakia. Untuk memahami alasan pecahnya Republik Sosialis
Cekoslowakia, kita perlu mengetahui sejarah awal negeri ini yang
membentuk benih-benih separatisme. Hal ini senantiasa menjadi sebuah
bom waktu atau api dalam sekam. Selanjutnya, kita juga perlu
mengetahui dinamika politik da nekonomi (terutama faktor kesenjangan
ekonomi) yang terjadi pada masa kekuasaan komunisme di Cekoslowakia.
Hal ini mencakup dua peristiwa penting, yakni Prague Spring atau
Musim Semi Praha dan Velvet Revolution atau Revolusi Beludru.

1. Sejarah
Bangsa Ceko (fail Slowakia pernah dipimpin oleh seorang saudagar
asal Kekaisaran Franken yang bernama Samo pada abad VII. Sebagai
pemimpin, Samo berjuang untuk melawan invasi bangsa Turki yang
datang dari Asia Tengah. Sepeninggal Samo, bangsa Ceko dan Slowakia
kembali tercerai-berai. Pada 833 M, seorang kesatria bernama Mojmir
berhasil menyatukan mereka dan membentuk negara besar bernama
Moravia Raya. Pada 900 M, suku Magyar dari Asia Tengah menguasai
Moravia Raya. Sejak saat itulah, bagian timur laut Moravia Raya,
Felvidek, yang dihuni oleh bangsa Slowakia dikuasai oleh suku Magyar
selama berabad-abad. Sementara itu, bangsa Ceko berhasil bertahan
dan membentuk

Kerajaan Bohemia.
Sejak abad X, Ceko menjadi negara bagian dari Kekaisaran Romawi Suci
(berpusat di Jerman), yang dikuasai oleh berbagai dinasci dari
Dinasti Luksemburg sampai Dinasti Habsburg. Secara budaya, Ceko
(Bohemia) dipengaruhi oleh budaya Jerman, sedangkan bangsa Slowakia
dipengaruhi oleh budaya Magyar. Masing-masing membentuk identicasnya
sendiri.
Pada awal abad XVI, wilayah Felvidek sempat dikuasai oleh
penguasa Turki Utsmani (Ottoman) di bawah Sulaiman I. Namun, pada
sekitar 1529, Kekaisaran Austria-Hungaria dari Dinasti Habsburg
mendep ak Turki Utsmani dari wilayah Felvidek danmenguasai Ceko dan
Slowakia.
Menjelang berakhirnya Perang Dunia I (1914---
- 1918), Kekaisaran
Austro-Hungaria runtuh. Hal ini membuka jalan bagi terbentuknya
negara Cekoslowakia. Untuk mewujudkan hal tersebut, tokoh
Cekoslowakia, Tomas Garrigue Masaryk (kelak menjadi presiden pertama
Cekoslowakia), beserta para utusan bangsa Ceko dan bangsa Slowakia
menghadiri pertemuan di Pittsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat.
Pertemuan tersebut menghasilkan Nota Kesepahaman Pittsburgh pada 31
Mei 1918. Isinya menyetujui pembentukan sebuah negara federal yang
terdiri atas dua negara bagian, yaitu Republik Ceko dan Republik
Slowakia. Selanjutnya, pada 18 Oktober 1918, Tomas Garrigue Masaryk,
mengumumkan kemerdekaan Cekoslowakia. Masaryk terpilih sebagai
presiden pertama Cekoslowakia pada 14 November 1918. Selanjutnya,
pada masa pemerintahan Presiden Edvard Benes (1939-2 April 1945 dan
1945-1948), bentuk negara federal dibubarkan dan digantikan dengan
bentuk negara kesatuan.
Pada Maret 1939, pasukan Nazi Jerman menguasai Cekoslowakia. Adolf
Hitler, menganeksasi wilayah Ceko menjadi wilayah kekuasaan Jerman.
Adapun Slowakia dijadikan negara boneka
(satelit) Jerman dengan kedaulatan yang terbatas. Jatuhnya Front
Timur (mencakup Eropa Tengah dan Eropa Timur) ke tangan Uni Soviet
pada Perang Dunia II (1939-1945), yang diikuti dengan kekalahan Nazi
Jerman, memuluskan jalan bagi Partai Komunis Cekoslowakia (PKC) ke
tampuk kekuasaan. Akhirnya, pada 25 Februari 1948, Cekoslowakia
berada di bawah kekuasaan PKC. Melalui PKC, Uni Soviet mempersatukan
kembali Ceko dan Slowakia menjadi satu negara, Cekoslowakia.

2. Dalam Cengkeraman Partai Komunis Cekoslowakia (PKC)


Selama pemerintahan PKC, oposisi di Cekoslowakia tak berkutik.
Represi negara sangat keras. Mereka yang tak sepakat dengan
pemerintah harus bersiap disebut sebagai musuh negara Kehidupan
Cekoslowakia jauh dari demokratis. Keterbukaan yang minim, ketakutan
di mana-mana, dan hak untuk menyampaikan pendapat dibungkam.
Otoritas negara berkuasa penuh atas segala hal mulai dari
pendidikan, informasi, ekonomi, militer, hingga keamanan.

