TUGAS TERSTRUKTUR
KEPERAWATAN ANAK LANJUT 2
Disusun Oleh:
Dwi Sulistyo C. 1206195211
Laviana Nita L 1206195464
Novi Enis Rosuliana 1206303380
Roshinta Sony A. 1206195672
BAB I
PENDAHULUAN
Anak dengan penyakit kronik tentunya harus mendapatkan perawatan dan pengobatan
dalam jangka waktu yang relative lama. Sedangkan seorang anak merupakan usia untuk
bertumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Pada anak dengan penyakit kronik,
pertumbuhan dan perkembangannya tidak bias maksimal karena proses penyembuhan. Misalnya
saja dalam hal nutrisi. Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anak harus terbagi untuk proses
penyembuhan penyakit yang dideritanya. Padahal seharusnya nutrisi yang didapatkannya
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Pada anak dengan penyakit kronik akan berdampak tidak hanya secara fisik akan tetapi
secara psikologis juga. Secara fisik, merupakan efek dari proses penyakitnya yang bias
berdampak pada kecacatan ataupun ketidaksempurnaan fisik. Hal ini akan berdampak pula pada
psikologisnya. Anak akan merasa minder ketika dia memiliki gangguan pada tubuhnya apalagi
sampai muncul kecacatan. Interaksi sosial anak akan mengalami gangguan juga karena dengan
keterbatasannya itu dia akan merasa malu untuk berinteraksi dengan teman-temannya.
Pada anak usia sekolah seharusnya mereka juga bias meningkatkan kemandirian mereka
dan meningkatkan prestasinya. Akan tetapi pada anak dengan penyakit kronik, tidak bisa secara
maksimal karena harus menjalani proses pengobatan dan perawatan terhadap penyakitnya. Oleh
sebab itu diperlukan perhatian dan stimulasi yang lebih, baik dari keluarga maupun dari
lingkungan sekitar.
Pada anak dengan penyakit kronik yang perlu lebih ditekankan adalah informasi tentang
penyakitnya maupun pengobatan dan perawatannya. Baik itu pada orang tua maupun pada
anaknya. Hal itu dimaksudkan agar pengobatan maupun perawatannya bisa terus berlanjut sesuai
dengan regimen terapi dan tidak terputus. Pada anak, orang tua memegang peranan yang sangat
penting karena pada saat anak belum bisa mengerti dan memahami informasi yang kita berikan
maka orang tualah yang dilibatkan dalam pengobatan maupun perawatan. Apabila orangtua
memiliki informasi yang cukup, maka akan mampu memberikan perawatan yang baik pula pada
anaknya. Sehingga akan membantu meningkatkan kualitas hidup dari anak.
Pemberian informasi baik pada anak maupun orang tua juga sangat memerlukan proses
komunikasi yang baik pula. Sebagai perawat maupun tenaga kesehatan harus memberikan
informasi secara jelas dan komunikasi secara terapeutik baik pada orangtua maupun anak. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi adanya kesalahan informasi yang diterima oleh orangtua
maupun anak.
Dalam proses perawatan dan pengobatan keterlibatan anak dan orang tua juga sangat
diperlukan. Anak maupun orang tua bisa dieksplorasi pengetahuannya tentang penyakit yang
diderita oleh anak. Sehinga pada saat memutuskan terapi dan perawatan, perawata maupun
tenaga kesehatan bisa memutuskan intervensi yang tepat terhadap anak maupun keluarga. Selain
itu anak juga bisa dilibatkan dengan membiarkannya untuk memilih terapi selama tidak
mengganggu proses pengobatan dan perawatan yang diberikan. Hal ini diharapkan akan dapat
membantu anak dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya.
Pada perawatan anak dengan penyakit kronik ini, lingkungan juga sangat menentukan
peningkatan kualitas hidup anak baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dengan adanya partisipasi dan dukungan yang positif dari lingkungan internal maupun eksternal,
anak akan lebih bisa beradaptasi secara positif pula. Dukungan tersebut tidak hanya berupa
materi tetapi juga secara moral yang dapat meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri
anak. Sehingga proses tumbuh kembangnya juga bisa dicapai secara optimal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit kronik pada anak dapat menimbulkan gangguan pada anak baik secara fisik
maupun secara psikologis. Hal ini sangat berpengaruh terhadap fase tumbuh kembang anak.
Sehingga diperlukan beberapa prinsip dalam memberikan pertolongan pada anak dengan
penyakit kronik. Antara lain adalah memberikan informasi yang cukup pada anak maupun orang
tua, memberikan dukungan yang positif terhadap anak,melibatkan anak dan orangtua dalam
proses perawatan, melibatkan lingkungan dalam proses perawatan, dan memberikan komunikasi
terapeutik
4.2 Saran
Perawat harus memiliki kemampuan komunikasi terapeutik yang baik sehingga mampu
memberikan perawatan yang baik pula terhadap anak. Perawat harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang proses penyakit dan perawatannya sehingga mampu memberikan edukasi yang
baik pula terhadap anak dan orang tua. Dengan edukasi yang tepat diharapkan anak dengan
penyakit kronis tetap tumbuh dan berkembang sesuai fasenya dan dapat hidup lebih mandiri di
kemudian hari.
Daftar Pustaka
Hockenberry, M., & Wilson, D. (2009). Wong’s essential of pediatric nursing (8th ed). St. Louis:
Mosby Elsevier.
Wong, Donna L., & Marilyn Hockenberry Eaton. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik
(Vol. 1) (Agus Sutarna & Neti Juniarti, Penerjemah). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wong, Donna L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik (Monica Ester, Penerjemah).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Theofanidis, D. (n.d). Chronic illness in childhood: Psychosocial adaptation and nursing support
for the child and family. Health Science Journal. February 16, 2013. Diakses 18 Februari
2013.
Mokkink, Lidwine B, et al. (2008). Defining chronic diseases and health conditions in childhood
(0-18 years of age): National consensus in the Netherlands. Original Paper, Eur J.
Pediatr, (162), 1441-1447. Diakses 18 Februari 2013.
DeAngelis, CatherineD.&Jody W. Zylke. (2006, Oktober 11). Theme issue on chronic disease in
infants children, and young adults: Call for papers. American Medical Association, 296
(14), 1780. Diakses 18 Februari 2013.
Medicaid. (2012). Managed care medical program.diunduh dari: http://hrsa.dshs.wa.gov/
healthyoptions/index.html. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Neff, J. Et.al. (2010). Family-Centered Care and the Pediatrician’s Role. American Academic of
pediatrics. Vol. 112 (3), 691 -696. Diakses 18 Februari 2013.
Regina, et.al. (2010). Pedoman umum perlindungan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus.
Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Wong, D.L. et.al. (2002). Wong’s nursing care of infants and children. Volume 1. St.Louis:
Mosby Elsevier.
Yetti Krisna, Sabrin Luknis. (2010) JIKK : Analisis faktor yang berhubungan dengan selfcare
Behavior pada anak usia sekolah dengan thalasemia mayor di RSUPN Cipto Mangun
Kusumo Jakarta, Volume 2, 136-147.
Jackson, P. L. & Vessey, J. A. (1992). Primary care of the child with a chronic condition.
Missouri: Mosby Year Book.
Geist, R., Grdisa, V., & Otley, A. (2003). Psychosocial issues in child with chronic conditions.
Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, Vol. 17, No. 2 pp. 141-152. Diakses
18 Februari 2013.