Anda di halaman 1dari 73

lei

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Cover 1

PENELITIAN AWAL SENSOR BERAT MENGGUNAKAN


BENDING LOSS SERAT OPTIK : PENGARUH
KONSENTRASI BUTIRAN PASIR DALAM POLIMER
TERHADAP RUGI SERAT OPTIK AKIBAT BEBAN DI
PUSAT PENELITIAN FISIKA (P2F) LIPI SERPONG
(02 JULI 2018 s/d 03 AGUSTUS 2018)

ALIEFA TASYA AZZAHRA


NRP. 02311745000025

PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018

i
leiii

INTERNSHIP REPORT

Cover 2

INITIAL RESEARCH OF WEIGHT SENSOR BASED ON


FIBER OPTIC BENDING LOSS : THE EFFECT OF THE
SAND PARTICLE CONCENTRATION IN POLYMERS ON
OPTICAL FIBER RESULTING DUE TO LOADS IN PUSAT
PENELITIAN FISIKA (P2F) LIPI SERPONG

(JULY 2th 2018 s/d AUGUST 3th 2018)

ALIEFA TASYA AZZAHRA


NRP. 02311745000025

UNDERGRADUATE PROGRAM
DEPARTEMENT OF ENGINEERING PHYSICS
FACULTY OF INDUSTRIAL INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER
2018

iii
lev

Lembar Pengesahan

v
levii

PENELITIAN AWAL SENSOR BERAT MENGGUNAKAN


BENDING LOSS SERAT OPTIK : PENGARUH
KONSENTRASI BUTIRAN PASIR DALAM POLIMER
TERHADAP RUGI SERAT OPTIK AKIBAT BEBAN DI
PUSAT PENELITIAN FISIKA (P2F) LIPI SERPONG
Nama : Aliefa Tasya Azzahra
NRP : 02311745000025
Jurusan : Teknik Fisika
Dosen Pembimbing : Lizda Johar Mawarani S. T., M. T.

ABSTRAK
Telah dilakukan kerja praktek sebagai salah satu mata
kuliah wajib dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Serpong bidang optoelektronika selama satu bulan. Selama
pelaksanaan kerja praktek dilakukan penelitian mengenai sensor
berat berbasis serat optik. Sensor Weigh-In-Motion (WIM)
merupakan sensor pengukur berat berbasis microbending pada
serat optik. Metode pengukuran pada sensor ini memungkinkan
pengukuran beban kendaraan dalam kondisi bergerak, tidak
seperti pengukuran yang selama ini dilakukan secara statis. Untuk
melindungi sensor agar tidak mudah rusak dibutuhkan pelapis
yang kuat menahan beban lebih dari 1 ton. Pada penelitian ini
digunakan bahan polimer silicone rubber jenis RTV nomor 48,
768, 586 dan Cements SC 2000 dan pasir ukuran 20 mesh yang
divariasikan dengan perbandingan 2:3, 2:1, dan 3:2. Campuran
bahan polimer dan pasir yang sudah kering dilakukan uji tekan
dan didapatkan silicone rubber nomor 586 memiliki ketahanan
lebih kuat dibandingkan jenis lain. Beban terbesar yang mampu
ditahan adalah 850 kg pada perbandingan 3:2 (pasir : polimer),
dan beban terendah adalah 600 kg pada perbandingan 3:1 (pasir :
polimer).

Kata kunci : serat optik, sensor WIM, karet silikon

vii
viii
leix

INITIAL RESEARCH OF WEIGHT SENSOR BASED ON


FIBER OPTIC BENDING LOSS : THE EFFECT OF THE
SAND PARTICLE CONCENTRATION IN POLYMERS ON
OPTICAL FIBER RESULTING DUE TO LOADS IN PUSAT
PENELITIAN FISIKA (P2F) LIPI SERPONG

Name : Aliefa Tasya Azzahra


NRP : 02311745000025
Department : Engineering Physics
Advisor : Lizda Johar Mawarani S. T., M. T.

ABSTRACT

Internship has been carried out as one of the Obligation


courses conducted at Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Serpong in the field of optoelectronics for one month.
During the implementation of practical work, research was
carried out on heavy fiber-based optical sensors. The Weigh-In-
Motion (WIM) sensor is a load measuring sensor based on
microbending on optical fibers. The measurement method on this
sensor allows speed in moving conditions, unlike measurements
that are carried out statically. For the safety of the sensor so that
it is not easily damaged, a strong coating is needed to withstand a
load of more than 1 ton. In this study RTV type rubber material
number 48, 768, 586 and Cement SC 2000 and 20 mesh sand size
varied with a ratio of 2: 3, 2: 1, and 3: 2. Materials that can be
used and carried out by silicone rubber number 586 has stronger
resistance. The biggest load capable is 850 kg at a ratio of 3: 2
(sand: polymer), and the lowest load is 600 kg at a ratio of 3: 1
(sand: polymer).

Keywords: optical fiber, WIM sensor, silicone rubber

ix
x
lexi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya kegiatan kerja praktek di Pusat
Penelitian Fisika (P2F) LIPI Serpong - Departemen
Optoelektronika selama satu bulan mulai tanggal 2 Juli 2018
sampai 3 Agustus 2018 dengan judul “Penelitian Awal Sensor
Berat Menggunakan Bending Loss Serat Optik : Pengaruh
Konsentrasi Butiran Pasir Dalam Polimer Terhadap Rugi
Serat Optik Akibat Beban Di Pusat Penelitian Fisika (P2F)
LIPI Serpong” dapat terlaksana dengan baik sampai akhirnya
laporan Kerja Praktek ini dapat penulis susun hingga selesai.
Kegiatan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini tidak lepas
bantuan segala pihak diantaranya kepada:
1. Kedua orangtua dan saudara yang senantiasa memberikan
dukungan dan do’a.
2. Bapak Agus Muhammad Hatta, ST, Msi, Ph.D selaku
Ketua Departemen Teknik Fisika - ITS.
3. Ibu Lizda Johar Mawarani, S. T., M. T. selaku dosen wali
dan dosen pembimbing Kerja Praktek TF-ITS.
4. Bapak Bambang Widyatmoko M. Eng selaku Pembimbing
Kerja Praktek di Pusat Penelitian Fisika (P2F) LIPI
Serpong
5. Mas Beni dan Mbak Mefina selaku research assistant yang
telah memberikan berbagai ilmu tentang optoelektro dan
memberikan arahan selama PKL berlangsung.
6. Seluruh karyawan Pusat Penelitian Fisika (P2F) LIPI
Serpong yang telah membantu dalam melakukan kerja
praktek.
7. Seluruh teman-teman dan segala pihak yang tidak dapat
penulis sebut satu persatu terimakasih atas segala
bantuannya.

xi
Saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan
mengingat laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga laporan
ini bermanfaat dan dapatmenjadi refensi untuk pembaca.

Serpong, 3 Agustus 2018


Penulis,

Aliefa Tasya Azzahra


02311745000025

xii
lexiii

DAFTAR ISI

Cover 1 ..................................................................................... i
Cover 2 ...................................................................................iii
Lembar Pengesahan................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................... 3
1.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ..................................... 3
BAB II PROFIL INSTANSI ................................................... 5
2.1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ............ 5
2.1 Strukur Organisasi ...................................................... 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................... 11
3.1 Serat Optik ................................................................ 11
3.2 Struktur Dasar Fiber Optik ....................................... 11
3.3 Macam-macam Atenuasi dalam Serat ...................... 13
3.4 Karet Silikon (Silicone Rubber) ............................... 15
3.5 Sumber Optik .............................................................. 17
BAB IV TUGAS KHUSUS .................................................. 19
4.1 Metode Penyelesaian Tugas Khusus ........................ 19
4.1.1 Alat dan bahan .......................................................... 21
4.1.2 Karakterisasi alat ukur .............................................. 22
4.2 Hasil dan Pembahasan .............................................. 29
BAB V KESIMPULAN ........................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 39

xiii
xiv
lexv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur organisasi Pusat Penelitian Fisika


Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia ................... 8
Gambar 2.2 Gedung utama Perkantoran Pusat Penelitian
Fisika Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia ........ 9
Gambar 3.1 Struktur serat optik ............................................. 12
Gambar 3.2 Skema TIR ......................................................... 14
Gambar 3.3 Skema microbending loss................................... 15
Gambar 3.4 Skema macrobending loss.................................. 15
Gambar 3.5 Silicone rubber jenis RTV.................................. 16
Gambar 4.1 Skema uji tekan sensor WIM berbasis serat
optik ................................................................... 19
Gambar 4.2 Diagram alir penelitian ....................................... 20
Gambar 4.3 Skema karakterisasi DFB laser dan optical
light source (a) skematik pengukuran (b) alat
yang digunakan .................................................. 23
Gambar 4.4 Strukur penyusunan sensor WIM berbasis
serat optik ........................................................... 25
Gambar 4.5 Cetakan sensor WIM .......................................... 25
Gambar 4.6 Sensor WIM dengan material Cement SC
2000 .................................................................... 26
Gambar 4.7 Sensor WIM dengan Material Silicone Rubber
jenis RTV tipe 48 dan 768.................................. 27
Gambar 4.8 Skema penyambungan serat optik dengan alat
splicing ............................................................... 28
Gambar 4.9 Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 1..... 29
Gambar 4.10 Plot karakterisasi daya DFB laser jenis 1 ........... 29
Gambar 4.11 Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 2 .... 30
Gambar 4.12 Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 2 .... 30
Gambar 4.13 Plot karakterisasi optical light source (λ =
1310 nm) ............................................................ 31

xv
Gambar 4.14 Plot karakterisasi optical light source (λ =
1550 nm) ............................................................ 31
Gambar 4.15 Plot karakterisasi photodetector dengan gain 0
dB ....................................................................... 32
Gambar 4.16 Plot karakterisasi photodetector dengan gain
20 dB .................................................................. 32
Gambar 4.17 Plot karakterisasi photodetector dengan gain
60 dB .................................................................. 33
Gambar 4.18 Perbandingan output sensor WIM dengan variasi
komposisi bahan ................................................ 34

xvi
lexvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Realisasi Kerja Praktek ........................................... 4


Tabel 4.1 Data hasil pengukuran ketahanan coating
perbanding pasir dan Silicone Rubber 3:2, 3:1 dan
2:1 ............................................................................ 33

xvii
xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri di dunia kini
berkembang sangat pesat. Oleh karena itu, perguruan tinggi
sebagai sarana untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, kepribadian yang baik, dan memiliki intelektual yang
tinggi, selalu diwajibkan untuk memperbaiki metode pendidikan
agar siap menghadapi perkembangan dunia yang sangat pesat.
Memasuki era persaingan bebas dan era digital saat ini,
dibutuhkan strategi pengembangan teknologi informasi dalam
pengembangan berkelanjutan secara terus menerus dan diterapkan
di berbagai bidang. Oleh sebab itu dilakukan kerja praktek
sebagai salah satu mata kuliah wajib dari kuliah yang dilakukan
di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong bidang
optoelektronika.Kegiatan kerja praktek difokuskan pada
penelitian serat optik.
Kemajuan teknologi serat optik tidak hanya sebagai media
komunikasi, namun sangat potensial untuk pengembangan sensor
sensor fisis. Keuntungan dari penggunaan fiber optik sebagai
sensor salah satunya adalah memungkinkan pengembangan
sistem biaya rendah atau biaya kompetitif dibandingkan dengan
teknologi konvensional. Penelitian awal tentang sensor fiber
optik dipublikasikan di tahun 70-an yang terkait dengan medis
dan industri endoskopi fiber optik. Sensor serat optik memiliki
beberapa fitur menguntungkan, antara lain adalah ringan dan
mudah diintegrasikan dengan jaringan serat optik yang ada.
(Ghozali, 2014).
Disisi lain, weigh-in-motion (WIM) adalah sebuah metode
pengukuran beban kendaraan yang dapat dilakukan ketika
kendaraan dalam kondisi bergerak. Teknologi WIM ini adalah
perkembangan terbaru dari pengukuran beban kendaraan yang
selama ini dilakukan secara statis, yaitu mengukur beban
kendaraan dalam kondisi berhenti di suatu lokasi pengukuran
beban statis yang biasa disebut jembatan timbang. Sensor WIM
1
2

sangat penting digunakan pada masa kini mengingat banyaknya


kendaraan yang beredar di jalan raya. Banyaknya kendaraan dapat
membuat kerusakan jalan karena kelebihan muatan, sehingga
dapat menyebabkan struktur jalanan rusak dan menyebabkan
kecelakaan yang merenggut nyawa. Oleh karena itu, upaya
pencegahan terhadap rusaknya sarana transportasi bisa dilakukan
dengan pembatasan muatan kendaraan yang memasuki jalanan,
jembatan, pelabuhan atau di dalam kapal. Adanya sensor WIM
dapat mendukung modernisasi manajemen lalu lintas, karena
letaknya yang kasat mata namun dapat memantau berat kendaraan
yang melewati suatu sarana transportasi.(Bambang Widyatmoko,
2013)
Terdapat beberapa jenis teknologi dasar yang sering digunakan
sebagai sensor untuk sistem WIM. Teknologi itu antara lain
adalah strain gage, load cell, dan piezoelectric. Akan tetapi,
sensor-sensor tersebut memiliki beberapa kelemahan seperti
mudah terkena korosi, sekup kecepatan yang rendah, dapat
terkena interferensi elektromagnetik dan memiliki akurasi yang
rendah. Oleh sebab itu, dilakukan percobaan alternatif dengan
menggunakan sensor berbasis serat optik untuk sensor WIM.
Pengembangan sensor WIM berbasis serat optik sudah
silakukan sejak tahun 2013 oleh Pusat Penelitian Fisika Lembaga
Ilmu Pengetahauan Indonesia (P2F LIPI) Serpong. Penelitian
sebelumnya digunakan bahan polimer yang dicampur dengan
pasir untuk melapisi serat optik agar serat optik tidak mudah
patah jika dikenai beban. Namun, hasil penelitian belum berhasil
membuat sensor yang mampu menahan beban di atas 3 ton. Oleh
sebab itu dilakukan penelitian kembali dengan memberikan
variasi perbandingan antara bahan polimer dan pasir untuk
mendapatkan campuran terbaik dalam pembuatan sensor WIM
berbasis serat optik ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek yang dilaksanakan di
bidang optoelektronika Pusat Penelitian Fisika (P2F) LIPI
Serpong ini adalah sebagai berikut :
le3

a. Mengenal instansi dan mendapatkan ilmu mengenai serat


optik dan aplikasinya dalam pelaksanaan kerja praktek di
P2F LIPI Serpong.
b. Memahami cara melakukan penelitian dan penggunaan alat
alat utama penelitian.
c. Untuk menentukan komposisi terbaik antara pasir dan bahan
polimer dalam pembuatan sensor WIM berbasis serat optik.
d. Untuk mengetahui pengaruh komposisi pasir dan bahan
polimer pada hasil pengukuran sensor WIM berbasis serat
optik.
e. Untuk mendapatkan beban terberat yang mampu ditahan
oleh komposisi material pada percobaan ini.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam kerja praktek ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi peserta didik, mendapat pengetahuan mengenai
pengaruh microbending loss dalam proses pembuatan sensor
berbasis serat optik.
b. Bagi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong,
memberikan kontribusi terhadap proses pembuatan sensor
berbasis microbending loss pada serat optik sebagai
perkembangan teknologi alternatif di Indonesia.
c. Bagi Departemen Teknik Fisika mendapat referensi untuk
melakukan kerja praktek maupun tugas akhir ke depannya

1.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Kerja praktek di Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu
Pengetahauan Indonesia (P2F LIPI) Serpong ini dilaksanakan
pada periode 2 Juli 2018 hingga 3 Agustus 2018. Kerja Praktek
ini dilaksanakan pada bidang optoelektronika. Realisasi
pelaksanaan kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat
dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut.
4

