Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS LTM
FAKTOR-FAKTOR PENGHALANG KOMUNIKASI
MATA KULIAH KOMUNIKASI PADA ANAK
Dosen: Nur Agustini, Msi

Disusun Oleh:
Novi Enis Rosuliana 1206303380

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PASCA SARJANA KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

PEMBAHASAN
Dalam proses komunikasi merupakan suatu proses pertukaran yang
berisifat kompleks antara pendapat, pikiran atau pesan baik secara verbal maupun
non verbal melalui sebuah sistem atau media yang digunakan. Proses komunikasi
dapat terjadi jika memenuhi beberapa komponen yaitu ada pengirim, penerima,
pesan, media dan feedback (timbal balik) atara keduanya. Namun terkadang
makna pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan berbeda dengan si penerima
pesan, atau bahkan terjadi penolakan terhadap pesan/ informasi yang dikirim
sehingga menyebabkan tujuan komunikasi belum tercapai.
A. Faktor-faktor penghalang komunikasi berpengaruh terhadap
komunikasi orang tua dan anak. Faktor-faktor penghalang komunikasi
terdapat dua hal yaitu (Potts & Mandleco, 2007):
1. Faktor Fisik atau Faktor Lingkungan
Faktor fisik atau faktor lingkungan meliputi jarak fisik diantara
pengirim dan penerima pesan, perubahan suhu atau udara di lingkungan
dan juga hal-hal yang mengganggu seperti suara radio atau
televisi.Sehingga diperlukan suatu lingkungan yang tenang atau yang
kondusif ketika orang tua berkomunikasi dengan anak, misalkan dalam
memberikan informasi, saran atau pendapat pada anak.
Selain perubahan kondisi lingkungan, faktor penghalang
komunikasi dalam segi fisik meliputi status kesehatan, khususnya jika
anak atau keluarga mengalami suatu disorientasi berupa gangguan (cacat)
pendengaran atau penglihatan. Komunikasi efektif tidak akan dapat terjadi
atau bahkan terjadi bentuk penolakan jika anak dan keluarga tidak
memahami istilah atau bahasa yang digunakan. Penjelasan yang digunakan
pada anak dan keluarga seharusnya menggunakan istilah yang sederhana
atau kata-kata yang bersifat umum, sesuai dengan kemampuan atau tahap
tumbuh kembang anak, sehingga mudah untuk dipahami.
2. Faktor Psikososial
Selain itu, faktor psikososial juga bisa menjadi penghalang
komunikasi antara anak dan orang tua. Faktor psikososial yang merupakan
penghalang komunikasi meliputi sikap/ gaya berbicara seseorang,
pengalaman, emosi, tingkat perkembangan atau penilaian sosial.
Sebelumnya harus mempertimbangkan dan memperkirakan bahwa
perasaan dapat mempengaruhi perilaku, pendapat atau kepercayaan
sehingga akan menjadikan sebuah masalah dalam berkomunikasi.
Ungkapan atau pernyataan pendapat seseorang harus berhati-hati
ketika akan disampaikan pada anak-anak. Pada dasarnya, ekspresi wajah
yang menunjukkan bentuk kemarahan bisa menjadi penghalang
komunikasi. Karena dengan wajah yang marah akan menunjukkan
penolakan bagi anak dan ketakutan tersendiri bagi anak.
Budaya juga memiliki dampak atau berpengaruh terhadap proses
komunikasi selain faktor fisik dan psikososial. Misalnya, hubungan
perawat dengan anak dan keluarga seharusnya bersifat caring, supportif,
dan berespon terhadap kepentingan yang semuanya itu diharapkan sejalan
dengan pengharapan dan perspektif budaya.
Tahap perkembangan juga berpengaruh terhadap proses
komunikasi, yaitu bahwa komunikasi efektif akan mempertinggi persiapan
anak dan pemberi perawatan terkait pengalaman mereka terhadap
kesehatan dan kesakitan. Selain itu perawat juga harus mengetahui dan
memahami tahapan tumbuh kembang anak karena hal tersebut akan
berpengaruh terhadap proses komunikasi yang dilakukan. Seorang anak
juga harus berperan aktif dan berkontribusi terhadap kesehatan dengan
memahai kondisi sakit dan perjalanan penyakitnya sehingga muncul
tanggung jawab pada diri anak dalam perawatan.
B. Hambatan dalam berkomunikasi terdapat dua hal yaitu (Wong,
2009):
a. Memberikan nasihat atau saran yang terlalu berlebihan tetapi orang
tua tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan umpan
balik mengenai saran tersebut, serta sering kali orang tua belum tahu
kondisi yang sebenarnya ketika saran tersebut diberikan.
b. Memberikan motivasi atau dorongan yang terlalu berlebihan,
terkadang pada anak dengan remaja akan menimbulkan penolakan dari
anak, karena pada anak dengan remaja lebih menuju pada independent dan
privasi.
c. Mempertahankan suatu situasi atau pendapat
Dalam sebuah keluarga dengan anak sekolah dan remaja, komunikasi yang
dilakukan sudah mulai melibatkan anak misalnya dalam diskusi keluarga.
Karena pada masa anak sekolah dan remaja mereka mampu untuk berfikir
konkrit, mengemukakan berbagai alternative terkait masalah yang muncul.
Orang tua diharapkan untuk berbagi pendapat atau sharing pendapat
terhadap anak terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
d. Membatasi ekspresi emosi dengan mengajukan pertanyaan tertutup
secara langsung
Pertanyaan tertutup secara langsung terkesan mengadili anak dan setiap
ucapan orang tua secara mutlak harus dipatuhi. Hal tersebut bisa
menimbulkan bentuk penolakan terhadap anak terutama pada masa remaja
dan anak usia sekolah. Karena pada masa tersebut mereka sudah mampu
untuk mencari informasi dan pengalaman baik dari teman sebaya maupun
dari lingkungan mereka
e. Berbicara lebih banyak dan kurang memberikan kesempatan pada
anak untuk berbicara
Orang tua yang terlalu banyak bicara dan kurang memberikan kesempatan
pada anak untuk berbicara atau memberikan umpan balik akan
menimbulkan kebosanan pada anak. Terkadang apa yag diucapkan oleh
orang tua kurang mendapatkan perhatian dan tidak didengarkan.
f. Membuat kesimpulan dan kurang jelas bukti-buktinya
Terlalu cepat membuat suatu kesimpulan terhadap perilaku anak tanpa tahu
bukti-bukti yang konkrit, akan menimbulkan reaksi anak marah atau malah
tidak lagi percaya terhadap orang tua dan tidak mau berkomunikasi dengan
orang tua.

Referensi
Wong, Donna L., & Marilyn Hockenberry Eaton. (2009). Wong buku ajar
keperawatan pediatrik (Vol. 1) (Agus Sutarna & Neti Juniarti,
Penerjemah). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Potts, Nicki L. & Barbara L. Mandleco. (2007). Pediatric nursing: Caring for
children and Their Families. 8th ed. St. Louis: Thompson Delmar Learning

Anda mungkin juga menyukai