Kriteria Diagnostis DM
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada semua individu dewasa dengan IMT >25 kg/m2 dengan factor
resiko:
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolin)
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. Diabetis Melitus Tipe 2 (resistensi insulin, disertai defisiensi insulin relative sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
3. Diabetes Melius Tipe Lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
Kromosom 12. HNF-α
Kromoson 7, glukokinase
Kromosom 20, HNF-α
Kromosom 13, insulin promoter factor
Kromosom 17, HNF- 1β
Kromosom 2, Neuro D1
b. Defek genetic kerja insulin: resistensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson
Mendenhall diabetes lipoatrofik
c. Penyakit eksokrin pancreas: pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasna, fibrosis
kistik
d. Endokrinopati: akromegali, hipertiroidisme somatostatinoma
e. Karena obat/zat kimia: vacor, pentamidin, asam nicotinat
f. Infeksi: rubella congenital, CMV
g. Imunologi (jarang)
h. Sindroma genetic lain
Gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja insulin yang awalnya akan dikompensisasi oleh sel
beta pancreas akan menyebabkan hiperinsulinemia sehingga keadaan glukosa darah masih normal atau
meningkat sedikit.
Kemudia terjadi ketidaksanggupan sel beta pancreas baru akan terjadi diabtes meliyus secara
klinis ditandai dengan terjadinya kenaikan glukosa darah yang memenuhi kriteria diagnosis diabetes
mellitus. Hiperglikemia awalnya terjadi pada fase setelah makan saat otot gagal melakukan ambilan
glukosa dengan optimal. Pada fase berikutnya dimana insulin semakin menurun, maka terjadi produksi
glukosa hati yang berlebihan mengakibatkan meningkatya glukosa darah pada saat puasa.