Tabel 1. 1 Realisasi Kerja Praktek


Minggu ke
No Bentuk kegiatan
I II III IV V
a. Pengenalan laboratorium dan
alat – alat yang akan digunakan
pada penelitian
b. Studi literatur terkait sensor
1.
WIM
c. Mengkarakterisasi laser yang
akan digunakan pada penelitian
d. Mempersiapkan alat dan bahan
a.Mengkarakterisasi photodetector
2. yang akan digunakan
b.Mengayak pasir untuk penelitian
Membuat adonan bahan polimer
3. dan pasir dengan variasi
komposisi yang telah ditentukan
a. Menyambung sensor serat optik
yang sudah jadi dengan konektor
4.
b. Pengambilan data sensor WIM
berbasis serat optik
Konsultasi data dan penyusunan
5.
laporan
BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)


Pusat Penelitian Fisika (P2F) LIPI didirikan pada tahun 1967
dengan nama Lembaga Fisika Nasional (LFN). Pada tahun 1986
LFN berubah nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Fisika Terapan (P3FT). Berdasarkan SK Kepala LIPI
No.1151/M/2001, maka sejak tanggal 5 Juni 2001 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan berubah nama
menjadi Pusat Penelitian Fisika (P2F) sampai sekarang. Secara
institusi, P2F-LIPI merupakan institusi pemerintah di bawah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yaitu Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang merupakan salah satu pusat
penelitian di bawah Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik
(IPT LIPI).
Tugas dan fungsi Pusat Penelitian Fisika LIPI sesuai dengan
SK Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 pada tanggal 9 Mei 2014.
Pusat Penelitian Fisika LIPI mempunyai tugas melaksanakan
penelitian fisika. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, P2F-
LIPI mempunyai fungsi sebagai berikut:
• Melakukan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan
program penelitian di bidang fisika.
• Melakukan penelitian di bidang fisika.
• Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan.
• Melaksanakan urusan tata usaha.
Mengacu kepada tugas dan fungsi, P2F-LIPI berkomitmen
mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi
yang ada melalui dukungan sumber daya manusia (SDM), dana,
sarana, dan prasarana; melakukan evaluasi capaian seluruh
kegiatan; melakukan koordinasi dan sinergi secara internal
maupun eksternal.

5
6

Visi
Visi Pusat Penelitian Fisika sama dengan Visi LIPI yaitu:
”Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang
mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, makmur,
cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang humanis.”

Misi
Untuk mencapai visi tersebut, maka misi P2F-LIPI
ditetapkan sebagai berikut:
a. Menciptakan great science (terobosan ilmiah) di bidang
fisika.
b. Meningkatkan invensi dan inovasi di bidang IPTEK
berbasis fisika untuk memperkuat daya saing industri dan
ekonomi nasional.
c. Meningkatkan pendayagunaan hasil-hasil penelitian dalam
memberikan solusi terhadap masalah-masalah aktual
nasional.
d. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan nasional
bidang IPTEK berbasis fisika.
e. Meningkatkan kinerja manajemen penelitian dan pelayanan
masyarakat.

Tujuan
a. Meningkatkan kapasitas dan kualitas penelitian ilmu
pengetahuan dan teknologi berbasis fisika.
b. Meningkatkan invensi dan inovasi
c. Meningkatkan penyebaran dan pemanfaatan hasil kegiatan
penelitian.
d. Meningkatkan kesiapan dalam merumuskan kebijakan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Meningkatkan kegiatan penelitian yang mendukung
terciptanya lingkungan yang berkwalitas dan berkelanjutan.
7

Sasaran
a. Meningkatnya kualitas pengetahuan peneliti di bidang
kompetensi fisika.
b. Meningkatnya kualitas hasil penelitian bidang fisika
(produk HAKI).
c. Meningkatnya keterlibatan peneliti dalam kegiatan ilmiah
internasional.
d. Meningkatnya hasil litbang yang dipakai masyarakat.
e. Meningkatnya jumlah kerjasama ilmiah
f. Tersedianya dokumen kajian ilmiah/rancangan kebijakan
nasional dalam memajukan IPTEK
g. Terwujudnya manajemen organisasi yang efektif, efisien,
dan taat azas
h. Terbinanya sumber daya manusia penelitian dan seluruh
jajaran pendukungnya.

2.1 Strukur Organisasi


Saat ini P2F-LIPI dipimpin oleh seorang Kepala Pusat
setingkat eselon IIa yang membawahi tiga eselon IIIa, yaitu
Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian; Bidang
Sarana Penelitian; dan Bagian Tata Usaha. Kepala Pusat juga
membawahi beberapa kelompok penelitian (Keltian) yang terdiri
atas beberapa anggota peneliti yang mempunyai kegiatan dan
tujuan yang sama dan dikoordinasi oleh seorang ketua Keltian.
Struktur demikian diharapkan dapat menjalin semua potensi yang
ada dalam menjalankan tugas dan fungsi P2F–LIPI. Struktur
organisasi P2F-LIPI dapat dilihat pada gambar 2.1 dan berikut
penjelasannya.

Kepala Pusat Penelitian Fisika : Rike Yudianti


Kepala Bidang Pengelolaan dan : Agus Suheri
Diseminasi Hasil Penelitian
- Kepala Subbidang : Ester Laekha
Pengelolaan Hasil Penelitian
8

Gambar 2. 1 Struktur organisasi Pusat Penelitian Fisika LIPI


(fisika.lipi.go.id, 2018)

- Kepala Subbidang : Th. Ningsi Astuti


Diseminasi dan Kerja Sama
Kepala Bidang Sarana Penelitian : Heri Kresnadi
- Kepala Subbidang Sarana : Imam Syaifulloh
Penelitian Fisika Khusus
- Kepala Subbidang Sarana : Suryadi
Penelitian Fisika Umum
Kepala Bagian Tata Usaha : Mahmudi
- Kepala Subbagian Keuangan : Iin Pardini
- Kepala Subbagian Kepegawaian : Retno Ayu
Widiyaningrum
- Kepala Subbagian Umum : Andi Suhandi

2.3 Sarana dan Prasarana


Sebelum Oktober 2015, P2F-LIPI mempunyai 2 (dua) lokasi
gedung perkantoran yaitu di Puspiptek Serpong dan Bandung.
P2F-LIPI Serpong beralamat di Gedung 440-442 Komplek
PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan, dan P2F-LIPI
Bandung beralamat di gedung 60 dan 80, Komplek LIPI Jalan
Sangkuriang Cisitu No. 21/154 D Bandung, Jawa Barat. Setelah
proses likuidasi, P2F dipusatkan hanya di satu lokasi yaitu di
9

PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan seperti pada gambar


2.2. Gedung yang digunakan merupakan Gedung RISTEK /
PUSPIPTEK dengan luas bangunan mencapai 9000 m2.
Bangunan tersebut dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Gedung
440 dan 441 digunakan untuk laboratorum penelitian material,
sedang Gedung 442 digunakan untuk laboratorium penelitian
laser, optoelektronika dan bagian administrasi.

Gambar 2. 2 Gedung utama perkantoran Pusat Penelitian Fisika


Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia
(fisika.lipi.go.id, 2018)

Sebagai pusat penelitian, P2F mempunyai moto “mendunia


dan memasyarakat” maka mulai tahun 2012 P2F berusaha untuk
memfokuskan pada peningkatan sarana dan prasarana
penelitian.Peralatan baru telah diadakan melalui anggaran DIPA
LIPI maupun bantuan dari RISTEK.
Beberapa peralatan baru antara lain: transmission electron
microscope (TEM), scanning electron microscope (SEM), x-ray
diffraction, optical spectrum analyzer, rf spectrum analyzer,
fourier transform infra red (FTIR), partikel size analyzer (PSA),
laser ng-yag opthamic system, microscope optic, hardness tester
dan alat-alat lainnya. Infrastruktur riset yang lengkap dan
didukung oleh kompetensi SDM yang handal merupakan potensi
10

bagi P2F-LIPI menjadi pusat karakterisasi dan uji material


terlengkap di Indonesia yang diharapkan dapat mewujudkan
impian P2F menjadi institusi riset di bidang fisika dan material
berkelas dunia.

