Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Perda Kab. Sidoarjo No.10 tahun 2008 tentang Kepariwisataan,
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
usaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
kepariwisataan. Peningkatan dan pengembangan usaha pariwisata, transportasi
dan usaha untuk umum mendorong peningkatan dan mobilitas manusia atau
masyarakat utamanya para wisatawan, baik mancanegara maupun domestik,
sehingga akan mendorong peningkatan aktivitas penyelenggaraan dan
pengelolaan beberapa jasa usaha yang terkait didalamnya. Kondisi yang
demikian akan menyebabkan tingginya tanggung jawab pengelola terhadap
tempat atau lingkungan, dimana usaha tersebut berada, sehingga besar
kemungkinannya dapat memberi dampak merugikan terutama apabila tidak
diawasi dan dikelola dengan baik. Untuk mengamankan masyarakat dan
lingkungan terhadap dampak yang mungkin timbul, maka sangat penting
dilakukan pengawasan dan pengendalian sanitasi/ kesehatan lingkungan
(Suparlan, 2012 : 3).
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan upaya kesehatan untuk
mengawasi, mencegah dan mengendalikan kerugian akibat dari pemanfaatan
tempat umum terutama yang reta hubungannya dengan timbulnya dan
menularnya penyakit serta kemungkinan terjadinya kecelakaan. Hal ini
merupakan problem masyarakat yang cukup mendesak, karena tempat umum
merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala
penyakit-penyakit yang dimiliki. Oleh seba itu, tempat umum berpotensi
sebagai tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit berbasis
lingkungan seperti iritasi kulit, diare, infeksi saluran pernafasan, TBC, DBD,
dan yang lainnya. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus
memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005 dalam Maharani,
2015).

1
Wahana Wisata Delta Fishing merupakan wahana kolam pancing dan
tempat rekreasi yang berada di Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Kabupaten
Sidoarjo dengan luas wilayah kurang lebih 2 hektar dengan harga tiket masuk
Rp 3.000 (Weekday) dan Rp 5.000 (Weekend). Didalam tempat wisata ini
disediakan wahana pemancingan, fasilitas outbound, kolam renang anak,
warung lesehan dan permainan anak. Selain itu terdapat pula fasilitas
penunjang seperti : Musholla, toilet, halaman parkir, dan loket karcis. Dari
pihak pengelola didapatkan bahwa perolahan data pengunjung wahana wisata
ini tiap harinya mencapai ±300-350 pengunjung pada hari biasa (Weekday) dan
±2000-2500 pengunjung di hari Minggu atau libur (Weekend), dengan
intensitas jumlah pengunjung yang tinggi ini akan berakibat pada kondisi
sanitasi. Oleh karena tempat wisata merupakan sarana umum yang dikelola
secara komersial dan tempat layanan umum maka perlu diadakan pengawasan
dan pemeriksaan kesehatan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kondisi Sanitasi Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kondisi Sanitasi Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo
2. Tujuan Khusus
a. Menilai kondisi lingkungan fisik Wahana Wisata Delta Fishing
Sidoarjo
b. Menilai kondisi fasilitas sanitasi Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo
c. Menilai sarana penunjang Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo

2
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Hari/ Tanggal : 3 November 2018
2. Lokasi : Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo
3. Pukul : 10.00 - 13.30 WIB
B. Alat dan Bahan
1. Alat Tulis
2. Handphone
3. Lembar Instrumen Penilaian Inspeksi Sanitasi Wahana Wisata
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Laporan
Penilaian Inspeksi Sanitasi Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi Wahana Wisata Delta
Fishing Sidoarjo untuk dapat lebih memahami kondisi lingkungan,
fasilitas sanitasi, bangunan dan konstruksi yang ada di Wahana Wisata
Delta Fishing Sidoarjo.
2. Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian terhadap sarana dan prasarana sanitasi di
Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo untuk melengkapi dan sebagai
bukti dari data-data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan.
D. Proseur Kerja
1. Menentukan lokasi wahana wisata yang akan dituju.
2. Membuat instrumen Penilaian Inspeksi Sanitasi Wahana Wisata.
3. Menuju ke lokasi wahana wisata yang dituju.
4. Melakukan identifikasi melalui observasi dan dokumentasi.
5. Mengisi instrumen penilaian dengan mencocokkan keadaan di lapangan
dengan aspek penilaian yang terdapat dilembar instrumen.
6. Melakukan rekapitulasi data dan perhitungan skor yang didapat.

