Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

KONSEP K3 DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


(KMB)

OLEH :
KELAS : J2 KEPERAWATAN
KELOMPOK : 1 (SATU)
1. RINI WIDIYA SARI (P201701070)
2. METHA INDRASWARY (P201802051)
3. SITTI HALMINA (P201701059)
4. FEBRIANTY KADRIAN (P201701073)
5. RINI WIDIYA SARI (P201701070)
6. DWI SUGI PRATIWI (P201701060)
7. KARTIKA WEDIANTY PALITAK (P201701082)
8. WA ODE ANGGI ANALESTARI (P201701057)
9. MILA CITRA DEWI (P201701087)
10. FITNI TRI ARTIKA (P201701063)
11. ENNI ANGGARAINI ADITYA (P201701084)
12. WENIATI (P201701053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa syukur pada Allah SWT, atas

limpahan karunia, rahmat & hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pembuatan tugas makalah tentang, “KONSEP K3 DALAM KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH (KMB) “” dengan baik dan lancar.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu

erlinawati selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Keperawatan, serta kepada

teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah

selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

memberikan informasi kepada semua pihak.

KENDARI 6 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB 11 PEMBAHASAN

A. konsep K3

B. Konsep Keperawatan Medikal Bedah (Kmb)

C. K3 Dalam Keperawatan Medikal Bedah

D. Kasus K3 Dalam Kmb

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

PENUTUP
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas

medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor

potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan

program keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan,

seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-

infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan

lain sebagainya.

Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang

didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada

orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn

atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.

Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana

keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu,

keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia.


B. RUMUSAN MASALAH

E. Konsep K3

F. Konsep Keperawatan Medikal Bedah (Kmb)

G. K3 Dalam Keperawatan Medikal Bedah

H. Kasus K3 Dalam Kmb

C. TUJUAN

a. Mengetahui konsep k3

b. Memahami konsep keperawatan medikal bedah (kmb)

c. Mengetahui k3 dalam keperawatan medikal bedah

d. Kasus k3 dalam kmb.

D. MANFAAT

Agar dapat memahami konsep k3 dan konsep keperawatan

medikal bedah.
PEMBAHASAN

A. KONSEP K3

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas

medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi

berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program

keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya

perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan

limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap

pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan

Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk

kedalam program patient safety.

Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa

sumber “best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti National

Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease

Control (CDC), the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the

US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4%

pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National

Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang

diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar

dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165


laboratorium klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak

adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan

tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami stres, yang

merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan. Ketegangan otot

dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak didapatkan

dikalangan petugas rumah sakit.systems.

B. KONSEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang didasarkan

Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-

sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg

cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat

trauma.

Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana

keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-

spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik

sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan

keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik,

mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan

dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan

patofisiologis, (CHS,1992).
Keperawatan medical bedah di lakukan dengan :

a.. Pelayanan Profesional

b. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

c. Menggunakan scientific Metode

d. Berlandaskan Etika Keperawatan

a. Pelayanan Profesional

Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,

selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-

kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan

asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi

keperawatan.

Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah

menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.

Dalam hal ini perawat harus bersikap Acceptance, Sensitif, Empati, dan trust

kepada klien. Selain itu perawat harus memahami dan mengaplikasikan Prinsip–
Prinsip Moral dalam Praktek Keperawatan antara lain :

1. Autonomy

2. Beneficience

3. Justice

4. Fidelity ( setia)

5. Veracity (kejujuran)

6. Avoiding killing

a. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan

Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah

dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan

pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.

Dasar pengetahuan yang harus dimiliki perawat profesional antara lain :

1. Konsep sehat – sakit

2. Konsep manusia dan kebut. Dasar manusia

3. Patofisologi penyakit

4. Konsep stres – adaptasi

5. Tugas perkembangan usia dewasa

6. Proses keperawatan dan penerapannya

7. Komunikasi terapeutik

8. Konsep kolaborasi & manajemen keperawatan


b. Menggunakan scientific Metode

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses

keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi

asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).

c. Berlandaskan Etika Keperawatan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas

etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/

kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity

(kejujuran), Justice (keadilan).

