Pendahuluan: Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor merupakan lesi mukosa mulut
yang paling umum di antara pengamatan para doktrer gigi. Stomatitis Aphtosa Rekuren
(SAR) Minor adalah varian yang paling umum, dimana 80% dari SAR 80% memiliki
ukuran bervariasi dari 8 sampai 10 mm. Hal ini paling sering terlihat pada permukaan
mukosa yang tidak berkeratin seperti mukosa labial, mukosa bukal, dan dasar mulut. Ulkus
sembuh dalam 10-14 hari tanpa bekas luka. Tujuan : untuk membuat laporan kasus
tentang Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. Kasus dan Diagnosa: pasien laki-laki
30 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan rasa sakit dan perih karena
terdapat sariawan pada bibir bawah sejak 3 hari yang lalu. Seminggu yang lalu pasien
mengeluhkan ada sariawan juga, tetapi sudah sembuh dan sekarang ada lagi. faktor
predisposisi dari kasus ini adalah stomatitis aphtosa rekuren (SAR) Minor akibat adanya
faktor stres. Pengobatan: pengobatan yang diberikan adalah edukasi, instruksi dan
medikamentosa.
Kata kunci : : Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor¸ Predisposisi, Faktor Stres
ABSTRACT
Introduction: Reccurent Aphtosa Stomatitis (RAS) Minor is among the most common oral
mucosal lesion physicians and dentists observe. Minor RAS is the most common variant,
constituting 80% of RAS Ulcers vary from 8 to 10 mm in size. It is most commonly seen in
the nonkeratinized mucosal surfaces like labial mucosa, buccal mucosa, and floor of the
mouth. Ulcers heal within 10–14 days without scarring. Objective: to make case report
about Reccurent Aphtosa Stomatitis (RAS) Minor. Case and diagnose : Male patients aged
30 years came to the Hospital baiturrahmah complaining of pain because there are ulcer
sores on the lower lip since three days ago. A week ago patients also complained there
thrush, but had recovered and now there are more. Predisposing factors of this case are
recurrent aphthous stomatitis (SAR) Minor due to the stress factor. Treatment: The
treatments are given education, instruction and medicamentose.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
kebersihan mulut mereka karena kesibukan dan rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat
berpengaruh menurunkan daya tahan tubuh serta terjadinya sariawan. Dalam istilah medis
dikenal dengan Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) merupakan keadaan patologis yang
ditandai adanya ulkus atau ulser yangn berulang, sakit, kecil, ulser berbentuk bulat atau
oval, dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous dengan dasar kuning keabu-abuan.
Prevalensi SAR bervariasi tergantung pada daerah populasi yang di teliti. Angka
prevalensi SAR berkisar 15-25% dari populasi penduduk di seluruh dunia.3,9 Penelitian
telah menemukan terjadinya SAR pada dewasa sekitar 2% di Swedia (1985), 1,9% di
Spanyol (2002) dan 0,5% di Malaysia (2000). SAR tampaknya jarang terjadi di Bedouins
Kuwaiti yaitu sekitar 5% dan ditemukan 0,1% pada masyarakat India di Malaysia.
Namun, SAR sangat sering terjadi di Amerika Utara.9 Di Indonesia belum diketahui
berapa prevalensi SAR di masyarakat, tetapi dari data klinik penyakit mulut di rumah
sakit Ciptomangun Kusumo tahun 1988 sampai dengan 1990 dijumpai kasus SAR
sebanyak 26,6%, periode 2003-2004 didapatkan prevalensi SAR dari 101 pasien terdapat
Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR
bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang
menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl
sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres,
defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan.
