Anda di halaman 1dari 3

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut

dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang


lainnya (Guyton, 1997). Tidur terdiri dari empat sampai lima tahapan dalam satu
siklus tidur, setiap tahapan berdurasi antara 90-110 menit. Fungsi pasti dari tidur
belum dapat dipahami dengan jelas, namun diketahui bahwa tidur berperan penting
dalam konsolidasi daya ingat, fungsi endokrin dan perkembangan otak (Goelema,
2018).

Bussye (2014) telah mengusulkan sebuah model kesehatan tidur yang


mengabungkan dimensi fungsi tidur-bangun dan hasil kesehatan lainnya. Dalam
model kesehatan tidur tersebut, tidur dibagi menjadi lima dimensi, yaitu: kepuasan
tidur, kewaspadaan di siang hari, waktu tidur, efisiensi tidur dan durasi tidur.
Berdasarkan sebuah penelitian, tedapat sebuah hubungan antara tidur dengan
kesehatan fisik dan mental. Tidur yang tidak cukup juga terbukti terkait dengan
kejadian obesitas, diabetes ataupun gangguan vaskular lainnya. Berdasarkan
hubungan antara tidur dan kesehatan, kita dapat menyimpulkan bahwa tidur yang
adekuat penting bagi tubuh (Goelema, 2018).

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga orang


tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis, kehitaman
disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, konsentrasi
terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).
Kualitas tidur juga dapat didefinisikan sebagai salah satu kepuasan dari tidur yang
dialami terdiri dari aspek inisiasi tidur, pemeliharaan tidur, kuantitas tidur dan rasa
segar saat bangun tidur (Kline, 2013). Kualitas tidur seseorang dapat dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya (Hidayat, 2006).

Kualitas tidur yang baik bermanfaat untuk memulihkan dan mempersiapkan


energi untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi yang menurun saat tidur juga
dapat memelihara kesehatan jantung. Fungsi lain yang dirasakan ketika memiliki
kualitas tidur yang baik adalah menurunnya laju metabolisme basal tubuh sehingga
tubuh dapat menyimpan lebih banyak energi saat tertidur. Selama fase tidur
gelombang rendah (NREM tahap IV), tubuh akan melepaskan hormon pertumbuhan
yang berfungsi untuk memperbaiki dan memperbaharui sel. Sedangkan pada fase
REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin yang dapat membatu proses
konsolidasi memori (Potter dan Perry, 2006).

Kualitas tidur yang baik memiliki manfaat dalam fungsi restoratif,


konservatif , adaptif termoregulasi, dan memori (Chokroverty, 2010). Selama proses
tidur tubuh megurangi kebutuhan energi dibandingkan saat terjaga dan mengurangi
total pengeluaran energi harian sehingga tubuh dapat menyimpan lebih banyak
energi. Pada fase tidur gelombang lambat, terjadi pelepasan hormon pertumbuhan,
pembentukan memori dan keterampilan motorik (Franken et al., 2009).

Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh bebagai macam factor antara lain
cahaya, suara di lingkungan sekitar, usia dan gaya hidup. Pencahayaan yang terang
saat tidur dapat mempengaruhi perubahan irama sirkadian (Wakamura dan Tokura,
2001). Perubahan irama sirkadian tersebut akan berpengaruh pada perubahan waktu
tidur dan perubahan metabolisme melatonin dalam tubuh yang menyebabkan
inadekuatnya tidur yang dimiliki (Kantermann, 2013). Faktor suara di lingkungan
juga memperanguhi kualitas tidur seseorang. Hal tersebut disebabkan karena saat
seseorang tertidur tubuh masih akan tetap merespon stilmulasi yang berasal dari
lingkungan sekitar. Dampaknya seseorang akan terbangun pada malam hari sehingga
terjadi perubahan pada pola tidur yang mereka miliki (Muzet, 2007). Usia menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang.
Kebutuhan tidur seseorang menurun seiring dengan bertambahnya usia. Karena
seiring dengan bertambanya usia terjadi perubahan interaksi sel yang terlibat dalam
kontrol tidur (Monjan, 2010). Selain itu faktor gaya hidup juga memiliki peran dalam
terganggunya kualitas tidur seseorang. Seperti konsumsi kopi, minuman berkafein,
alcohol dan kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kualitas tidur
seseorang (Campsen dan Buboltz, 2017).

Anda mungkin juga menyukai