2.4 Lokasi
Pusat Penelitian Fisika (P2F) LIPI berada di kawasan
PUSPITEK Serpong dengan alamat : Pusat Penelitian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Jl. Raya Puspiptek - Serpong - Kota
Tangerang Selatan – Banten, Telp. 62-21-7560562 ext 4064,
Fax.62-21-7560191, 62-21-7560051. Pada kawasan PUSPITEK
Serpong, terdapat 5 unit LIPI, yaitu :
a. Pusat Penelitian Metrologi (P2M)
b. Pusat Penelitian Fisika (P2F)
c. Pusat Penelitian Kimia (P2K)
d. Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
(P2SMTP)
e. Pusat Penelitian Material dan Metalurgi (P2MM)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Serat Optik


Serat optik merupakan media transmisi atau pandu
gelombang cahaya berbentuk silinder yang dikembangkan diakhir
tahun 1960-an sebagai jawaban atas perkembangan sistem
komunikasi yang semakin lama membutuhkan bandwidh yang
besar dengan laju transmisi yang tinggi. Serat optik terbuat dari
bahan dielektrik berbentuk seperti kaca.Di dalam serat inilah
energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber cahaya disalurkan
sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver).Serat
optik terdiri dari dua jenis yaitu serat optik kabel dan serat optik
plastik.Serat optik kabel banyak digunakan untuk transmisi jarak
jauh sementara untuk serat optik plastik hanya digunakan untuk
komunikasi jarak pendek. Serat optik banyak dibuat dari kaca
atau bahan silika (SiO2), yang biasanya diberi doping untuk
menaikkan indeks biasnya.Serat optik plastik tidak jauh berbeda
dengan serat optik kabel, hanya saja untuk serat optik kabel
dilengkapi dengan kevlar untuk penguat serat optik.

3.2 Struktur Dasar Fiber Optik


Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3
bagian : core (inti), cladding (kulit), dan coating (mantel) atau
buffer (pelindung). Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh
kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca.Semakin murni bahan
gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik. Serat
optik terdiri dari 3 bagian seperti gambar 3.1.(Kindi, 2013)
a. Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari serat
atau inti fisik yang mengirim sinyal data optik dari sumber
cahaya ke alat penerima yang berupa untai tunggal kontinyu
dari kaca atau plastik. Semakin besar core, maka semakin
banyak cahaya yang dapat dilewatkan dalam kabel.

11
12

b. Cladding adalah materi yang mengelilingi inti yang berfungsi


memantulkan sinar kembali ke dalam inti (core), atau layer
atau lapisan serat yang berfungsi sebagai pembatas energi
elektromagnetik yang terlalu besar, gelombang cahaya dan
penyebab pembiasan pada struktur inti. Pembuatan cladding
yang cukup tebal memungkinkan medan serat tidak
dipengaruhi oleh perambatan disekitar bahan sehingga bentuk
fisik serat tidak cacat.
c. Buffer / coating adalah plastik pelapis yang melindungi serat
dari kerusakan. Lapisan plastik disekitar core dan cladding ini
juga berfungsi memperkuat inti serat, membantu penyerapan
dan sebagai pelindung ekstra pada pembengkokan kabel.

Gambar 3. 1 Struktur serat optik (Mehmet Yildiz, 2012)

Serat optik memiliki 2 jenis core perambatan cahaya yaitu


Step Index (SI) dan Graded Index (GI). Hal yang
membedakannya adalah indeks bias yang terdapat pada core- nya.
Untuk serat optik tipe step index memiliki satu indeks bias yang
homogen baik di tengah core sampai batas core dan cladding.
Sedangkan Graded Index memiliki indeks bias yang berubah
pada core-nya, semakin besar bila mendekat ke tengah sumbu
core dan berangsur-angsur mengecil pada batas core dengan
cladding. (Kindi, 2013)
Sistem transmisi fiber optik dibandingkan dengan teknologi
transmisi yang lain mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
a. Redaman transmisi yang kecil
b. Bidang frekuensi yang lebar
13

c. Ukurannya kecil dan ringan


d. Tidak ada gangguan (interferensi)
e. Adanya isolasi antara transmitter dan receiver
f. Tidak ada ground loop
g. Tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau
terputusnya fiber optik.
Selain ada keuntungannya, fiber optik juga mempunyai
kekurangan, diantaranya:
a. Harga kabel fiber optik masih terlalu mahal.
b. Terkadang terdapat loss data
c. Jika rusak, perbaikannya memerlukan tenaga ahli di bidang
ini.
Prinsip dasar cara kerja fiber optik adalah hukum snellius,
yaitu bahwa jika sebuah cahaya merambat pada dua medium yang
indeks bias medium asal lebih tinggi dari pada indeks bias
medium tujuannya maka cahaya akan dapat terpantul sempurna
(total internal reflection). Dari prinsip cahaya dipandu pada serat
optik dengan memanfaatkan total internal reflection.
Total internal reflection (TIR) merupakan prinsip pemanduan
cahaya pada serat optik seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.2. Cahaya dapat ditransmisikan atau dipandu pada serat optik
disebabkan karena berkas cahaya datang dari medium yang
mempunyai indeks bias lebih besar ke medium yang mempunyai
indeks bias lebih kecil. Jika sudut berkas cahaya datang lebih
kecil daripada sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan keluar
dari serat optik. (Saleh, 1991)

3.3 Macam-macam Atenuasi dalam Serat


Dalam transmisi sistem komunikasi serat optik tidak dapat
dihindari akan munculnya atenuasi (redaman), yang dapat
mengkibatkan daya terima tidak sama dengan daya yang telah
dikirimkan. Adanya atenuasi disebabkan oleh 3 faktor utama
yaitu absorbsi, scattering, dan bending. (Mandasari, 2006)
a. Absorbsi
Absorpsi yaitu penyerapan dalam serat optik akibat
ketidakmurnian materi bahan. Hal-hal yang dapat mengakibatkan
14

Gambar 3. 2 Skema TIR


terjadinya absorbsi yaitu pengaruh komposisi bahan gelas,
impurity atom pada material gelas, atom-atom bahan gelas dari
material serat
b. Scattering (Hamburan)
Scattering terjadi karena adanya energi yang hilang akibat
hamburan oleh benda kecil yang ada dalam gelas.Hal ini terjadi
karena adanya tumbukan cahaya dengan partikel tadi, lebih
dikenal dengan sebutan hamburan Rayleigh. Semakin kecil
panjang gelombang maka hamburan Rayleigh yang terjadi akan
membesar.
c. Bending
Bending dapat terjadi akibat hal-hal yang tidak sengaja sehingga
mengakibatkan propagasi cahaya di dalam serat optik berbelok
dari arah transmisi semula keluar dari inti ke arah cladding.
Bending ada dua jenis yaitu microbending dan macrobending:
 Microbending yang terlihat pada gambar 3.3 merupakan rugi-
rugi yang disebabkan oleh efek mikroskopik yang dihasilkan oleh
kerusakan pada perbatasan inti selubung. Kerusakan tersebut
diakibatkan karena fabrikasi kabel yang kurang baik, kesalahan
selama pengkabelan, suhu rendah dan ada bagian serat yang
tertekan sesuatu. Microbending lebih sulit untuk dideteksi.
15

Microbending terjadi karena jari-jari kelengkungan mendekati


jari-jari inti serat optik, sehingga mengakibatkan adanya kopling
daya antar mode. Untuk meminimalisasi rugi microbending dapat
micromenggunakan jaket pelindung serat yang fleksibel.

Gambar 3. 3 Skema microbending loss

 Macrobending yang terlihat pada gambar 3.4 dapat diartikan


sebagai rugi-rugi yang terjadi saat jari-jari kelengkungan jauh
lebih besar dari jari-jari inti serat optik, hal ini disebabkan oleh
efek makroskopik seperti adanya belokan kecil pada serat itu
sendiri, dan juga karena penanganan dan instalasi yang kurang
baik saat pergelaran kabel di lapangan.