Dokter gigi sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat memicu
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa stress termasuk faktor predisposisi atau
faktor pemicu terjadinya sariawan atau disebut juga SAR. Stres adalah reaksi/respons
tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres adalah respon
manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntunan kebutuhan yang ada dalam
dirinya (Pusdikakes Depkes. RI dalam Sunaryo 2004). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian utuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stres. Dalam beberapa
penelitian juga menyebutkan bahwa faktor etiologi stres yang merupakan faktor etiologi
tertinggi kedua yang diduga memicu terjadinya lesi yang diduga sebagai SAR.11
LAPORAN KASUS
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit dan perih pada saat makan, minum dan
berbicara pada bibir bawah sejak 3 hari yang lalu. Seminggu yang lalu pasien
mengeluhkan ada sariawan juga, tetapi sudah sembuh dan sekarang ada lagi. Pasien
mengatakan terakhir kali sariawan sudah satu tahun yang lalu. Pasien mengakui
beberapa minggu ini sering tertekan karena masalah pekerjaan dan masalah dalam
keluarga. Pasien belum pernah mengobati sariawan tersebut. Pasien merasa tidak
servikal tidak teraba, tidak sakit dan TMJ normal. Hasil pemeriksaan intra oral
didapatkan pada depan bibir bawah ada ulkus atau ulser bulat atau oval berukuran
1-2mm, berwarna putih kekuningan yang dikelilingi pinggiran yang eritematus sebanyak
satu buah.
Minor dengan penyebab yang tidak diketahui hingga saat ini. Tetapi mempunyai faktor
predisposisi atau faktor pemicu yaitu faktor stress yang dialami oleh pasien. Setelah
pada kasus ini ada dua yaitu resep obat dan penjelasan serta edukasi kepada pasien.
Obat yang diberikan yaitu Triamcinolone Acetinide 0,1% dan Vit C 500mg.
Triamcnolone Acetinide 0,1% diberikan dalam bentuk krim dengan pemakaian dua kali
sehari, dioleskan tipis-tipis pada daerah yang sakit, pagi dan malam setelah makan. Vit
C 500mg diberikan dalam bentuk tablet dengan pemakaian satu kali sehari 1 tablet
Selanjutnya yaitu penjelasan dan edukasi kepada pasien. Menjelaskan kepada pasien
bahwa sariawan tersebut tidak parah, tidak berbahaya dan tidak akan menular. Sariawan
tersebut masih dikatakan normal, yang terjadi akibat stress yang dialami oleh pasien,
meskipun tidak diobati sariawan tersebut bisa sembuh tetapi dengan adanya obat akan
mengkonsumsi air putih dan sayur-sayuran serta buah-buahan. Usakan untuk tidak
terlalu memikirkan masalah sampai membuat stress, tetap menjaga kebersihan rongga
mulut dengan menyikat gigi 2 kali sehari minimal pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur.
PEMBAHASAN
Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor yaitu suatu kondisi peradangan berupa
ulser pada mukosa rongga mulut dengan karakteristik ulserasi ulang kambuh dan masa
bebas ulkus selama beberapa hari hingga minggu. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)
Minor ini merupakan penyakit rongga mulut yang sangat umum dijumpai pada setiap
orang. Etiologinya hingga saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi memiliki faktor
predisposisi yaitu: faktor herediter, defisiensi Fe, B12, Asam folat, gangguan imunologi
(alergi), stress, trauma, gangguan hormonal (menstruasi wanita), infeksi bakteri dan virus
Pada kasus diatas operator memilih untuk mengeliminasi setiap faktor predisposisi yang
tidak berhubungan dengan gejala yang ditimbulkan oleh pasien. Stomatitis Aphtosa
Rekuren (SAR) Minor atau sariawan muncul tanpa didahului demam atau malaise, hal ini
penting untuk membedakan apakah sariawan merupakan lesi SAR atau lesi yang
disebabkan oleh infeksi virus dimana diketahui bahwa infeksi virus didahului dengan
Kemudian, kasus diatas juga tidak menemukan anggota keluarga yang sedarah
memiliki riwayat sariawan yang hilang timbul, sehingga berdasarkan uraian pasien diatas
tidak ditemukan keterlibatan faktor genetik. Faktor predisposisi yang lain adalah faktor
stress, pada kasus pasien menyatakan sariawan muncul beberapa minggu ini dimana saat
ini pasien sering mengalami stress karena tekanan dalam pekerjaan serta masalah
Pemeriksaan klinis intra oral dilakukan untuk menegakkan diagnosa dengan empat
kriteria minor yang terpenuhi adalah ulkus berbentuk oval, dangkal dengan warna putih
keabu-abuan, diameter ± 4 mm, tepi ulcer yang eritematosus yang reguler. Selain itu,
durasi rekurensi seminggu yang lalu berulang lagi pada saat pasien mengalami stress,
dengan lokasi ulcer yang berpindah-pindah tetapi pada mukosa yang tidak berkeratin,
sering sembuh sendiri tanpa diberikan obat, dan pasien tidak merokok 2 .
