Mengingat kasus asfiksia cukup sering terjadi pada bayi baru lahir, maka kali ini kami akan
menyajikan pembahasan tentang asfiksia. Mulai dari gejala, penyebab, risiko hingga
penanganannya. Baca terus ya!
Baca juga: asfiksia – penanganan bayi asfiksia – penyebab asfiksia pada bayi baru lahir
Gejala
Seorang bayi yang menderita asfiksia dapat dikenali dari gejalanya. Diantaranya yaitu:
Baca juga: hipotermia pada bayi baru lahir – penanganan hipotermia pada bayi –Pneumonia
pada bayi
Penyebab
Pada dasarnya, asfiksia bermula dari kondisi gawat janin (Fetal Distress). Kondisi ini dapat
terjadi apabila aliran darah dari tubuh ibu ke plasenta mengalami gangguan. Sehingga
menyebabkan janin kekurangan pasokan oksigen (Hipoksia). Apabila keadaan ini tetap berlanjut
maka bayi berisiko lahir mengidap asfiksia saat lahir. Nah, berikut ini beberapa faktor penyebab
asfiksia pada bayi baru lahir:
Selain itu, peningkatakan tekanan darah juga mengakibatkan terjadinya insufisinsi uteroplasenta,
yaitu terganggunya sirkulasi darah ke plasenta. Hal ini menyebabkan janin kekurangan oksigen.
Sehingga pada akhirnya, berefek pada keabnormalan sistem pernafasan janin. Untuk
meminimalisir risiko hipertensi saat hamil, sebaiknya ibu menjaga pola makannya dengan
meningkatkan konsumsi makanan sehat dan mengurangi makanan cepat saji. Kontrol berat badan
dan lakukan olahraga ringan. (baca: gejala preeklampsia pada ibu hamil– penyebab hipertensi
pada ibu hamil– hipertensi dalam kehamilan –Cara mencegah hipertensi pada ibu hamil)
Plasenta Previa juga menjadi penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi saat
posisi plasenta tidak berada pada tempat yang seharusnya. Plasenta terletak lebih rendah,
mendekati mulut rahim sehingga menutupi jalan lahir. Meski gangguan ini jarang ditemukan
pada ibu hamil. Namun Anda harus tetap berhati-hati.
Seorang ibu hamil yang menderita gangguan plasenta previa biasanya akan mengalami
pendaharan pada awal trimester terakhir. Pendarahan yang berlebihan tersebut dapat membuat
ibu berisiko mengalami kurang darah (anemia). Jika sampai terjadi maka bayi dalam rahim juga
ikut berpeluang mengalami anemia karena pasokan sel darah merahnya berkurang sehingga
otomatis kadar oksigen juga menurun. Dan bayi rentan menderita gangguan pernafasan atau
asfiksia. (baca: plasenta letak rendah – janin terlilit tali pusat – Ciri kehamilan bermasalah)
Infeksi yang diidap oleh ibu hamil adalah masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani.
Pasalnya, apabila infeksi tersebut dibiarkan saja maka berisiko menular ke janin. Misalnya saja
ibu menderita HIV, sifilis atau malaria. Maka kondisi tersebut menyebabkan bayi rentan lahir
cacat atau mengalami gangguan tertentu.
Begitupun ketika ibu mengindap tubercolosis (TBC). Hal ini memicu terjadinya hipoksia (tubuh
kekurangan oksigen). Apabila kadar oksigen dalam tubuh ibu berkurang maka otomatis janin
juga akan kekurangan oksigen. Dalam tahap parah, janin berisiko lahir dalam keadaan asfiksia.
Infeksi lain yang patut diawaspadai adalah pneumonia, asma dan gangguan pernafasan lainnya.
(baca: Cara menjaga kehamilan muda–Komplikasi kehamilan–Penyebab endometriosis)
Persalinan telat waktu atau juga dikenal serotinus yakni kondisi dimana ibu belum juga
melahirkan padahal usia kehamilan sudah melebihi 42 minggu. Pada keadaan ini, biasanya
produksi hormon oksitosin menurun. Sehingga akibatnya tanda-tanda kontraksi persalinan
menjadi semakin melemah. Selain itu, sirkulasi oksigen dan aliran nutrisi ke plasenta juga
terganggu. Jika bayi tidak segera dikeluarkan maka bisa meningkatkan risiko asfiksia atau
bahkan bayi mati dalam rahim.
Baca juga:
Asfiksia pada bayi baru lahir juga bisa dipicu oleh gangguan-gangguan yang terjadi selama
proses persalinan. Misalnya saja bayi berada kondisi sungsang, bobot bayi berlebihan, distosia
bahu, bayi kembar, ruang pinggul ibu sempit dan sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan
proses persalinan berjalan lebih lama. Terlebih lagi saat ibu memilih proses persalinan normal.
Maka bayi menjadi sulit dikeluarkan. Sehingga dokter akan memutuskan melakukan tindakan
obstetri operatif dengan menarik bayi menggunakan alat vakum ekstraktor. Bayi yang ditarik
dengan alat vakum biasanya akan kehilangan banyak oksigen. Kondisi ini meningkatkan risiko
terjadinya asfiksia yang ditandai bayi terlihat pucat dan sulit bernafas.
Baca juga:
Bayi terlilit tali pusar adalah kondisi yang cukup sering terjadi ketika usia kehamilan memasuki
trimester akhir. Bayi aktif bergerak dalam rahim sehingga tak jarang tali pusar melilit lehernya.
