BAB II
Kesatuan wilayah yang terdiri atas daratan, Perairan, dan dirgantara adalah salah
satu kesatuan yang menyatu dalam bangsa Indonesia dalam rangka wawasan
nusantara. Dari tiga matra wilayah Republik Indonesia maka wilayah Perairan
Kondisi riel ini yang membuat sejak zaman nenek moyang dahulu Negara dan
bangsa Indonesia dikenal sebagai negara dan bangsa bahari (maritim), dimana
memiliki luas laut yang lebih luas dari luas daratan Indonesia. Dua Pertiga
wilayah Indonesia diliputi oleh Perairan laut yang terdiri dari laut Pesisir, laut
lepas, teluk, dan selat. Pemerintah tepatnya pada tanggal 13 Desember 1957
24
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2005,
hal. 1
25
Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan di Indonesia, Jakrta : Sinar Grafika, 2011,
hal. 3.
25
mil laut dan lebar laut tersebut diukur dari garis dasar yang menghubungkan titik
luar dari pulau-pulau Indonesia yang terluar dikenal dengan “point to point
Laut Internasional tahun 1982 atau United Nation on the Law of the Sea 1982,
a. Laut Teritorial
Batas laut teritorial adalah suatu batas laut yang ditarik dari sebuah garis
dasar dengan jarak 12 mil ke arah laut. Garis dasar adalah garis khayal
Indonesia. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar merupakan laut
kedaulatan sepenuhnya. Negara lain dapat berlayar di wilayah ini atas izin
Pemerintah Indonesia. 27
b. Landas Kontinen
Istilah landas kontinen atau landas benua (continental shelf) pada mulanya
26
H. Djoko Tribawono. Hukum Perikanan Indonesia edisi kedua, Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, hal. 48.
27
http://campusnancy.blogspot.com/2013/04/batas-zona-ekonomi-eksklusif-laut.html
diakses tanggal 1 Maret 2015.
28
I wayan parthiana,op.cit., hal. 169.
26
dalam UU 4 Prp 1960 sampai kedalaman 200 meter atau lebih, dimana
organisme hidup yang termasuk dalam jenis sedinter. Jenis sedinter ini
diatas maupun di dasar laut. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis
pangkal darimana lebar laut teritorial diukur dengan jarak paling jauh
adalah 200 mil. Kalau ada dua negara yang berdampingan mengusai laut
dalam satu landas kontien dan jaraknya kurang dari 400 mil, batas
kontinen masing-masing negara ditarik sama jauh dari garis dasar masing-
Secara umum dapat didefenisikan tentang apa yang dimaksud dengan zona
dan berbatasan dengan laut teritorial selebar 200 (dua ratus) mil laut
diukur dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur. Dengan
defenisi umum ini dapat ditarik beberapa prinsip dasar dari zona ekonomi
bukanlah bagian dari laut teritorial karena letaknya yang diluar laut
terotorial.
batas ini ditinjau dari laut teritorial adalah merupakan garis atau
darimana lebar laut teritorial diukur. Garis pangkal itu bisa berupa
kepulauan.
sama-sama diukur dari garis pangkal maka praktis lebar dari zona
ekonomi eksklusif adalah (200-12) mil laut, yakni 188 mil laut. Hal
ini disebabkan karena laut selebar 12 mil laut dari garis pangkal
28
negara pantai dan tunduk pada kedaulatan negara pantai itu sendiri.
bagian wilayah negara pantai dan oleh karena itu tidak tunduk pada
kekayaan laut yang sangat banyak mulai dari potensi Perikanan tangkap, industri
salah satu kekayaan alam laut Indonesia yang patut untuk dibanggakan. Hal ini
dapt dilihat dari potensi Perikanan bidang Penangkapan sebesar 6,4 juta ton/
tahun, potensi Perikanan umum sebedar 305.650 ton/tahun dan pada tahun 2011,
baik. Dengan jumlah potensi yang demikian besar, tentu Indoneisa harus memiliki
ialah :
29
I Wayan Parthiana,op.cit., hal. 105
30
http://simantap.djpt.kkp.go.id/static/uploads/RENSTRA-SDI%202010-2014-BSC.pdf
diakses tanggal 1 Maret 2015
29
laut Asing (pada tahun 1938), Ordonansi laut teritorial dan lingkungan
ke luar negeri
diPerolehnya.
Penangkapan
30
tawar (Pesut) dan lumbalumba air laut sebagai satwa liar yang
dilindungi.
banyak nelayan asing maupun lokal memiliki kapal besar dengan teknologi tinggi
31
Syamsumar Dam, Politik Kelautan, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hal. 115.