3
7. Kemudian membuat dan menyusun laporan praktikum dari hasil penilaian
sanitasi Wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo.
E. Petunjuk Pengisian Instrumen
1. Pengisian Identitas Instrumen yang meliputi :
Nama Wahana Wisata :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
Petugas Pemeriksaan :
2. Cara penilaian berdasarkan nilai rentang artinya rentang yang diberikan
pada masing-masing komponen penilaian adalah 0-10
3. Skore adalah jumlah bobot x nilai
4. Pemberian Nilai
a. Penilaian secara perkelompok variabel
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
Hygiene Sanitasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 x 100%

b. Penilaian secara keseluruhan/ total


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Hygiene Sanitasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 x 100%

5. Kriteria Penilaian
a. Memenuhi syarat jika diperoleh skor penilaian ≥75%
b. Tiak memenuhi syarat jika diperoleh skor penilaian ≤75%

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Variabel I Lingkungan Fisik
No Variabel Penilaian Skor Skor % Kategori
maksimal penilaian
1 Halaman 40 36 90% MS

2 Area parkir 40 16 40% TMS

3 Ruang administrasi 40 28 70% TMS

Jumlah 120 80 66,67% TMS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa Lingkunag Fisik pada wisata Delta Fishing
Sidoarjo memperoleh skor 80 atau 66,67 % dari 120 skor maksimum dengan
kategori tidak memenuhi syarat (TMS).
Variabel II Fasilitas Sanitasi

No Variabel Penilaian Skor Skor (%) Kategori


maksimal penilaian
4 Ait bersih 160 160 100% MS

5 Toilet umum 160 96 60% TMS

5 Pembuangan limbah 160 112 70% TMS

6 Tempat sampah 140 112 80% MS

Jumlah 620 480 77,42% MS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa Fasilitas Sanitasi pada wisata Delta Fishing
Sidoarjo memperoleh skor 480 atau 77,42 % dari 620 skor maksimum dengan
kategori memenuhi syarat (MS).

5
Vairabel III Sarana Penunjang
No Variabel Penilaian Skor Skor (%) Kategori
maksimal penilaian
8 Tanda/instruksi sanitasi 80 80 100% MS

9 Sarana/fasilitas kesehatan 60 24 40% TMS

10 Alat pemadam kebakaran 80 8 10% TMS

11 Sarana ibadah 80 64 80% MS

12 Pelayanan lainnya 60 48 80% MS

Jumlah 360 224 62,22% TMS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa Sarana Penunjang pada wisata Delta
Fishing Sidoarjo memperoleh skor 224 atau 62,22 % dari 360 skor maksimum
dengan kategori tidak memenuhi syarat (TMS).
Variabel IV Kolam Renang
No Variabel Penilaian Skor Skor (%) Kategori
maksimal penilaian
13 Area kolam renang 30 30 100% MS

14 Volume air kolam 50 30 60% TMS

15 Kontruksi kolam 80 80 100% MS

16 Bak cuci kaki 30 30 100% MS

17 Kualitas air kolam 710 210 29,96% TMS

Jumlah 900 380 42,22% TMS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa Kolam Renang di wisata Delta Fishing
Sidoarjo memperoleh skor 380 atau 42,22 % dari 900 skor maksimum dengan
kategori tidak memenuhi syarat (TMS).

