Anda di halaman 1dari 19

1.

1 MM THANATOLOGI
Pengertian Thanatologi
Definisi: Thanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu perubahan yang terjadi
sesudah kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Mati somatic/ klinis: Terhentinya kegiatan-kegiatan (aktifitas) ketiga system tubuh, yaitu
kardiovaskuler, pernafasan dan susunan saraf pusat yang menetap/ irreversible.
Mati suri: Terhentinya aktivitas ketiga system tersebut yang reversible.
Mati serebral: Terhentinya satu system yaitu susunan saraf pusat, sedangkan kedua
system lainnya dipertahankan dengan alat.
Mati seluler: Terhentinya aktivitas telah mencapai tingkat sel/ jaringan, bukan hanya system
saja.
Kecepatan kematian seluler setelah kematian somatic untuk tiap-tiap jaringan tidaklah sama,
yang paling cepat adalah otak (SSP).
Pengetahuan tentang kematian seluler berguna bagi usaha transplantasi.

Kematian dapat dideteksi dari tanda-tanda berhentinya ketiga system tersebut:


 Susunan saraf: arefleks, relaksasi, pendataran gambaran EEC.
 Kardiovaskular: denyut nadi berhenti, detak jantung berhenti, dan pendataran gambaran
ECG.
 Pernafasan: gerak pernafasan tak tapak dan bising nafas tidak terdengar selama lebih dari
30 menit (ingat Cheyne Stokes)

LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Pasca Kematian

Perubahan pada tubuh setelah kematian 

Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat tanda kematian pada tubuh
tersebut.Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian,
misalnya:

1. Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,


2. Pernafasan berhenti,
3. Refleks cahaya dan kornea mata hilang,
4. Kulit pucat,
5. Terjadi relaksasi otot.

Tanda tidak pasti kematian 


1. Pernafasan berhenti,dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat, tapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga wajah tampak kebuiruan
4. Tonus otot menghilang dan ralaksasi. Relaksasi otot-otot wajah menyebabkan kulit
menimbul, sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
Kelemasan otot sesaat setalah kematian disebut relaksasi primer.
5. Pembukuh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setalah kematian
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan menetaskan air

TANDA PASTI KEMATIAN


Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian adalah:
a. Livor mortis (lebam jenazah)
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan
menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan.
Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan
menetap 8-12 jam. Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada
keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah
(cherry red).

b. Rigor mortis (kaku jenazah)


Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan
untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena
pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin
akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai
muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam
postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan
kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku
jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah
adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin
cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi
dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:

1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi
yang hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan
dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.

c. Body temperature (suhu badan)


Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari
badan ke benda benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan
pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu
badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu
lingkungan. Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah
perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI
(Post Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam o Celcius PMI = 37 o C-RT o C +3
Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit PMI = (98,6 o F-RT o F) : 1,5

d. Degree of decomposition (derajat pembusukan)


Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan
kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari
daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas
seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat
proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot,
kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada
udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab
kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.
Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus
a. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah
menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
b. Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu
panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai
beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

e. Stomach Content (isi lambung)


Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat
kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan
dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam
sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.

f. Insect activity (aktivitas serangga)


Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian
yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah.
Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan
parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan
keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai
ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari
postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada
12-18 hari.

g. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)

LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Perkiraan Waktu Kematian


Estimasi Waktu Kematian
Ahli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat manusia dan
menetukan berapa lama serangga tersebut berada di mayat. Periode waktu tersebut di
interpretasikan dalam postmortem interval (PMI) atau waktu sejak kematian. Analsis PMI
terbagi menjadi dua, yakni precolonization interval (pre-CI) dan postcolonization interval(post-
CI).