Sebagai reaksi aras otoritarianisme PKC, pada awal 1968,


Cekoslowakia mengalami Prague Spring atau Musim Semi Praha. Musim
Semi Praha adalah sebuah periode reformasi dan kebebasan pada masa
pemerintahan Alexander Dubcek, seorang presiden reformis sekaligus
sekretaris jenderal PKC. Di bawah slogan ‘‘sosialisme berwajah
manusiawi’’ , ia mendorong desentralisasi parsial dalam bidang
ekonomi dan politik, serta menegakkan demokrasi dalam bentuk
kebebasan pers, kebebasan berbicara, serta kebebasan bepergian.
Periode Musim Semi Praha dimulai sejak 5 Januari 1968 dan berakhir
pada 21 Agustus 1968 ketika Uni Soviet dan anggota-anggota sekutu
Pakta Warsawa menyerang Cekoslowakia untuk menghentikan proses
reformasi. Dalam peristiwa ini, tokoh antikomunis, Vaclav Havel,
ditangkap dan dipenjarakan.
Satu-satunya paket reformasi yang selamat dari pemberangusan Uni
Soviet adalah penerapan kebijakan desentralisasi parsial dalam
bentuk pemberlakuan kembali negara federal pada 27 Oktober 1968.
Pada 1971, Presiden dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis
Cekoslowakia yang baru, Gustav Husak (1969-1987), mempertahankan
bentuk negara federal. Namun, pada saat yang sama, ia memperkuat
kekuasaan pemerintah pusat di Praha. Ironisnya,''Gustav Husak
sendiri adalah seorang berkebangsaan Slowakia. Pendekatan ini
menumbuhkan kembali sentimen separatisme, yang kemudian menguat
pasca jatuhnya komunisme pada akhir 1990.
Sejak pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, menggulifkan kebijakan
glasnost (keterbukaan) dan perestroika (pembenahan) pada 1985,
pemerintahan Cekoslowakia menjadi lebih luwes. Namun, kendati PKC
mendukung kebijakan tersebut, pembenahan yang dilakukan minim sekali
terjadi. Akibatnya, pada akhir 1980 an, ekonomi Cekoslowakia melemah
dan konsumsi turun drastis. Keadaan tersebut memicu rakyat untuk
turun ke jalan-jalan menuntut reformasi. Puncaknya adalah terjadinya
Velvet Revolution atau Revolusi Beludru pada 17 November hingga 29
Desember 1989. Masyarakat Cekoslowakia menyerukan penghapusan
sensor, menuntut pembebasan Vaclav Havel, serta menyerukan reformasi
total. Rezim komunis Cekoslowakia akhirnya runtuh seiring melemahnya
pengaruh Uni Soviet.

3. Pecahnya Cekoslowakia
Usai rezim komunis diruntuhkan, konflik yang sebelumnya terpendam
mulai muncul kembali. Konflik tersebut menyangkut stabilitas politik
dan potensi gesekan aspirasi serta kepentingan antara dua bangsa,
yakni Ceko dan Slowakia. Hal itulah yang menjadi salah satu
tantangan utama (selain masalah ekonomi) yang dihadapi presiden
baru, Vaclav Havel, presiden non-komunis sekaligus pejuang hak asasi
manusia, yang diangkat menjadi presiden pada 29 Desember 1989.
Kesenjangan ekonomi semakin memperparah gesekan yang muncul. Pada
1991, GDP (gross domestic product! produk domestik bruto) Republik
Ceko 20% lebih tinggi daripada Republik Slowakia. Pada Januari 1991,
transfer payments (semacam subsidi dan sumbangan sosial) ke Slowakia
yang biasanya diberikan oleh Ceko pada tahun-tahun sebelumnya
dihentikan. Pada saat yang sama, beberapa tokoh terkemuka Slowakia
menginginkan persatuan yang lebih longgar, sementara PartaiNasional
Slowakia menghendaki kemerdekaan dan kedaulatan yang penuh.

Pemerintah pusat bersikap tegas, dengan mendesak berbagai pihak untuk


menghentikan langkah-langkah yang bisa memicu perpecahan. Namun,
bangsa Slowakia tetap menginginkan reformasi total, salah satunya
desentralisasi.
Menjelang pertengahan 1992, perwakilan Ceko, Vaclav Klaus, dan
perwakilan Slowakia, Vladimir Meciar, berunding untuk menentukan
jalan keluar terbaik. Opsinya adalah federasi yang lebih ketat
(kekuasaan terbesar diserahkan ke negara bagian) atau membentuk dua
negara merdeka. Sempat muncul ide konfederasi dari Vladimir Meciar
dan para tokoh Slowakia lainnya. Pada Juli 1992, Parlemen Slowakia
mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Slowakia. Enam hari kemudian,
Klaus dan Meciar menandatangani pembubaran Cekoslowakia dalam sebuah
pertemuan di Bratislava, ibu kota Slowakia. Akibat kekecewaan atas
kesepakatan itu, Presiden Vaclav Havel mengundurkan diri.

Setelah itu, diadakan serangkaian perundingan agar perpecahan itu


berjalan damai. Pada November 1992, Majelis Federal mengesahkan UU
No. 541 (Constitution Act 541) tentang pembagian properti antara Ceko
dan Slowakia. Pada 25 Desember 1992, Cekoslowakia resmi dibubarkan.
Pembubaran itu berjalan damai, tanpa kekerasan. Bahkan, Cekoslowakia
menjadi satu-satunya bekas negara komunis yang mengalami perpecahan
secara damai dan merupakan prestasi politik yang sangat menonjol di
Eropa pascajatuhnya komunisme. Ironisnya, banyak orang dari kedua
negara meyakini perpisahan tersebut bukan langkah bijak. Dalam sebuah
jajak pendapat pada September 1992, hanya 37% orang Slowakia dan 36%
orang Ceko yang menginginkan perpecahan.