Fungsi Kode Etik Keperawatan antara lain :

1. Memberi dasar dlm mengatur hubungan perawat , klien, tenaga kes. Lain,

masyarakat dan profesi keperawatan

2. Memberi dasar dlm menilai tindakan keperawatan

3. Memberi dasar dlm membuat kurikulum pendidikan keperawatan

4. Membantu masy utk menget. Pelaks yankep yg benar


Kode Etik Keperawatan di Indonesia :

1. Tanggung jawab Perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat)

2. Tanggung jawab Perawat thd Tugas

3. Tanggung jawab Perawat thd Sesama perawat dan anggota profesi lain

4. Tanggung jawab Perawat thd Profesi Keperawatan

5. Tanggung jawab Perawat thd Pemerintah, bangsa dan tanah air

C. K3 DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit ,tempat untuk

melakukan tindakan pembedahan ,baik efektif maupun akut , yang membutuhkan

keadaan suci hama (stretil) .

a. Faktor hazard yang dialami petugas instrumen diruangan bedah

Menurut ahli laporan dari National Safety Council (NSC) tahun 1988

menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari

pekerja pada industri lain . Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk

jarum,tergores/terpotong , dan penyakit infeksi lain . Salah satu kecelakaan kerja

yang palling sering adalah luka jarum suntik yang umum terjadi dikalangan

petugas di ruang bedah . Sehingga peningkatan strategi pencegahan dan pelaporan

diperlukan untuk meningkatkan keselamatan kerja bagi petugas bedah tersebut


b. Alat kerja yang dapat di gunakan yang dapat menggangu kesehatan

petugas instrumen di ruang bedah

alat kesehatan adalah yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan

petugas instrumen di ruang bedah adalah benda-benda tajam seperrti skapel dan

jarum suntik yang dapat memberikan resiko terjadinya kecelakaan kerja

c. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas instrumen di ruangan

bedah

Selain membersihkan tangan yang harus selalu dilakukan petugas kesehatan

juga harus mengenakan alat pelindung diri sesuai dengan prosedur yang mereka

lakukan dan tingkat kontak dengan pasien yang diperlukan untuk menghindari

kontak dengan darah dan cairan tubuh. APD untuk keperlluan kewaspadaan

standar terdiri atas sarung tangan, gaun pelindung mata, dan masker bedah .

Peralatan tambahan seperti penutup kepala untuk melindungi rambut

tidakdianggap APD tetapi dapat digunakan demi kenyamanan petugas kesehatan.

Begitu pula,sepatu bot juga dapat digunakan untuk keperluan praktis,misalnya bila

diperlukan sepatu yang tertutup rapat dan kuat untuk menghindari kecelakaan

akibat benda tajam. Bila digunakan dengan benar, APD akan melindungi petugas

kesehatan dari ajanan terhadap jenis penyakit menular tertentu .


d. Ketersediaan obst P3K ditempat kerja petugas

P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera

diberikan kepada korban yang mendapat kecelakaan atau penyakit

mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban di bawa ke tempat

rujukan. P3K sendiri ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada

korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap di berikan oleh dokter

atau petugas kesehatan lainnya .

Berdasarkan undang-undang nomor 3 tahn 1969 pasal

19:”setiap badan,lembaga atau dinas pemberi jasa,atau bagiannya yang

tunduk kepada konvensi ini,dengan memperhatikan besarnya dan

kemungkinan bahaya hars menyediakanapotik atau pos P3K sendiri,atau

kantur pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai satu atau lebih

lemari,kotak atau perlengkapan P3K”. Rumah sakit merupakan salah satu

lembaga pemberi jasa dengan unit sterilisasi yang menjadi bagiannya .

Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil

P3K. Fasilitas dapat berupa kotak P3K,isi kotak P3K buku pedoman,ruang

P3K,perlengkapan P3K (alat perlindungan,alat darurat,alat angkut dan

transportasi). Personil terdiri dari penanggung jawab:dokter pimpinan P3K

, ahli K3 , petugas P3K yang telah menerima sertifukas pelatihan P3K

ditempat kerja .
Rekomendasi minimum fasilitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe 1

yaitu kasa steril terbungkus,perban (lebar 5cm),perban (lebar 7,5

cm),plester (lebar 1,25 cm),plester cepat , kapas (25 gram), perban

segitiga/mettela,gunting,peniti,sarung tangan sekali pakai,masker,aquades

(100 ml lar saline), podivon iodin (60 ml),alkohol 70% , buku panduan

P3K umum , buku catatan, daftar isi kotak . Sedangkan pada kotak P3K

tipe II terdiri dari kasa steril terbugkus,perban (lebar 5 cm) , perban (lebar

7,5cm),plester (lebar 1,25 cm ) ,plester cepat , kapas (25 gram) , perban

segitiga/mettela, gunting,peniti,sarung tangan sekali

pakai,masker,bidai,pinset,lampu senter,sabun,kertas pembersih (cleaning

tissue),aquades (100 ml larutan saline), podivon iodin (60 ml),alkohol 70%

, buku panduan P3K umum

e. Pemeriksaaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai

peraturan (sebelum bekerja,berkala,berkala khusus)

Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical

control) yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini

mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang dapat tumbuk pada setiap jenis

pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan


meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap orang

disekitarnya.

Dengan deteksi dini,maka penatalaksanaan kasus

menjadi lebih cepat,mengurangi penderitaan dan mempercepat

pemulihan kemampuan prokdutivitas masyarakat pekerja.Disini

diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit

akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment)

pencegahan sekunder ini dilakanakan melalui pemeriksaan

kesehatan pekerja yang meliputi :

1. Pemeriksaan awal

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

sebelum seseorag calon/pekerja (petugas kesehatan dan

non kesehatan) mulai melaksanankan

pekerjaannya.Pemeriksaan ini bertujuab untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon

pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut

ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan

yang akan ditugaskan kepadanya .


Pemeriksaan kesehatan awal ini meliputi

a. Anamnese umum

b. Anamnese pekerjaan

c. ‘penyakit yang pernah di derita

d. Alergi

e. Imunisasi yang pernah didapat

f. Pemeriksaan badan

g. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan tertentu :

a. Tuberkulin test

b. Psiko test
2. Pemeriksaan berkala

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan

secara berkala dengan jarak waktu berbeda yang

disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang

dihadapi . Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak

waktu antar pemeriksaan berkala . Lingkup

pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan

pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan

bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan

lainnya,sesuai dengan resiko kesehatan yang

dihadapidalam pekerjaan .

3. Pemeriksaan khusus

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu

pada keadaan dimana ada atau di duga ada keadaan

yang dapat mengganggu kesehatan pekerja .


f. Peraturaan pimpinan di rumah sakit tentang K3 ditempat kerja

Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara

kerja, alat kerja, proses kerja,dan lingkungan kerja. Upaya ini

meliputi peningkatan,pencegahan,pengobatan dan

pemulihan.RS harus membuat peremcanaan yang efektif agar

tercapai keberhasilan penerapan sistem management K3 dengan

sasaran yang jelas dan dapat diukur . Perencanaan K3 di RS

dapat mengacu pada standar sistem managenment K3 di RS

diantara self assesment akreditas K3RS dan SMK3

Perencanaan meliputi :

1. Identifikasi sumber bahaya , penilaian dan pengandalian

faktor resiko , RS harus melakukan kajian dan identifikasi

sumber bahaya , penilaian serta pengendalian faktor resiko.

a. Identifikasi sumber bahaya

Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan

potensi bahaya .
2. Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat

terjadi . sumber bahaya yang ada di RS harus

diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat

resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan PAK .

3. Penilaian faktor resiko

Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko

dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial

yang menimbulkan resiko kesehatan dan keselamatan

4. Pengendalian faktor resiko

Dilaksanankan melalui 4 tingkatan pengendalian

resiko yakni kehilangan bahaya ,menggantikan

sumber resiko dengan sarana/peralatan lain yang

tingkat resikonya lebih rendah/tidak ada

(engineering/rekayasa) , administrasi dan alat

pelindung pribadi (AAP)


b. Pembuat peraturan

RS harus membuat , menetapkan dan melaksanakan standar

operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan

,perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang

berlaku . SOP ini harus di evaluasi , diperbaharui dan harus

dikomunikasikan serta di sosialisasikan pada karyawan dan

pihak yang terkait .