31
masyarakat ataupun aparat Penegak hukum dalam bidang Perikanan, hal ini baik
tindak pidana Perikanan yang merugikan sektor Perikanan Indonesia. Oleh karena
itu Perautran mengenai Perikanan yang hanya sekedar saja tidak mampu
mengatasi persoalan yang terjadi pada masa sekarang ini. Selain dengan adanya
Indonesia. Pengawasan terhadap sektor Perikanan pada masa sekarang ini harus
penangkapan ikan tersebut harus dilakukan dengan efisien dan efektif. Efisiensi
sumber daya ikan tidak hanya disebabkan tekanan Pemanfaatan lebih (over
fishing), yang juga disebabkan oleh Penggunaan alat tangkap hasil temuan
Perikanan. Pengawasan Perikanan ini adalah salah satu kegiatan yang dilakukan
32
H. Djoko tribawono, op.cit. , hal. 7.
32
di wilayah laut Indoensia ini harus dilakukan secara sistemtis dan simultan. Dalam
Penangkapan ikan, sebab Perikanan tangkap yang pada prinsipnya bahwa kapal
Perikanan ini juga diatur dalam sebagaimana yang diatur dalam Permen Kelautan
dengan usaha Perikanan tangkap secara terpadu, maka Perlu ditentukan sasaran
yang akan dijadikan dasar untuk melaksakan Pengawasan kapal Perikanan secara
intensif. Dalam Pasal 3 dinyatakan pula bahwa objek Pengawasan kapal Perikanan
meliputi :
g. Daerah Penangkapan
pula oleh tempat-tempat tertentu untuk melakukan Pengawasan. Hal ini sesuai
dengan Pengelolaan dan Pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai
merupakan bagian dari hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan Perikanan.
Dari defenisi diatas jelas bahwa Perikanan memiliki banyak aspek kajian, salah
daya hayati Perairan dan tujuan yang telah disepakati. Karena aspek kajian dari
perikanan tersebut merupakan hal-hal yang penting dan tidak sembarang maka
merupakan hal yang wajib. Karena Pengawasan ini juga merupakan upaya untuk
seperti ini sebelumnya tidak terdapat dalam ordonansi Perikanan yang dulu yakni
November 2000 sesuai Kepres Nomor 165 Tahun 2000, Ditjen PSDKP
Bakorkamla dan Polair. 33 Adapun struktur Organisasi yang ada dalam Direktorat
33
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan http:// kkp.go.id/ diakses tanggal 5
Maret 2015
37
34
Bkd.bantulkn.go.id
38
terdiri atas Penyidik PNS Perikanan dan non Penyidik (Pasal 66 ayat 3 UU
diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal pula, hal ini berlaku
(c) Mengambil contoh ikan atau bahan yang diPerlukan untuk Pengujian
laboratorium
(i) Menurunkan alat tangkap yang tidak sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan
Perikanan;
Perikanan;
dan/atau orang yang diduga atau patut diduga melakukan tindak pidana
Penyidik;
dengan beberapa hal, ini terdapat dalam Pasal 66Cayat 2 UU Perikanan, yakni
dapat dilengkapi dengan kapal Pengawas Perikanan, senjata api dan/atau alat
41
Pengaman diri. Pengawas Perikanan yakni PNS dari Menteri Kelautan dan
Petugas Pengawas Perikanan adalah orang sipil dan Pengawasannya lebih bersifat
teknis dan administratif di bidang Perikanan. Oleh karena itu tidak semua bidang
kejahatan. Senjata api tersebut diperlukan hanya untuk menjaga diri atau membela
diri. Penguasaan senjata api untuk kepentingan Pengawasan Perikanan juga harus
Senjata Api. Setiap orang yang bukan anggota tentara atau polisi yang memakai
dan memiliki senjata api harus mempunyai izin Pemakaian senjata api menurut
(Kapolri). Ketentuan dapat dibekali dengan senjata api juga diberikan kepada
Perlengkapan senjata api yang lebih melekat kepada kapalnya daripada pada
Pengawas Perikanan adalah kapal yang digunakan untuk melindungi sumber daya
patrol ship) dalam dunia Pelayaran sering disebut "Kapal Putih", Hal ini karena
Perikanan Nomor 45 tahun 2009 juga dijelaskan bahwa fungsi dari kapal
35
Heru Triharyanto, 2014. “Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap
Pengembangan Karir Awak Kapal Pengawas Perikanan pada Ditjen Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan (PSDKP)”. Universitas Terbuka, Vol. 1 No. 1 2014.
36
http://id.wikiPedia.org/wiki/Kapal_Pengawas_Perikanan diakses tanggal 7 Maret 2014
43
membawa, dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan
Pelabuhan terdekat untuk Pemrosesan lebih lanjut. Penahanan kapal ini dapat
unit. Dari jumlah tersebut sebanyak 17 unit yang dilengkapi senajta api. Dengan
data itu tampak bahwa tidak semua kapal Perikanan dilengkapi dengan senjata
api, hanya sekitar 40% kapal yang dilengkapi dan pihak kementerian kelautan dan
Kapal Perikanan adalah kapal atau Perahu atau alat apung lainnya yang
survei atau eksplorasi Perikanan atau Pengertian sempit yang menyatakan bahwa
kapal Perikanan adalah kapal yang secara khusus diPergunakan untuk menangkap
37
Gatot supramono.op.cit., hal 59-60.