6
Variabel V Warung Lesehan

No Variabel Penilaian Skor Skor (%) Kategori


maksimal penilaian
18 Fasilitas sanitaso 60 52 86,67% MS

19 Dapur, ruang makan, gudang 150 101 67,33% TMS

20 Bahan makanan, makanan jadi 110 110 100% MS

21 Proses pengolahan makanan 50 35 70% TMS

22 Tempat penyimpanan 90 90 100% MS

23 Cara penyajian makanan 50 40 80% MS

24 Ketentuan peralatan 150 150 100% MS

25 Tenaga kerja 150 71 46,67% TMS

Jumlah 810 649 80,12% MS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa Warung Lesehan di wisata Delta Fishing
Sidoarjo memperoleh skor 649 atau 80,12 % dari 810 skor maksimum dengan
kategori memenuhi syarat (MS).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian yang telah dilakukan, kondisi
sanitasi wahana Wisata Delta Fishing Sidoarjo memperoleh skor observasi
sebesar yang termasuk dalam kriteria penilaian tidak memenuhi syarat. Adapun
pembahasan dari masing-masing komponen/variable adalah sebagai berikut :

A. Variabel Lingkungan Fisik

Dalam variable ini terdapat 3 sub variable yaitu halaman, area parkir, dan
ruang administrasi. Sesuai dengan tabel hasil, variable lingkungan fisik
tempat wisata ini memperoleh skor observasi 80 (67%) dari skor maksimal
120 yang termasuk dalam kriteria penilaian tidak memenuhi syarat. Dengan
kondisi masing-masing sub variable sebagai berikut :

1. Halaman
Halaman memperoleh skor observasi 36 (90%) dari skor maksimal 40
termasuk dalam kriteria memenuhi syarat dikarenakan kondisi halaman

7
cukup bersih, tidak terdapat genangan air, dan cukup terdapat
pepohonan.
2. Area Parkir
Dari hasil observasi variable area parker mempperoleh skor observasi
16 (40%) termasuk kriteria penilaian tidak memenuhi syarat,
dikarenakan kondisi area parker masih kotor akibat tidak disediakannya
tempat sampah di area parker teersebut, tidak terdapat rambu/petunjuk
yang jelas seperti penyekat/pembatas untuk kendaraan roda dua, mobil
dan angkutan umum/bus, selain itu permukaan area parker
bergelombang sehingga menimbulkan genangan pada saat musim hujan
yang akan menjadi sarang vector.Untuk menghindari dampak yang
diakibatkan, sebaiknya pengelola memperbaiki permukaan area parkir
yang bergelombang sehingga tidak menimbulkan genangan pada saat
hujan, Selain itu perlu disediakan tempat sampah yang memenuhi
persyaratan untuk menjaga kebersihan area parkir dan memasang rambu
atau petunjuk batas parkir bagi kendaraan roda dua/empat.
3. Ruang Administrasi
Dari hasil obbservasi dan pengukuran yang telah dilakukan ruang
administrasi di lokasi ini mempunyai pencahayaan yang baik, namun
variable ruang administrasi memperoleh skor observasi 28 (70%) dari
skor maksimal 40 yang termasuk dalam kriteria tidak memenuhi syarat,
hal ini dikarenakan oleh tidak tersedianya tempat penitipan barang yang
bisa dimanfaatkan oleh pengunjung. Hal ini tidak sesuai dengan syarat
sarana dan prasarana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.19 Tahun 2015 tentang Standar
Usaha Wisata Memancing area administrasi yang dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan dengan system pencahayaan dan sirkulasi
udara sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada sebaiknya pihak
pengelola menambahkan penyediaan fasilitas berupa tempat penitipan
barang/loker bagi pemancing yang baik dan aman.

B. Variabel Fasilitas Sanitasi


Penilaian untuk variable fasilitas sanitasi dari empat sub variable yaitu air
bersih, toilet umum, pembuangan air limbah, dan tempat sampah.
1. Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan di tempat wisata ini berasal dari
sumur gali yang ada di area tersebut. Air tersebut dipompa kemudian
ditampung dalam tandon air yang diatas kamar mandi kolam renang.
Setela h itu air di distribusikan ke seluruh kamar mandi dan kran-kran
yang tersebar di seluruh lokasi ini. Variabel air besih memperoleh skor
observasi 160 (100%) dari skor maksimal 140 dengan kriteria peniliaian
memenuhi syarat, karena dari hasil pemeriksaan fisik yang telah