3. Sebab-Sebab Perpecahan
Secara umum, penyebab timbulnya perpecahan di Cekoslowakia adalah
sebagai berikut.
1) Faktor internal:
perbedaan latar belakang sejarah Sejak awal, latar belakang
sejarah bangsa Ceko dan bangsa Slowakia memang berbeda.
Sekalipun memiliki leluhur yang sama, mereka tumbuh dan
berkembang dalam kultur yang berbeda. Dengan demikian, masing -
masing membentuk dan mengembangkan identitas sendiri. Persatuan
tidak pernah menjadi cita-cita atau aspirasi mereka sejak
semula.Tampaknya, pihak yang menginginkan persatuan hanyalah
bangsa penjajah, Uni Soviet dan Austro-Hungaria. Mereka sendiri
hanya menginginkan sebuah negara federal yang di dalamnya, baik
Republik Ceko maupun bangsa Slowakia, memiliki otonomi untuk
mengurus wilayah dan mempertahankan identitasnya masing -masing.
Ketika otonomi tersebut tidak mampu mengantar mereka kepada
kesejahteraan,
misalnya karena berbagai faktor politik dan ekonomi, pilihan
yang tersisa adalah kemerdekaan yang penuh. Hal itu terwujud
ketika rezim komunisme runtuh dan era kebebasan lahir. Era
kebebasan membuka peluang bagi menguatnya kembali sentimen
identitas, yang telah lama terpendam, tetapi tetap hidup, yaitu
identitas kultural antara pengaruh budaya Jerman (Ceko) dan
pengaruh budaya Magyar (Slowakia).
2) Faktor eksternal:
pecahnya negara-negara satelit Soviet Runtuhnya rezim komunis
di Cekoslowakia berarti dimulainya era kebebasan, baik di
bidang ekonomi maupun politik. Muncul harapan bahwa di era
kebebasan, segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Tidak ada
kesejahteraan dalam situasi penuh tekanan di bawah rezim
komunisme Uni Soviet. Optimisme ini melahirkan rasa percaya
diri untuk mengatur diri sendiri, termasuk membentuk negara
sendiri. Keyakinan itu didapat setelah mereka saksikan secara
nyata di Amerika Serikat dan di belahan Eropa lainnya, yang
berkembang pesat dalam berbagai bidang karena ditopang oleh
sendi utama, yaitu kebebasan. Hal itulah yang mendorong Ceko
dan Slowakia untuk berpisah secara damai. Persatuan tidak
pernah menjadi cita-cita atau aspirasi bangsa Ceko dan bangsa
Slowakia. Tampaknya, pihak yang menginginkan persatuan hanyalah
bangsa penjajah, UniSoviet dan AustroHungaria.

3) Faktor khusus:
Slowakia merasa sebagai ‘‘ anak tiri’’ dalam negara Cekoslowakia
Dua entitas, Ceko dan Slowakia, memang berasal dari leluhur
yang sama, tetapi memiliki nasib berbeda. Sejak berada di bawah
kepemimpinan Borivoj Premislovek, Praha (ibu kota Kerajaan
Bohemia) tumbuh sebagai kota yang maju. Hal sebaliknya dialami
Bratislava, ibu kota Slowakia. Sejak bersatu dalam negara
federal Cekoslowakia, negara bagian Ceko secara reguler memberi
tunjangan sosial dan subsidi yang disebut transfer payments ke
negara bagian Slowakia. Ceko (Praha) menjadi pusat kemajuan.
Artinya, kesenjangan ekonomi antara dua entitas tersebut begitu
terasa. Tanpa disadari, hal ini menimbulkan kecemburuan, yang
pada gilirannya ikut membentuk tekad bangsa Slowakia untuk
membentuk negara sendiri.

E. Perpecahan Yugoslavia

1. Sej ar ah Si ngkat

Nama Yugoslavia merupakan kombinasi dari kata bahasa Slavia,


yang berarti selatan dan slaveni yang berarti Slavia. Hal ini mengacu
pada kenyatan bahwa etnis mayoritas negara ini adalah Slav dan
terletak di bagian selatan Balkan.
Wilayah Yugoslavia dan Balkan awalnya merupakan wilayah jajahan
Ottoman selama berabad-abad, dan sebagian lagi merupakan jajahan
Austro-Hungaria dan Rusia. Yugoslavia berdiri pada 1918 sebagai hasil
dari Deklarasi Corfu (Yunani) pada 20Juli 1917, melibatkan Parlemen
Serbia di pengasingan (yang mewakili Slovenia, Kroasia, dan Serbia)
serta Dinasti Karadordevic dari Kerajaan Serbia. Pada awal
pendirinya, nama yang digunakan adalah Kerajaan Serbia, Kroasia, dan
Slovenia. Hal itu karena negara baru ini merupakan gabungan antara
Negara Slovenia, Kroasia, dan Serbia yang masih bersifat sementara
(terbentuk dari wilayahwilayah bekas Kekaisaran Austro-Hungaria).
Enam negara republik dan dua provinsi otonom sosialis yang membentuk
Negara Yugoslavia adalah:

o Bosnia dan Herzegovina,


o Kroasia,
o Makedonia,
o Montenegro,
o Slovenia,
o Serbia, dan
o Dua provinsi otonom, yaitu Vojvodina dan Kosovo.