menghilangkan faktor pemicu seutuhnya tetapi hanya dapat diberikan terapi untuk
mencegah infeksi sekunder serta mempercepat penyembuhan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan obat serta penjelasan kepada pasien melalui tindakan KIE agar
menghilangkan factor pemicu seperti halnya stress yang akan dapat mempengaruhi
penyembuhan yang cukup signifikan, dimana ulser sudah mengecil bahkan tidak tampak
lagi secara visual. Pasien juga merasakan keparahannya berkurang karena tidak
terganggunya membuka mulut dan makan atau minum yang panas dan dingin akibat
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding untuk Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor terdiri dari: Viral
Crohn, Kelainan darah, Infeksi HIV / AIDS, Ulkus Traumatik. Tetapi berdasarkan
pemeriksaan intra oral diagnosa banding yang paling mendekati adalah ulkus traum
proinflamasi Interleuken
(IL)-1B dan IL-6
Gambaran Klinis
Masa Pemulihan Rasa sakit akibat stomatitis Satu kali kunjungan dengan
yang berukuran kecil masa pemulihan bila penyebab
biasanya akan hilang antara
10-14 hari dan lesi ini akan trauma telah dieliminasi,
sembuh secara sempurna sembuh dalam waktu 3-7 hari.
dalam waktu 1-2 minggu Untuk ulkus trauma yang
hingga bulan6,10. sudah kronis perlu waktu lebih
lama, 2-3 minggu11-12.
1.1. Pengertian
Recurrent aphthous stomatitis atau stomatitis aphtosa rekuren (SAR) adalah penyakit
rongga mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat, dengan prevalensi mencapai
20-25%. Sebuah penelitian mendapatkan prevalensi yang mencapai 5-66%. Penelitian lain
malah menunjukkan angka kejadian mencapai 90% pada anak yang kedua orangtuanya
mengalami SAR4 . Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor yaitu suatu kondisi
peradangan berupa ulser pada mukosa rongga mulut dengan karakteristik ulserasi
ulang kambuh dan masa bebas ulkus selama beberapa hari hingga minggu. Stomatitis
Aphtosa Rekuren (SAR) Minor ini merupakan penyakit rongga mulut yang sangat umum
1.2. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi yang pasti dari SAR belum diketahui secara pasti. Tetapi
para ahli mengatakan terdapat beberapa faktor yang turut berperan dalam timbulnya
lesi-lesi SAR. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor: herediter, infeksi bakteri dan virus,
defisiensi fe, defisiensi B12 dan defisiensi asam folat, dan gangguan sistem imun yang
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan
merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis
rekuren ini.11
1.3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnose
laboratorium yang spesifik yang dapat diandalkan untuk dapat menegakkan diagnose
SAR. SAR diawali dengan gejala prodromal yang digambarkan sebagai rasa sakit,
terbakar, atau tertusuk-tusuk 24-48 jam sebelum ulser. SAR terdiri dari empat tahap yaitu
jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan
sensasi rasa mulut terbakar ditempat timbulnya ulser. Secara mikroskopis sel-sel
Tahap pra ulserasi terjadi pada 18-72 jam perkembangan lesi SAR. Pada tahapa ini,
macula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan
meningkat saat tahap pre-ulserasi. Tahap ulserasii akan berlanjut selama beberapa hari
hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan akan
diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang
berkurang. Tahap penyembuhan terjadi pada hari ke-4 hingga 35. Ulser tersebut akan
ditutupi oleh epithelium. Penyembuhan luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan
jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Oleh karena itu, semua lesi SAR
1.4.Klasifikasi SAR
Berdasarkan gambaran klinis, SAR dibagi menjadi tiga, yang terdiri dari:
dibandingkan tipe SAR yang lainnya. Pada stadium awal SAR tipe minor timbul rasa sakit
dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat, kadang-kadang dapat
diketahui adanya vesikel. Epithelium hilang dan dalam beberapa jam dapat terlihat papula
kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur-angsur
membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan atau
makanan.
