Anda di halaman 1dari 36

1.

Mengetahui dan Menjelaskan Kanker Payudara


1.1. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase dapat terjadi pada kerlenjar getah bening (limfe) aksilla
ataupun di atas tulang belikat (clavicula). Selain itu, sel-sel kanker dapat pula bersarang di
tulang, paru, hati, kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Kanker payudara adalah salah satu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung
menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. (Elizabeth J.
Cowin, 2008)

1.2. Epidemiologi Kanker Payudara


Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relative tinggi dan
cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada
perempuan,sedangkan pada laki- laki hanya 1%, sehingga kanker payudara masih
merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada perempuan. Pada pria, usia
rata - rata untuk terdiagnosis kanker payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar
kanker payudara pada laki - laki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena
laki-laki tidak terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.
Menurut WHO (2008) dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis
setiap tahunnya 350.000 kasus di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan
250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap
tahunnya 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara dengan proporsi 32%
dari seluruh jenis kanker yang menyerang wanita dan proporsi umur tertinggi yaitu
pada kelompok umur ≥50 tahun dengan proporsi 65%. 150.000 penderita kanker
payudara yang berobat ke rumah sakit dan 44.000 penderita meninggal setiap tahunnya
(CFR=29%). Di Kanada tahun 2005 jumlah penderita kanker payudara mencapai
21.600 wanita dan 5.300 wanita meninggal dunia (CFR=24,54%).
Di Malaysia pada tahun 2006, kanker payudara menduduki urutan pertama dari
seluruh kanker yang menyerang wanita dengan proporsi 29,9% dan proporsi umur
tertinggi yaitu pada kelompok umur 50 - 59 tahun dengan proporsi 33,9%. Data
statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2006, menunjukkan
bahwa kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker dengan proporsi
19,64%.
Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS Kanker
Dharmais Jakar ta 9,1% diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun.
Menurut Penelitian Azamris (2006), proporsi umur tertinggi penderita kanker payudara
yang berobat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada kelompok umur 40 - 44 tahun
dengan proporsi 34,3%
1.3. Etiologi Kanker Payudara
1) Umur
Risiko Ca mammae bertambah seiring dengan umur. Wanita umur 60 tahun
memiliki risiko terkena ca mammae 100 kali lipat dibanding dengan wanita umur
20 tahun
1) Jenis Kelamin
Risiko terkena ca mammae pada pria sangat rendah, namun prognosisnya lebih buruk
karena cenderung terlambat diagnosis. Jarang terjadi pada perempuan berusia kurang
dari 30 tahun. Setelah itu risiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi
setelah menopause bagian menanjak kurva hampir mendatar.
2) Variasi geografik
Bervariasi di tempat yang berbeda. Resiko untuk neoplasia bermakna lebih tinggi di
amerika utara dan eropa barat dibandingkan di asia dan afrika. Perbedaan ini
disebabkan oleh factor lingkungan daripada fakotr geografik karena kelompok
migran daerah dengan insidensi rendah ke daerah dengan insidensi tinggi cenderung
mencapai angka ngara tujuan, dan demikian sebaliknya. Makanan, pola reproduksi,
dan kebiasaan menyusui diperkirakan berperan.
3) Genetika dan riwayat keluarga
Sekitat 5-10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter spesifik.
Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker
payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap
kanker payudara bilateralm mengidap kanker terkait lain (missal : kanker ovarium),
memiliki riwayat keluarga yang significan ( yaitu banyak anggota keluarga
terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu.
Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan
mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan sepertiga lainnya mengalami
mutasi di BRCA2 (di kromosom 13q12-13) gen ini berukuran besar dan kompleks
serta tidak memperlihakan homologi yang erat diantara keduanya, juga dengan gen
lain yang diketahui. Diperkirakan kedua gen ini berperan penting dalam perbaikan
DNA, meskipun peran pasti karsinogenesis dan spefisitas relative terhadap kanker
masih diteliti.
Kedua gen tersebut berperan sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul
jika kedua alel inaktif atau cacat. Pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum
dan kedua oleh mutasi somatic berikutnya. Tersedia uji genetic, tetapi uji ini
diperumit oleh terdeteksinya ratusan mutasi yang berlainan, dan hanya sebagian
yang berkaitan dengan kerentanan terhadap kanker.
4) Hormon
Peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten dapat meningkatkan risiko
ca mammae, namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan risiko pada
wanita premenopause
a. Kehamilan dan menyusui
 Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak),
dan menyusui (4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca
mammae.
 Hamil pertama saat umur 30 tahun mengalamin peningkatan risiko terkena
ca mammae dua kali lipat dibanding pada umur <25 tahun. Tidak
mempunyai anak meningkatkan risiko terkena ca mammae sebesar tiga kali
lipat
b. Kontrasepsi hormonal
c. Terapi pengganti hormon
 Terapi estrogen + progesteron memiliki efek signifikan pada ca mammae
dan meningkatkan agresivitas serta prognosis yang lebih buruk, namun
apabila terapi jangka pendek dengan indikasi sindrom menopause, maka
tidak ada pengaruh pada risiko
d. Riwayat haid
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada
wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain
case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun
(OR=3,6).
5) Penyakit payudara jinak
6) Penyakit proliferative
Orang yang pernah didiagnosa dengan ca ovarium atau ca uterus memiliki risiko
terkena ca mammae lebih tinggi.
Pengaruh yang belum dipastikan :
1) Pajanan lama ke estrogen eksogen pasca menopause dikenal sebagai terapi sulih
estrogen ( ER, estrogen replacement therapy)
2) Kontrasepsi oral
3) Radiasi pengion
4) Kegemukan
Peningkatan berat badan setelah menopause dapat meningkatkan risiko terkena ca
mammae.
5) Faktor makanan
a. Alkohol
 Mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae
150% dibanding normal dan mengkonsumsi alkohol 6 gelas/hari memiliki
risiko terkena ca mammae 330% dibanding normal.
 Alkohol dapat meningkatkan :
 Kadar estrogen dan androgen
 Kerentanan gen terhadap bahan carcinogenik
 Kerusakan DNA mammae
 Potensi metastase
 Proses angiogenesis tumor
b. Intake Lemak
 Tidak terdapat pengaruh signifikan pada ca mammae, namun berdasarkan
statistik, orang dengan diet rendah lemak memiliki risiko yang lebih rendah
Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang meningkatkan risiko
terkena ca mammae daripada diet tinggi lemak
 Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh pada wanita
premenopause
c. Iodine
Iodine dapat menurunkan sensitivitas reseptor estrogen, mengurangi
pertumbuhan sel tumor, dan menyebabkan apoptosis pada sel yang malignant.
d. Merokok
Perokok pasif meningkatkan risiko terkena ca mammae 70% pada wanita
premenopause

