Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN MASKER

No. Dokumen No. Revisi Halaman

SPO/AP/ / /2015 1/2


RSU SYLVANI

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 30 Juni 2015
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

Masker adalah suatu penutup hidung dan mulut terbuat dari linen
kapas (atau dari kertas untuk produksi sekali pakai/disposeable)
PENGERTIAN berbentuk empat persegi panjang yang diikatkan kebelakang
kepala dengan menggunakan tali kain (ataupun benang karet
bagi produk disposeable).

1. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari dan kepada


pasien, petugas medis & para medis serta lingkungan
TUJUAN
sekitarnya.
2. Memberi rasa aman dalam terjadinya suatu tindakan medis.

KEBIJAKAN Sesuai dengan keputusan Direktur RSU SYLVANI No : SK/ /I/


2015 tentang Alat Pelindung Diri

1. Cucilah tangan sesuai prosedur Universal Precaution dan


memperhatikan Teknik Aseptik juga dalam Teknik
PROSEDUR Pengeringannya.
2. Ambilah masker dari tempat yang disediakan.
3. Kenakan masker dimulai dengan memegangnya pada sisi
muka (mulut & hidung).
4. kencangkan tali (atau kalungkan benang karet bagi produk
yang disposeable) sisi, selanjutnya kencangkan tali pengikat
berikutnya.
5. Jangan terlalu kencang ataupun longgar dalam mengikat
pengencang, ikatlah dalam batas aman dan nyaman agar
tidak menyulitkan saat bekerja.
6. Setelah selesai simpanlah masker pada tempat yang
disediakan.
PENGGUNAAN MASKER

No. Dokumen Halaman


No. Revisi
SPO/AP/ / /2015 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 7. Cucilah kembali tangan sesuai prosedur Universal Precaution
dengan tetap memperhatikan Teknik Aseptik juga dalam
Teknik Pengeringannya.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi yang memiliki ruang-ruang tindakan medis


2. Instalasi yang memiliki ruang-ruang pelayanan poliklinik dan
perawatan
3. Instalasi penunjang laboratorium dan Farmasi, Radiologi,
Gizi, Laundry dan Sanitasi.
PENGGUNAAN JAS LAB

No. Dokumen No. Revisi Halaman

SPO/AP/ / /2015 1/2


RSU SYLVANI

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 30 Juni 2015
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

PENGERTIAN Jas-lab merupakan pakaian kerja seperti jas lengan panjang


berwarna putih dengan panjang mencapai setengah lutut
(dibawah pinggang minimal 20cm) berbahan komposit kapas
(cotton) dengan polyester (polyester ), umumnya dibuat dalam
berbagai ukuran (S,M,L,XL,XXL) serta dapat dilakukan proses
sterilisasi. Penggunaanya biasanya digunakan untuk melapis
kemeja yang dikenakan laboran saat dating bekerja di
laboratorium.

TUJUAN Mengurangi kadar kontaminasi kimiawi dan biologis dari


pekerjaan yang dilakukan laboran di laboratorium kepada
baju/seragam Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau yang digunakannya
saat bekerja di Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau.

KEBIJAKAN Sesuai dengan keputusan Direktur RSU SYLVANINo : SK/ /I/


2015 tentang Alat Pelindung Diri

PROSEDUR 1. Masuklah keruangan melalui Prosedur Baku Tata Cara


masuk kedalam Ruangan Laboratorium.
2. Cuci tangan dan kemudian keringkan sesuai Teknik Aseptik
yang dianjurkan
3. Ambil Jas lab pada tempat/kotak atau penggantung yang
sudah disediakan, jangan lupa mengenakan perlengkapn
standar yang lain (Mis : Masker, dan Sarung Tangan).
4. Kenakan Jas-lab kemudian kancingkan bagian mukanya .
5. Jangan menggunakan Jas lab dengan kondisi bagian muka
yang tidak terkancing.
6. Setelah selesai aktivitas cuci tangan dan kemudian keringkan
sesuai Teknik Aseptik yang dianjurkan.
PENGGUNAAN JAS LAB

No. Dokumen Halaman


No. Revisi
SPO/AP/ / /2015 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 7. Letakkan Jas lab pada tempat Jas lab kotor yang sudah
disediakan.
8. Keluar dari ruangan melalui Prosedur Baku Tata Cara Keluar
dari Ruangan Laboratorium.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Laboratorium.