Pasien mengalami demam ringan, malaise atvaupun pembesaran kelenjar limpa. Lesi
bentuknya bundar atau ovaldengan diameter <1 cm. Permukaan abu-abu sampai kuning.
Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal.
Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang-kadangn bisa sampai 8. Dengan lokasi didaerah bukal,
dasar mulut, ataupun lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari hingga 2
2. SAR Mayor
Stomatitis tipe ini disebut juga Reccurent Scarring Aphtousa Ulser. Kira-kira
berkisar 10 sampai 15 persen dari kasus SAR adalah stomatitis aphtosa tipe
mayor. Pada stadium permulan berupa nodul atau plak yang kecil, lunak merah
dan sakit yang jika pecah akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi >1 cm dapat
dan dapat mencapai hingga 5 cm. tepi lesinya lesinya meninggi dan erythematous.
Lesi berbentuk kawah warna abu-abu dank eras jika di palpasi. Tipe ini sering
3. SAR Herpetiform
Stomatitis tipe ini sangat jarang terjadi, biasanya sekitar 5-10 persen dari kasus
SAR yang terjadi . ukurannya lebih kecil, sebesar ujung peniti dan dapat terbentuk
Selain ukurannya yang kecil, sariawan juga terasa sangat sakit dan dapat membuat
mulut penderita terasa sangat tidak enak karena jumlahnya ayg banyak dan dapat
eritematous5
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser. Biasanya
pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan terbakar pada mulutnya, lokasi ulser
berpindah-pindah dan sering berulang. Harus ditanyakan sejak dari umur berapa terjadi,
lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan faktor predisposisi juga
harus dicatat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut
dengan bentuk yang oval dengan lesi ±1 cm yang jumlahnya sekitar 2-6. Pemeriksaan
tambahan diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak
kunjung sembuh2,4.
2.1. Pengertian
kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai
stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis,
perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Beberapa tipe stresor yaitu :
33
menyenangkan.
Telah beberapa dekade dilakukan penelitian empiris klinis yang menunjukkan bahwa
faktor psikis mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit SAR.11 Genco et.al. (1998)
menuliskan stres jalur umum dari terjadinya sejumlah penyakit kronik, salah satu bagian
Beberapa peneliti telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara stresor
psikologis dengan pengaruh sistem imun, dimana respon imun tubuh dapat dimodulasi
oleh stresor psikologis. Pada kondisi stres, hipotalamus memicu aktivitas sepanjang aksis
yang menghambat komponen dari respon imun. Kortisol ini akan melepaskan
(sitokin tipe 1) dan meningkatkan produksi IL-10 dan IL-4 (sitokin tipe 2) yang akan
memicu terjadinya perubahan keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 yang lebih ke arah
respon tipe 2.
tipe 1/tipe 2 inilah yang memainkan peranan penting dalam menghubungkan pengaruh
stres terhadap sistem imun. Dalam upaya menghasilkan homeostatis akibat stres sering
menghasilkan kondisi patologis terhadap tubuh.35 Stres akibat stresor psikologis dapat
mempunyai level stres yang meningkat. Sedangkan pasien yang menderita ulser pada
waktu stres, maka ulser akan menjadi lebih parah, dan pada beberapa studi telah
perkembangan zaman, maka prevalensi SAR yang berhubungan dengan stresor psikologis
KESIMPULAN
Pada kasus diatas dapat didiagnosis pasien mengalami Stomatitis Aphtosa Rekuren
(SAR) Minor karena ditemukan didaerah depan bibir bawah ulser atau ulkus berbentuk
mm dan terasa tidak nyaman karena terasa sakit saat membuka mulut atau makan-
makanan yang panas dan pedas. Penyebab Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor tidak
diketahui secara pasti tetapi faktor predisposisi pada kasus ini disebabkan oleh factor
stress dimana dari pernyataan pasien, beberapa minggu ini pasien sering merasa tertekan
masalah pekerjaannya, sehingga dalam beberpa minggu ini pasien mengalami sariawan
yang berulang. Terapi yang diberikan pada pasien adalah edukasi, instruksi dan