1.4. Klasifikasi Kanker Payudara


berdasarkanAmerican Cancer Society , dibagi menjadi :
1. Karsinoma Ductal In Situ (DCIS)
Merupakan tipe paling sering dari noninvasive breast cancer,berkisar 15% dari semua
kasus baru kanker payudara di USA.In situ berarti di tempat,sehingga duktal
karsinoma in situ berarti pertumbuhan sel tak terkontrol yang masih dalam duktus.
Oleh karena itu para pakar meyakini DCIS merupakan lesi pra cancer umumnya lesi
tunggal,terjadi dalam satu payudara tapi pasien dengan resiko DCIS resiko juga lebih
tinggi untuk menderita kanker kontralateral.
2. Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)
Ditandai oleh adanya perubahan sel dalam lobulus atau lobus.Saat ini kebanyakan
pakar meyakini LCIS bukan lesi pramaligna.Tapi merupakan marker untuk peningkatan
resiko payudara.Yang khas pada LCIS adalah lesi multipla dan sering bilateral, sering
ditemukan insidental dari biopsi payudara.Jarang ditemukan secara klinis ataupun
mammografi (tidak ada tanda khas).

3. Karsinoma Invasif
Karsinoma payudara invasif merupakan tumor yang secara histologik heterogen.Mayoritas
tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari terminal duktus. Terdapat lima varian
histologik yang sering dari adenokarsinoma payudara, yaitu :
a) Karsinoma duktal invasive sel tumor tersebar dalam reaksi stroma padat,
maksroskopisnya nodul keras, batas tidak beraturan, kalsifikasi atau chalky streak
Mikroskopis  sel tumor tersusun dalam bentuk tali, sarang sel padat, tubulus
b) Karsinoma lobular invasive bilateral, kebanyakan pada wanita postmenopause
dgn terapi sulih hormon
Makro  padat, batas tidak tegas
Mikro  signet ring cell
c) Karsinoma tubular
d) Karsinoma medullar
e) Karsinoma mucinous atau koloid

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara


diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
 Non-invasif duktal karsinoma
 Lobular karsinoma in situ

2. Invasif karsinoma
 Invasif duktal karsinoma
 Papilobular karsinoma
 Solid-tubular karsinoma
 Scirrhous karsinoma
 Special types
 Mucinous karsinoma
 Medulare karsinoma
 Invasif lobular karsinoma
 Adenoid cystic karsinoma
 karsinoma sel squamos
 karsinoma sel spindel
 Apocrin karsinoma
 Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
 Tubular karsinoma
 Sekretori karsinoma
 Lainnya

3. Stadium
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor
jinak.Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang
dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi.Sistem TNM merupakan singkatan dari
"T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh.Ketiga faktor T, N, dan M dinilai
baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

T : kanker primer
TX : tumor primer tidak dapat dinilai (misal telah direseksi)
T0 : tidak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma duktal atau karsinoma lobular, penyakit
paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifilasikan menurut
ukuran nodul)
T1 : diameter tumor terbesar ≤ 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro ≤ 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi ≤ 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi ≤ 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi ≤ 2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi ≤ 5 sm
T3 : diemeter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding thoraks atau kulit
(dinding thoraks termasuk tulang iga, m.intercostales dan m.serratus anterior, tak termasuk
m.pektoralis)
T4a : menyebar ke dinding thoraks
T4b : udem kulit mammae ( termasukpeau de’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit
di mammae ipsilateral
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mammae inflamatorik
Catatan :
(1) Lesi mikroinvasif multipel, diklasifikasikan berdasarkan massa terbesar, tidak
atas dasar tiral massa lesi multipel tersebut.
(2) Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif dan
tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologi adalah pTx.

N : kelenjar limfe regional


NX : kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile
N2 : kelenjar limfe metastatik fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

M : metastasis jauh
MX : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh

Klasifikasi patologik pTNM


T - kanker primer
pT – tumor primer
Sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar spesimen harus terlihat tumur secara
makroskopik, adanya lesi ganas hanya tampak secara mikroskopik pada tepi irisan tidak
mempengaruhi klasifikasi.
Catatan : jika tumor mengandung dua unsur yaitu karsinoma in situ dan karsinoma invasif,
ukuran tumor untuk klasifikasi didasarkan atas ukuran karsinoma invasif.

N – kelenjar limfe regional


pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
pN0 : secara histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC).
Catatan : ITC adalah satu sel atau sekumpulan sel berdiameter ≤ 0,2 mm. ITC biasanya
ditemukan dengan pemeriksaan imunohistologis atau molekuler, tapi dapat diverifikasi
dengan pewarnaan HE.
pN0 ( i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC negatif
pN0 ( i+) : histologis tidak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC
positif
pN0 (mol-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan malekular ITC
negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
positif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi ≤ 2mm)
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, atau dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti
klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis menunjukkan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar
ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa
bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatik; atau metastasis
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
pN3a : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm; atau metastasis
kelenjar limfe infraklavikular
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria
interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe
aksilar metastatik
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh
Klasifikasi pM dan cM sama.