 HUMOR VITREUS

Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah dicoba selama
30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai pemeriksaan rutin. Dasar
pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam penentuan saat mati ialah karena cairan ini
bebas terkontaminasi dari darah, bakteri dan produk-produk autolisa postmortem bila
dibandingkan dengan LCS. Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati
melalui humor vitreus, seperti mengukur kadar asam askorbat, konsentrasi asam piruvat,
hypoxanthine,glukosa dan potassium, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai penentuan saat
mati adalah kadar potassium dalam humor vitreus.Pengikut pengikut Jaffe adalah yang pertama
kali memperkenalkan peningkatan kadar potassium dan menghubungkannya dengan
saat kematian, dan John Coe adalah forensik patologis yang berpengalaman dalam hal ini.
Sesudah kematian, potassium interseluler menembus masuk kedalam retina melalui membran
sel yang setelah kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk kedalam
corpus vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif dari konsentrasi potassium
sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan apakah peningkatan ini secara linear atau bifasik.
Cara pengambilan humor vitreus ini tidaklah sulit, hanya dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan
jarum lunak syringe no 20. Sering didapati perbedaan kadar potassium mata kiri dan mata kanan
dalam satu individu. Selain itu bila aspirasinya dilakukan secara paksa atau terlalu dekat dengan
retina dapat mengubah nilai dari hasil pemeriksaan oleh karena potassium mencapai vitreus
dengan jalan menembus retina. Pengaruh suhu juga masih menjadi perdebatan yang penting.13

Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi sodium dan
chlorida, dimana konsentrasi elektolit - elektrolit ini megalami penurunan sesudah kematian, dan
ini dapat digunakan untuk memeriksa reabilitasnya satu sama lain, misalnya kadar potassium
adalah < 15 mmol/l maka kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan
chlorida kurang dari 1 mmol/l/jam dan sodium adalah 0.9 mmol/l/jam, sehingga
penurunan sodium disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda dengan potassium
yang peningkatannya terjadi secara bermakna. Sturner menemukan cara pengukuran yang paling
populer dalam penentuan potassium vitreus untuk penentuan saat mati dengan menggunakan
rumus :13

7,4 x konsentrasi potassium (mEq/L)- 3,91

Teknik analisa yang digunakan untuk menentukan potassium sering memberi hasil yang
berbeda pula, sebagai contoh Coe pada tahun 1985 mengatakan bahwa penggunaan metode
flame fotometrik memberikan nilai 5 mmol/l kurang untuk sodium , 7 mmol/l kurang untuk
potassium dan 10 mmol/l kurang untuk chloride bila dibandingkan dengan pemeriksaan dengan
menggunakan methode specifik electrode yang modern. Pada orang yang mengalami saat mati
yang lama seperti pada penyakit-penyakit kronis dengan retensi nitrogen memberi hasil yang
berbeda bila dibandingkan dengan sudden death, agaknya gangguan elekrolit premotral pada
pasien juga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaan dengan mengunakan flame
fotometri dalam mmol/l bila sodium >155 ,chloride > 135, dan urea > 40 ini dipercaya sebagai
indiksasi dari dehidrasi antemortem. Bila sodium dan choride adalah normal tetapi kelebihan
urea adalah 150, diagnosis uremia dapat diterima. Angka ini berbeda dengan dekomposisi
postmortem dimana konsentrasi sodium adalah < 130, chloride < 105 dan potassium >20
mellitus. Problem umum yang sering ditemukan dalam autopsi adalah mendiagnosa diabetes
yang tidak terkontrol dan hypoglikemia, glukosa pada cairan vitreus biasanya turun setelah
kematian dan akan mencapai angka nol dalam beberapa jam. Coe pada tahun 1973
melakukan 6000 analisa , dan dia mendapatkan glukosa vitreus yang lebih dari 11.1 mmol/l
adalah indikator yang tidak variable dari diabetes gula darah rendah antemortem. Sturner pada
tahun 1972 menghubungkan adanya kadar glukosa vitreus yang kurang dari 1.4 mmol/l
marupakan petunjuk adanya gula darah yang rendah antemortem, tetapi berapapun
konsentrasinya interprestasi ini tidak reliable untuk dapat digunakan sebagai pegangan. Pada
hipotermia terdapat juga peningkatan glukosa vitreus tetapi tidak lebih besar dari 11.1 mmol/l.13