2. Instalasi/Unit yang memiliki Unit Produksi/Pengolahan atau
Pengelohan bahan-bahan kimia (Mis : Unit produksi Inst.
Farmasi, Apotik Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau).
PENANGANAN LIMBAH B3
(BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSU SYLVANI SPO/AP/ / /2015 1/2

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 30 Juni 2015
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

PENGERTIAN Limbah B3 (Barang Berbahaya dan Beracun) adalah: Sisa suatu


usaha/kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat, konsentrasinya, jumlah, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan/merusakkan lingkungan hidup dan atau dapat
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain, seperti: baju, urine, pasien yang selesai
dilakukan tindakan ablasi, botol/kemasan fixer deplover, dll.

TUJUAN Untuk mencegah terjadinya resiko kecelakaan dan gangguan


kesehatan kepada personel, pasien, pengunjung dan lingkungan
akibat kegiatan yang timbul.

KEBIJAKAN Sesuai dengan keputusan Direktur RSU SYLVANI No : SK/ 36 / I


/ 2015 tentang Penanganan dan Pembuangan Bahan Beracun
(B3) Di RSU SYLVANI

PROSEDUR Cara Pengolahan Limbah berdasarkan bentuk :


A. Limbah Cair
1. Sebelum diolah limbah cair harus dikumpulkan dalam
wadah khusus yang terbuat dari bahan plastik.
2. Tidak dibenarkan menggunakan dari gelas karena mudah
pecah.
3. Jika limbah mengandung pelarut organik, wadah harus
terbuat dari bahan baja anti karat
4. Limbah cair dapat dibuang ke saluran pembuangan (IPAL)
jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Konsentrasi limbah cair berada di bawah batas yang
diizinkan.
PENANGANAN LIMBAH B3
(BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSU SYLVANI SPO/AP/ / /2015 2/2

PROSEDUR b. Limbah cair bereaktifitas tinggi dan memiliki waktu


paruh kecil dari 2 hari akan di olah kembali dan di
buang ke IPAL.
c. Mudah larut dan tersebar dalam air.
B. Limbah Padat
1. Limbah padat harus dikumpulkan dalam tempat sampah
yang tutupnya dapat dibuka dengan kaki dan sebelah
dalam dilapisi dengan kantong plastik berwarna merah
yang telah di kenal secara internasional.
2. Kantong harus dikat dengan solatif sebelum diangkat dari
tempat sampah.
3. Limbah padat dapat dibakar (Insenerator ) apabila:
a. Biarkan meluruh , sehingga mencapai nilai batas yang
diizinkan.
b. Tambahkan tanah diatome, larutkan formaldehid,
kapur atau hipoklorit untuk limbah padat yang mudah
busuk (misalnya : bangkai hewan percobaan).
C. Limbah Gas
1. Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaring (Filter)
sebelum dibuang ke udara.
2. Penyaring harus harus diperiksa secara teratur, jika rusak
penyaring harus diganti.
3. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari penyaring
(filter), maka penyaring harus dibungkus dengan plastik
polietilen.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Laboratorium


2. IPAL
PEMILAHAN LIMBAH MEDIS PADAT
(VACUM TAINER/POT URINE)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSU SYLVANI SPO/AP/ / /2015 1/2

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 15 Mei 2015
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

PENGERTIAN a. Pemilahan adalah suatu kegiatan pemisahan jenis limbah


medis padat
infeksius dengan non infeksius.
b. Limbah Medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Vacum Tainer/Pot Urine adalah: Salah satu jenis limbah B3
yang terbuat dari bahan plastik yang digunakan untuk tempat
sampel darah/urine/feses pasien.
2
TUJUAN a. Untuk mencegah terjadinya pencemaran/ perusakan
lingkungan hidup (air, tanah), kesehatan, serta mahluk hidup
lainnya oleh hasil pembuangan limbah Bahan Bebahaya dan
Beracun(B3),
b. Untuk minimalisasi/mengurangi jumlah limbah padat yang
dihasilkan oleh rumah sakit dengan cara daur ulang limbah
(recycle)

KEBIJAKAN Sesuai dengan keputusan Direktur RSU SYLVANI No : SK/ 36 / I


/ 2015 tentang Penanganan dan Pembuangan Bahan Beracun
(B3) Di RSU SYLVANI

PROSEDUR a. Pemilahan sampah di mulai/ dilakukan dari ruang perawatan/


sumber dengan menyediakan 3 (tiga) buah tempat sampah yang
sudah dilapisi dengan kantong plastik sesuai dengan jenis
limbahnya:
1. Limbah infeksius ditampung ditempat sampah tertutup
dan di lapisi dengan kantong plastik warna kuning
PEMILAHAN LIMBAH MEDIS PADAT
(VACUM TAINER/POT URINE)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSU SYLVANI SPO/AP/ / /2015 1/2

