Anda di halaman 1dari 9

Kelak kita akan melihat bagaimana Saul mengulangi dosa

yang sama. Dalam 1 Samuel 15:1-3 kita membaca:

1 Samuel 15:1-3
“Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh
TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel,
umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman
TUHAN. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan
membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang
Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka,
ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang,
kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada
padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya.
Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-
kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun
domba, unta maupun keledai."

Saul diperintahkan oleh Tuhan untuk menumpas orang


Amalek dan segala yang ada padanya. Ayat 7-9 menceritakan
apa yang akhirnya ia lakukan:

I Samuel 15:7-9
“Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila
sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. Agag, raja orang
Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya
ditumpasnya dengan mata pedang. Tetapi Saul dan rakyat itu
menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu
yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang
berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu.
Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk,
itulah yang ditumpas mereka.”

Sekalipun Saul telah mendengar dengan jelas perintah


Tuhan bahwa ia harus menumpas orang Amalek secara
menyeluruh, ia tidak melaksanakan perintah itu, atau lebih
tepatnya, ia melaksanakannya tetapi hanya sampai pada
batas yang mana yang ia dan rakyat INGINKAN. Jadi, mereka
menumpas apa yang INGIN mereka tumpas, dan
menyelamatkan apa yang TIDAK INGIN MEREKA TUMPAS.
Dan ini sama sekali bukan sebuah bentuk ketaatan. Ketaatan
kepada Tuhan bukan berarti kita melakukan sebagian dari
kehendak-Nya, atau hanya sampai pada tingkat yang kita
inginkan. Ketaatan kepada Tuhan adalah melakukan apa yang
Allah telah perintahkan tepat dan sepenuhnya. Seperti yang
Yeremia 47:10 katakan:

Yeremia 48:10
“Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN
dengan lalai.“

Ketaatan adalah melakukan apa yang Allah perintahkan


kepada kita baik melalui Firman-Nya yang tertulis maupun,
seperti dalam kasus Saul, melalui pewahyuan. Di tahap di
mana kita melakukan apa yang tidak Allah perintahkan, pada
saat itulah, kita sedang melakukan ketidaktaatan, sekalipun
apa yang kita lakukan itu, kita melakukannya dalam nama-
Nya. Tuhan tidak ingin kita menjadi pekerja yang sibuk
melakukan apa yang kita kehendaki bagi Dia. Yang Ia inginkan
adalah agar kita menjadi pekerja yang TAAT, yang melakukan
APA yang Ia perintahkan kepada kita. Saul dan rakyatnya
melakukan perintah Allah dengan lalai. Menurut Saul mereka
tidak punya maksud buruk. Seperti yang ia katakan
kemudian: “Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu
kambing domba dan lembu-lembu terbaik dari yang
dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan
korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal.” (1 Samuel 15:21).
Rakyat ingin mempersembahkan korban, NAMUN MEREKA
TIDAK INGIN TAAT. Sebagaimana yang Samuel katakan:

I Samuel 15:22-23
“Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada
korban bakaran dan korban sembelihan SAMA SEPERTI
KEPADA MENDENGARKAN SUARA TUHAN? SESUNGGUHNYA,
MENDENGARKAN LEBIH BAIK DARI PADA KORBAN
SEMBELIHAN, MEMPERHATIKAN LEBIH BAIK DARI PADA
LEMAK DOMBA-DOMBA JANTAN. SEBAB PENDURHAKAAN
ADALAH SAMA SEPERTI DOSA BERTENUNG DAN KEDEGILAN
ADALAH SAMA SEPERTI MENYEMBAH BERHALA DAN
TERAFIM. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka
Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Tidak penting seberapa banyak korban yang kita


persembahkan kepada Tuhan. Yang penting adalah seberapa
TAAT kita kepada-Nya. Satu-satunya korban persembahan
yang berkenan kepada Tuhan adalah apa yang Tuhan
perintahkan. Satu-satunya pelayanan yang murni yang dapat
kita persembahkan kepada Tuhan adalah PELAYANAN YANG
TELAH TUHAN URAPI. Selain daripada itu, sekalipun dilakukan
dalam nama-Nya, merupakan bentuk ketidaktaatan, bentuk
tindakan yang dipimpin oleh natur lama kita. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Yesus Kristus:

Yohanes 7:16-18
“Jawab Yesus kepada mereka: "Ajaran-Ku tidak berasal dari
diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.
Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu
entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata
dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya
sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi
barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia
benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.”