 PENGOSONGAN ISI LAMBUNG

Banyak para pathologis memperdebatkan penggunaan isi lambung sebagai pengukuran


saat mati dan menghubungkannya dengan saat makan terakhir sebelum terjadi kematian. Dasar
dari metode pengosongan lambung sebagai penentuan saat mati adalah bahwa makanan hampir
mempunyai waktu yang sama di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum
yang secara fisik sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan.
Adelson mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan meninggalkan lambung dalam
1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya sedang membutuhkan waktu 3
sampai 4 jam untuk meninggalkan lambung, dan untuk makanan berat memerlukan waktu 4
sampai 6 jam sebelum seluruhnya dikeluarkan kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai
distal ileum antara 6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk
makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan kacang-kacangan.
Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari tiap individu. Metode terbaru
dengan menggunakan teknik radioisotop dalam penelitian mengenai pengosongan lambung
memperlihatkan hal-hal yang menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka
air akan meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari bagian
yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata tinggal lebih lama dalam
lambung.

Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah konstan, waktu
pengosongan lambung yang lama tidak hanya disebabkan oleh penyakit dalam saluran cerna
saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau trauma fisik terutama yang mengenai kepala.

 PERTUMBUHAN RAMBUT

Pengetahuan mengenai rata-rata tumbuh rambut memberi petunjuk dalam membuat


perkiraan kapan saat cukur terakhir.Sejak rambut berhenti pertumbuhannya pada saat kematian
maka panjang dari jenggot mayat mungkin dapat menjadi pemikiran tentang lamanya waktu
antara kematian dan cukur terakhir. Gonzales dkk, pada tahun 1954 mengatakan rata-rata
pertumbuhan rambut adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti yang dikutip oleh
Derobert dan Le Breton tahun 1951 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,5
mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3 mm/minggu, akan tetapi pada tiap2
individu mempunyai perbedaan dalam rata pertumbuhan dalam area yang sama, juga variasi rata-
rata dari satu tempat ke tempat lain di muka dan juga berbeda dari satu individu ke individu yang
lain. Selain itu variasi musim atau iklim mempengaruhi metabolisme dari tubuh itu sendiri. Pada
pria rata-rata pertumbuhan rambut pipi adalah 0,25 mm/hari dalam bulan agustus-oktober di
antartica, akan tetapi pada temperatur iklim di Lautan Pasifik dalm bulan April adalah 0,325
mm.13
Pertumbuhan panjang jenggot diukur dengan mencukur mayat, dan diletakkannya di
atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah mikroskop 80% dari rambut-rambut
ini aka menunjukkan panjang yang sama.13
Observasi terhadap bpertumbuhan rambut jenggot dalam menentukan saat mati harus dilakukan
dalam 24 jam pertama sesudah kematian karena sesuadah ini kulit akan mengkerut dan ini akan
menyebabkan rambut akan lebih menonjol di atas permukaan dalam 48 jam setelah kematian,
fenomena ini yang sering dikira bahwa rambut masih terus tumbuh setelah kematian.

 TULANG

Gambaran Fisik
Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada tendon dan
ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan berserat, melekat erat pada
permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi.
Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan,
dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan
tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada
tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun.
Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka
pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai
lima tahun atau lebih.14

Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :
1. Dari Bau Tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian kurang
dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian
lebih dari 7 bulan.
3. Kekompakan Kepadatan Tulang
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat
dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan
permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan
kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata
dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.

Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan
akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari
akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam
ruangan.14
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulang-
tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur.
Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk
dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali
akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan
kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh
tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain.
Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang
panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang
paha.Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang
dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar.
Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang
tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah
berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun
dapat dilobangi dengan kuku jari.14

a. Tes Fisika

Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi
suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang, kemudian
diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan
memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua,
lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang
baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum
tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan
menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi
diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun.
Tes fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik
dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua
kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi
tulang seperti pengeroposannya.14
Gambar I : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang meman
carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan.
b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang.
c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.

b. Tes Serologi

Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada pemeriksaan
permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan memberikan pernyataan yang
berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan.
penggunaan metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian
sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang
terdapat di daerah berhawa panas.

Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran Benzidin


peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif menyingkirkan
bahwa tulang masih baru.Reaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150
tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah
menjadi serbuk.

Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti
human serum.

Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan
memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian
kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.

c. Tes Kimia
Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara mengukur
pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru mengandung kira-kira
4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada pemeriksaan tulang mengandung
lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika
tulang mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain
menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat
kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur
tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.
Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi
dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa
dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama.Tetapi Fralin dan
Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang.Jika pada
pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50
tahun.Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian
kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika
diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja.
Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur
saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.
Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis
tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan
lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis
akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang
tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang dialami
tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.

2.MM INVESTIGASI KASUS PEMERKOSAAN

Investigasi Kasus Pemerkosaan


Tugas dokter dalam kasus delik kesusilaan ini adalah membuktikan:
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda kekerasan
- Adanya tanda kedewasaan

1. ADANYA PERSETUBUHAN
Tanda penetrasi Ejakulat

--------- dan/ atau ------

Fenomena: (usap vagina)


1.Deflorasihimen pada perawan: robekan baru
sampai kedasar, biasanya di posterior

2.Mungkin ada tanda kekerasan di vulva/ vagina

3.Epitel vagina di penis pelaku -memang tidak ada

Ada -dibersihkan
Tidak ada
-diluar (coitus
Sperma interuptus)
Semen

Florosensi
Tidak ada test, dll.

Memang False
ada Ada positif
-azospermi
-lisis

 Umur sperma ± 3 hari


 Masih tampak bergerak/ motil (tanpa pewarnaan) selama 5 jam.
 Lisis setelah 5 hari, namun pada suasana basa (ovulasi) dapat sampai 2 minggu, bahkan
pada orang mati dapat sampai 20 hari.
 Dari semen seseorang yang tipe secretor dapat ditentukan golongan darah ABO-nya.
 Bila hymen intak sedangkan semen/ sperma positif, kemungkinannya:
- Ejakulasi prekoks, hymen yang elastis atau penis yang terlalu kecil.

II. TANDA-TANDA KEKERASAN


Tergantung pada kasusnya:
- Luka tangkisan, cekikan, usaha perlawanan, dsb.
- Tanda bekas pingsan/ tidak berdaya/ pengaruh obat tertentu.
- Benda bukti biologis pelaku, seperti serpihan kulit dari ujung kuku korban, rambut kepala
maupun pubis, darah, dll yang sering dapat ditentukan jenis kelaminnya, golongan darah
ABO-nya yang berguna bagi identifikasi.

VISUM PERKOSAAN DAN PERSETUBUHAN KRIMINAL LAINNYA


Pemeriksaan dimulai bila telah ada :
- Permintaan tertulis dari polisi yang berwenang
- Korban diantar polisi sebagai pemastian identitas
- Ijin tertulis dari korban/ keluarganya
- Saksi (perawat) wanita seperti pendamping dokter
a. Catat semua data yang didapatkan
b. Catat nama polisi, nama pendamping (saksi), nama korban, dsb.
c. Catat pula tempat kejadian yang sebaiknya diperiksa juga untuk mendapatkan benda
bukti biologis di tempat tersebut.
d. Periksa keadaan umum, pakaian, kesadaran, tanda kekerasan, dsb.
e. Catat hasil pemeriksaan local.
f. Bila korban tidak berdaya, periksalah tokiskologis.
KESIMPULAN VISUM ET REPERTUM:
Pada wanita ini : nama; umur (bila umur tidak diketahui, sebutkan pantas dikawin/ tidak),
didapatkan:
- Tanda kekerasan…..
- Selaput dara (deskripsi bentuk luka dan lokasi/ jam)…
- Bila tidak ada kerusakan : tidak ada tanda kekerasan
- Bila rusak : mengalami robek yang (bisa) diakibatkan oleh alat kemaluan pria dalam
keadaan ereksi.
- Bila ragu : mengalami robek sehingga alat kemaluan pria dalam keadaan tegang tidak
dapat masuk tanpa mengakibatkan kerusakan seperti ini.
- Bila robek lama : terdapat robekan lama.
(Contoh deskripsinya : terdapat robekan yang tepinya masih/ tidak berdarah, rata/ tidak,
sampai kedasar/ tidak dan terdapat di tempat yang sesuai dengan arah jarum jam pada
jam…)
- Didapatkan sperma pada pemeriksaan usap vagina…