Stadium klinis kanker payudara


Stadium T N M 5 year
survival rate
0 Tis - -
(LCIS/DCIS)
I T1 N0 M0 93%
IIA T1 N1 M0 72%
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 72%
T3 N0 M0
IIIA T1/T2 N2 M0 41%
T3 N1/N2 M0
IIIB T4 Any N M0 41%
IV Any T Any N M1 18%

Keterangan:
TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai
Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma)
T1 : Tumor diameter « 2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm
T3 : Tumor diameter > 5 cm
T4 : Tumor ukuran apapun invasi ke daerah sekitar (otot, kulit)

Nx : Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai


N0 : KGB tidak terlibat
N1 : Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan
N2 : Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar
N3 : Metastasis KGB ipsilatral KGB mammae atau ipsilateral KGB supraklavikuler

Mx : Metastasis tidak dapat dinilai


M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis pada organ - organ lainnya

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
 Stadium 0: T0 N0 M0
 Stadium 1: T1 N0 M0, tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
 Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0, tumor kurang dari 5 cm, tanpa
keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan
LN
 Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0, tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
 Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0, tumor lebih besar
dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada
penyebaran jauh
 Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0, semua tumor dengan penyebaran
langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau
keterlibatan LN supraklavikular.
 Stadium III C: Tiap T N3 M0
 Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1, semua tumor dengan metastasis jauh.

Perkembangan Kanker
Stadium I (Stadium Dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke
bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar
getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30-40 %
tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan
operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan
setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.
Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya
lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie(pemberian obat
yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk
mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses
perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita
semaksimal mungkin.
Stadium IV
Sudah mengalami metastase jauh, seperti pada paru, tulang, hati ataupun otak.

1.5. Patofisiologi Kanker Payudara


Patogenesis
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau
sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel
yang peka dan suatu karsinogen).

Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara,
beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtomahiperkalsemia,
pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat
osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain
hingga meningkatkan resorpsi tulang.

Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung
kalsium dengan kristalhydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh
sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan
enzimmetaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang
memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara
dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresiVEGF. VEGF merupakan mitogen
angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif
seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui
pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi
dan membentuk tubulus.

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi


sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang
tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna
dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.Tumor atau
neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri proliferasi sel yang
berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ
yang jauh. Didalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam
intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal. Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel
atipik. Sel – sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.

Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis.
Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada keluarga dengan riwayat kanker
payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki mutasi dalam gen kanker payudara,
yang disebut BRCA-1 (di kromosom 17q21.3). Pola keturunan adalah dominan
autosomal dan dapat diturunkan melalui garis maternal maupun paternal. Sindrom
kanker payudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang
disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan
penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena
kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi sel
germinativum dan kedua oleh sel somatik berikutnya.
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Proses jangka
panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
a. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat
yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
b. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane
sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase
ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
d. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.

Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :


A. Metastasis melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan terjadinya metastasis
ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara
langsung melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v. Interkostalis dimana v. Interkostalis ini
akan bermuara ke dalam v. Vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastasis
tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena,

B. Metastasis melalui sistem limfe


Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke kelenjar getah bening aksila.
Pada stadium tertentu, biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang terkena.
 Metastasis ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah bening sentral
ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastasis.
Menurut beberapa penyelidikan hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila
adalah ke kelenjar getah bening sentral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ini
adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah
bening aksila lainnya.
 Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastase
ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini masih belum jelas.
Bila metastase tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke
aksila akan mengenai payudara kontralateral terlebih dahulu. Padahal
pernah ditemukan kasus dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila
kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan
metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah
payudara kontralateral melalui kolateral limfatik.
 Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila metastasis
karsinoma mammae telah sampai ke kelnjar getah bening subklavicula, ini
berarti bahw metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus
yang terletak dekat pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna.
Bila sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus
telah terkena metastasis, dapat terjadi stasis aliran limfe. Sehingga bisa
terjadi aliran membalik, menuju ke kelenjar getah bening supraklavicula
dan terjadi metastasis ke kelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai
penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelanjar
supraklavicula secara langsung dari kelenjar subklavicula tanpa melalui
sentinel nodes.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih
sering dari yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di
sentral dan kuadran medial. Dan biasanya terjadi setelah metastasis ke
aksila.
 Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi
metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika
superior. Bila terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi
stasis aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi
metastasis hepar.
 Metastasis ke tulang belakang. Jika metastase tulang yaitu ke tulang
belakang mungkin terjadi kompresi medula spinalis, metastase otak,
limfedema kronis jika tumor kambuh lagi pada aksila.
 Metastasis ke otak. Metastasis jenis ini mempunyai gejala yaitu, nyeri
kepala dan tidak ditemukan adanya rasa mual.

Sel, gen-gen atau produk-produk yang berperan dalam pertumbuhan tumor pada ca mammae
diantaranya (Brashers, 2008) :

1. Lob 1
 Lob 1 mengandung banyak ssel tidak berdiferensiasi dengan tingkat proliferasi tinggi
dan sangat sensitif terhadap karsinogen
 Kehamilan dan menyusui mengurangi jumlah Lob 1 di payudara

2. BRCA 1
 Normalnya gen BRCA1 menghasilkan produk sebagai inhibitor pertumbuhan yang
mengontrol proliferasi sel payudara
 Produk gen ini hilang ketika gen mengalami mutasi, lokasi mutasi biasanya pada
kromosom 17 lengan panjmutasi pada gen ini menyebabkan kanker payudara pada
54% wanita usia 60tahun

3. Mutasi p53
 Normalnya, gen ini merupakan regulator transkripsi, penstabil genom, berperan
dalam repair DNA dan fasilitatorapoptosis sel yang rusak
 Mutasi sel ini sering menyebabkan ca mammae

