Anda di halaman 1dari 17

Cari

CATATAN PENGADAAN
BARANG/JASA SAMSUL RAMLI
KUMPULAN CATATAN PEMIKIRAN, PENGALAMAN DAN BERBAGI TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA

 Disclaimer
 Download
 Home
 Hubungi Saya
 Pelatihan
 Tentang Saya
 Pustaka Buku

HOME 2019 JANUARI 5 MENGGUGAT KRIMINALISASI JABATAN PPTK

PEMBANGUNAN PENGADAAN BARANG/JASA PERPRES 16/2018

Menggugat Kriminalisasi Jabatan PPTK


By Samsul Ramli / Januari 5, 2019

Beberapa hari lalu mendapatkan kiriman satu berkas dakwaan dari


salah seorang teman facebook gegara artikel “Distribusi Kewenangan
PA, KPA dan PPK (Bagian 3) PPK, PPTK dan Pejabat Penandatangan
Kontrak”. Terdakwa kebetulan sebagai Pejabat Pengelola Teknis
Kegiatan (PPTK). Singkat cerita terdakwa adalah korban Peraturan
Pemerintah (PP) nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 12 ayat 2 huruf a, yang berbunyi PPTK
mempunyai tugas mencakup mengendalikan pelaksanaan Cari
kegiatan. Kalimat “mengendalikan pelaksanaan kegiatan”
menelan korban kesekian kalinya.

Sepanjang pengalaman menuliskan tentang PPTK dan pemberian


keterangan ahli kasus korupsi pengadaan barang/jasa pemerintah,
kalimat mengendalikan pelaksanaan kegiatan selalu dijadikan
dasar dakwaan.

Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin seorang petugas


administratif, di bawah kuasa PA/KPA, bertanggungjawab penuh
terhadap pengendalian kegiatan?

Artikel-artikel tentang PPTK di http://samsulramli.com kesemuanya


menyimpulkan bahwa PPTK hanyalah petugas administratif yang
bertanggungjawab formil kepada atasannya. Sejauh ini ada 2 tipe
tanggapan atas kesimpulan ini, yaitu :

1. Keberatan disebut hanya petugas administratif, dengan


berbagai tipe alasan
diantaranya:
1. Selama ini PPTK sudah kadung nyaman dan berperan besar
dalam pengelolaan keuangan daerah.
2. “Oknum” PA/KPA telah terbiasa dan nyaman karena seluruh
tanggungjawab dibebankan ke PPTK.
3. Karena memahami “mengendalikan kegiatan” adalah
tanggungjawab penuh PPTK sehingga perlu terlibat disetiap
titik kegiatan hingga pekerjaan dan pembayaran.
2. Setuju disebut hanya petugas administratif, dengan berbagai
tipe alasan
diantaranya:
1. Karena merasa menjadi penerima tanggungjawab penuh
dalam pelaksanaan kegiatan hingga pekerjaan bahkan
pembayaran.
2. Karena sudah pernah mengalami temuan atau kasus atas
pertanggungjawaban formil dan materiil terkait pengelolaan
keuangan daerah.
Kriminalisasi terhadap jabatan PPTK dalam artikel ini tidak hanya
dimaksudkan pada ranah hukum pidana. Juga terkait ranah diskusi,
pemahaman, pelaksanaan dan/atau kebijakan. Contoh kriminalisasi
Menggugat Kriminalisasi
terhadap jabatan PPTK adalah menganggap jabatan PPTK
JabatanCari
PPTK
mempunyai kewenangan sangat luas melebihi batasan kewenangan
semestinya. Contoh kebijakan di beberapa daerah terbit peraturan
Distribusi Kewenangan
kepala daerah yang mengangkat staf sebagai PPTK atau menugaskan
PA, KPA dan PPK
PPTK sebagai PPK. Akibatnya kemudian pihak luar seperti aparatur
(Bagian 3) PPK, PPTK
hukum dan masyarakat memahami hal yang “keliru” ini secara
bersama-sama. dan Pejabat
Penandatangan Kontrak
Maka dirasa perlu mengurai kalimat “mengendalikan pelaksanaan
kegiatan” berdasarkan runtutan pasal-pasal peraturan perundang- Distribusi Kewenangan
undangan. Semoga artikel ini dapat menjadi kesepakatan dalam PA, KPA dan PPK
memahami tugas pokok dan fungsi PPTK di wilayah pengelolaan (Bagian 2) Tentang KPA
keuangan daerah (APBD).
Distribusi Kewenangan
Asal Usul PPTK
PA, KPA dan PPK
PPTK adalah produk jabatan hasil “ciptaan” Kementerian Dalam (Bagian 1) tentang PA
Negeri (Kemendagri) ketika menyusun PP 58/2005. Satu-satunya
Kementerian pengguna APBN yang menggunakan istilah PPTK adalah Lebih Dekat dengan
Kemendagri. Kementerian lain tidak mengenal PPTK karena telah ada Green Public
PPK. Kemendagri meski mengakui PPK, karena memang pengguna Procurement
APBN, tetap mempertahankan nomenklatur PPTK.