2. Yugoslavia Sebelum Perang Dunia I

Pada abad VI dan VII, orang-orang Slavia menetap di kawasan Balkan.


Wilayah tersebut mengalami proses kristenisasi pada abad IX. Slovenia
berada di bawah pengawasan kaum Franks pada abad VIII, Bavaria pada
abad IX, dan Austria pada abad XIV. Kerajaan Kroasia bertahan dari
abad X hingga abad XI. Kroasia berada di bawah kendali pemerintahan
Austro-Hungaria hingga akhir Perang Dunia I. Bosnia menjadi negara
independen sejak abad XII hingga abad XV ketika di bawah pengawasan
pemerintahan Ottoman-Turki. Pada 1908, Bosnia dianeksasi oleh
Austria-Hungaria yang sekaligus memicu Perang Dunia I.

Makedonia dan Serbia ditaklukkan Ottoman-Turki menjelang akhir abad


XIV. Sebelumnya, di bawah pemerintahan Stephen Dusan yang berkuasa
antara 1331-1355, Kerajaan Serbia menjadi negara Balkan yang paling
kuat di abad XIII hingga menjelang akhir abad XIV. Sementara itu,
Montenegro, sebuah kerajaan independen dalam Kerajaan Serbia,
ditaklukkan Ottoman pada 1499. Pada 1799, Ottoman mengakui
kemerdekaan Montenegro. Selanjutnya, pada 1892, Ottoman menjamin
otonomi Serbia.

Montenegro dan Serbia diakui sebagai negara independen oleh kekuatan


Eropa dalam Kongres Berlin (1878). Serbia diproklamasikan sebagai
sebuah kerajaan pada 1882. Negara ini terlibat dalam Perang Balkan
(1912-1913) dan menjadi kekuatan utama Balkan.

Gerakan Unifikasi Slavia Selatan dipimpin oleh Serbia dan penyebab


utama Perang Dunia I. Seorang nasionalis Serbia membunuh pangeran
Austria, Franz Ferdinand, di Bosnia. Austria kemudian menyatakan
perang terhadap Serbia. Pembunuhan tersebut memicu Perang Dunia I.
Saat diserang oleh Blok Sentral (Jerman, Austria-FIungaria, Ottoman,
dan Bulgaria) dalam perang tersebut, pasukan Serbia dievakuasi ke
markas Sekutu di Corfu, Yunani, tempat para wakil masyarakat Slavia
Selatan memproklamasikan (Juli 1917) bentuk negara serikat, yang
meliputi bangsa-bangsa di Slavia Selatan. Peter I diangkat menjadi
raja. Pada Desember 1918, Kerajaan Serbia, Kroasia, dan Slovenia
diproklamasikan, yang kemudian diberi nama baru menjadi Yugoslavia.

3. Yugoslavia Desember 1918-Perang Dunia II


Konferensi Perdamaian Paris pada 1919, yang salah satunya berisi
Perjanjian Versailles, mengakui sebuah negara baru yang bernama
Kerajaan Serbia, Kroasia,'dan Slovenia. Di dalamnya bergabung juga
Bosnia serta wilayah-wilayah lainnya. Sejak wafatnya Raja Peter I
pada 1921, Alexander menjadi raja baru Yugoslavia. Dalam
perjalanannya, Yugoslavia mengalami berbagai masalah dalam negeri
yang pelik. Menjelang akhir 1920, Nicola Pasic yang berkebangsaan
Serbia menjadi perdana menteri dan memberlakukan k onstitusi yang
sentralistik pada 1921. Orang-orang Kroasia, yang dipimpin oleh
Stjepan Radic (1871-1928), menuntut otonomi. Radic dibunuh di
parlemen pada 1928 setelah orang-orang Kroasia mendirikan parlemen
terpisah di Zagreb (1928). Selanjutnya, Raja Ale xander menyatakan
kediktatoran, membubarkan parlemen, dan mengubah nama Kerajaan
Serbia, Kroasia, dan Slovenia menjadi Yugoslavia.

Periode kediktatoran berakhir secara resmi pada 1931. Meskipun


demikian, konstitusi parlemen yang baru menyediakan prosedur
pemilihan yang menjamin kemenangan partai pemerintah. Hal itu
berbuntut pembunuhan Alexander di Marseilles, Prancis, pada 1934 oleh
ekstremis Kroasia dan Makedonia.

Masalah internal ini dimanfaatkan oleh Hungaria dan Italia yang


memang sejak awal tidak menghendaki persatuan kaum Slavia. Pada 1941,
tentara Jerman dibantu oleh pasukan Bulgaria, Hungaria, dan Italia,
menginvasi Yugoslavia. Seminggu kemudian, Yugoslavia takluk. Negara
boneka Kroasia pun diproklamasikan. Italia, Flungaria, dan Jerman
membagi-bagi wilayah Dalmatia, Montenegro, dan Slovenia di antara
mereka. Makedonia yang dikendalikan Serbia diberikan kepada Bulgaria.
Sementara itu, Serbia didirikan sebagai negara boneka di bawah
kendali Jerman. Sementara Peter II mendirikan pemerintahan di
pengasingan di London, banyak tentara Yugoslavia terus melakukan
perlawanan terhadap pasukan pendudukan. Ada dua kelompok perlawanan
utama, yaitu perlawanan Chetniks di bawah kendali Mihajlovic

dan perlawanan gerilya di bawah kendali Josip Broz Tito yang ko munis.
Pada 1943, terjadi perangsaudara antara kedua kelompok. Perang
disebabkan karenaTito bersikeras tidak mau berkompromi dengan Blok
Sentral. Tito didukung oleh Uni Soviet dan konon dia mendapat
dukungan dari Inggris. Kuatnya kelompokTito memaksa Raja Peter II
mengalihkan komando militer dari Mihajlovic kepada Tito.