4. Reseptor estrogen (ER)


 Normalnya, ER terdapat dalam nukleus sel payudara normal, diperlukan dalam
fungsi sel payudara normal
 Penurunan estrogen pada orang menopause misalnya dapat mengakibatkan apoptosis
sel payudara
 Pada sel neoplastik, stimulasi ER menyebabkan over ekspresi produksi faktor
pertumbuhan dan ataureseptor mengakibatkan proliferasi sel tidak terkontrol
 60% tumor primer dianggap ER positif
 Tumor ER negatif terjadi akibat metilasi (penambahan radikal metil) DNA (secara
ekperimental penghambatan metilasi DNA dapat mengembalikan reseptor ER) dan
mampu menstimulasi autokrin estrogen secara mandiri, sehingga resisten terhadap
terapi endokrin dan cenderung menjadi tumr yang lebih agresif

5. Faktor pertumbuhan epidermal peningkatan mitposis dan resistensi terhadap


tamoksifen

6. Molekul adhesi
 Sel tumor melepaskan diri dari molekul adhesi di membran basal sel normal sehingga
dapat menginvasi
 Untuk di payudara molekul adhesi yang penting adalah E-cadherin yang diatur secara
lambat di dalam kanker payudara

7. Gen resistensi obat ganda / multidrug resistance gene, MDR1 menurunkan konsentrasi
agen anti kanker intrasel

8. Metaloproteinase matriks dan cathepsin  kanker payudara mengandung proteinase


ekstra sel yang mengatur interaksi membran basal sel dan dapat menghancurkan
membran sehingga memungkinkan invasi dan metastasis.
1.6. Manifestasi Klinis Kanker Payudara
 Berubah dengan daur haid : penyebab fisiologis, misalnya pada tegangan pra-
menstruasi atau penyakit fibrokistik.
 Tidak tergantung daur haid: tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi haid.

a. Benjolan di payudara
 Keras : permukaan licin pada fibroadenoma atau kista permukaan kasar,
berbenjol, atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif.
 Kenyal : kelainan fibrokistik.
 Lunak : lipoma.

b. Perubahan kulit
 Bercawak : mengarah ke karsinoma.
 Kelihatan benjolan : kista, karsinoma, fibroadenoma besar.
 Peau de orange : tanda khas kanker.
 Hiperemis : infeksi (jika terasa panas).
 Ulkus : kanker lama (terutama pada pasien geriatri).

c. Kelainan puting/areola
 Retraksi : fibrosis karena kanker.
 Inversi baru : retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus).
 Eksema : unilateral  penyakit paget (tanda khas kanker).

d. Nipple discharge
 Putih susu : kehamilan atau laktasi.
 Jernih : normal.
 Hijau : (peri)menopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik.
 Hemoragik : karsinoma, papiloma intraduktus.

Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri.Sering kali ditemukan
secara tidak sengaja.Lokasi bias di kuadran mana saja dengan konsistensi agak keras,batas tidak
tegas,permukaan tidak licin,mobilitas kurang.

Perubahan kulit
a. Tanda lesung : ketika tumor mengenai ligament glandula mammae,ligament itu memendek
hingga kulit setempat menjadi cekung disebut ‘tanda cekung’
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange) : ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker,hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,folikel rambut tenggelam ke
bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
c. Nodul satelit kulit : ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing masing
membentuk nodul metastasis,disekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul
tersebar,secara klinis disebut tanda satelit.
d. Invasi,ulserasi kulit : ketika tumor menginvasi kulit,yerlihat tanda berwarna kemerahan atau
gelap.lokasi dapat berubah menjadi iskemik,ulserasi membentuk bunga terbalik.
e. Perubahan inflamatorik : tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah
bengkak,mirip peradangan,dapat disebut juga “tanda peradangan”.Tipe ini sering pada
kanker mammae waktu hamil atau laktasi.

Perubahan papilla mammae


a. Retraksi,distorsi papilla mammae : umumnya akibat tumor menginvasi jaringan sub papilar
b. Secret papilar : sering karna karsinoma dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus
besar.
c. Perubahan eksematoid : merupakan manifestasi spesifik (paget) klinis tampak aerola,papilla
mammae tererosi,berkusta,secret,deskuamasi sangat mirip eksim.

Perubahan kelenjar limfe regional


Pembesaran kelenjar limf yg biasa disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.
Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam (retraksi).
Penentuan stadium kanker payudara
faktor prognostik terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer,
metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi di tempat jauh. Faktor prognostik
lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis
karsinoma peradangan. Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan
ke dalam kelompok prognoatik demi kepentingan pengobatan , konseling,dan uji klinis.
Sistem penentuan stadium yang teraering digunakan telah di rancang oleh American
Joint Comittee on Cancer Staging dan international union againts cancer. Harapan
hidup 5 tahun untuk perempuan berkisar 92% untuk penyakit stadium 0 hingga 13 %
untuk penyakit stadium IV
American Joint Comittee on Cancer Staging of Breast Carcinoma
a. Stadium 1
DCIS (Termasuj penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS
b. Stadiun I
Karsinoma invasif dengan ukuran 2cm atau kurabg serta kelenjar getah bening
negative
c. Stadiun II A
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke
kelenjar -kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5cm dengan kelenjar getah bening negatif
d. Stadium IIB
karsinoma invasif berukuran garia tengah lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5
cm dengan kelenjar-kelenjar getah bening positif atau karsinima invasif
berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening
e. Stadium III A
Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah benjng terfiksasi
(yaitu invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah bening atau
menginvasi ke dalam struktur lain)atau karsinoma berukuran garis tengah lebih
dari 5 cm dengan metastasis jelenjatlr getah bening nonfiksasi
f. Stadium IIIB
Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma
yang menginvasi kulit, karsinima dengan nodua kulit satelit, atau setiap
karsonima dengan metastasi ke kelenjar-kelenjar getah bening mamaria interna
ipsilateral.
g. Stadium IV
Metastasis ke tempat jauh