Ini bisa dibaca pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik


Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Dan Anggaran Di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri setidaknya pada :

Pasal 1:

 Angka 11.
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK
adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
 Angka 17.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disingkat
PPTK, adalah pejabat yang membantu pejabat yang mengambil
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja
Negara atau PPK dalam melaksanakan kegiatan yang dibiayai
dalam DIPA/ rencana/indikator kerja serta tahapan penarikan
anggaran pada masing-masing satuan kerja.
Samsul Cari
Ramli pada
Download
Pasal 11 :

 Ayat (1) huruf a dalam rangka melakukan tindakan yang Armadi pada Download
mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara PPK
Samsul Ramli pada
memiliki tugas dan wewenang menetapkan PPTK;
Download
 Ayat (2) dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) PPK dibantu oleh PPTK.
safariantoni pada
Download
Pasal 18 :
Samsul Ramli pada
1. PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
Pustaka Buku
pada satuan kerja pusat, UPT, dan SKPD pelaksana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan merupakan pejabat struktural satu
tingkat di bawah dan dalam unit kerja yang sama dengan PPK.
2. Selain PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
ditambah pejabat/staf sebagai PPTK dalam satu unit pengelola
kegiatan dan anggaran pada satuan kerja pusat dan UPT.
3. PPTK mempunyai tugas:
1. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
2. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan;
3. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
4. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak
tagih kepada negara;
5. membuat dan menandatangani SPP;
6. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan; dan
7. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan
dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen
administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang
ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan.

Januari 2019
Pasal 38 ayat 2 huruf d dalam hal penerbitan SPP dilengkapi dengan
dokumen pendukung administrasi yang meliputi kuitansi yang
Cari
Desember 2018
ditandatangani oleh PPK, PPTK dan bendahara;
Oktober 2018
Dari penelusuran http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/ aturan
internal Kementerian Dalam Negeri keberadaan PPTK terjauh bisa
September 2018
didapatkan pada Permendagri 3/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Dan Anggaran Dilingkungan Departemen Dalam Negeri. Jika
Agustus 2018
PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah telah mengenal
PPTK, berarti di Kemendagri PPTK sudah ada sejak sebelum 2005. Juni 2018
Melalui Permendagri 1/2015 peran PPTK selalu hadir dan dominan.
Mei 2018

April 2018

Februari 2018

Januari 2018

Desember 2017

Oktober 2017

September 2017

Setidaknya poin-poin tersebutlah yang penting berkaitan dengan Agustus 2017


PPTK Versi Kemendagri atau PPTK yang ada di Kemendagri. Ada di
Kemendagri ini tidak berlaku di APBD karena Kemendagri Juli 2017
menggunakan APBN. Jauh lebih penting lagi PPTK Kemendagri
dengan PPTK APBD terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Juni 2017

Jika dibandingkan antara PPTK Kemendagri (Permendagri 1/2015) Mei 2017


dengan PPTK APBD (Permendagri 13/2006) maka terdapat
perbedaan sebagai berikut: April 2017