Menjelang akhir Oktober 1944, Jerman diusir dari Yugoslavia. Tentara


Uni Soviet memasuki Beograd. Dewan Pembebasan Nasional pimpinan Tito
digabungkan dengan pemerintahan kerajaan pada November 1944. Pada
Maret 1945, Tito menjadi perdana menteri. Merasa kaum komunis terlalu
mendominasi pemerintahan, para anggota pemerintahan nonkomunis
mengundurkan diri. Pada November 1945, pemilihan umum nasional
menghasilkan kemenangan bagi pemerintah. Majelis konstituen
memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Federal Yugoslavia yang
terdiri dari Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Plerzegovina,
Montenegro, dan Republik Makedonia, serta dua daerah otonom, yakni
Kosovo dan Vojvodina. Tito diangkat menjadi pemimpin tertinggi.

4. Yugoslavia Era Josip Broz Tito


Konstitusi 1946 memberikan otonomi yang luas kepada enam republik
yang baru dibuat, tetapi kekuasaan sesungguhnya berada di tanganTito
dan partai komunis.Tito berasal dari etnis campuran Kroasia dan
Slovenia. Ayahnya berasal ckri Kroasia dan ibunya dari Slovenia. Di
bawah Tito, Yugoslavia meresmikan sosialisme. Oposisi dihancurkan
atau diteror dan Mihajlovic dieksekusi. Hubungan yang dekat dengan
Uni Soviet dan Cominform dipertahankan.

Namun, pada 1948, Yugoslavia dikeluarkan dari Cominform karena


terjadi perselisihan antara Partai Komunis Yugoslavia dan Partai
Komunis Uni Soviet. Tito kemudian mulai menjalankan hubungan yang
independen dalam tata pergaulan internasional. Tito menjadi salah
satu pendiri Gerakan Nonblok. Pihak Barat kemudian berusaha
memengaruhi Yugoslavia dengan memberikan bantuan ekonomi dan militer.

'Di bawahTito, Yugoslavia memiliki kebebasan yang lebih besar


daripada penduduk negara-negara Eropa Timur lainnya. Namun, kebebasan
intelektual masih terbatas. Tokoh-tokoh berpengaruh yang dianggap
mengancam pemerintahan dipenjarakan.

Pada awal 1970-an, gerakan nasionalisme di antara bangsabangsa yang


membentuk Yugoslavia bangkit kembali, khususnya Kroasia. Pengawasan
atas kehidupan intelektual pun semakin ketat. Bangsa-bangsa tersebut
menginginkan otonomi yang lebih besar. Seiring melemahnya kekuasaan
Tito, terutama karena perekonomian yang tidak kunjung membaik, keenam
republik dan dua provinsi otonom Serbia secara perlahan mendapatkan
otonomi yang lebih besar sepanjang 1970-an.

Tito wafat pada 1980 dengan meninggalkan banyak masalah, seperti


utang luar negeri yang menumpuk dan ancaman perpecahan. Sepeninggal
Tito, Yugoslavia menganut kepemimpinan kolektif yang mewakili
berbagai etnis dan bangsa. Meskipun demikian, kepemimpinan kolektif
ini gagal mengatasi masalah politik dan ekonomi.

5. Perpecahan Yugoslavia

Kepemimpinan kolektif pada akhirnya tidak berjalan efektif. Situasi


sosial politik Yugoslavia semakin tidak menentu. Satu per satu
bangsa-bangsa yang membentuk Yugoslavia mengambil ancang-ancang untuk
membentuk negara sendiri. Di tengah situasi seperti itu, di Serbia
muncul seorang tokoh baru yang bercita-cita menggantikan figur Tito,
pemersatu Yugoslavia. Ia adalah Slobodan Milosevic. Pada 1987, ia
memimpin Partai Komunis Serbia. Namun, ternyata ia adalah seorang
nasionalis Serbia yang menginginkan agar Yugoslavia dikendalikan oleh
orang-orang dari etnis Serbia. Milosevic dan kaum nasionalis Serbia
berdalih bahwa selama berada di bawah kepemimpinan Tito, Serbia yang
kaya sumber daya alam hanya dijadikan sapi perah untuk kemakmuran
orang-orang Slovenia, Kroasia, dan Kosovo. Visi nasionalisme Serbia
Milosevic terangkum dalam satu frase, Serbia Raya {Greater Serbia).
Di dalamnya termasuk Serbia yang asli, Kroasia, Vojvodina, Kosovo,
Montenegro, Bosnia dan Herzegovina, dan Makedonia.

CMilosevic terpilih sebagai presiden Serbia pada 1989. Langkah


pertamanya adalah mencabut otonomi Kosovo pada awal 1989. Ia kemudian
mengirim pasukan untuk menekan protes penduduk Kosovo yang beretnis
Albania. Sementara itu, Slovenia dan Kroasia yang terancam oleh
langkah-langkah Serbia pada awalnya hanya mendesak Serbia untuk
menghargai otonomi setiap bangsa. Selanjutnya, pada 25Juni 1991,
Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan setelah sebelumnya
pada tahun 1990 partai prokemerdekaan nonkomunis memenangi pemilihan
umum.