Gambar 3. 4 Skema macrobending loss

3.4 Karet Silikon (Silicone Rubber)


Silicone rubber merupakan bahan polimer yang tersusun dari
monomer-monomer cilcicsiloxane yang membentuk
polydimethylsilo- xane. Secara kimia dituliskan dengan rumus
[CH32SiO]n. Berdasarkan rumus kimia tersebut dapat terlihat
pengulangan monomernya yang dinyatakan dengan derajat poli-
merisasi (n). Karet silikon memiliki berat molekul yang tinggi
dan memiliki derajat polimerisasi antara 4.000 sampai 10.000.
16

Satu atom silikon di- peroleh dengan cara mereduksi SiO2 dengan
karbon melalui peristiwa pe- manasan listrik.
Jika dilihat dari sifatnya, silicon rubber mempunyai sifat tolak
air (hydrophobicity) yang tinggi, bahkan mampu memindahkan
sifat hidrofobiknya ke lapisan polutan sehingga polutan ikut
bersifat hidrofobik. Dalam keadaan basah atau lembab tidak akan
terbentuk lapisan air yang kontinyu, sehingga permukaan isolator
tetap memiliki konduk tivitas yang rendah, akibatnya arus bocor
sangat kecil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh karet silikon
adalah mempunyai sifat dielektrik yang sangat baik, ringan, tahan
gempa, serta mudah dalam penanganan dan pemasangannya.
(Afandi, 2012). Karet silikon merupakan bahan isolasi yang tahan
terhadap suhu tinggi. Secara garis besar karet silikon dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
a. High Temperature Vulcanizing (HTV)
Bahan ini dapat digunakan pada suhu 55 oC – 200 oC, biasanya
digunakan untuk isolasi kabel dan bahan isolator tegangan tinggi.
Sifat yang dimiliki karet silikon jenis HTV ini adalah tahan terha-
dap alkohol, garam dan mi nyak, memiliki tahanan yang baik
terhadap ozon, korona dan air.
b. Room Temperature Vulcanizing (RTV)
Bahan ini dibuat pada suhu 25 oC – 80 oC dan biasanya digunakan
untuk melapisi isolator keramik.

Gambar 3. 5 Silicone rubber jenis RTV


17

3.5 Sumber Optik


Sumber optik berfungsi sebagai pemancar cahaya yang
membawa informasi. Sumber tersebut harus memenuhi
persyaratan diantaranya adalah :
 Cahaya yang dihasilkan harus mendekati monokromatis.
 Mempunyai keluaran cahaya yang berintensitas tinggi
sehingga mampu mengatasi redaman di sepanjang saluran
serat.
 Mudah dimodulasi oleh sinyal informasi.
 Memiliki dimensi yang kecil dan mudah dihubungkan
dengan serat.
Sumber optik yang umum digunakan pada sistem
komunikasi serat optik adalah LED (light emitting diode) dan
LD (laser diode). Keduanya merupakan susunan semi
konduktor sambungan P-N yang apabila diberi bias maju akan
memancarkan energi optik dalam bentuk foton. (Hanafiah, 2006)
Laser diode (LD) merupakan sumber gelombang
elektromagnetik koheren yang memancarkan gelombang pada
frekuensi infra merah dan cahaya tampak dioda
merupakankomponen semikonduktor yang menghasilkan radiasi
koheren, yaitu menghasilkan gelombang pada frekuensi dan fase
yang sama. Jenis LD yang digunakan pada sistem serat optik
adalah jenis semikonduktor dengan ukuran yang kecil, arus
dan tegangan catuan rendah, serta harga yang lebih murah
seperti ILD (injection laser diode), LD DFB (laser diode
distributed feedback), dan LD DBR (laser diodedistributed
bragg reflector).

a. Detektor Optik
Detektor optik berfungsi untuk mengubah sinyal informasi
optik menjadi sinyal informasi elektrik. Detektor tersebut
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Henry Zanger,
1991)
 Memiliki sensitivitas yang tinggi
 Memiliki waktu respon yang cepat
 Memiliki noise internal yang kecil
18

Karakteristik penting lainnya yang harus dipenuhi adalah


kestabilan, keakuratan, tidak peka terhadap perubahan suhu, dan
harga yang sesuai. Ada dua jenis detektor optik yang
digunakan dalam sistem komunikasi serat optik yaitu positive
intrinsic negative diode (dioda PIN) dan avalanche photodiode
(APD). Dioda PIN memiliki lapisan semikonduktor intrinsik
diantara bagian P dan N yang berfungsi untuk menyerap foton
lebih banyak. Dioda PIN membutuhkan tegangan yang relatif
rendah yaitu 8 – 10 Volt. Dioda PIN lebih efisien digunakan
pada komukasi jarak pendek dan memiliki sensitivitas yang
baik untuk LED.
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Metode Penyelesaian Tugas Khusus


Tugas khusus yang didapatkan selama kerja praktek di Pusat
Penelitian Fisika (P2F) LIPI adalah penelitian sensor WIM
berbasis serat optik. Penelitian dilakukan selama satu bulan dan
menggunakan alat dan bahan yang disediakan oleh pihak LIPI.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi
terbaik antara pasir dan bahan polimer dalam pembuatan sensor
WIM berbasis serat optik. Pada penelitian ini terdapat tiga tahap
yang dilakukan. Tahap pertama adalah mengkarakterisasi laser
yang akan digunakan pada penelitian. Terdapat dua jenis laser
yang tersedia di laboratorium Optoelektronika, yaitu optical light
source dan Distributed Feedback Laser (DFB). Tahap kedua
adalah karakterisasi photodetector. Karakterisasi dilakukan guna
mengetahui karakter setiap alat, sehingga diketahui loss dariserat
optik yang diuji. Tahap ketiga adalah memvariasikan komposisi
antara pasir dengan silicone rubberyang digunakan sebagai
coating agar sensor mampu menahan beban yang berat sehingga
dilakukan pengujian sensor seperti skema pada gambar 4.1.
Kegiatan penelitian dapat dilihat pada gambar diagram alir 4.2.

Mesin pressing
sensor
Photodetec-
Laser tor dan
Mesin pressing Voltmeter

Gambar 4.1 Skema uji tekan sensor WIM berbasis serat optik

19
20

Gambar 4. 2 Diagram alir penelitian


21

4.1.1 Alat dan bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut.
 Ayakan ukuran 20 mesh
Pada penelitian ini digunakan ayakan 20 mesh. Mesh adalah
ukuran dari jumlah lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1
inch persegi jaring / kasa yang bisa dilalui oleh material padat.
Mesh 20 memiliki arti terdapat 20 lubang pada bidang jaring /
kasa seluas 1 inch. Jika dikonversi, ukuran 20 mesh sama dengan
841 mikrometer. Hal ini menjelaskan, pasir yang telah diayak
dengan ayakan 20 mesh menghasilkan pasir berukuran 841
mikrometer.
 Fiber optic jenis single mode dan konektor
Penelitian menggunakan fiber optic jenis single mode
dikarenakan kecepatannya dalam mentransmisikan data dan
bandwith yang besar, sehingga cocok digunakan sebagai sensor.
Konektor digunakan untuk menyambungkan sensor fiber optic
yang sudah dilapisi bahan polimer ke sumber cahaya dan
pengukur tegangan.
 Alat splicing fiber optic
Sensor WIM berbasis fiber optic yang sudah dilapisi dengan
bahan polimer harus disambung terlebih dahulu dengan konektor
menggunakan seperangkat alat splicing fiber optic seperti pada
gambar.
 Bahan polimer
Pada penelitian ini digunakan beberapa jenis bahan polimer
seperti Cement SC 2000, silicone rubber jenis RTV tipe 48, 768
dan 586 serta katalis tiap jenis silicone rubber agar bahan cepat
kering.
 Cetakan sensor
Bahan polimer yang sudah dicampur dengan pasir dan katalis,
harus diletakkan pada cetakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Serat optik diletakkan di tengah dari adonan bahan polimer.
22

 Optical light source


Sumber cahaya yang digunakan pada penelitian ini berasal dari
laser yang dipancarkan dari alat optical light source.
 DFB
Distributed Feedback Laser (DFB) merupakan alat buatan LIPI
yang memiliki fungsi sama seperti optical light source. Terdapat
2 DFB yang akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui mana
yang menghasilkan data lebih baik.
 Voltmeter
Voltmeter digunakan untuk mengkarakterisasi dan pengujian
sensor dengan melihat hasil tegangan yang dihasilkan.
 Photo detector
Pada rangkaian pengukuran tegangan yang dihasilkan dari fiber
optic, digunakan photodetector sebagai penerima cahaya laser
lalu merubahnya ke bentuk arus listrik sehingga dapat dibaca
oleh voltmeter.
 Alat uji tekan
Setelah sensor WIM berbasis fiber optic sudah kering dan sudah
disambung konektor, sensor diberi tekanan menggunakan alat
uji tekan dengan skala terkecil 100 kilogram.