44
hingga ukurannya. Kapal-kapal ikan tersebut dapat terdiri dari Perahu berukuran
kecil berupa Perahu sampan (Perahu tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga
dayung atau layar, perahu motor tempel yang terbuat dari kayu hingga pada kapal
ikan berukuran besar yang terbuat dari kayu, fibre glass maupun besi baja dengan
tenaga Penggerak mesin diesel. Jenis dan bentuk kapal ikan ini berbeda sesuai
dengan tujuan usaha, keadaan Perairan, daerah Penangkapan ikan (fishing ground)
Penumpang dan kapal niaga lainnya maupun kapal barang, harus memenuhi syarat
umum sebagai kapal. Berkaiatan dengan fungsinya yang sebagian besar untuk
kegiatan Penangkapan ikan, maka harus juga memenuhi syarat khusus untuk
1. Kecepatan
karena untuk mencari dan mengejar gerombolan ikan. Disamping iitu juga
38
Purbayanto et al. 2004. Kajian Teknis Kemungkinan Pengalihan Pengaturan Perijinan
dari GT menjadi Volume Palka pada Kapal Ikan. Makalah tentang “Paradigma baru Pengelolaan
Perikanan yang bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan kelestarian sumberdaya dan
manfaat ekonomi maksimal” 10-11 Mei 2004 lihat pula
http://muliana567.blogspot.com/2012/06/kapal-Perikanan.html
45
2. Olah Gerak
dan sebagainya.
3. Ketahanan Stabilitas
5. Konstruksi
Konstruksi kapal Perikanan harus kuat terhadap getaran mesin utama yang
yang seukuran, benturan gelombang dan angin akan lebih besar karena
gerombolan ikan.
46
6. Mesin Penggerak
harus kecil tetapi mempunyai kekuatan yang besar dan ketahanan harus
tetap hidup dalam kondisi olengan maupun trim dalam waktu yang lama,
tangkapan tetap dalam keadaan segar, untuk itu kapal Perikanan harus
8. Perlengkapan Penangkapan
seperti: Line hauler, net hauler, trawl winch, purse winch, power block dan
39
http://muliana567.blogspot.com/2012/06/kapal-Perikanan.html diakses pada tanggal 10
Maret 2014
47
khusus untuk menangkap ikan sesuai dengan alat Penangkap dan teknik
mengawetkan.
3) Kapal survey
4) Kapal latih
ikan.
kapal Perikanan. 40
40
Ardidja, Supardi. 2007. Kapal Penangkap Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/19583983/Kapal-Penangkap-Ikan. diaskes tanggal 10 Maret 2015
48
Pembudidayaan ikan.
Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan adalah kapal, Perahu, atau alat
diatas memang terlihat bahwa kapal Perikanan memang selalu identik dengan
Penangkapan ikan. selain mengatur tentang defenisi dari kapal perikanan itu
dilakukan oleh kapal Perikanan baik nasional maupun asing terutama dalam hal
Penangkapan ikan. Adapun yang menjadi kewajiban orang atau pihak dan kapal
Nomor 45 tahun 2000 tentang Perizinan Usaha Perikanan yang terdiri dari
telah memiliki IUP wajib memiliki SPI bagi setiap kapal perikanan yang
b. Alat penangkapan
c. Pelabuhan pangkalan
e. Identitas kapal
penangkapan ikan
SPI yang telah diberikan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
bulan sejak SPI diperoleh dan/atau sejak perubahan SPI diberikan oleh
yang berwenang.
(SIKPPI)
berlaku SIKPPI beragam, tergantung pada jenis ikan yang akan ditangkap,
yaitu untuk jenis ikan pelagis bersar selama 3 tahun, sedangkan jenis
pelagis kecil 2 tahun. SIKPPI ini bias diperpanjang untuk jangka waktu
yang telah memiliki SIUP dan PPKA, kemudian aan mengoprasikan kapal
pengangkut ikan asing yang disewa, wajib memiliki Surat izin SIKPPI
juga bagi seiap kapal yang digunakan. Sama dengan kapal Indonesia,
SIKPPI untuk kapal asing diberikan untuk jangka waktu 1 tahun dan dapat
5. Setiap kapal perikanan dan pihak-pihak yang berada dalam kapal tersebut
pelayarannya.
8. Kapal perikanan juga wajib memiliki surat layak oprasi perikanan dalam
atau hal yang boleh dilakukan oleh kapal perikanan setelah memenuhi kewajiban
1. Kapal perikanan Indonesia atau kapal perikanan asing memiliki hak untuk
kapal perikanan
Dalam UU Prp. Tahun 1960 menyatakan bahwa lalu lintas laut damai
dalam perairan Indonesia terbuka bagi kapal asing. Lalu lintas laut damai
di laut wilayah pada dasarnya tidak boleh diganggu gugat oleh Negara
1960 tentang Lalu Lintas Laut Damai Kendaraan Air Asing dalam
pelayaran untuk maksud damai yang melintas di wilayah laut dan perairan
41
H. Djoko Tribawono. Hukum Perikanan Indonesia (Edisi Kedua), Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2013, hal 50.