Pertempuran langsung berkobar ketika tentara federal yang sebagian


besarnya dikendalikan Serbia bergerak masuk ke Slovenia . Sebuah upaya
perdamaian yang rapuh dinegosiasikan oleh delegasi komunitas Eropa,
namun tidak lama kemudian pertempuran berkecamuk kembali. Pada akhir
Juli 1991, semua pasukan federal telah meninggalkan Slovenia. Pada 8
September 1991, Makedonia mendeklarasikan kemerdekaan, yang diikuti
pula oleh Bosnia dan Herzegovina pada Oktober 1991. Situasi berbeda
terjadi di Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Di Kroasia, 13%
penduduknya beretnis Serbia. Atas dukungan Serbia, warga etnis Serbia
di Kroasia melancarkan perang pada 1992.

Ketegangan mereda ketika PBB menegosiasikan gencatan senjata dan


mengirim pasukan penjaga perdamaian. Pada tahun yang sama, Komunitas
Eropa (European Community) mengakui Kroasia dan - Slovenia sebagai
negara merdeka. Selanjutnya, pada April 1992, Komunitas Eropa dan
Amerika Serikat mengakui kedaulatan Bosnia dan Herzegovina.

Serbia kemudian mengalihkan kekuatan militernya ke Bosnia dan


Herzegovina yang baru mendeklarasikan kemerdekaan. Di wilayah ini,
penduduk etnis Serbia mencakup sekitar 30% dari populasi. Berdalih
melindungi warga etnis Serbia serta mengembalikan Bosnia dan
Herzegovina ke pangkuan Serbia, Serbia kemudian melancarkan perang
atau yang populer disebut‘‘ pembersihan etnis’’ Bosnia sejak 1992.
Untuk memuluskan langkah itu, Serbia membentuk Republik Bosnia dan
Herzegovina Serbia. Di sisi lain, orang-orang Kroasia yang mencakup
sekitar 15% dari populasi Bosnia dan Herzegovina melakukan langkah
yang sama dengan memproklamasikan Komunitas Kroasia Herceg -Bosnia.
Dengan demfikian, kaum muslim yang miskin persenjataan, yang mencakup
lebih dari 40% populasi, memegang sisa wilayah republik itu, termasuk
ibu kota. Dalam kampanye ‘‘pembersihan etnis’’ yang dilakukan
terutama oleh orang-orang Serbia, ribuan warga muslim Bosnia tewas,
dan banyak juga yang melarikan diri dari Bosnia atauditempatkan di
kamp-kamp tahanan Serbia. Salah satu tragedi yang sulit dilupakan
adalah Pembantaian Srebrenica (Genosida Srebrenica), ketika sekitar
8.000 lelaki dan remaja muslim Bosnia dibantai padaJuli 1995 di
daerah Srebrenica, Bosnia, oleh pasukan Serbia pimpinan Jenderal
Ratko Mladic.`

Jenderal Ratko Mladic komandan pasukan serbiaPada Mei 1992, PBB


memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Serbia dan Montenegro serta
menyerukan gencatan senjata segera di Bosnia danHerzegovina.
Makedonia diakui secara luas di tahun berikutnya. Meskipun Serbia dan
Montenegro menyatakan pendirian Federasi Yugoslavia Baru, Komunitas
Eropa menegaskan bahwa federasi tersebut tidak mencakup negara-negara
yang baru saja diakuinya. Pendapat ini ditegaskan oleh PBB pada
September 1992. PBB juga memberlakukan blokade laut di Yugoslavia dan
sanksi-sanksi lainnya. Hal itu mengakibatkan Yugoslavia menderita
kesulitan ekonomi yang parah, termasuk hiperinflasi untuk sementara
waktu. Setelah Serbia mengurangi dukungannya bagi orang-orang Serbia
di Bosnia, PBB meringankan sanksi terhadap Yugoslavia. Pada akhir
1995, Yugoslavia berpartisipasi dalam pembicaraan di Dayton, Ohio
(AS), yang menghasilkan perjanjian damai antara Bosnia, Kroasia, dan
Serbia (Yugoslavia). Milosevic menjadi presiden Yugoslavia pada 1997
dengan wilayah hanya mencakup Serbia dan Montenegro.

Namun, Kosovo yang mayoritas beretnis Albania terus mengalami


pergolakan sepanjang 1997 dan 1998. Serbia ingin memasukkan wilayah
ini sebagai bagian dari Federasi Yugoslavia Baru. Namun, terlihat
bahwa warga Kosovo menentang kekuasaan Serbia dan melancarkan
pembangkangan sipil. Dalam perkembangannya, warga etnis Albania
melancarkan perang gerilya terhadap Serbia. Hal ini meningkatkan
represi dan pembantaian massal etnis ini oleh tentara Serbia.