1.7. Cara Mendiagnosis dan Diagnosis Banding Kanker Payudara


1) Anamnesis
a. Benjolan  Terdapat keluhan diketiak atau payudara berupa benjolan
merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh pasien. Tanyakan sudah berapa
lama benjolan. Gejala nyeri juga bisa terjadi. Perubahan ukuran massa juga
mengambil peran yang penting dalam mendiagnosis kanker payudara. Benjolan
yang cenderung membesar dan meluas dalam jangka waktu yang cepat
cenderung kearah ganas jika dibandingkan dengan lesi yang cenderung
membesar seiring dengan waktu haid.
b. Riwayat nipple discharge (ND) Lebih signifikan lagi jika ND muncul tanpa
harus dipijat, yaitu spontan. ND juga menjadi menunjang kearah ganas jika
terjadi unilateral, terlokalisir pada salah satu duktus dan terjadi pada pasien
yang sudah tua. ND yang terkait dengan keganasan bisa jernih, darah atau
serous. ND yang mengarah ke jinak biasanya bilateral, berasal dari multiduktus
dan biasanya menyerupai susu, kehijauan atau hijau kebiruan. Lagi, jika ND
terjadi dikaitkan dengan orang dengan massa curiga ganas maka 11% dari
pasien ND yang terbukti ganas. Sementara itu, ND tidak dikaitkan dengan
massa maka hanya dibawah 1 % yang terdiagnosis sebagai kanker payudara.
c. Riwayat kanker payudara pada lapis pertama dalam keluarga (ibu, anak atau
tante dari ibu) meningkatkan risiko tiga kali lipat , namun ada juga yang berkata
sampai 5 kali lipat. Jika dari lapis pertama terdapat kanker payudara yang
mengenai kedua payudara dan sebelum masa menopause akan meningkatkan
risiko sebesar 6 sampai 7 kali lipat, melakukan profilaksis mastektomi bisa
dipertimbangkan pada orang tersebut. Adanya riwayat terkena kanker payudara
harus membuat para wanita menyadari bahwa kemungkinan terjadi kanker
payudara berikutnya di payudara yang tersisa. Lebih kurang 15% pada populasi
yang terkena kanker payudara unilateral akan berkembang menjadi kanker yang
mengenai payudara yang tersisa. Dan jika terjadinya kanker payudara pada usia
yang lebih muda maka persentasenya bisa lebih tinggi sehingga membutuhkan
pengawasan yang lebih intens
d. Untuk penggunaan HRT dan exogen esterogen telah dijelaskan di tajuk factor
risiko. Selain riwayat HRT, riwayat mengkonsumsi minuman berakohol juga
bisa memicu terjadinya kanker payudara. Dengan mengkonsumsi minimal 3-9
gelas perminggu, insidens terjadinya kanker payudara pernah dilaporkan
meningkat 1,3 kali dari rata-rata normal. Konsumsi alcohol lebih dari 15 g per
hari bisa meningkatkan risiko mejadi 1,6 kali.

2) Pemeriksaan Fisik
a. inspeksi pasien diminta duduk tegak, berbaring atau keduanya. Perhatikan
bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik,
seperti kulit jeruk, ulkus. Dengan lengan terangkat lurus keatas, kelainan terlihat
lebih jelas.
b. Palpasi  lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring diatas bantal tipis
dipunggung. Telapak tangan digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap
kuadran payudara. Pemeriksaan aksila lebih mudah pada posisi duduk tegak.
c. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan,
nanah, atau darah. Cairan yang keluar dari kedua puting harus dibandingkan.
 Yang diperhatikan pada cairan dari puting payudara:
 Sifat cairan (serous, hemoragik, susu)
 Ada/tidaknya sel tumor
 Unilateral atau bilateral
 Dari satu atau dari beberapa duktus
 Keluar spontan atau setelah dipijat
 Keluar bila seluruh mamma dipijat atau dari segmen tertentu
 Berhubungan dengan daur haid
 Pramenopause/pascamenopause
 Penggunaan obat hormon
3) Pemeriksaan Penunjang
Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk kanker mamae. CEA memiliki
nilai positif bervariasi 20-70%, antibodi monoclonal CA 15-3 angka positifnya 33-
60%, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis.
Laboratorium meliputi:
 Morfologi sel darah
 Laju endap darah
 Tes faal hati
 Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
 Pemeriksaan sitologik aspirasi jarum halus. Metode ini sederhana, aman,
akurasi mencapai 90% lebih. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum
tidak mempengaruhi hasil terapi.
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari puting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua yaitu
noninvasive dan invasive.
Tes diagnosis lain
A. Non invasif
1) Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting.
Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba.
Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat
keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan
keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan. Mamografi dapat
menemukan lesi mamae yang tanpa nodul namun terdapat bercak
mikrokalsifikasi, dapat digunakn untuk analisis diagnostic dan rujukan tindak
lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80%.
2) Radiologi (foto roentgen thorak)
3) USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa
yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan
hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan patudar yang
tebal/padat. Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya
dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular (MVD = microvascular
density) abnormal. Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque
melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa
tumor. MRI mame dengan kontrasmemiliki sensitivitas dan spesifitas tinggi
dalam diagnosis karsinoma mamae stadium dini. Kerugian pemeriksaan ini
biayanya sangat mahal dan sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan
dalam mendiagnosis banding terhadap mikrotumor. MRI payudara tahunan
direkomendasikan untuk wanita-wanita yang:
a. mempunyai suatu mutasi BRCA1 atau BRCA2, indikasi dari suatu risiko
kanker payudara yang diwariskan yang kuat
b. mempunyai seorang saudara tingkat satu dengan suatu mutasi BRCA1 atau
BRCA2 namun belum dites untuk mutasinya, atau
c. menerima radiasi dada untuk merawat penyakit Hodgkin atau kanker-
kanker lainnya, misalnya berumur antara 10 dan 30.
5) Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui
metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul
glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.
B. Invasif
1) Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk
pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2
tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi
pemmbedahan.
a. Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil
mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa
srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa
menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka
ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
b. Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy
mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi
tersebut.Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena
lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak
mahal.
c. Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
d. Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan
histologic secara frozen section.
2) Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
Diagnosis banding
1) Fibroadenoma mammae
Sering timbul pada wanita muda, tersering pada usia 18 – 25 tahun. Riwayat
penyakit ini panjang, progresi lambat. Tumor berbentuk bulat atau lonjong,
konsistensi sedang, permukaan licin, mobilitas baik.
2) Hiperplastik kistik kelenjar mammae
Umumnya pada wanita setengah baya dan sering berkaitan dengan haid. Beberapa
hari sebelum haid mulai terasa kencang nyeri, setelah haid mulai rasa kencang nyeri
hilang dan tumor menyusut. Pemeriksaan menemukan korpus glandula tebal kasar
atau berbentuk pita atau granular, ada yang teraba tumor kistik (disebabkan secret
dalam duktus kelenjar yang sangat melebar)
3) Tumor papiliform intraduktal besar
Umumnya pada wanita setengah baya. Gejala utama berupa secret papilla mamae
(paling sering cairan berearna merah gelap), ini disebabkan tumor disertai infeksi
peradangan mengalami rembesan darah. Bila area areola atau agak ke tepinya
ditekan ringan secara cermat kadang kala teraba tumor, tapi umumnya tidak jelas.
Ketika lesi ditekan dapat tampak keluar secret dari pori duktus laktiferi yang
bersangkutan.
4) Kista retensi susu
Sering ditemukan pada fase pasca laktasi atau setelah henti laktasi beberapa tahun.
Dewasa ini dianggap dasar penyakitnya adalah sumbatan duktus laktiferi. Sumbatan
disebabkan peradangan atau dapat juga kurang baiknya struktur kelenjar mamae
sejak lahir. Gejala klinis berupa benjolan bundar kelenjar mamae, konsistensi
sedang. Aspirasi jarum mengeaskan diagnosis.
5) Tuberkulosis kelenjar mamae
Umumnya pada wanita setengah baya. Tumor membesar secara lambat, seperti
manifestasi radang kronis. Sebagian pasien disertai tuberculosis kelejar limfe
aksilar dan paru-paru. Diagnosis bergantung pada patologi.
6) Kistosarkoma filoides
7) Galactocele
8) Mastitis