4.1.2 Karakterisasi alat ukur


 Laser
Pada penelitian ini terdapat dua jenis alat pemancar laser, yaitu
DFB dan optical light source. Sebelum dilakukan penelitian, laser
yang akan digunakan harus dikarakterisasi terlebih dahulu untuk
menentukan laser jenis apa yang menghasilkan tegangan yang
linier. Terdapat 2 buah DFB dan 1 buah optical light source yang
dikarakterisasi. Skema karakterisasi dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut.
Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengukuran
tegangan yang dihasilkan oleh laser dan diambil data setiap 5
menit sekali selama dua jam. Pada pengukuran DFB laser
digunakan pula power meter. Hal ini dikarenakan pada DFB laser,
daya yang dihasilkan belum stabil, sehingga energi yang
23

dihasilkan berubah – ubah. Pada optical light source terdapat dua


panjang gelombang yang dikarakterisasi, yaitu panjang
gelombang 1310 nm dan 1550 nm.

(a)

(b)
Gambar 4. 3 Skema karakterisasi DFB laser dan optical light
source (a) skematik pengukuran (b) alat yang
digunakan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.14, diketahui bahwa hasil


pengukuran tegangan pada laser dengan panjang gelombang 1550
nm menghasilkan grafik yang lebih linier dibandingkan yang lain.
Pada DFB laser memiliki metode stabilisasi kontrol arus (current
control), yaitu arus dapat diatur sehingga dapat dihasilkan daya
tertentu yang dapat dibaca dari tegangan keluaran dari
fotodetektor. Pada DFB laser, suhu sangat mempengaruhi hasil
24

pengukuran daya laser. Dari data grafik 4.10 , dapat disimpulkan


bahwa fluktuasi dengan output yang menggambarkan fluktuasi
daya untuk laser DFB 1 adalah sekitar 0,04 V atau 4 % dari
tegangan rata-ratanya. Dari grafik gambar 4.12 dapat dilihat
bahwa fluktuasi tegangan adalah 0.04 V dari rata rata 0.48 Volt
atau berkisar 10 %. Berdasarkan 2 laser DFB tersebut maka DFB
1 mempunyai stabilitas daya lebih baik daripada laser DFB 2.
Berbeda dengan DFB laser, portable optical light source
yang memiliki metode stabilisasi berupa APC (Automatic Power
Control) sehingga menghasilkan nilai keluaran yang stabil.
Metode APC menggunakan prinsip umpan balik elektronik dan
dibutuhkan fotodetektor beserta penguatnya dan sistem rangkaian
feedback. Selain itu, optical light source tidak rentan pada suhu
dan dapat dibawa kemana saja. Hasil pengamatan stabilitas laser
seperti gambar 4.10, dimana fluktuasi tegangan outputnya adalah
0,04 V dari rata rata 2.15 Volt atau stabilitas dayanya adaah 3,7%.
Dari data tersebut terlihat penurunan tergangan atau daya. Hal ini
disebabkan karena daya baterai yang digunakan semakin lama
menurun seiring dengan waktu penggunaan. Berdasarkan grafik
4.14, terdapat data yang melenceng. Hal tersebut dapat
dikarenakan optical light source dapat mati secara otomatis,
sehingga pada saat data akan diambil, terdapat kemungkinan alat
tepat mati dan dibutuhkan waktu beberapa detik untuk hasil
pengukuran stabil kembali. Oleh karena itu, digunakan optical
light source dengan panjang gelombang 1550 nm dalam
penelitian ini.

 Photodetector
Selain laser, photodetector yang digunakan juga perlu
dikarakterisasi dengan gain 0, 20 dan 40 dB. Pengambilan data
dilakukan dengan memberikan variasi arus pada DFB setiap
kenaikan 25 mikro Watt lalu dilihat nilai tegangannya. Hasil
karakterisasi dapat dilihat pada gambar grafik 4.15, 4.16 dan 4.17
sehigga diketahui bahwa grafik yang dihasilkan cukup stabil dan
linier, sehingga photodetector dapat digunakan untuk penelitian
ini.
25

4.1.3 Pembuatan adonan coating


Pada penelitian ini digunakan beberapa jenis polimer untuk
membuat coating (pelindung) dengan perbandingan antara
polimer dan pasir yang berbeda. Sensor WIM berbasis serat optik
ini dibuat dengan komposisi sepert pada gambar 4.4 sebagai
berikut.

Gambar 4.4 Strukur penyusunan sensor WIM berbasis serat


optik

Sensor dibuat dengan cara melapisi serat optik dengan


campuran bahan polimer dan pasir, seperti pada gambar 4.4 di
atas. Pada awalnya, cetakan dilapisi plastic wrap terlebih dahulu
agar sensor mudah diangkat ketika kering. Lalu sensor dibentuk
dengan memberikan plastisin untuk membatasi panjang sensor.
Serat optik diletakkan di tengah – tengah cetakan dengan plastisin
seperti pada gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Cetakan sensor WIM


Material yang pertama digunakan pada pembuatan sensor
WIM berbasis serat optik ini adalah Cement SC 2000. Material
ini berwarna hitam dan seperti aspal. Komposisi antara pasir dan
Cement SC 2000 adalah 1:6. Pada saat komposisi material
dituang ke cetakan, cairan material memenuhi cetakan. Namun,
26

setelah kering material seperti menyusut sehingga hanya


membentuk lapisan tipis seperti pada gambar 4.6. Karena
bentuknya yang tipis dan serat optik yang menonjol, maka dapat
dikatakan bahan Cement SC 2000 tidak dapat digunakan sebagai
bahan polimer sensor WIM berbasis serat optik.
Material selanjutnya yang digunakan adalah silicone rubber
jenis RTV tipe 48 dan 768. Sensor yang terbentuk dari kedua
material ini mampu melindungi serat optik yang ada di dalamnya,
namun terlalu empuk dan elastis sehingga ketika diberi tekanan
serat optik cepat patah (beban yang diberikan kurang dari 300
kg). Bahkan pada tipe 768 didapati material yang tidak kunjung
kering hingga kerja praktek berakhir. Oleh karena itu, material ini
tidak cocok untuk digunakan pada sensor WIM berbasis serat
optik. Sensor WIM yang terbentuk dari kedua material ini dapat
dilihat pada gambar 4.7 berikut.
Material terakhir yang digunakan adalah silicone rubber
jenis RTV tipe 586 dan katalis tipe 585 dengan perbandingan
antara pasir dan silicone rubber sebesar 2:1, 3:2 dan 3:1. Pada
campuran material ini didapatkan hasil yang lebih tahan ketika
diberi beban hingga 800 kg. Oleh sebab itu pada penelitian ini
menggunakan material ini untuk pengujian.