Hal tersebut mendorong NATO melancarkan pengeboman besar-besaran


terhadap sasaran-sasaran militer Serbia. Pada Juni 1999, Milosevic
sepakat untuk mundur dari Kosovo, dan pasukan penjaga perdamaian NATO
memasuki wilayah itu. Berbagai demonstrasi melawan Milosevic di paruh
kedua tahun 1999 gagal memaksa Milosevic mengundurkan diri. Sementara
itu, Montenegro mencari otonomi yang lebih besar dalam federasi dan
mulai membuat langkah-langkah konkret menuju tujuannya. Pada Juli
2000, amandemen konstitusi nasional disahkan. Amandemen ini
memungkinkan presiden memegang jabatan selama dua periode dan
melembagakan pemilihan presiden langsung. Ada dua tujuan utama
amandemen, pertama memungkinkan Milosevic berkuasa lebih dari satu
masa jabatan, dan kedua mengurangi pengaruh Montenegro dalam
pemerintahan federal. Namun, ketika pemilu dilaksanakan pada
September, Milosevic dikalahkan oleh Vojislav Kostunica, yang
didukung oleh koalisi 18 partai oposisi (Democratic Opposition
Serbia/DOS). Awalnya, komisi pemilihan menolak mengesahkan Kostunica
sebagai pemenang. Namun, Milosevic menyerah setelah masyarakat
melakukan mogok massal dan mengambil alih gedung parlemen federal.

Sebuah koalisi yang terdiri dari DOS dan Sosialis Montenegro


membentuk pemerintahan nasional. Dalam pemilihan awal Serbia pada
Desember 2000, DOS memenangi kendali atas parlemen Serbia. Kostunica
mengganti beberapa perwira tinggi militer, salah satunya untuk
melindungi kepentingan Montenegro. Pada awalnya, ia menolak
menyerahkan Milosevic ke pengadilan kejahatan perang internasional di
Den Haag! Pada awal tahun 2001, Milosevic dan beberapa rekannya
ditangkap dengan berbagai tuduhan. Mantan presiden ini diserahkan
kepada pengadilan kejahatan perang oleh pemerintah Serbia pada Juni
2001. Hal ini mendorong Sosialis Montenegro mengundurkan diri dari
koalisi federal. Hubunganantara Kostunica dan Perdana Menteri Serbia,
Zoran Djindjic,
menjadi tegang. Ketegangan muncul ketika Kostunica lebih berfokus
pada usaha menjaga federasi dengan Montenegro, sementara Zoran
Djindjic berfokus untuk memenangkan bantuan Barat dalam mereformasi
ekonomi

Serbia dan Montenegro (2003---


- 2006)
Pada 2002, dorongan Montenegro akan otonomi yang lebih besar
berkembang menjadi dorongan untuk merdeka. Referendum pun
direncanakan. Namun, pada Maret 2002, perwakilan Serbia dan
Montenegro, di bawah tekanan dari Uni Eropa dan negaranegara lain
yang menentang kemerdekaan, Montenegro segera menyetujui konsep
negara serikat federal *yang direstrukturisasi pada Februari 2003.
Meskipun demikian, tuntutan kemerdekaan Montenegro tak terbendung.
Pada Mei 2006, para pemilih Montenegro menyetujui kemerdekaan dalam
referendum Montenegro mendeklarasikan kemerdekaan pada3Juni 2006.
Dengan demikian,pemerintahSerbia dan Montenegro dinyatakan bubar
dengan sendirinya. Pada 5 Juni 2006, Serbia menyatakan diri sebagai
negara yang berdaulat. Proklamasi Serbia tersebut sekaligus menandai
bubarnya Yugoslavia.

F.Runtuhnya Jerman Timur

1. Reunifikasi Jerman
a. Kronologi Reunifikasi Jerman
Ide reunifikasi Jerman oleh rakyat Jerman Barat dan Jerman Timur pada
pertengahan 1980-an dipandang sebagai asa yang sulit terealisasi.
Namun, harapan mengenai reunifikasi Jerman kembali menggeliat seiring
dengan reformasi policik yang digulirkan oleh pemimpin Uni Soviet
Mikhail Gorbachev pada 1985.
Ada dua perkembangan yang menentukan bagi reunifikasi Jerman, yaitu
demokratisasi zona timur yang dimungkinkan oleh Mikhail Gorbachev dan
keberanian dari ribuan orangyang berjuang demi kebebasan mereka. Di
akhir 1989, kedua faktor penting ini menyatu dan bermuara pada
terbentuknya sebuah negara baru, yakni Republik Federal Jerman yang
merupakan negara Jerman yang kita kenal sekarang ini. Berikut
kronologi penyatuan kembali (reunifikasi) Jerman Barat dan Jerman
Timur.

8 Agustus 1989
Ada 130 orang yang melarikan diri dari Republik Demokratik Jerman ke
Perwakilan Tetap Republik Federal di Berlin Timur. Mereka adalah
sebagian dari ribuan orang yang ingin meninggalkan daerah asal mereka
melalui Hungaria, Cekoslowakia, dan Polandia.

4 September 1989

Tanggal ini dianggap sebagai awal dari apa yang dikenal sebagai ‘‘
Demonstrasi Senin’’. Sekitar 1.000 orang berkumpul di Leipzig dan
menuntut lebih banyak hak dan kebebasan. Demonstrasi yang
dilaksanakan setiap hari Senin ini semakin banyak pengikutnya.
Sekitar 8.000 pengungsi Republik Demokratik Jerman dari Kedutaan
Besar Republik Federal Jerman di Praha tiba di Hof (Bavaria) dengan
menggunakan kereta-kereta khusus.