No PPTK APBD PPTK KEMENDAGRI Maret 2017


1 Syarat ditunjuk sebagai PPTK Untuk UPK atau UPT maka
adalah wajib yang telah PPTK boleh Staf (Pasal 18 Februari 2017
menjabat sebagai Pejabat ayat 2) Januari 2017
pada unit SKPD (Pasal 1
angka 22) November 2016
2 Ditunjuk oleh PA/KPA (Pasal Ditetapkan oleh PPK (Pasal
12 ayat 1) 11 ayat 1) OktoberCari
2016
3 Berkedudukan sama dengan Berkedudukan sebagai
PPK sebagai personil yang pembantu PPK (Pasal 1 September 2016
melaksanakan tugas PA/KPA. angka 17)
Agustus 2016
(Pasal 12 ayat 1)
4 Hanya berwenang Berwenang atas semua jenis
Juli 2016
menerbitkan SPP-LS (Pasal SPP (Pasal 38)
205) Mei 2016
5 PPTK bertandatangan pada PPTK bersama PPK dan
Kuitansi/Nota/Faktur Bendahara bertandatangan April 2016
Pembayaran bersama Pihak pada kuitansi pembayaran
Ketiga kemudian disetujui (Pasal 38 ayat 2) Maret 2016
PA/KPA (Pasal 205 ayat 1
huruf h) Januari 2016
6 Tugas PPTK hanya sebatas PPTK bertugas sejak
kegiatan tidak termasuk pengendalian kegiatan, Desember 2015
pengendalian kontrak atau pelaksanaan perikatan dan
pekerjaan karena pekerjaan pekerjaan. Termasuk November 2015
sudah dilimpahkan PA penyusunan spesifikasi, hps
Oktober 2015
kepada PPK (Pasal 12 ayat 5) dan kontrak pengadaan
barang/jasa karena
September 2015
pembantu PPK (Pasal 12 ayat
3)
Agustus 2015

PPTK Kemendagri memiliki lingkup tugas dan tanggungjawab yang Juli 2015
lebih luas dibandingkan dengan PPTK APBD. PPTK Kemendagri
meliputi wilayah pengendalian kegiatan hingga pengendalian Juni 2015
pekerjaan, kontrak dan pembayaran. Sedangkan PPTK APBD hanya
bertugas dilingkup administratif pengendalian kegiatan hingga Mei 2015
mempersiapkan dokumen pembayaran.
April 2015
Memahami perbedaan PPTK APBD dengan PPTK Kemendagri ini
menjadi amat sangat penting dalam penanganan hukum. Rentan Maret 2015
sekali terjadi sesat pikir, menganggap kewenangan PPTK APBD sama
powerfull-nya dengan PPTK Kemendagri. Apalagi jika dalam proses Februari 2015
persidangan, pemberi keterangan ahli yang dihadirkan bukan ahli
yang terlibat langsung dalam implementasi Permendagri 13/2006 Januari 2015
atau PPTK APBD.
Desember 2014
Dalam beberapa BAP yang saya baca, ahli yang dihadirkan berasal
dari ahli pelaksana APBN (Kemendagri) atau bagian akademisi yang OktoberCari
2014
tidak memisahkan antara PPTK APBD dengan PPTK Kemendagri.
September 2014
Terlebih lagi Perpres 16/2018 sangat kental keberpihakannya
kepada pengelolaan APBN. Perpres 16/2018 cenderung memahami
Agustus 2014
PPTK dalam konsep PPTK Kemendagri. Hal ini bisa dilihat pada
Lampiran Perlem LKPP 9/2018 bagian pendahuluan menyebutkan Juni 2014
bahwa PPK dapat juga dibantu oleh PPTK. Nomenklatur “dibantu”
sinonim dengan kalimat Permendagri 1/2015 pasal 11 ayat 1 bahwa April 2014
PPTK “pembantu” PPK.
Maret 2014
PPTK Hanya Bertanggung Jawab Secara Formil