1.8. Tatalaksana Kanker Payudara


1) Terapi Bedah
a. Mastektomi radikal
Reaksinya mencakup kulit berjarak minimal 3cm dari tumor, seluruh kelenjar
mammae, m. pektoralis mayor dan minor dan jaringan limfatik, lemak
subskapular.
b. Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan tekhnik radikal, tapi mempertahankan m.
pektoralis mayor dan minor.
c. Mastektomi total
Hanyamembuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma insitu atau pada pasien lanjut
usia.
d. Mastektomi segmental
Diseksi kelenjar limfe aksilar. Secara umum disebut dengan operasi konversi
mammae. Biasanya dibuat insisi dua terpisah di mammae normal dan aksila.
Bartujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor.
2) Kemoterapi
a. Kemoterapi pra-operasi (neoadjuvan)
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intra-
arterial.
b. Kemoterapi adjuvant pasca operasi
Dewasa ini indikasi kemoterapi adjuvant pasca operasi relative luas, terhadap
semua pasien karsinoma invasif dengan diametr terbesar tumor lebih besar atau
sama dengan 1 cm harus dipikirkan kemoterapi adjuvant.
c. Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan
metastatik Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain sebaian kecil masih
memakai regimen CMF, semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi
berbasis golongan antrasiklin.
3) Terapi Hormon
a. Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya
adalah berikatan dengan reseptor esterogen secara kompetitif. Efek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium.
b. Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau
mengurangi atau mengurang perubahan androgen menjadi esterogen.
Golongan obat : anastrozol, Letrozol, dan golongan steroid.
c. Obat sejenis progestrogen
Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini adalah
melalui umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal, andrgen menurun, sehingga mengurangi
sumber perubahan manjadi estrogen dengan hasil turunya kadar estrogen.

Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini
berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker.
Ketika berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan
menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara primer atau
metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan reseptor estrogen
tanpa ada reseptor progesteron memiliki respon sebesar 30%, sedangkan jika
memiliki reseptor estrogen dan progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan ketersediaan.
Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa inhibitor aromatase. Untuk
wanita dengan reseptor estrogen yang positif, respon terhadap inhibitor aromatase
lebih besar dibandingkan dengan tamoxifen.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada perempuan
dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan tamoxifen harus
diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker payudara yang telah
metastasis, lebih sering digunakan inhibitor aromatase. Namun, bagi pasien yang
yang memburuk setelah mendapat inhibitor aromatase, tamoxifen dapat
memberikan manfaat. Selain itu, tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif
kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali sehari karena
waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain hot
flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan toksisitas retina, walaupun tidak
mengancam penglihatan. Efek samping yang harus diperhatikan adalah bahwa
tamoxifen dapat menyebabkan penurunan densitas tulang pada wanita
premenopause dan kanker endometrium. Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga
golongan penderita menurut status menstruasi:
 Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral oopharektomi.
 Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti estrogen.
 1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen. Efek estrogen
positif dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen negatif maka dilakukan
pemberian obat-obatan anti estrogen.

4) Radioterapi
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb (locally advanced),dan
dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal dan kemoterapi. Radiasi
terkadang diperlukan untuk paliasi di daerah tulang weight bearing yang
mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difus dan berbau yang
mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel kanker yang berada
pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan DNA dan menyebabkan
terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat merusak membran, protein, dan
organel sel. Tingkat keparahan radiasi tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia
akan lebih resisten terhadap radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia.
Hal ini terjadi karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal
dari oksigen. Oleh karena itu, pemberian oksigen dapat meningkatkan sensitivitas
radiasi.
a. Radioterapi murni kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae terutama digunakan untuk
pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
b. Radioterapi adjuvant
Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi
praoperasi dan pasca operasi. Radioterapi praoperasi terutama untuk
pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker
mammae non-operabel menjadi operabel. Radioterapi pasca operasi
adalah radioterapi seluruh mammae pasca operasi konservasi mammae.
c. Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan
metastasis.

