Anda di halaman 1dari 6

Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir : Penyebab –

Gejala – Risiko dan Penanganan


Asfiksia atau asfiksia neonatorum merupakan gangguan kesehatan yang dialami oleh bayi baru
lahir, dimana tubuh bayi kekurangan oksigen sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas dan
kondisinya juga tampak lemah. Keadaan asfiksia biasanya sudah terindikasi sejak bayi di dalam
rahim. Penyebabnya bisa dikarenakan adanya kelainan pada rahim, gangguan kesehatan ibu atau
proses persalinan yang berat.

Mengingat kasus asfiksia cukup sering terjadi pada bayi baru lahir, maka kali ini kami akan
menyajikan pembahasan tentang asfiksia. Mulai dari gejala, penyebab, risiko hingga
penanganannya. Baca terus ya!

Baca juga: asfiksia – penanganan bayi asfiksia – penyebab asfiksia pada bayi baru lahir

Gejala
Seorang bayi yang menderita asfiksia dapat dikenali dari gejalanya. Diantaranya yaitu:

 Ritme pernafasan tidak teratur


 Terkadang terdengar suara seperti dengkuran
 Pernafasan juga lambat
 Bayi terlihat lesu
 Bayi mengalami kejang
 Kulit tampak kebiruan dan pucat
 Denyut jantung lambat (Permenitnya kurang dari 100 kali). Dalam kondisi lebih parah,
bahkan kehilangan denyut jantungnya
 Kehilangan kesadaran

Baca juga: hipotermia pada bayi baru lahir – penanganan hipotermia pada bayi –Pneumonia
pada bayi

Penyebab
Pada dasarnya, asfiksia bermula dari kondisi gawat janin (Fetal Distress). Kondisi ini dapat
terjadi apabila aliran darah dari tubuh ibu ke plasenta mengalami gangguan. Sehingga
menyebabkan janin kekurangan pasokan oksigen (Hipoksia). Apabila keadaan ini tetap berlanjut
maka bayi berisiko lahir mengidap asfiksia saat lahir. Nah, berikut ini beberapa faktor penyebab
asfiksia pada bayi baru lahir:

1. Ibu menderita Eklampsia atau Preeklampsia


Seorang ibu hamil yang menderita preeklampsia atau eklampsia berisiko melahirkan bayi dalam
kondisi asfiksia. Preeklampsia ini merupakan gangguan kesehatan, dimana ibu menderita
tekanan darah tinggi (hipertensi) di usia kehamilan lebih dari 25 minggu. Kondisi ini cukup
berbahaya sebab aliran darah mulai tak lancar, bahkan organ ginjal juga ikut terganggu.

Selain itu, peningkatakan tekanan darah juga mengakibatkan terjadinya insufisinsi uteroplasenta,
yaitu terganggunya sirkulasi darah ke plasenta. Hal ini menyebabkan janin kekurangan oksigen.
Sehingga pada akhirnya, berefek pada keabnormalan sistem pernafasan janin. Untuk
meminimalisir risiko hipertensi saat hamil, sebaiknya ibu menjaga pola makannya dengan
meningkatkan konsumsi makanan sehat dan mengurangi makanan cepat saji. Kontrol berat badan
dan lakukan olahraga ringan. (baca: gejala preeklampsia pada ibu hamil– penyebab hipertensi
pada ibu hamil– hipertensi dalam kehamilan –Cara mencegah hipertensi pada ibu hamil)

2. Adanya Gangguan Plasenta Previa

Plasenta Previa juga menjadi penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi saat
posisi plasenta tidak berada pada tempat yang seharusnya. Plasenta terletak lebih rendah,
mendekati mulut rahim sehingga menutupi jalan lahir. Meski gangguan ini jarang ditemukan
pada ibu hamil. Namun Anda harus tetap berhati-hati.