11 September 1989
Hungaria membuka perbatasan dengan Austria. Hanya dalam waktu 3 hari,
sebanyak 15.000 orang mengungsi. Di akhir September, pemerintah Uni
Soviet dan Jerman Timur memberikan izin kepada 6.000 pengungsi yang
tinggal di Kedutaan Besar Jerman di Praha untuk meninggalkan Jerman
Timur. Demonstrasi besar terjadi di Alexanderplatz, Jerman Timur.

7 Oktober 1989
Pemerintah Republik Demokratik Jerman memerintahkan diadakannya
perayaan untuk memperingati 40 tahun berdirinya negara tersebut.
Sebagai reaksi terhadap hal ini, orang-orang di berbagai kota
berdemonstrasi melawan rezim Partai Persatuan Sosialis Jerman
(Sozialistische Enheitspartei Deutschlands/SED). Massa berpartisipasi
dengan mengikuti Demonstrasi Senin di depan Karl Marx University,
Leipzig, Jerman Timur.

9 Oktober 1989
Lebih dari 70.000 orang berbaris melalui pusat Kota Leipzig dan
mengadakan demonstrasi damai untuk kebebasan berpendapat dan
reformasi politik. Satu minggu berikutnya, aksi mereka diikuti oleh
120.000 orang dari seluruh Republik Demokratik Jerman.

18 Oktober 1989
Erich Honecker mengundurkan diri sebagai Sekretaris Jenderal SED

3 November 1989
Republik Demokratik Jerman mendukung untuk meninggalkan negara itu
langsung melalui perbatasan Cekoslowakia. Dua hari kemudian, 15.000
warga Republik Demokratik Jerman tiba di Republik Federal melalui
rute ini.
8 November 1989
SED menyerahkan kekuasaannya di politbiro dan mengundurkan diri.
Orang-orang dari Berlin Barat naik ke atas Tembok Berlin dekat
Gerbang Brandenburg.

9 November 1989
Pemilihan umum yang bebas diadakan di Republik Demokratik Jerman
untuk pertama kalinya. Rakyat memilih Dewan Rakyat yang baru dengan
menyiapkan penggabungan diri ke Republik Federal. Selanjutnya,
diadakan pertemuan menteri luar negeri Two-Plus-Four di Bonn.

5 Mei 1990
Pembicaraan para menteri luar negeri TwoPlus-Four dimulai, terdiri
dari Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman, ditambah
dengan Prancis, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. Dalam
pembicaraan itu, kekuatan-kekuatan pemenang Perang Dunia II dan
menteri luar negeri kedua negara Jerman membahas penghapusan hak-hak
Sekutu di Jerman.

18 Mei 1990
Kedua Republik Jerman menandatangani Traktat Pembentukan Uni Ekonomi.
Mata Uang dan Sosial.

1 Juli 1990
Republik Demokratik Jerman mengadopsi sebagian besar tatanan ekonomi
dan hukum
Republik Federal. Deutschmark menjadi satusatunya alat pembayaran.

23 Agustus 1990
Sebelum berakhirnya negosiasi-negosiasi mengenai traktat unifikasi
antara kedua
negara Jerman, Dewan Rakyat memutuskan penggabungan Republik
Demokratik Jerman ke Republik Federal pada

12 September 1990
Menteri luar negeri Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis
menandatangani
Traktat Two-Plus-Four. Traktat ini memberikan kedaulatan penuh kepada
Jerman. Sekitar satu juta orang merayakan reunifikasi di depan Gedung
Reichstag di Berlin.

3 Oktober 1990
Pada malam 2-3 Oktober 1990; perayaan resmi untuk Hari Raya Jerman
Bersatu diadakan. Kembang api menerangi langit, loncenglonceng
mengiringi kegembiraan masyarakat. Pemilihan umum pertama seluruh
Jerman diadakan pada 2 Desember 1990. Di sini, pemilih mengisi
kertas suara di bilik suara.

2 Desember 1990
Masyarakat Jerman memilih anggota parlemen. Ini merupakan pemilihan
umum bebas pertama sejak 1933.

b.Jerman Bersatu
Merujuk pada kronologi reunifikasi yang dideskripsikan sebelumnya,
Negara Jerman secara resmi dipersatukan kembali pada 3 Oktober 1990.
Enam negara bagianJerman Timur (Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern,
Sachsen, Sachsen-Anhalt, Thuringen, dan Berlin) secara resmi
bergabung dengan Republik FederalJerman (Jerman Barat).

Pada Desember 1990, diselenggarakan pemilihan umum bebas pertama bagi


seluruh rakyat Jerman semenjak 1933. Pemilu dimenangi oleh partai
Christian Democratic Union (CDU) pimpinan Helmut Kohl, tetapi tidak
berhasil meraih suara mayoritas yang cukup untuk membentuk
pemerintahan. Helmut Kohl menjadi Kanselir Republik FederalJerman
setelah menggalang koalisi dengan partai-partai lain.

TUGAS 1

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban yang benar !


1. Jel askan ket erli bat an Ameri ka Seri kat dal am Per ang Vi et na m!
2. Apa yang ka mu ket ahui t ent ang politi k Apart hei d di Afri ka Sel at an ?
3. Bagai mana hubungan ant ar a r unt uhnya USSR dengan r unt uhnya Jer man
Ti mur ?
4. Sebut kan hasil per undi ngan Dayt on yang di t andat angani di Pari s,
Per anci s pada t anggal 14 Dese mber 1995!
5. Jel askan upaya yang dil akukan unt uk menyel esai kan konfli k
Cekosl owaki a!

Anda mungkin juga menyukai