1.9. Komplikasi Kanker Payudara


Metastasis di parenkim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesion
yang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis ini seperti pula
mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion. Metastasis ke tulang
vertebra akan terlihat pada gambaran rontgen sebagai gambaran osteolitik atau
destruksi yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa fraktur kompresi.
Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :
1) Metastasis melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan terjadinya
metastasis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi
metastasis ke vertebra secara langsung melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v.
Interkostalis dimana v. Interkostalis ini akan bermuara ke dalam v. Vertebralis. V.
Mammaria interna merupakan jalan utama metastasis tumor ganas payudara ke
paruparu melalui sistem vena,
2) Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke kelenjar getah
bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang
terkena.
a. Metastasi ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah bening sentral ini
merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastasis. Menurut
beberapa penyelidikan hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila adalah ke
kelenjar getah bening sentral.
b. Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
c. Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
d. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ini adalah
paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah bening aksila
lainnya.
e. Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastase ke
kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini masih belum jelas. Bila
metastase tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila akan
mengenai payudara kontralateral terlebih dahulu. Padahal pernah ditemukan
kasus dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral tanpa
metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis tersebut melalui
deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui kolateral
limfatik.
f. Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila metastasis karsinoma
mammae telah sampai ke kelnjar getah bening subklavicula, ini berarti bahw
metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus yang terletak
dekat pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna. Bila sentinel nodes
yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus telah terkena metastasis,
dapat terjadi stasis aliran limfe. Sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju
ke kelenjar getah bening supraklavicula dan terjadi metastasis ke kelenjar
tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula
terjadi penyebaran ke kelanjar supraklavicula secara langsung dari kelenjar
subklavicula tanpa melalui sentinel nodes.
g. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering dari
yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kuadran
medial. Dan biasanya terjadi setelah metastasis ke aksila.
h. Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi
metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika
superior. Bila terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi stasis
aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi metastasis
hepar.

1.10. Pengegahan Kanker Payudara


Berbagai upaya harus dilakukan untuk menimbulkan kesadaran bagi para wanita
akan kesehatannya seperti melakukan deteksi dini kanker payudara dengan melakukan
SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI sangat penting karena 85% benjolan di
payudara ditemukan oleh pasien sendiri. SADARI merupakan pemeriksaan yang murah,
aman dan sederhana, sebaiknya dilakukan sejak usia 20 tahun.7 SADARI dapat dilakukan
setelah selesai masa haid karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron rendah dan
kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya benjolan atau kelainan. Teknik SADARI :

1. Pada waktu mandi


Periksalah payudara pada waktu mandi karena perabaan tangan lebih sensitif pada
kulit yang basah. Telapak tangan digerakkan dengan lembut ke setiap bagian dari
masing-masing payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan
sebaliknya.
2. Pada waktu bercermin
Perhatikan payudara dengan lengan di samping badan. Selanjutnya angkat tangan
di atas kepala. Cari setiap perubahan bentuk dari masing-masing payudara dan papala
mammae. Kemudian letakkan telapak tangan pada pinggang dan tekan ke bawah dengan
kuat untuk memfleksikan otot dinding dada.
3. Pada waktu berbaring
Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal kecil atau handuk yang dilipat
di bawah bahu kanan. Letakkan tangan kanan anda di belakang kepala, gerakan ini akan
menyokong jaringan payudara agar lebih tinggi dari dada. Dengan tangan kiri dan posisi
jari tangan yang dirapatkan. Buatlah gerakan melingkar dengan tekanan lembut sesuai
arah jarum jam. Mulai pada bagian atas paling luar dari payudara kanan di jam 12,
kemudian digerakkan ke arah jam 1, gerakan diteruskan sampai kembali ke jam 12.
Tonjolan dari jaringan yang keras pada lengkung bawah dari masing-masing
payudara adalah normal. Lalu gerakan diteruskan ke arah sentral payudara kanan sampai
papila mamma kanan (setrifugal). Pemeriksaan gerakan melingkar ini dilakukan sampai
3 kali. Lalu periksa payudara kiri seperti pada payudara kanan. Terakhir periksa papilla
mammae, dengan memeras secara lembut. Setiap sekret, jernih atau berdarah segera
diberitahukan ke dokter. 3

1.11. Prognosis Kanker Payudara


Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
a. Staging (TNM)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 thn 90-80%
Stadium II : 5-10 thn 70-50%
Stadium III : 5-10 thn 20-11%
Stadium IV : 5-10 thn 0%
Stadium 0 / in situ : 5-10 thn 96,2%
b. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma
yang sudah invasif.
Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan yang dinamakan
mastitis karsinomatosa ini mempunyai prognosis yang sangat buruk. Harapan hidup
kurang lebih 2 tahun hanya 5%. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil
berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.

Prognosis dipengaruhi variable berikut :