Seorang ibu hamil yang menderita gangguan plasenta previa biasanya akan mengalami
pendaharan pada awal trimester terakhir. Pendarahan yang berlebihan tersebut dapat membuat
ibu berisiko mengalami kurang darah (anemia). Jika sampai terjadi maka bayi dalam rahim juga
ikut berpeluang mengalami anemia karena pasokan sel darah merahnya berkurang sehingga
otomatis kadar oksigen juga menurun. Dan bayi rentan menderita gangguan pernafasan atau
asfiksia. (baca: plasenta letak rendah – janin terlilit tali pusat – Ciri kehamilan bermasalah)

3. Infeksi Pada Masa Kehamilan

Infeksi yang diidap oleh ibu hamil adalah masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani.
Pasalnya, apabila infeksi tersebut dibiarkan saja maka berisiko menular ke janin. Misalnya saja
ibu menderita HIV, sifilis atau malaria. Maka kondisi tersebut menyebabkan bayi rentan lahir
cacat atau mengalami gangguan tertentu.

Begitupun ketika ibu mengindap tubercolosis (TBC). Hal ini memicu terjadinya hipoksia (tubuh
kekurangan oksigen). Apabila kadar oksigen dalam tubuh ibu berkurang maka otomatis janin
juga akan kekurangan oksigen. Dalam tahap parah, janin berisiko lahir dalam keadaan asfiksia.
Infeksi lain yang patut diawaspadai adalah pneumonia, asma dan gangguan pernafasan lainnya.
(baca: Cara menjaga kehamilan muda–Komplikasi kehamilan–Penyebab endometriosis)

4. Persalinan Telat Waktu (Serotinus)

Persalinan telat waktu atau juga dikenal serotinus yakni kondisi dimana ibu belum juga
melahirkan padahal usia kehamilan sudah melebihi 42 minggu. Pada keadaan ini, biasanya
produksi hormon oksitosin menurun. Sehingga akibatnya tanda-tanda kontraksi persalinan
menjadi semakin melemah. Selain itu, sirkulasi oksigen dan aliran nutrisi ke plasenta juga
terganggu. Jika bayi tidak segera dikeluarkan maka bisa meningkatkan risiko asfiksia atau
bahkan bayi mati dalam rahim.

Baca juga:

 cara agar melahirkan normal tidak sakit


 teknik pernafasan saat melahirkan
 resiko melahirkan normal setelah caesar
 tanda tanda akan melahirkan
 ciri ciri kontraksi akan melahirkan
 cara agar persalinan normal tidak sakit

5. Gangguan Pada Proses Persalinan

Asfiksia pada bayi baru lahir juga bisa dipicu oleh gangguan-gangguan yang terjadi selama
proses persalinan. Misalnya saja bayi berada kondisi sungsang, bobot bayi berlebihan, distosia
bahu, bayi kembar, ruang pinggul ibu sempit dan sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan
proses persalinan berjalan lebih lama. Terlebih lagi saat ibu memilih proses persalinan normal.
Maka bayi menjadi sulit dikeluarkan. Sehingga dokter akan memutuskan melakukan tindakan
obstetri operatif dengan menarik bayi menggunakan alat vakum ekstraktor. Bayi yang ditarik
dengan alat vakum biasanya akan kehilangan banyak oksigen. Kondisi ini meningkatkan risiko
terjadinya asfiksia yang ditandai bayi terlihat pucat dan sulit bernafas.