Saul ingin menyenangkan manusia. Ia lebih


memedulikan mereka, dan pendapat mereka daripada Tuhan
dan pendapat-Nya. Ketika kemudian ia mengakui dosanya,
apa yang ia takutkan bukan kehilangan relasinya dengan
Tuhan melainkan kehormatannya di mata rakyat: “Tetapi
kata Saul: “Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga
hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua
bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-
sama dengan aku…” Daud, penerus Saul, juga melakukan
perzinahan dan kemudian pembunuhan. Namun, ketika Nabi
Natan menegurnya (2 Samuel 12:1-14), apa yang ia
khawatirkan bukanlah kehilangan takhtanya melainkan
relasinya dengan Tuhan (Mazmur 51). Itu sebabnya Daud,
yang memohon agar relasinya dengan Tuhan dipulihkan,
diampuni. Tetapi Saul yang menginginkan takhtanya
dipulihkan, ditolak.
2. Teladan Abraham

Abraham adalah sebuah contoh yang sangat bertolak


belakang dari Saul. Mungkin kita semua pernah mendengar
kisah tentang Abraham dan Ishak. Ishak adalah putra tunggal
Abraham dari Sarah. Ia pun merupakan anak yang Allah
janjikan kepada Abraham yang telah ia nanti-nantikan selama
bertahun-tahun. Namun, pada suatu hari Abraham
diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan Ishak:

Kejadian 22:1-2
“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman
kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-
Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi,
yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah
dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung
yang akan Kukatakan kepadamu."

Allah tahu sekali betapa Abraham sangat mengasihi


Ishak. Ia tahu bahwa Ishak adalah “anaknya yang
tunggal, yang sangat ia kasihi”. Bagaimana pun, Allah
sendirilah yang memberikan Ishak kepadanya. Namun,
apakah Abraham mengasihi Ishak, yang adalah berkat dari
Tuhan, lebih dari Allah itu sendiri? Bila ia harus memilih di
antara dua, mana yang harus ia pilih? Apakah ia memilih
untuk menundukkan dirinya sendiri kepada kehendak Allah
sekalipun itu berarti ada harga teramat besar yang harus ia
bayar. Ataukah seperti Saul ia memberontak dan melakukan
kehendaknya? Mari kita tanyakan kepada diri kita: Apakah
kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan karena kita ingin
mengenal-Nya dan rindu memiliki persekutuan dengan-Nya,
ataukah kita mengikut Dia hanya untuk memperoleh berkat-
berkat-Nya, hanya demi “Ishak-Ishak” yang telah Ia berikan,
atau yang ingin kita dapatkan dari-Nya? Apa yang akan kita
lakukan, seandainya seperti dalam kasus Abraham, kita
dipanggil untuk meletakkan di altar-Nya berkat terbesar yang
telah Allah berikan atau yang kita harapkan, apa pun berkat
itu? Apakah kita akan melakukannya? Sekalipun tak terhitung
banyaknya berkat di dalam Tuhan, semua itu tidak boleh
menjadi fokus dalam relasi kita dengan Tuhan. Sebaliknya,
fokus kita haruslah mengenal secara intim ALLAH KITA, DAN
ANAK-NYA YANG AGUNG, TUHAN KITA YESUS KRISTUS,
sebagaimana yang Paulus katakan:

Filipi 3:8-11
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan
akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus … Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia
dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati.”

SEGALA SESUATU, bahkan berkat terbesar di dunia ini


adalah sampah dibandingkan dengan KEMULIAAN
pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Kembali kepada
Abraham, mari kita lihat apa yang akhirnya ia lakukan:
Kejadian 22:3-10
“Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia
memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang
bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu
untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke
tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari
ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah
kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua
bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini;
aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan
sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Lalu
Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan
memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di
tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya
berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada
Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku."
Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di
manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut
Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk
korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya
berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang
dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan
mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya
itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu
mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.”

Abraham menuruti dengan tepat apa yang Allah katakan


kepadanya. Tentu saja mungkin itu adalah paling
menyakitkan yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Ia,
seperti juga orang-orang lain di dalam Alkitab, bukan robot
yang melakukan kehendak Tuhan secara mekanis. Sebaliknya,
sama seperti kita, mereka pun memiliki kehendak bebas
untuk memilih apakah mau menundukkan diri mereka untuk
taat kepada Tuhan atau tidak. Ketaatan mereka bukan seperti
mesin tetapi berasal “DARI HATI”. Inilah satu-satunya bentuk
ketaatan yang Firman Tuhan katakan. Allah tidak
menginginkan robot, atau manusia es yang melakukan
perintah-Nya seperti mesin, tanpa hati. Sebaliknya, Ia
menginginkan orang-orang yang MENGASIHI-NYA DENGAN
SEGENAP HATI DAN DENGAN SEGENAP JIWA DAN DENGAN
SEGENAP AKAL BUDI DAN DENGAN SEGENAP KEKUATAN.
(Markus 12:30). Ia menginginkan manusia-manusia yang
dengan kehendak bebasnya memutuskan “DENGAN
SEGENAP HATI” untuk menundukkan diri mereka untuk taat
kepada-Nya. Kembali kepada Abraham, ia menaati Firman
Tuhan meskipun risikonya adalah kehilangan anak
tunggalnya. Lalu, saat ia mencapai titik kritis, Allah pun
campur tangan:

Kejadian 22: 11-12, 15-18


“Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya:
"Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia
berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-
apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau
takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk
menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." ….. Untuk
kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada
Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--
demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat
demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati
engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat
banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut,
dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat
berkat, karena ENGKAU MENDENGARKAN FIRMAN-KU."

Tujuan dari ujian ini adalah untuk membuktikan apakah


Abraham akan menaati Tuhan, sekalipun risikonya adalah ia
harus mengorbankan berkat yang dimilikinya. Baik Saul
maupun Abraham, keduanya diberkati oleh Tuhan. Saul
dijadikan raja pertama atas Israel. Abraham diberikan janji
bahwa melalui keturunannya semua bangsa di bumi akan
diberkati. Namun ada perbedaan besar di antara keduanya.
Perbedaannya adalah Saul hanya mencari berkat dan ingin
mempertahankannya, yang pada akhirnya hanya
memimpinnya pada ketidaktaatan dan kejatuhan. Di lain
pihak, Abraham mencari si Pemberi Berkat. Dan pada
akhirnya ia memperoleh kembali anaknya, beserta dengan
peneguhan berkat-berkat Allah atasnya dan keturunannya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sabar
    Sabar
    Dokumen1 halaman
    Sabar
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Kuasa
    Kuasa
    Dokumen2 halaman
    Kuasa
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Power
    Power
    Dokumen2 halaman
    Power
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Yakin
    Yakin
    Dokumen1 halaman
    Yakin
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Syukur
    Syukur
    Dokumen2 halaman
    Syukur
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • More Powerfull
    More Powerfull
    Dokumen2 halaman
    More Powerfull
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Iman Vs Uang
    Iman Vs Uang
    Dokumen2 halaman
    Iman Vs Uang
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen3 halaman
    Anak
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Tuhan
    Tuhan
    Dokumen5 halaman
    Tuhan
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Percaya Lebih
    Percaya Lebih
    Dokumen3 halaman
    Percaya Lebih
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Kita Salah
    Kita Salah
    Dokumen2 halaman
    Kita Salah
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Ketaatan Kepada Tuhan
    Ketaatan Kepada Tuhan
    Dokumen6 halaman
    Ketaatan Kepada Tuhan
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Meimei
    Meimei
    Dokumen2 halaman
    Meimei
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Percaya Saja
    Percaya Saja
    Dokumen2 halaman
    Percaya Saja
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Takut Vs Iman
    Takut Vs Iman
    Dokumen3 halaman
    Takut Vs Iman
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Time
    Time
    Dokumen1 halaman
    Time
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Tahap Iman
    Tahap Iman
    Dokumen2 halaman
    Tahap Iman
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Kudus
    Kudus
    Dokumen2 halaman
    Kudus
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Ayat
    Ayat
    Dokumen3 halaman
    Ayat
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Ciri Iman
    Ciri Iman
    Dokumen1 halaman
    Ciri Iman
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Takut Vs Iman
    Takut Vs Iman
    Dokumen3 halaman
    Takut Vs Iman
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Per Caya
    Per Caya
    Dokumen2 halaman
    Per Caya
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Kehendak MU
    Kehendak MU
    Dokumen2 halaman
    Kehendak MU
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Tahap Iman
    Tahap Iman
    Dokumen2 halaman
    Tahap Iman
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • TDK Dijawab Doa
    TDK Dijawab Doa
    Dokumen2 halaman
    TDK Dijawab Doa
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Dijawab Doa
    Dijawab Doa
    Dokumen3 halaman
    Dijawab Doa
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Hari Anak
    Hari Anak
    Dokumen1 halaman
    Hari Anak
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Percaya Saja
    Percaya Saja
    Dokumen2 halaman
    Percaya Saja
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat
  • Anak Digital
    Anak Digital
    Dokumen2 halaman
    Anak Digital
    Lulu Riani
    Belum ada peringkat