8
dilakukan air bersih yang digunakan pada lokasi tersebut tidak
berwarna, berbau dan tidak keruh.
2. Toilet Umum
Hasil observasi pada toilet umum memperoleh skor observasi 96 (60%)
dari skor maksimal 160 dengan kriteria tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan 7 toilet dan 4 urinoir yang tersebar di 3 titik di seluruh area
wisata tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. Pihak pengelola
juga hanya menyediakan 2-3 toilet untuk perempuan dan 4 urinoir untuk
laki-laki dalam keadaan terpisah dan terpelihara kebersihannya.
Seharusnya dilakukan pemisahan antara toilet laki-laki dengan
perempuan, selain memenuhi peraturan juga dapat menjaga
kenyamanan pengunjung.
3. Pembuangan Air Limbah
Dari hasil observasi variable ini mendapatkan skor observasi 112 (70%)
dari skor maksimal 160 termasuk dalam kriteria penilaian tidak
memenuhi syarat. Beberapa hal yang menyebabkan variabl ini
memperoleh kriteria tidak memenuhi syarat adalah pembuangan limbah
air kolam pancing yang dibuang secara langsung ke badan sungai yang
berdampak pada gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan,
gangguan keindahan dan gangguan kerusakan benda. Untuk mencegah
keadaan tersebut, maka diharapkan air limbah yang akan dibuang
ditampung dalam sumur resapan terlebih dahulu agar zat zat yang dapat
merusak lingkungan terserap dalam resapan sehingga dalam keadaan
tertentu air buangan tersebut aman dibuang ke lingkungan.
4. Tempat Sampah

Berdasarkan tabl variabel ini memperoleh hasil observasi 112 (80%)


dari skor maksimal 140 yang termasuk dalam kriteria penilaian
memenuhi syarat karena tempat sampah yang tersedia terletak pada
radius lebih dari 20 meter untuk setiap satu tempat
sampah.Konstruksinya terbuat dari plastik dan karet berukuran sedang
memiliki permukaan halus, tahan karat dan kedap air tetapi tidak
berpenutup. Dampak dari konstruksi tempat sampah yang tidak
berpenutup dapat menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan dan
lingkungan diantaranya sebagai sarang vektor dan binatang pengerat
sebagai sumber infeksi mencemari tanah dan air dan mengganggu
kenyamanan.

C. Variabel Sarana Penunjang


Variabel sarana penunjang terdiri dari tanda sanitasi kesehatan, alat
pemadam kebakaran , sarana ibadah dan pelayanan lain nya. Sesuai dengan
tabel variabel ini memperoleh skor observasi sebesar 224 (62%) yang

9
termasuk dalam kriteria penilaian tidak memenuhi syarat hal ini disebabkan
oleh 3 sub variabel yang di dalam nya mendapat kriteria memenuhi syarat
dan 2 variabel tidak memenuhi syarat. Sesuai dengan tabel variabel ini
memperoleh skor observasi 80 yang termasuk dalam kriteria penilaian
memenuhi syarat berdasarkan kumpulan buku pedoman. Berikut kondisi
masing-masing variabelnya :

1. Tanda/Instruksi Sanitasi
Sesuai dengan tabel variable ini memperoleh skor observasi 80 (100%)
yang termasuk dalam kriteria penilaian memenuhi syarat. Berdasarkan
kumpulan buku pedoman hygine sanitasi dan penyakit lingkungan.
Dijelaskan bahwa salah satu persyaratan hygine sanitasi obyek wisata
adalah terdapat tanda/instruksi sanitasi. Dengan pengertian terdapat
tanda-tanda pengertian/petunjuk menjaga kebersihan dan keamanan
yang terbuat dari bahan yang aman dan kuat, dan dapat terbaca/terlihat
dengan jelas. Sarana penyuluhan tempat wisata ini disediakan dalam
dua cara, diantaranya secara langsung dan tidak langsung. Hal ini
dilakukan dengan harapan agar kebersihan lingkungan dan keamanan di
tempat wisata dapat terjaga dengan baik.
2. Sarana/fasilitas kesehatan
Variabel sarana/fasilitas penunjang sesuai dengan table memperoleh
skor observasi 24 (40%) yang termasuk kriteria penilaian tidak
memenuhi syara. Tempet wisata ini tidak menyediakan poliklinik/balai
pengobatan, apabila ada pengunjung yang sakit atau terjadi kecelakaan
akan segera dibawa ke ruang administrasi/ruang pengelola untuk
ditangani. Hal tersebut tidak sesuai dengan persyaratan bangunan klinik
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2011 tentang Klinik
yang menyebutkan bahwa persyaratan bangunan klinik tidak bergabung
dengan tempat tinggal dan unit kerja lain.
Hasil observasi mengenai keberadaan kotak P3K di ruang administrasi
ruang pengelola tersedia 1 buah kotak P3K yang berisi obat-obat
sederhana yang masih dalam keadaan baik.
3. Alat Pemadam Kebakaran
Sesuai dengan table pada hasil, variable ini memperoleg skor observasi
8 (10%) dari skor maksimal 60, yang termasuk dalam kriteria penilaian
tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan oleh alat pemadam
kebakaran yang tersedia dalam kondisi kadaluarsa sehingga tidak dapat
lagi digunakan.Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.4 Tahun 1980 tentang syarat-syarat
pemasangan pemadam api ringan, ynag menyatakan bahwa alat
pemadam kebakaran harus dalam kondisi baik, tidak cact, ditempatkan
pada posisi yang mudah dijangkau, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dua kali dalam setahun dan diperbarui jika sudah habis.