Baca juga:

 Cara mengobati kista


 Cara mengobati kista ovarium
 kehamilan ektopik
 hamil anggur
 tanda-tanda hamil kosong
 hamil yang tidak terdeteksi

6. Bayi Terlilit Tali Pusar (Nuchal Cord)

Bayi terlilit tali pusar adalah kondisi yang cukup sering terjadi ketika usia kehamilan memasuki
trimester akhir. Bayi aktif bergerak dalam rahim sehingga tak jarang tali pusar melilit lehernya.
Namun demikian, hal tersebut tidaklah berbahaya selama lilitannya longgar. Tapi apabila lilitan
tersebut menekik leher sangat kencang maka bisa memicu gangguan kesehatan bayi. Aliran
oksigen bisa terhambat, pernafasan terganggu dan bahkan bayi berisiko meninggal dalam rahim.
Walau begitu, Anda tak perlu cemas, sebab kondisi ini jarang terjadi. Umumnya tali pusar yang
terlilit mudah untuk dilepaskan. (baca: janin terlilit tali pusat)

7. Kelainan Pada Tali Pusat


Tali pusat merupakan tali pengubung ibu dan janin. Fungsinya untuk menyalurkan nutrisi
makanan dan oksigen dari plasenta ke tubuh bayi. Apabila tali pusat mengalami gangguan maka
secara otomatis kondisi kesehatan bayi pun ikut terganggu. Pasoka oksigen menjadi berkurang
sehingga bayi berisiko lahir dalam kondisi asfiksia. Beberapa jenis gangguan tali pusat yang
harus diwaspadai seperti ukuran tali pusat yang pendek, prolapsus tali pusat, single umbilical
arteri (kelainan pembuluh arteri), fetal homicide (gerakan refleks bayi mengenggam rapat tali
pusat) dan sebagainya.

Baca juga:

 penyebab bayi sungsang


 ciri bayi sungsang
 cara agar bayi tidak sungsang
 bahaya melahirkan bayi sungsang

8. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur bisa menjadi faktor penyebab asfiksia. Seorang bayi dikatakan lahir
prematur apabila sang ibu melakukan proses persalinan kurang dari 37 minggu dan berat badan
bayi juga sangat rendah. Pada kondisi ini, biasanya organ-organ bayi belum berfungsi optimal.
Termasuk paru-parunya. Sehingga prose pernafasan bayi pun terganggu dan memicu asfiksia.
(baca: Penyebab Bayi Lahir Prematur– Ciri ciri Bayi Lahir Prematur)

9. Bayi mengidap Sindrom Aspirasi Mekonium

Bayi yang mengidap sindrom aspirasi mekonium sejak dalam rahim berisiko tinggi mengalami
Fetal Distress (gawat janin). Hal ini disebabkan adanya mekonium (tinja) di dalam air ketuban
sehingga warna ketuban pun menjadi hijau. Bayi bisa saja meminum air ketuban tersebut. Atau
mungkin mengirupnya sehingga tinja ikut terbawa ke organ paru-parunya. Hal tersebut dapat
menyebabkan bayi mengalami gangguan paru-paru, seperti pneumonia hingga asfiksia. Jika bayi
terlihat lahir dalam kondisi pucat, mengelurkan tinja hitam dan nafasnya tampak terengah-engah,
maka dokter perlu melukan tindakan secepatnya. Misalnya dengan pemberian alat ventilator atau
melakukan tindakan resusitasi.

Baca: Bahaya bayi minum air ketuban hijau– Penyebab air ketuban sedikit – Ciri-ciri air ketuban
pecah/merembes, Ciri-ciri air ketuban kering–Akibat kelebihan air ketuban– Air ketuban sedikit
saat hamil

10. Ibu Hamil Mengindap Anemia

Anemia merupaka salah satu faktor penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Seorang ibu yang
menderita anemia, kadar hemoglobin dalam darahnya berkurang. Padahal hemoglobin ini adalah
protein yang bertugas membawa oksigen dari sel darah merah. Apabila jumlahnya menurun,
maka otomatis penyaluran oksigen ke plasenta juga akan berkurang. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan bayi berisiko mengalami gangguan pernafasan sejak dalam rahim. Misalnya saja
ya asfiksia. Ciri-ciri ibu hamil yang mengindap anemia umumnya terlihat lesu wajahnya.
Kemudian kulitnya pucat dan ia mudah merasa lelah. (baca: Penyebab bayi anemia –anemia pda
ibu hamil)