Gambar 4.6 Sensor WIM dengan material Cement SC 2000


27

(a) (b)

Gambar 4.7 Sensor WIM dengan material Silicone Rubber jenis


RTV tipe 48 dan 768
4.14 Pemasangan konektor pada sensor
Sensor WIM berbasis serat optik yang sudah kering lalu
disambung ke konektor agar tegangan yang dihasilkan dapat
terbaca. Serat optik disambung ke konektor menggunakan alat
splicing seperti pada gambar skema 4.8 berikut. Pada awalmya
serat optik dipotong dan dibersihkan terlebih dulu agar bentuk
core terpotong rata dan bersih dari debu. Lalu, serat optik
disambungkan ke kabel berkonektor menggunakan alat splicer.
Setelah serat optik tersambung, besar loss yang dihasilkan dari
penyambunga serat optik tadi dapat terhitung dari alat splicer.
Setelah sensor sudah tersambung dengan konektor, maka
sensor dapat dirangkai dengan optical light source dan voltmeter.
Sensor yang sudah dirangkai dapat langsung di uji tekan
menggunakan alat uji tekan sesuai skema uji tekan pada gambar
4.1. Uji tekan dilakukan dengan memberikan beban hingga kabel
serat optik putus yang ditandakan dengan nilai tegangan yang
dihasilkan bernilai nol.
28

Gambar 4.8 Skema penyambungan serat optik dengan alat


splicer
29

4.2 Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data
hasil karakterisasi photodetector, DFB laser dan optical light
source seperti pada gambar grafik 4.9 sampai 4.17.

Gambar 4.9 Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 1

Gambar 4.10 Plot karakterisasi daya DFB laser jenis 1


30

Gambar 4.11 Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 2

Gambar 4.12. Plot karakterisasi tegangan DFB laser jenis 2


31

2,2
2,19
2,18
Tegangan (V)

2,17
2,16
2,15
2,14
2,13
2,12
2,11
0 50 100 150
Waktu (menit)

Gambar 4.13 Plot karakterisasi optical light source (λ =


1310 nm)

2,35
2,3
2,25
Tegangan (V)

2,2
2,15
2,1
2,05
2
0 50 100 150
Waktu (menit)

Gambar 4.14 Plot karakterisasi optical light source (λ =


1550 nm)
32

900
800
Tegangan (mV)

700

600
500
400

300
200
100

0
0 100 200 300 400 500 600
Power Meter (mikro Watt)

Gambar 4.15 Plot karakterisasi photodetector dengan gain 0 dB

3000

2500
Tegangan (mV)

2000

1500

1000

500

0
0 100 200 300 400 500 600
Power Meter (mikro Watt)

Gambar 4.16 Plot karakterisasi photodetector dengan gain 20 dB


33

9000
8000
7000
Tegangan (mV)

6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 100 200 300 400 500 600
Power Meter (mikro Watt)
Gambar 4.17 K Plot karakterisasi photodetector dengan gain
60 dB

Setelah alat ukur dikarakterisasi, dilakukan pengujian sensor


WIM dengan material silicone rubber jenis RTV tipe 586
sehingga diperoleh data hasil uji tekan sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Ketahanan Coating dengan
Perbandingan Pasir : Silicone Rubber
Tegangan (mV)
Beban (kg)
3:2 3:1 2:1
0 277,1 196,7 243,3
100 211,3 202,2 242,1
200 210,5 199,5 240,3
300 208,9 205,4 238,5
400 204,8 203,5 235,6
500 200,8 202,4 233,2
600 198,8 6,5 224,3
700 193,5 203,9
800 182,6 84,4
850 6,4
34

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data dengan


dilakukan uji tekan. Pengujian untuk setiap sampel dilakukan satu
kali (tidak ada pengulangan). Hal ini dikarenakan setiap sampel
diuji dengan diberikan beban maksimum hingga serat optik yang
berada pada sensor putus. Sensor yang putus ditandakan dengan
tegangan yang bernilai nol.
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dan di plot pada gambar
4.18, maka dapat diketahui bahwa komposisi dengan pasir lebih
banyak dari bahan polimer lebih bisa menahan beban lebih kuat
dibandingkan bahan polimer yang lebih banyak dari pasir. Hal ini
dikarenakan pasir dapat membentuk pelapis serat optik menjadi
elastis namun kuat ketika diberi beban berat.

300
250
Tegangan (mV)

200
150
Komposisi 3:2
100
Komposisi 3:1
50 Komposisi 2:1
0
0 200 400 600 800 1000
Beban (kg)
Gambar 4.18 Perbandingan output sensor WIM dengan variasi
komposisi bahan

Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa pada


perbandingan antara pasir dan bahan polimer 3:1 mampu
menahan beban sebesar 600 kg, pada perbandingan 3:2 sebesar
850 kg dan pada perbandingan 2:1 sebesar 800 kg. Oleh karena
itu, dapat diketahui bahwa beban terberat yang mampu ditahan
sebesar 850 kg pada perbandingan 3:2 dan beban terkecil sebesar
600 kg pada perbandingan 2:1. Jika dilihat dari gambar grafik 5.1,
35

5.2 dan 5.3 didapatkan bahwa pengukuran yang paling linier


adalah pada perbandingan 3:1. Selain itu, jika dilihat dari grafik
dapat diketahui bahwa hasil pengukuran terbaik terdapat pada
perbandingan pasir dan bahan polimer 3:2 karena sensitivitasnya
yang tinggi sehingga data yang dihasilkan tiap kenaikan 100 kg
pun cukup linier dan grafik yang dihasilkan lebih panjang seperti
pada gambar grafik 4.18.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pasir dapat
lebih kuat menahan beban. Akan tetapi, jika kandungan pasir
terlalu banyak seperti pada perbandingan 3:1, kemungkinan
terjadinya gesekan antara pasir dan serat optik ketika diberi beban
akan lebih besar, sehingga serat optik lebih mudah patah dan
hanya mampu menahan sedikit beban. Dikarenakan keterbatasan
waktu dan bahan, penelitian ini hanya menggunakan pasir
berukuran 20 mesh saja. Terdapat kemungkinan jika
menggunakan pasir yang berukuran lebih kecil dengan komposisi
material pasir dan polimer 3:2 dapat menahan beban lebih besar
lagi.
36
BAB V
KESIMPULAN

Setelah dilakukan Kerja Praktek di Pusat Penelitian Fisika


(P2F) LIPI Serpong di laboratorium optoelektronika didapat
beberapa kesimpulan dari tugas yang diperoleh,yaitu :

1. Pada pelaksanaan kerja praktek di LIPI, serat optik


digunakan sebagai sensor WIM lalu dibuat coating agar
sensor serat optik tidak mudah rusak dan mampu menahan
beban berat kendaraan.
2. Komposisi yang mampu menahan beban lebih besar adalah
perbandingan pasir dan polimer 3:2 yaitu 850 kg.
3. Semakin banyak pasir dalam komposisi material coating,
maka akan semakin keras pelindung sensor yang dapat
menyebabkan adanya gesekan antara pasir dan serat optic
4. Semakin banyak bahan polimer dalam komposisi material
coating, maka akan terbentuk material yang elastis dan
kurang sensitif ketika sensor diberi beban sehingga kurang
cocok dijadikan bahan pelindung sensor.

37
38
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, N. Y. (2012). Tinjauan Sifat Hidrofobik Bahan Isolasi


Silicone Rubber. Jurnal Tekno.
Bambang Widyatmoko, D. H. (2013). Sistem Pengukuran Beban
Kendaraan Berjalan Berbasis Serat Optik. 167-171.
Fisika.lipi.go.id. (2018, Agustus 1). Struktur organisasi. online
web, hal. 1.
Ghozali, E. F. (2014). Kajian Rugi-Rugi Akibat Macrobending
pada Serat Optik Berbasis PC. Indonesian Journal of
Applied Physics, 43.
Hanafiah, A. (2006). Teknologi Serat Optik. Jurnal Sistem Teknik
Industri ISSN : 1411 – 5247, 87 - 91.
Henry Zanger, C. Z. (1991). Fiber Optics Communication and
Other Applications. New York: Macmillan P. C.
Kindi, C. A. (2013). Sensor Beban Berbasis Serat Optik
Denganprinsip Mikrobending. Universitas Sumatera
Utara.
Mandasari, O. (2006). Analisis Perbandingan Daya Hilang
Akibat Bending Pada Serat Optik Step Index Multimode.
Bandung: Universitas Telkom.
maps, g. (2018, Agustus 1). Lokasi Pusat Penelitian Fisika LIPI.
hal. Diakses pada 16.30 WIB.
Mehmet Yildiz, N. G. (2012). An Experimental Study on the
Process Monitoring of Resin Transfer Molded Composite
Structures Using Fiber Optic Sensors. Journal of
Manufacturing Science and Engineering, volume 134.
Veronikha. (2018). Pengaruh Besaran Dan Distribusi Partikel
Pasir Dalam Silikon Rubber Terhadap Loss Atau Rugi-
Rugi Dalam Serat Optik Akibat Tekanan. Universitas
Jenderal Soedirman.