CATATAN
Robekan hymen akibat olahraga (bukan persetubuhan) biasanya tidak sampai dasar dan
lokasinya disembarang tempat, sedangkan akibat persetubuhan biasanya sampai ke dasar dan
pada arah jam 5 – 7.

PEMERIKSAAN BERCAK AIR MANI


A. Pemeriksaan spermatozoa:

1. Preparat tanpa pewarnaan (langsung):


- Usapkan cairan vagina yang dicurigai pada kaca objek
- Tambahkan 1-2 tetes NaCl 0,9%
- Tutup dengan kaca penutup dan lihat pada mikroskop (obyektif 40x)

Interpretasi:
- Biasanya akan terlihat spermatozoa (pada pelaku yang bukan azospermia).
- Gerakan-gerakan spermatozoa menunjukkan ejakulasi, 30-60 menit (psca senggama).

2.Preparat dengan pewarnaan


1. Malachite – Green
- Usapkan cairan yang dicurigai pada kaca objek dan keringkan
- Warnai sengan larutan malachite – green 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Warnai dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Lihat pada mikroskop dengan pembesaran sedang (obyektif 40x).

Interpretasi:
Bila terdapat spermatozoa, maka kepala spermatozoa berwarna merah ungu dan lehernya
berwarna merah muda.

2.Pewarnaan Baechi (pada bercak-bercak di pakaian/ kain)


- Buat reagen Baechi dengan mencampur Acid fuschin 1% (1 tetes) + Methylene Blue (1/2 tetes)
+ Hcl 1% (40 tetes).
-Gunting kain yang dicurigai pada daerah yang bentuknya tebal seluas 5mm x 5mm.
-Dengan pinset, celupkan potongan kain terebut pada reagen selama 2-3 menit.
-Cuci dengan Hcl 1%
-Dehidrasi dengan mencelupkan berturut-turut pada; Alkohol 70%, Alkohol 80% dan Alkohol
absolut.
-Jernihkan dengan mencelupkan pada Xylol dan keringkan dengan kertas saring.
-Letakkan potongan kain tsb, pada kaca objek dan diambil sehelai benang dari potongan kain tsb
dengan jarum.
-Uraikan benang tsb pada kaca objek sampai menjadi serabut-serabut.
- Tetesi serabut-serabut tsb dengan balsam Kanada.
- Tutup dengan kaca penutup dan ditekan, lalu dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran
sedang.

Interpretasi:
Bila bercak tsb adalah semen maka akan terlihat spermatozoa diantara serabut-serabut benang.
Dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna biru muda.

B. Pemeriksaan cairan mani


Dasar: adanya Cholin dalam cairan mani.

1. Reaksi Florence : - Buat reagen dengan mencampur Iodium 1gr + larutan lugol Kj 2 gr +
aquadest 40ml.
-Bercak di ekstrasi pada kaca objek dan keringkan,
-Letakkan ekstrak pada kaca objek dan keringkan.
-Tutup bercak tsb dengan kaca penutup.
-Teteskan reagen dipinggir kaca penutup dan biarkan mengalir bercampur ekstrak tsb.
-Lihat dibawah mikroskop.
Interpretasi : (+) Bila ditemukan Kristal-kristal Choline per Iodida – (berbentuk daun bamboo
dengan warna coklat).
DD : Sekret vagina dapat memberikan reaksi positif.