Namun demikian, hal tersebut tidaklah berbahaya selama lilitannya longgar. Tapi apabila lilitan
tersebut menekik leher sangat kencang maka bisa memicu gangguan kesehatan bayi. Aliran
oksigen bisa terhambat, pernafasan terganggu dan bahkan bayi berisiko meninggal dalam rahim.
Walau begitu, Anda tak perlu cemas, sebab kondisi ini jarang terjadi. Umumnya tali pusar yang
terlilit mudah untuk dilepaskan. (baca: janin terlilit tali pusat)
Baca juga:
8. Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur bisa menjadi faktor penyebab asfiksia. Seorang bayi dikatakan lahir
prematur apabila sang ibu melakukan proses persalinan kurang dari 37 minggu dan berat badan
bayi juga sangat rendah. Pada kondisi ini, biasanya organ-organ bayi belum berfungsi optimal.
Termasuk paru-parunya. Sehingga prose pernafasan bayi pun terganggu dan memicu asfiksia.
(baca: Penyebab Bayi Lahir Prematur– Ciri ciri Bayi Lahir Prematur)
Bayi yang mengidap sindrom aspirasi mekonium sejak dalam rahim berisiko tinggi mengalami
Fetal Distress (gawat janin). Hal ini disebabkan adanya mekonium (tinja) di dalam air ketuban
sehingga warna ketuban pun menjadi hijau. Bayi bisa saja meminum air ketuban tersebut. Atau
mungkin mengirupnya sehingga tinja ikut terbawa ke organ paru-parunya. Hal tersebut dapat
menyebabkan bayi mengalami gangguan paru-paru, seperti pneumonia hingga asfiksia. Jika bayi
terlihat lahir dalam kondisi pucat, mengelurkan tinja hitam dan nafasnya tampak terengah-engah,
maka dokter perlu melukan tindakan secepatnya. Misalnya dengan pemberian alat ventilator atau
melakukan tindakan resusitasi.
Baca: Bahaya bayi minum air ketuban hijau– Penyebab air ketuban sedikit – Ciri-ciri air ketuban
pecah/merembes, Ciri-ciri air ketuban kering–Akibat kelebihan air ketuban– Air ketuban sedikit
saat hamil
Anemia merupaka salah satu faktor penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Seorang ibu yang
menderita anemia, kadar hemoglobin dalam darahnya berkurang. Padahal hemoglobin ini adalah
protein yang bertugas membawa oksigen dari sel darah merah. Apabila jumlahnya menurun,
maka otomatis penyaluran oksigen ke plasenta juga akan berkurang. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan bayi berisiko mengalami gangguan pernafasan sejak dalam rahim. Misalnya saja
ya asfiksia. Ciri-ciri ibu hamil yang mengindap anemia umumnya terlihat lesu wajahnya.
Kemudian kulitnya pucat dan ia mudah merasa lelah. (baca: Penyebab bayi anemia –anemia pda
ibu hamil)
Resiko
Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir sangatlah serius dan harus segera diatasi oleh dokter. Jika
tidak, maka bayi yang mengalami gangguan pernafasan akan berisiko mengalami kejang,
kerusakan otak, metabolik asidosis (keinakan kadar asam dalam darah), hiperkapnia (tingginya
kadar gas karbon dioksida dalam tubuh), hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen), gangguan
paru-paru, lemahnya denyut jantung, hingga pada tahap parah berisiko kematian. (baca:
Penyebab pendarahan saat hamil, Tanda keguguran di awal kehamilan)
Ketika bayi terlahir dengan kondisi sulit bernafas, biasanya dokter akan melakukan beberapa
penanganan untuk mencegah komplikasi. Diantaranya yaitu:
1. Resusitasi
Metode ini dilakukan dengan cara menyalurkan oksigen pada organ-organ vital bayi (seperti
paru-paru, jantung, otak) dengan menggunakan alat ventilator. Tindakan ini bertujuan untuk
mengembangkan paru-paru sehingga bayi dapat bernafas normal. Terdapat beberapa jenis
ventilator yang biasa digunakan, yakni ventilator mekanik, ventilator mekanik konvensional dan
ventilasi frekuensi tinggi (High frequency jet ventilation).
Teknik ini merupakan pemasangan paru-paru buatan yang diberikan kepada bayi dengan kondisi
sulit bernafas (asfiksia). Alat ini dipasang pada tubuh bayi, fungsinya untuk membantu
pernafasan dan proses memompa darah. Nantinya darah yang melewati alat ini akan disalurkan
dua bagian membran yaitu veno venous dan veno arterial.
Gas ini biasanya dimasukkan ke dalam tenggorokan menggunakan alat berupa tabung.
Tujuannya untuk melebarkan pembuluh darah di organ paru-paru sehingga sirkulasi oksigen bisa
lancar kembali.
Baca juga:
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
Asfiksia, bayi, bayi sakit, kelainan bayi
Artikel Terkait
Ciri Ciri Bayi Sakit Kepala Yang Harus Menjadi Perhatian Khusus Ibu
7 Penyebab Gula Tinggi Pada Bayi Baru Lahir
8 Resiko Bayi Dengan Ibu Diabetes Gestasional Saat Hamil
Bolehkah Bayi Laki Laki Memakai Emas dan Apa Efeknya?
7 Cara Mengatasi Ruam Popok Agar Tidak Infeksi
Previous
Next
Oleh : daisyzi
Kategori : Sakit
MUST READ
Must Read
Recent
Doctors Talk
Belum tau gimana janin 0-40 Minggu di rahim Bumil ? Silakan cek perkembangannya minggu
ke minggu berikut ini.