Klausula “mengendalikan pelaksanaan kegiatan” oleh PPTK jika Februari 2014


dikaitkan dengan PP 58/2005 pasal 1 angka 39 yang menjelaskan
Januari 2014
kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian
Desember 2013
sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal
November 2013
(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis Oktober 2013
sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
September 2013
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Jika di runut definisi UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Agustus 2013


Pembangunan Nasional (SPPN) pasal 1 angka 16, bahwa Program
adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang Juli 2013
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai
Juni 2013
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Mei 2013
Secara teknis kemudian definisi UU 25/2004 dan PP 58/2005
dituangkan dalam Permendagri 13/2006 tentang Pedoman April 2013
Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 1 menjelaskan secara
tersetruktur tentang Program, Kegiatan, Output dan Outcam. Maret 2013

 Angka 41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam Februari 2013
bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan Januari 2013
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD. Desember 2012
 Angka 42. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai
Cari
November 2012
bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
Oktober 2012
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal
September 2012
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
Agustus 2012
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa. Juli 2012
 Angka 43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari
suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu Juni 2012
kegiatan.
 Angka 44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang Mei 2012
dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. April 2012

Maret 2012
Disini jelas bahwa tanggungjawab PPTK APBD dibatasi hingga
terlaksananya sebuah kegiatan dengan baik. Di hilir PPTK kerap
Februari 2012
dianggap berperan besar dalam penyusunan perencanaan
pembangunan seperti rencana strategis dan rencana kerja anggaran Januari 2012
(RKA-PD). Padahal dalam konsep manajemen sederhana unsur
pengendalian pelaksanaan kegiatan jelas baru bisa dilakukan November 2011
setelah Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)-nya tersedia. Tidak
disebutkan dalam UU 25/2004, PP 58/2005 hingga Permendagri Agustus 2011
13/2006 peran PPTK dalam penyusunan Renstra, RKA-PD dan DPA.
Juli 2011
Apakah tanggung jawab dan tugas PPTK sampai pada menjamin
output (barang/jasa) dari sisi kualitas dan kuantitas? Untuk Mei 2011
menjawab ini dapat dikupas PP 58/2004 dan Permendagri 13/2006
pasal 12 tentang ruang lingkup Tugas PPTK APBD. April 2011

Ruang Lingkup Tugas Pasal 12 ayat (2) PPTK sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mempunyai tugas mencakup:

 mengendalikan pelaksanaan kegiatan;


 melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
 menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.

Jika hanya berdasarkan pasal 12 ayat 2 di atas maka wajar saja


banyak orang awam bahkan ahli, apalagi jika sudah memiliki tendensi
mencari kesalahan, akan mengatakan ini PPTK APBD adalah
Cari
penanggungjawab formil dan materiil terkait pelaksanaan kegiatan.
Sejak perencanaan hingga pembayaran.

Untuk itulah kemudian Permendagri 13/2006 pada bagian


penjelasan pasal 12 ayat 2 menyebut bahwa yang dimaksud dokumen
anggaran mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun
dokumen administrasi pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Ini menandakan tanggungjawab
PPTK APBD dalam pelaksanaan kegiatan hanyalah sebatas
tanggungjawab formil atau bersifat administratif.

Secara materiil output pengadaan barang/jasa


dipertanggungjawabkan oleh pemilik kewenangan yang
melaksanakan pengadaan yaitu PA/KPA. Dari sisi pembayaran secara
materiil juga dipertanggunjawabkan oleh PA/KPA. Karena PA/KPA
adalah pejabat yang bertanggungjawab atas tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja melalui
pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
(Permendagri 13/2006 Pasal 10).

PPTK Bertanggung Jawab Kepada PA/KPA

Membicarakan pembagian tanggung jawab materiil dan formil,


pembahasan memasuki wilayah norma pelimpahan kewenangan
sebagaimana yang diatur pada UU 30/2014. Pada pasal 1 dijelaskan
definisi masing-masing pelimpahan kewenangan sebagai berikut:

 Angka 22.
Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.
 Angka 23. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan
tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya
kepada penerima delegasi.
 Angka 24. Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan
tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada
pemberi mandat.
Cari

Jika dibahasakan secara sederhana maka dapat dilihat bahwa sumber


segala kewenangan menurut UU 30/2014 adalah Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD) sebagai satu-satunya landasan konstitusional
bernegara kita. Kemudian teratribusi kembali melalui UU. Penerima
kewenangan atribusi memiliki hak dan/atau kewajiban untuk
melimpahkan sebagian tugas dan/atau tanggung jawab kepada
struktural hirarki dibawahnya.

Jika pemegang kewenangan atribusi melimpahkan tugas sekaligus


tanggung jawabnya kepada orang lain maka ini adalah delegasi.
Penerima delegasi otomatis harus menjalankan tugas sekaligus
bertanggung jawab penuh atas tugas yang diterima. Tidak hanya
secara internal kepada pemberi delegasi namun juga kepada
lingkungan eksternal yang menerima dampak atas pelaksanaan tugas
tersebut. Analogi informalnya delegasi ini semacam kepala dilepas
ekor dilepas. Sang delegator hanya merencanakan dan mengawasi
saja, bahkan tidak bisa serta merta mengambil kewenangan tanpa
ada pencabutan kewenangan. Penerima delegasi kemudian disebut
dengan Kuasa.

Jika pemegang kewenangan atribusi atau pemegang delegasi


melimpahkan sebagian tugas kepada orang lain, namun tanggung
jawab secara eksternal tetap melekat pada pemberi kewenangan
maka ini dinamakan mandat. Penerima mandat tetap bertanggung
jawab secara internal hirarki kepada pemberi mandat, namun
tanggung jawab (administratif) bahkan tanggung gugat (perdata)
tetap melekat pada pemberi mandat. Analogi informalnya mandat ini
ibarat kepala dilepas, ekor tetap dipegang. Sang pemberi mandat
tetap mengendalikan bahkan setiap saat dapat menggunakan sendiri
wewenang yang telah dimandatkan. Penerima mandat kemudian
kerap disebut petugas atau pejabat.

PPTK juga memiliki karakteristik penerima mandat. PPTK adalah


Pejabat dan Pelaksana Tugas. PPTK bertanggung jawab kepada
PA/KPA (PP 58/2005 Pasal 13 ayat 2). PPTK bertandatangan pada
kwitansi bersama pihak ketiga dan disetujuioleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran (Permendagri 13/2006 Pasal
205 ayat 3 huruf h). Klausul disetujui oleh PA/KPA menandakan
bahwa PPTK bertindak atas nama PA/KPA. Cari
Jadi pelaksana tugas secara teknis dari Pelaksana Kegiatan
(PA/KPA) disebut dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK).

Karena PPTK jelas adalah penerima mandat sesuai pasal 1 angka


24 dan pasal 14 UU 30/2014, PPTK hanyalah pelaksana tugas
pelaksanaan teknis kegiatan yang bertanggungjawab secara
formil/administratif kepada PA/KPA. Sedangkan tanggung jawab
formil sekaligus materiil kepada negara dan tanggung gugat kepada
para pihak tetap berada pada pemberi mandat (PA/KPA).

Maka tidak heran kalau kemudian PP 58/2005 mengamanatkan pada


pasal 99 ayat (4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD yang
menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Kemudian pada pasal 13 ayat 2 PP 58/2005 dengan sangat tegas


disebutkan bahwa PPTK bertanggung jawab kepada pejabat
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

Aspek Hukum Pelimpahan Kewenangan

Untuk itulah menjadi PA adalah tanggung jawab yang besar,


apalagi tanggung jawab sebagai Menteri, Kepala Lembaga
atau Kepala Perangkat Daerah yang otomatis tidak hanya
sebagai Pengguna Anggaran tapi juga Pengguna Barang
bahkan juga Pengguna Personil. Tepatlah kiranya jika
Menteri, Pimpinan Lembaga atau Kepala Perangkat Daerah
adalah PA atau Penguasa Alam. Karena dia penguasa
penggunaan alam uang, barang dan kepegawaian.

Ini yang harus disadari oleh para pihak dalam hirarki


pertanggung jawaban administrasi dan perdata pelaksana
kuasa dan tugas penggunaan anggaran/PA. Atas tanggung
jawab yang berat dan tugas yang sangat luas tersebut maka
PA dapat melimpahkan kewenangan baik melalui
pendelegasian berupa kuasa penggunaan anggaran, kuasa Cari
perbendaharaan maupun pemberian mandat pelaksanaan
tugas penggunaan anggaran.

Sebagai top manajer maka dalam pelaksanaan tugas memiliki


kewajiban untuk mengukur kemampuan diri sendiri atau
berbagi peran dengan struktur organisasi dibawahnya
ataupun juga dengan orang diluar organisasinya. Aspek yang
diperhatikan dalam pelimpahan kewenangan antara lain
adalah tingkatan daerah, besaran unit kerja, besaran jumlah
uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang
kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Pada tataran pendelegasian maka PA berbagi kewenangan


berupa tugas sekaligus tanggung jawab (hukum
administrasi) dan tanggung gugat (hukum perdata) kepada
staf di bawahnya. Pada tataran pemberian mandat maka PA
hanya berbagi tugas saja kepada staf maupun orang lain yang
ditunjuk/ditetapkan sedangkan tanggung jawab dan
tanggung gugat tetap melekat pada dirinya. Penerima mandat
bertanggung jawab penuh secara administratif kepada PA.
Pemahaman ini terjelaskan sebagian dalam UU 30/2014,
Bagian Ketujuh tentang Larangan Penyalahgunaan
Wewenang, pasal 17 s/d pasal 21.

Terkadang ada yang menanyakan bagaimana dengan


tanggung jawab pidana. Apakah ada pembedaan terkait
dengan pelimpahan kewenangan? Aspek pidana adalah
bersifat pribadi. Artinya tanggung jawab individu atas adanya
kejahatan yang terbukti kuat unsur niat jahat (mens rea) dan
unsur perbuatan (actus rea). Baik “kuasa” (delegasi)
maupun “petugas” (mandat), jika memenuhi syarat
“kejahatan = niat jahat + perbuatan”, maka siapapun
bertanggung jawab secara pribadi atas kejahatannya. Jika
syarat “kejahatan” tidak terpenuhi maka nilai perbuatan yang
tidak sesuai aturan hanyalah “kesalahan” yang harus
dipertanggung jawabkan secara administratif baik tanggung Cari
jawab (administrasi) maupun tanggung gugat (perdata).

Sesuai dengan asas hukum Pidana sebagai Ultimum


Remedium maka penyelesaian admnistratif dan perdata
meluruhkan tanggung jawab dan tanggung gugat, selama
belum terbukti secara kuat keterpenuhan syarat kejahatan
(mens rea + actus rea). Sebaliknya jika telah terbukti kuat
keterpenuhan syarat kejahatan maka penyelesaian
administratif dan perdata tidak meluruhkan tanggung jawab
pidananya.

Pemahaman di atas bersesuaian dengan keterangan laman


www.hukumonline.com tanggal 11 Juni 2011, disebutkan
bahwa S.R. Sianturi dalam buku “Asas-asas Hukum Pidana di
Indonesia dan Penerapannya” (hal. 418), peniadaan
penuntutan atau penghapusan hak menuntut yang diatur
secara umum dalam Bab VIII Buku I KUHP adalah:

1. Telah ada putusan hakim yang tetap (de kracht van een
rechterlijk gewisjde) mengenai tindakan (feit) yang sama
(Pasal 76);
2. Terdakwa meninggal (Pasal 77);
3. Perkara tersebut daluwarsa (Pasal 78);
4. Terjadi penyelesaian di luar persidangan (Pasal 82)
(khusus untuk pelanggaran yang diancam dengan pidana
denda).