Resiko
Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir sangatlah serius dan harus segera diatasi oleh dokter. Jika
tidak, maka bayi yang mengalami gangguan pernafasan akan berisiko mengalami kejang,
kerusakan otak, metabolik asidosis (keinakan kadar asam dalam darah), hiperkapnia (tingginya
kadar gas karbon dioksida dalam tubuh), hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen), gangguan
paru-paru, lemahnya denyut jantung, hingga pada tahap parah berisiko kematian. (baca:
Penyebab pendarahan saat hamil, Tanda keguguran di awal kehamilan)

Penanganan Asfiksia pada bayi baru lahir

Ketika bayi terlahir dengan kondisi sulit bernafas, biasanya dokter akan melakukan beberapa
penanganan untuk mencegah komplikasi. Diantaranya yaitu:

1. Resusitasi

Metode ini dilakukan dengan cara menyalurkan oksigen pada organ-organ vital bayi (seperti
paru-paru, jantung, otak) dengan menggunakan alat ventilator. Tindakan ini bertujuan untuk
mengembangkan paru-paru sehingga bayi dapat bernafas normal. Terdapat beberapa jenis
ventilator yang biasa digunakan, yakni ventilator mekanik, ventilator mekanik konvensional dan
ventilasi frekuensi tinggi (High frequency jet ventilation).

2. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)

Teknik ini merupakan pemasangan paru-paru buatan yang diberikan kepada bayi dengan kondisi
sulit bernafas (asfiksia). Alat ini dipasang pada tubuh bayi, fungsinya untuk membantu
pernafasan dan proses memompa darah. Nantinya darah yang melewati alat ini akan disalurkan
dua bagian membran yaitu veno venous dan veno arterial.

3. Pemberian Gas Nitrat Oksida

Gas ini biasanya dimasukkan ke dalam tenggorokan menggunakan alat berupa tabung.
Tujuannya untuk melebarkan pembuluh darah di organ paru-paru sehingga sirkulasi oksigen bisa
lancar kembali.

Baca juga:

 penanganan keguguran berulang


 penyebab keguguran berulang
 bahaya aborsi pada remaja
Demikianlah penjelasan mengenai asfiksia pada bayi baru dilahirkan. Semoga bisa membantu.

FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
Asfiksia, bayi, bayi sakit, kelainan bayi

Artikel Terkait
 Ciri Ciri Bayi Sakit Kepala Yang Harus Menjadi Perhatian Khusus Ibu
 7 Penyebab Gula Tinggi Pada Bayi Baru Lahir
 8 Resiko Bayi Dengan Ibu Diabetes Gestasional Saat Hamil
 Bolehkah Bayi Laki Laki Memakai Emas dan Apa Efeknya?
 7 Cara Mengatasi Ruam Popok Agar Tidak Infeksi

 Previous
 Next

Oleh : daisyzi
Kategori : Sakit

MUST READ

Perkembangan Janin / Bulan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9


Perkembangan Bayi/ Bln : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 12

Must Read

Recent

 Bolehkah Ibu Menyusui Minum Asam Mefenamat Sebagai Obat Antinyeri ?


 Bolehkah Ibu Menyusui Smoothing Rambut Dan Adakah Dampak Buruknya ?
 Bolehkah Ibu Menyusui Makan Mangga Dan Apa Manfaatnya ?
 Bolehkah Ibu Menyusui Makan Nangka Dan Adakah Manfaatnya ?

Doctors Talk

Belum tau gimana janin 0-40 Minggu di rahim Bumil ? Silakan cek perkembangannya minggu
ke minggu berikut ini.

Tentang Kami | Hubungi Kami | Advertise with us


© Copyright Majalah Hamil Online - Hamil.co.id. All Right Reserve World Wide.
Ketentuan Layanan | Disclaimer | Kebijakan Privasi
to top ↑

Anda mungkin juga menyukai