PROSEDUR 2. Limbah non infeksius ditampung ditempat sampah tertutup


dan dilapisi dengan kantong plastik warna hitam.
3. Limbah flabot infus dibuang ke tempat sampah tertutup
dan dilapisi dengan kantong hitam yang sudah dikasih
petunjuk/ label pada tempat sampahnya.
b. Semua flabot Infus yang habis digunakan dan tidak
terkontaminasi oleh cairan tubuh, bekas obat sitostatika (non
infeksi) ditampung dalam tempat sampah dengan dilapisi
kantong plastik berwarna hitam yang diberi label tanda khusus
(limbah B`3 non Infeksius) tidak boleh di campur dengan limbah
yang lain.
c. Setelah kantong plastik berisi 2/3 diikat dan diangkut ke
tempat penampungan sementara limbah B3 non infeksius dalam
keadaan tertutup.
d. Periode pembuangan sampah dilakukan setiap hari ( pagi
pukul: 08.00 Wib dan sore pukul 15.00 Wib).
e. Pada tempat penyimpanan / penampungan flabot infuse dan
limbah padat non medis lainnya seperti kemasan air mineral dll
dilakukan pembersihan dan pengepakan sebelum diangkut ke
luar rumah sakit oleh pihak ke tiga untuk dilakukan daur ulang
menjadi bijih plastic

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Laboratorium


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Kamar /ruang tindakan di RSU SYLVANI
5. Pengelola Cleaning Service
PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

No.Dokumen
No. Revisi Halaman
SPO/AP/ / /2015
1/4
RSU SYLVANI

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO)
4 Pebruari 2015
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

PENGERTIAN Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan


laboratorium. Limbah ini memiliki sifat khas yang berbeda
dengan limbah yang berasal dari kegiatan industri karena
biasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi
walaupun dari setiap macam bahan yang dibuang tersebut
jumlahnya tidak banyak. Limbah laboratorium dapat berasal dari
berbagai sumber, yaitu:
1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa.
2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak
terpakai.
3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa
specimen.
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik
sekali pakai setelah di autoklaf.

TUJUAN Untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman


yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada
dalam limbah tersebut.

KEBIJAKAN Sesuai dengan keputusan Direktur RSU SYLVANI No : SK/ 36 /


I / 2015 tentang Penanganan dan Pembuangan Bahan Beracun
(B3) Di RSU SYLVANI

PROSEDUR Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah,


yaitu:
A. limbah B3 (Berbahaya dan Beracun), dengan cara:
 netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti
kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang
bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4atau HCI.
Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat
digunakan Phenol Phtalein (PP.).
PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

No.Dokumen
No. Revisi Halaman
SPO/AP/ / /2015
2/4
RSU SYLVANI
PROSEDUR Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman
digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-8,5.
 pengendapan/sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi
 Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan
tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn,
Ni. Mn dan Hg
 reduksi-oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan
reaksi reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang
kurang/tidak toksik.
 penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan
anion beracun dapat diserap oleh resin anion.

B. limbah infeksius, dengan cara:


 Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair)
dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat
mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi
tidak aktif.
 Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah
sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya
ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih
tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan,
sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
 Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam tanah.
 Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah
dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam
insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke
atmosfir sebagai CO2 dan H2O.

C. limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan
memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja
yang ketat dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan :
 Bentuk yaitu cair, padat dan gas,
 Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

No.Dokumen No. Revisi Halaman

SPO/AP/ / /2015 3/4


RSU SYLVANI
 Tinggi-rendahnya aktifitas
PROSEDUR  Panjang-pendeknya waktu paruh
 Sifat yaitu dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :


Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan
memakai proses peluruhan, peguburan dan pembuangan.
 Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan
limbah radioaktif, seperti Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN).

D. limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik diikat kuat dan dibakar di insinerator.

Langkah-langkah untuk mengurangi limbah di laboratorium


adalah:
1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan
kimia yang telah digunakan, setelah melalui prosedur daur
ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai
untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti
etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di
dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan
mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga
tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain
menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi
limbah yang dihasilkan.
3. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda
pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-
bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia
yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak
pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa
yang mengandung asam atau basa harus dilakukan
penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan
kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan
beracun. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
4. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka
PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

No.Dokumen No. Revisi Halaman

SPO/AP/ / /2015 4 /4
RSU SYLVANI
5. dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar
racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari
pemukiman penduduk.
6. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam
insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik
yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
7. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar
tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan
untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai