Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS LTM
GANGGUAN KOMUNIKASI DENGAN ANAK

MATA KULIAH KOMUNIKASI PADA ANAK


Dosen: Bu Dewi Yulia

Disusun Oleh:
Novi Enis Rosuliana 1206303380

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PASCA SARJANA KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

PEMBAHASAN
ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang memperlihatkan gejala-
gejala seperti kurangnya konsentrasi atau penurunan perhatian, melakukan suatu
tindakan tanpa berpikir terlebih dahulu dan sangat sulit untuk dikontrol/
hyperactivity. Angka kejadian ADHD didapatkan bahwa sekitar 3% anak di
Amerika Serikat didiagnosis ADHD sehingga akan berdampak terhadap
aktivitasnya di sekolah. Berdasarkan sampel di masyarakat rasio penderita ADHD
pria dan wanita adalah 3:1, sedangkan rasio anak yang dibawa ke klinik pria dan
wanita adalah 10:1.
Anak dengan ADHD memiliki suatu dampak baik bagi diri anak, orang tua
maupun sibling. Dampak bagi anak yaitu anak dengan ADHD menganggap bahwa
gangguan yang dideritanya akan menyebabkan perubahan pada interaksi
sosialnya. Anak dengan ADHD berpikir bahwa masyarakat/ lingkungannya
menunjukkan sikap penolakan karena menganggap perilaku anak dengan ADHD
berbeda/ aneh. Dengan pemikiran hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
kesulitan dalam membangun suatu konsep diri yang positif di dalam dirinya.
Sehingga akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, serta interaksi dengan
teman-teman sebayanya.
Kesulitan dalam membangun konsep diri (identitas diri) akan berpengaruh
terhadap perilaku emosional anak. Terkadang anak ADHD cenderung bersikap
agresif terhadap lingkungannya sehingga akan berakibat terjadinya perkelahian
atau pertengkaran. Namun anak dengan ADHD juga bisa cenderung melakukan
penarikan ke dalam dirinya sehingga timbul rasa takut dan depresi.
Anak dengan ADHD memiliki kesukaran dalam memfokuskan diri terhadap
sutu tugas tertentu, misalnya di sekolah anak dengan ADHD sulit untuk menerima
pelajaran karena mereka terjadi penurunan pemusatan perhatian, sehingga prestasi
mereka di bawah rata-rata atau turun naik. Hal tersbut akan mempengaruhi
terhadap kesuksesan dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah.
Sedangkan dampak bagi orang tua adalah bahwa orang tua memiliki ikatan
yang kuat dengan anak. Ketika anak didiagnosis ADHD akan muncul perasaan
bersalah pada diri orang tua, yang menganggap bahwa dirinya gagal untuk
mengasuh anaknya. Tetapi ada juga rasa ketenangan dalam diri orang tua ketika
mengetahui secara jelas permasalahan yang terjadi pada diri anak sehingga tahu
tindakan apa yang harus dilakukan. Orang tua menganggap sangat memiliki
tanggung jawab yang besar karena harus memberikan perhatian yang lebih
terhadap anaknya, mengetahui kebutuhannya, aktivitas yang dilakukan sehingga
waktu orang tua lebih banyak tercurahkan pada anak daripada kegiatan yang lain.
Di dalam keluarga juga akan timbul konflik, misalkan konflik suami dan istri
karena keberadaan anak dengan ADHD. Konflik yang timbul bisa berupa
kerenggangan hubungan antar suami istri, karena sebagian besar ibu memberikan
perhatiannya kepada anaknya, sehingga perhatian ke suami akan menurun.
Konflik yang lain adalah masalah keuangan keluarga, karena anak dengan ADHD
memerlukan terapi dari ahli therapist yang biayanya tidak sedikit. Hal tersebut
bisa menjadi sumber stres dalam keluarga. Orang tua juga memperoleh suatu
bentuk perlakuan negatif dari lingkungan/ masyarakat. Misalkan pengucilan dari
masyarakat karena memiliki anak dengan ADHD yang dianggap anak yang aneh
karena berbeda dengan anak lainnya. Kondisi seperti itu akan menimbulkan
pembatasan dalam melakukan kontak sosial atau interaksi sosial dengan
lingkungan dan kalau berlanjut akan berdampak terjadinya isolasi sosial.
Namun dari beberapa dampak negatif yang muncul terdapat juga dampak
positif, namun dampak positif akan muncul dalam waktu yang relatif lama ketika
orang tua sudah mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada. Orang tua nantinya
akan memiliki pengalaman bagaimana merawat anak dengan ADHD yang bisa
diajarkan pada orang tua lain yang juga memiliki anak dengan ADHD. Selain itu
hubungan orang tua dan anak akan semakin kuat karena perhatian besar tercurah
kepada anaknya.
Kakak dan adik dari anak dengan ADHD juga mengalami suatu permasalahan
berupa kurangnya perhatian dari orang tua. Hal tersebut terjadi karena perhatian
orang tua lebih banyak ditujukan pada anak dengan ADHD, karena memerlukan
perawatan khusus dibanding dengan anak lainnya yang tidak memiliki gangguan.
Kondisi tersebut seringkali akan memunculkan reaksi kemarahan dari sibling.
Sibling merasa mereka disisihkan dan tidak diperhatikan.
Namun terkadang sibling juga merasakan kesedihan jika sikap dan tingkah
laku mereka akan membuat saudaranya dengan ADHD bertambah parah, terlebih
lagi timbulnya pandangan negatif dari lingkungan. Sibling juga akan merasakan
adanya suatu isolasi sosial dari masyarakat karena memiliki saudara dengan
ADHD. Dalam hal ini sibling harus mampu untuk memahami bagaimana kondisi
saudaranya dan memahami segala bentuk keterbatasan yang dimiliki saudaranya.
Pengertian dan pemahaman yang harus dimiliki sibling tentunya tidak terlepas
dari peran orang tua. Orang tua harus mengkomunikasikan dengan anaknya yang
lain bagaimana kondisi saudaranya agar dia paham tentang gangguan yang
dialami saudaranya. Dampak positif juga akan terjadi yaitu akan semakin
menunjukkan ikatan yang kuat antara sibling dengan saudaranya yang ADHD.
Sehingga komunikasi antar keduanya akan harmonis.
Namun, sibling juga berhak untuk mendapatkan perhatian dari orang tua,
kasih sayang dari orang tua, agar tidak terjadi kecemburuan yang berlebihan dan
tidak terkontrol yang berdampak negatif pada diri sibling dan keluarga, misalkan
bergaul dengan anak-anak nakal, minum-minuman keras untuk mendapat
perhatian dari keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Paternotte, Arga & Jan Buitelaar. (2010). ADHD (Attention deficit hyperactivity
disorser): Tanda-tanda., diagnosis, serta penanganannya di rumah dan di
sekolah. Jakarta: Prenada Media Group
Wong, Donna L., & Marilyn Hockenberry Eaton. (2009). Wong buku ajar
keperawatan pediatrik (Vol. 1) (Agus Sutarna & Neti Juniarti,
Penerjemah). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potts, Nicki L. & Barbara L. Mandleco. (2007). Pediatric nursing: Caring for
children and their Families. 8th ed. Delmar: Cengage Learning
Lumbantobing, S.M. (2006). Anak dengan mental terbelakang. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Kolucki, Barbara & Dafna Lemish. (2011). Communicating with children:
Principles and practices to nurture, inspire, excite, educate and heal. New
York: Unicef

Anda mungkin juga menyukai