c. Tujuan dan sasaran

RS haus dipertimbangkan peraturan perundang-undangan

,bahaya potensial dan resiko K3 yang bisa diukur

,satuan/indikator pengukuran,sasaran pencapaian dan

jangka waktu pencapaian (SMART)

d. Indikator kerja

Indikator kerja harus dapat diukur sebagai dasar penilaian

kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai

keberhasilan pencapaian SMK3 RS .

e. Program K3
RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS ,

untuk mencapai sasaran harus ada monitoring , evaluasi

dan dicatat serta dilaporkan .

g. Keluhan atau penyakit yang dialami

berhubungan dengan pekerjaan pada petugas instrumen

diruang bedah

peneliti menyatakan Para bahwa di dalam kamar operasi

terkandung kadar eter yang signifikan ketika “the open

drop technique’’ digunakan. Dan diketahui bahwa paparan

obat anastesi inhalasi seperti diethyl eter, nitrous oxide, dan

eloroform lebih mengarah tentang infertilisasi dan aborsi

spontan, insidensi kelainan kogenital kanker, penyakit

hematopoetik, penyakit liver, dan penyakit saraf seperti

pisikomotor dan tingkah laku sebagai akibat paparan gas

anastesi.

h. Upaya K3 lainnya yang dijalankan

Misalnya ada penyuluhan/pelatihan,

pengukuran/pemantauan lingkungan tentang Hazard yang


pernah dilakukan. Bahaya potensial di RS dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu

disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur),

faktor kimia (anti septik, gas anastesi), faktor ergonomi (cara

kerja yang salah), faktor fisika (suhu, cahaya, bising, getaran

dan radiasi), dan faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan

sesama antar atasan).

D. KASUS K3 DALAM KMB

Ny R 76 tahunagama islam suku sunda pekerjaan ibu

rumah tangga masuk RS dengan diagnosis hemiparese kiri

e.c.stroke infark sistem karotis kanan . Riwayat sekarang : klien

mengalami penurunan kesadaran sejak masuk ke RS , klien

mengalami hemiparese kiri sehingga mengalami kelemahan

otot pada alat gerak sebelah kiri. Alat gerak sebelah kanan

terlihat aktif, klien terpasang infus, NGT,DC, dan mayo serta

terpasang NRM. Riwayat kejadian sejak tiga jam SMRS klien

di temukan pingsan pada pukul 04:00 pagi. Tidak ada kejang,


tidak ada mual muntal, di panggil dan di goyang tidak bangun.

Lalu klien di bawa ke RS. Satu hari SMRS klien mengeluh

batuk pusing dan demam, lalu klien berobat ke puskesmas dan

di beri obat amoksilin dan parasetamol. Saat berobat tekanan

darah klien 160/110 mmHg, klien tidak pernah mengalami

struk, klien memiliki riwayat hipertensi, asam urat, dan

penyakit jantung. Menurut keluarganya suami nyonya R

memiliki riwayat hipertensi, tapi tidak ada anggota keluarga

yang menderita penyakit yang sama.

Pada saat pemeriksaan fisik di temukan : kesadaran

menurun GCS (E2 V1 M4) tampak lemah dan sakkit berat,

tekanan darah 150/100 mmHg, HR 98 x/menit, RR 28x/menit,

Suhu 36 derajat celsius. Breathing: refleks batuk (+) adanya

peningkatan sputum, sesak (-), ronchi (+). Blood : bunyi

jantung murni reguler, s1,s2 normal,CRT kurang dari dua detik.

Brain : tampak lemah sering tertidur. Tidak dapat bicara,

ekspresi apatis, tubuh bagian kiri lemah bagian kanan aktif.

Saraf kranial refleks pupil (+), bulat isokor, kesulitan membuka


mulut, pemeriksaan saraf lainnya tidak dapat di kaji. Kekuatan

otot : 4/0/4/0. Boel : tidak ada muntah BAB 1-2x/hari lembek

kuning pekat, bising usus sepuluh kali permenit, terpasang

NGT. Bone : kulit pucat dan kering, tidak ada tanda dekubitus.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan

fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan.

Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang

didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada

orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi

dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


oleh karena itu penulis meminta agar pembaca berkenan memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan di masa mendatang, amien yaa
robbal alamien.

Anda mungkin juga menyukai