39
LAMPIRAN A
HASIL DATA KARAKTERISASI ALAT UKUR

A.1 Data Karakterisasi DFB Jenis 1


Panjang Gelombang Tegangan Power Meter
Laser (nM) (V) (mW)
1550 1,042 0,618
1550 1,033 0,62
1550 1,03 0,618
1550 1,012 0,619
1550 1,017 0,648
1550 1,045 0,646
1550 0,999 0,656
1550 1,02 0,65
1550 1,014 0,66
1550 1,023 0,664
1550 1,013 0,656
1550 1,024 0,674
1550 1,036 0,66
1550 1,02 0,665
1550 1,029 0,668
1550 1,019 0,669
1550 1,024 0,67
1550 1,035 0,67
1550 1,018 0,669
1550 1,034 0,663
1550 1,045 0,66
1550 1,024 0,665
1550 1,043 0,668
1550 1,035 0,66

A-1
A-2

A.2 Data Karaketrisasi DFB Jenis 2


Panjang Gelombang Power Meter
Tegangan (V)
Laser (nM) (mW)
1550 0,447 0,383
1550 0,449 0,374
1550 0,469 0,378
1550 0,438 0,379
1550 0,458 0,392
1550 0,46 0,39
1550 0,459 0,39
1550 0,464 0,391
1550 0,448 0,395
1550 0,438 0,396
1550 0,459 0,398
1550 0,449 0,399
1550 0,478 0,394
1550 0,467 0,404
1550 0,47 0,391
1550 0,467 0,392
1550 0,461 0,393
1550 0,454 0,395
1550 0,464 0,393
1550 0,456 0,379
1550 0,448 0,382
1550 0,449 0,389
1550 0,46 0,372
1550 0,447 0,379
A-3

A.3 Data Karakterisasi Laser Panjang Gelombang 1310 nm


Panjang Gelombang
Tegangan (V)
Laser (nM)
1310 2,193
1310 2,191
1310 2,183
1310 2,176
1310 2,174
1310 2,168
1310 2,16
1310 2,153
1310 2,148
1310 2,142
1310 2,138
1310 2,138
1310 2,138
1310 2,136
1310 2,138
1310 2,132
1310 2,131
1310 2,129
1310 2,128
1310 2,126
1310 2,122
1310 2,126
1310 2,128
1310 2,127
A-4

A.4 Data Karakterisasi Laser Panjang Gelombang 1550 nm


Panjang Gelombang
Tegangan (V)
Laser (nM)
1550 2,312
1550 2,199
1550 2,166
1550 2,15
1550 2,138
1550 2,128
1550 2,118
1550 2,107
1550 2,096
1550 2,083
1550 2,073
1550 2,065
1550 2,056
1550 2,049
1550 2,044
1550 2,04
1550 2,034
1550 2,03
1550 2,024
1550 2,19
1550 2,017
1550 2,016
1550 2,019
A-5

A.5 Data Karakterisasi Photodetector Gain 0 dB


Gain= 0 Db
Power Meter (mikro Watt) Tegangan (mV)
0,922 0,078
25,5 48
50,5 87,4
75,3 130,4
101,8 173,8
125 208,6
152 254,5
175 290
201 339,4
223 365,3
255 411
275 455
301 483
324 527
352 572
372 608
397 649
427 691
455 726
475 758
495 799
A-6

A.6 Data Karakterisasi Photodetector Gain 20 dB


Gain = 20 dB
Power Meter (mikro Watt) Tegangan (mV)
0,953 11,1
25,5 135,5
50,8 264,5
75,3 391,2
101,1 518
126 636
152 794
173 876
201 1019
225 1139
252 1278
274 1359
298 1508
323 1648
350 1768
372 1899
403 2056
427 2178
456 2298
474 2557
495 2589
A-7

A.7 Data Karakterisasi Photodetector Gain 40 dB


Gain = 40 dB
Power Meter (micro) Tegangan (mV)
0,977 21,5
25,1 410
50,8 831
75,5 1220
106 1638
125 1998
151 2409
177 2771
202 3306
226 3614
251 4080
275 4580
301 4840
325 5290
352 5560
374 6180
401 6500
424 6810
453 7390
476 7700
497 8120
LAMPIRAN B
JADWAL KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Hari ke- Deskripsi pekerjaan


Menyelesaikan adiministrasi, pengenalan staff
1
dan laboratorium
Mempelajari jurnal tentang WIM dan
2
melengkapi peralatan penelitian
3 Menguji karakterisasi laser DFB
Menguji karakterisasi laser dengan panjang
4
gelombang 1550 dan 1310
Mempelajari cara menyambung fiber optik
5
(splicing)
6
LIBUR
7
Melakukan karakterisasi Photodioda dengan
8
variasi gain
Melakukan persiapan dan pembelian barang
9
keperluan penelitian
10 Melanjutkan persiapan barang penelitian
Melakukan pengayakan pasir menggunakan
11
ayakan ukuran 100 mesh
Melakukan pengayakan pasir menggunakan
12
ayakan ukuran 300 mesh
13
LIBUR
14

B-1
B-2

Hari
Deskripsi pekerjaan
ke-
Membuat adonan menggunakan SC Cement 2000
15
dengan perbandingan 5:1 dan 6:1
Membuat adonan rubber jenis 586 dengan
16 perbandingan 5:1 , 6:1 , serta campuran semen pasir
dan rubber.
Membuat adonan rubber jenis 768 dengan
17
perbandingan 5:1 dan 6:1
18 Mempelajari jurnal tentang WIM
Mengecek keadaan adonan rubber dan membuat
19
adonan dengan ukuran yang berbeda
20
LIBUR
21
Menyambung fiber optik dengan kabel konektor
22
dan uji tekanan.
Membuat adonan rubber jenis 586 dengan
23
perbandingan 9:1 dan2:1.
Membuat adonan rubber jenis 586 dengan
24 perbandingan 2:1 dan 2:3 dan adonan pasir dengan
ukuran 20 mesh, 100 mesh, dan 300 mesh
Menyambung fiber otik dengan kabel konektor dan
25 uji tekanan. Membuat adonan rubber jenis 586
perbandingan 2:1 dan 2:3 lagi.
Menyambung fiber otik dengan kabel konektor dan
26
uji tekanan.
27
LIBUR
28
29 Menyerahkan form penilaian
30 Melakukan penyusunan laporan
31 Melakukan penyusunan laporan
32 Melakukan penyusunan laporan
33 Melakukan penyusunan laporan
LAMPIRAN C
ALAT DAN BAHAN PENYELESAIAN TUGAS KHUSUS

(a)

(b)
(c)

(d)

Gambar 1. Alat penyelesaian tugas khusus (a) saringan, (b)


cetakan, (c) serat optik, (d) seperangkat alat splicer

C-1
C-2

(a)

(c) (d)
Gambar 2. Alat penyelesaian tugas khusus (a) DFB laser, (b)
voltmeter, (c) optical light source
C-3

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 3. Bahan yang digunakan; silicone rubber jenis
C-4 (a) 586,
(b) 768, (c) 48, (d) Cement SC 2000, (e) Pasir

Gambar 4. Proses pengadukan bahan


Gambar 5. Proses karakterisasi dfb laser

C-5
Gambar 6. Peletakan adonan karet silika pada cetakan

Gambar 7. Proses pengeringan adonan di ruangan


terbuka
Gambar 8. Foto Bersama Bapak pembimbing dan asisten

Anda mungkin juga menyukai