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh peneliti Lembaga


Kajian untuk Advokasi dan Independensi Peradilan (LeIP)
Arsil. Menurutnya, pengembalian dana yang telah digelapkan
baik sebagian maupun seluruhnya tidak akan menghapuskan
pidananya karena perbuatan pidananya telah sempurna.
Setidaknya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Jabatan PPTK berasal dari Kementerian Dalam Negeri


yang kemudian dititipkan pada PP 58/2005 sehinga PPTK
juga ada di pengelolaan APBD. Cari
2. PPTK versi Kemendagri (PPTK Kemendagri) berbeda
karakteristik dengan PPTK versi PP 58/2005 (PPTK
APBD).
3. Perpres 16/2018 menganut paham PPTK Kemendagri
yaitu PPTK adalah pembantu PPK.
4. PPTK adalah penerima kewenangan mandatori dari
PA/KPA dalam rangka pengendalian kegiatan untuk itu
PPTK bertanggungjawab secara formil kepada PA/KPA.
5. PA/KPA bertanggungjawab secara formil dan materiil
kepada negara juga bertanggung gugat kepada pihak lain
dalam perikatan.
6. Setiap PPTK bertanggungjawab secara pribadi dari sisi
hukum pidana selama terpenuhi kedua unsur pidana
yaitu niat jahat (mens rea) dan perbuatan (actus rea). Jika
hanya ditemukan kesalahan dalam perbuatan atau
pelaksanaan tugas tanpa bisa dibuktikan adanya niat
jahat (mens rea) maka kesalahan hanya bersifat
administratif atau perdata.

Demikian sedikit bahasan tentang PPTK yang sebenarnya


telah ada pada beberapa artikel lain. Semoga tidak ada lagi
kriminalisasi pemikiran, perdebatan, kebijakan bahkan
proses hukum terhadap jabatan PPTK di masa yang akan
datang. Sangat terbuka kesempatan koreksi dan
pengembangan terhadap artikel ini.
Bagikan ini:
YOU MAY ALSO LIKE Cari

DISTRIBUSI KEWENANGAN PA, KPA DAN PPK (BAGIAN 3)


PPK, PPTK DAN PEJABAT PENANDATANGAN KONTRAK
BY SAMSUL RAMLI / JANUARI 2, 2019

DISTRIBUSI KEWENANGAN PA, KPA DAN PPK (BAGIAN 2)


TENTANG KPA
BY SAMSUL RAMLI / DESEMBER 27, 2018

DISTRIBUSI KEWENANGAN PA, KPA DAN PPK (BAGIAN 1)


TENTANG PA
BY SAMSUL RAMLI / DESEMBER 23, 2018

LEBIH DEKAT DENGAN GREEN PUBLIC PROCUREMENT


BY SAMSUL RAMLI / DESEMBER 14, 2018

KALSEL TERDEPAN DALAM PENERAPAN GREEN PUBLIC


PROCUREMENT
BY SAMSUL RAMLI / DESEMBER 5, 2018

DISTRIBUSI KEWENANGAN PA, KPA DAN PPK (BAGIAN 3) PPK, PPTK


DAN PEJABAT PENANDATANGAN KONTRAK

TINGGALKAN BALASAN

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib


ditandai *
KOMENTAR

Cari

NAMA *

EMAIL * SITUS WEB

BERITAHU SAYA AKAN TINDAK LANJUT KOMENTAR MELALUI


SUREL.

BERITAHU SAYA AKAN TULISAN BARU MELALUI SUREL.

KIRIM KOMENTAR

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your


comment data is processed.
Agenda Pelatihan

Catatan Pinggir

Dahlan Iskan

pembangunan
Pengadaan Barang/Jasa

Perpres 16/2018

Cari
META

Masuk

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.org

CATATAN PENGADAAN
BARANG/JASA SAMSUL RAMLI
KUMPULAN CATATAN PEMIKIRAN, PENGALAMAN DAN BERBAGI TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA

Copyright © All rights reserved. | Theme: Elegant Magazine by AF themes.

Anda mungkin juga menyukai