1) Ukuran karsinoma primer yg invasive dan lebih kecil dari 1 cm akan memiliki
harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar getah
bening dan mungkin tidak memerlukan terapi sistemik
2) Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena
metastasis.
Jika tidak ada yang tekena, angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka
harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terkena dan
menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih.
Kelenjar getah bening sentinel yang negative menandakan tidak ada metastasi
karsinoma ke kelenjar getah bening sisanya.
3) Derajat karsinoma
System penentuan derajat paling umum untuk kanker payudara mempertimbangkan
pembentukan tubulus, derajat nucleus, dan angka miotik untuk memilah karsinoma
menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki prognosis yang
secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan karsino,a yang berdiferensiasi
buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya memiliki prognosis baik,
tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk karsinoma yang
berdiferensi buruk.
4) Tipe histologic karsinoma
Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobules, papilar dan
musinosa) memiliki prognosis yang sedikit banyak lebih baik daripada karsinoma
tanpa tipe khsusus (”karsinoma duktus”)
5) Infasi limfovaskular
Tumor dalam rongga vascular disekitar tumor prime merupakan factor prognostic
yang buruk, terutama jika tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening. Invasi
limvaskular dermis berkaitan dengan gambaran klinis berupa karsinoma inflamasi
dan memiliki prognosis yang sangat buruk.
6) Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesterone
Adanya reseptor hormone menyebabkan prognosis sedikit membaik. Namun, alasan
untuk menentukan keberadaan reseptor tersebut adalah untuk memperkirakan
respons terhadap terapi. Angka tertinggi respons (sekitar 80%) terhadap terapi
antiestrogen (ooforektomi atau tamoksifen) ditemukan pada pasien yang tumornya
memiliki reseptor estrogen dan progesterone. Angka respon yang yang lebih rendah
(25% hingga 45%)ditemukan jika hanya terdapat salah satu reseptor. Jika kedua
reseptor tidak ada, sangat sedikit (kurang dari 10%) pasien yang diperkirakan
berespons
7) Laju proliferasi kanker
8) Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotic, flow cytometry, atau dengan penanda
imunohistokimia untuk protein siklus sel. Hitung mitotic merupakan bagian dari
system penentuan derajat. Metode optimal untuk mengevaluasi proliferasi belum
diketahui pasti. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih
buruk
9) Aneuploidy
Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidy) memiliki prognosis
sedikit lebih butuk dibandingkan dengankarsinoma dengan kandungan DNA serupa
dengan sel normal.
10) Ekspresi berlebihan ERBB2
Ekspresi berlebihan protein terbungkus membrane ini hampir selalu disebabkan
oleh amplifikasi gen. oleh karena itu, ekspresi berlebihan dapat ditentukan dengan
imunohistokimia (yang mendeteksi protein di potongan jaringan) atau dengan
fluorosence in situhybridization (yang mendeteksi jumlah salinan gen). ekspresi
berlebihan berkaitan dengan prognosis yang buruk. Namun, makna evaluasi ERBB2
adalah untuk memperkirakan respons terhadap antibodi monoclonal terhadap gen
ini (“Herceptin”. Ini adalah salah satu contoh awal pengembangan terapi antibodi
anti tumor yang didasarkan pada kelainan gen spesifik yang terdapat di tumor.
Hasil akhir pada kasus individual sulit diperkirakan walaupun semua indicator
prognostic tersebut telah dipertimbangkan. Yang menyedihkan, hanya waktu yang akan
menentukan. Angka harapan hidup 5 tahun keseluruhan untuk kanker stadium adalah
87%, untuk stadium II 75%, untuk stadium III 46%, dan untuk stadium IV 13%. Perlu
dicatat bahwa kekambuhan mungkin timbul belakangan, bahkan setelah 10 tahun, dan
untuk setiap tahun yang berlalu tanpa penyakit menyebabkan prognosis semakin baik.

2. Mengetahui dan Menjelaskan Pandangan Islam Dalam Menghadapi Penyakit Berat


Dengan Bertawakal Dan Bertaubat
1) Tawakal
Makna Dan Hakekat Tawakal
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata „tawakala‟ yang memiliki arti; menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal
adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya
hanya kepada Allah SWT.
Derajat Tawakal
a. Ma‟rifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya
b. Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha
c. Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali,
yaitu Allah SWT.
d. Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi
bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya
e. Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT
f. Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT
g. Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya
kepada Allah SWT.

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya".
Tawakal Dalam Al-Qur’an
a. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an (QS. 8 : 61)
b. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai
penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
c. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
d. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif
yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
e. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)
f. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49)
g. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)
Allah berfirman (QS. 16: 41-42)
h. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. 65:3)

Tawakal Dalam Hadits


a. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
b. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
c. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.
d. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.
e. Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.
f. Tawakal adalah setelah usaha.

2) Taubat
Asal makna taubat adalah kembali dari kesalahan dan dosa kepada keta'atan.Orang yang
bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari perbuatan maksiat menuju
perbuatan ta'at. Seseorang dikatakan bertaubat jika ia mengakui dosa - dosanya,
menyesal, berhenti dan berusaha tidak mengulangi perbuatannya. Taubat merupakan
fardbu 'ain yang harus dilakukan setiap muslim dan muslimah.
Perintah taubat merupakan perintah wajib yang harus segera dilaksanakan
sebelum ajal tiba. Allah berfirman (artinya): "8ertaubatlah Kalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. "(An Nur: 31).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat
yang benar (Ikhlas). "(AtTahrim: 8).
Syarat-syarat Taubat.
Para ulama menjelaskan syarat-syarat taubat yang diterima Allah, sbb:
a. Orang yang berbuat dosa itu harus berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang
selama ini ia lakukan.
b. Dia harus menyesali perbuatan tersebut.
c. Dia harus berazam (mempunyai tekad bulat) tidak mengulangi perbuatan itu. Jika
perbuatan dosa itu ada hubungannya dengan orang lain maka di samping tiga syarat
terdahulu, ada satu syarat lagi yaitu:
d. Harus ada pernyataan bebas dari hak kawan yang dirugikan. Jika yang dirugikan itu
hartanya maka harta itu harus dikembalikan. Jika berupa tuduhan jahat maka dia
harus minta maaf. Demikian seterusnya. Di samping syarat-syarat tersebut diatas,
orang yang bertaubat dianjurkan melakukan shalat dua raka'at. Shalat ini dikenal
dengan nama shalat taubat. Dalilnya, lihat hadits hasan riwayat At Tirmidzi, no. 404,
Ahmad 1:10, Abu Daud dan Ibnu Majah )

Janji Allah kepada orang-orang yang bertaubat dan beristiqamah dalam taubatnya
a. Taubat menghapuskan dosa-dosa seolah-olah ia tidak berdosa.
"orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah ia tidak berdosa" (HR. Ibnu Majah,
Shahih Jami'us Shaghir 3005)
b. Allah berjanji menerima taubat mereka.
Allah berfirman(artinya): " Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah
menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. " (O.S. 9: 104).
c. Orang yang istiqamah dalam taubatnya adalah sebaik-baiknya manusia.
Nabi SAW bersabda: "Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang
yang berbuat salah adalah yang bertaubat. " (HR. Ahmad 3: 198. Shahih Jami'us
Shaghir 4391

Anda mungkin juga menyukai