2. Reaksi Berberio
Dasar: adanya sperma dalam cairan mani.
Cara: mirip dengan reaksi Florence, hanya reagen nya diganti Larutan pikrat jenuh.

C. Pemeriksaan tersangka
1. Tempelkan gland penis pada kaca objek dengan erat dan keringkan secukupnya.
2. Letakkan kaca objek tsb diatas cawan yang berisi larutan lugol Kj dan terkena uap lugol.
3. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran sedang.

Interpretasi:
 Bila memang telah terjadi persetubuhan, maka akan terlihat epitel vagina (sel yang besar-
besar berwarna coklat).
 Epitel penis akan berwarna kekuning-kuningan.

3. MM PANDANGAN ISLAM TENTANG PEMBUHUNA DAN PEMERKOSAAN


KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN
Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:

1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa
(pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =

 Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,


 Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana)
terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat
membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara dan alat
yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil

c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan semata
tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali.

Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar
mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah,
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka
(hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah
Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan
azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan nyawa:

1. Luka-luka ‫ش َجا ُج َو ْال َج َرا ُح‬


ُ ‫ال‬
2. Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِ‫ف ْال َمنَافِع‬ ُ َ‫إِتْال‬
3. Hilangnya anggota tubuh ‫اء‬ َ ‫ف األ َ ْع‬
ِ ‫ض‬ ُ َ‫إِتْال‬
CARA MELAKSANAKAN QISAS
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa
(qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan
dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan
sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku
perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban

 Dengan pedang atau senjata


 Dengan alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.

Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT


1. Pembunuhan sengaja,
2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. Penganiayaan sengaja,
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

Larangan membunuh
Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang sekalipun,
kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang yang halal darah
atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah orang-orang murtad,
yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai dengan hadis

Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar agamanya
maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad itu diajak kembali ke agama
Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama itu dia tidak juga sadar baru dihadapkan ke
pengadilan.

Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni
diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui petugasnya. Penzina muhshan
(yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga dalam Islam melalui eksekusi rajam,
mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih berzina juga.
Semua pihak yang halal darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur yang telah ada dan
tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya.

Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing tidak
boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy harramallahu illa
bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan kebenaran...) (QS.
al-An’am: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua nyawa baik manusia maupun hewan,
kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap tiga model manusia di atas tadi atau hewan
nakal yang mengganggu manusia dan hewan yang disembelih dengan nama Allah.

Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: “...barangsiapa yang


membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya...” (QS. Al-Maidah: 32).

Hukuman bagi pembunuh


Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu
dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik,
dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara
yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. al-
Baqarah: 178).

Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah SWT
suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-
Nisa’: 93)

Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas dari
hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh sebanyak 100 ekor
unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang tidak mempunyai unta
dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis dengannya. Dalam Islam, qishash
diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup umat manusia, sebagaimana firman Allah:
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 179).

Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana
seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali tidak
melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak paham
hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa dibenarkan
agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya
sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara
perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.

Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash yang
berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan sengaja adalah
seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan jiwanya dilindungi. Yaitu
dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api dan senjata tajam.
Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang yang
melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud membunuh; (2)
terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh); dan (3) alat yang
digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa orang. Jika pembunuh
sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib membayar diyat berat berupa
100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-
5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.

Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang
tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga harus
membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara mengangsurnya
selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang melempar buah
mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut sehingga mati.

Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20 ekor
unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan
berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina berumur 4-5
tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap tahun
wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus dibayar 200
ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.

HUKUM PERKOSAAN DALAM ISLAM


Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat
perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun
hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al
Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa
Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT
(artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak
(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk
membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi
mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al
Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm.
294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena
ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.” (HR Thabrani
dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al
Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2
hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga
bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang berbuat
zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga selesainya
eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan
fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang
berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang
menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan
yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada
laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda
sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian
empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi
hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan dirajam hingga mati jika
dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya
dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga
diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd
al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang dituduh
memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka
perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm.
453; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh
Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).

Anda mungkin juga menyukai