10
4. Sarana Ibadah
Hasil penilaian pada table hasil, variable ini memperoleh skor observasi
64 (80%) dari skor maksimal 8, yang termasuk dalam kriteria penilaian
memenuhi syarat. Sarana ibadah yang tersedia di lokasi ini adalahsatu
buah musholla yang menyediakan 4 toilet dan tempat wudhu serta 1
lemari yang berisi alat sholat dengan keadaan yang tidak tertata rapid an
kurang terawatt. Kondisi tempat wudhu yang tersedia tidak terjaga
kebersihannya, karena terdapat lumut di dinding keramik dan letaknya
berdekatan dengan urinoir, sehingga menimbulkan bau yang
mengganggu kenyamanan pengunjung.Selain itu letak musholla yang
berdampingan dengan sungai dengan konstruksi sedikit terbuka,
membuat musholla ini menjadi mudah kotor. Seharusnya agar sesuai
dengan pedoman yang berlaku serta kenyamanan pengunjung,
diharapkan pihak pengelola membenahi keteraturan kebersihan
musholla, terutama pembersihan karpet yang berdebu karena dapat
menimbulkan gangguan pernapasan bagi pengunjung, kebersihan alat
sholat yang disediakan dan juga tata letak tempat wudhu yang bedekatan
dengan urinoir.
5. Pelayanan Lainnya
Dari hasil observasi pada variable ini sesuai dengan table pada hasil
diperoleg skor observasi 48(80%) dari skor maksimal 60, yang termasuk
dalam kriteria penilaian memenuhi syarat. Di tempat wisata ini telag
disediakan informasi lokasi atau fasilitas kawasan sekitar yang
diletakkan di area tempat wisata. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pengunjung ketika menghabiskan waktunya dilokasi ini.

D. Variabel Kolam Renang


Pada penilaian variable kolam renang terdapat lima sub variable yang
diperiksa yaitu area kolam renang, volume air kolam renang, konstruksi
kolam renang, bak cuci kaki,dan kualitas air kolam renang.Berdasarkan
tabel hasil mendapat skor observasi 368 (41%) dari skor maksimal 900
yang termasuk dalam penilaian tidak memenuhi syarat. Adapun keadaan
masing-masing variabelnya adalah :
1. Area Kolam Renang
Berdasarkan tabel hasil, variable ini memperoleh skor observasi 30
(100%) dari skor maksimal 30, yang termasuk dalam kriteria penilaian
memenuhi syarat. Kolam renang ini hanya diperuntukkan bagi
pengunjung anak-anak yang berumur tidak lebih dari 7 tahun karena
kola mini dibangun hanya degan kedalaman ½ mete. Area kolam renang
di lokasi ini dibagi menjadi dua bagian sama besar yang berukuran
20x10m pada masing-masingnya.
2. Volume Air Kolam Renang

11
Variabel ini memperoleh skor sebsar 30 (60%) dengan kriteria penilaian
tidak memenuhi syarat. Persediaan air adalah hal terpenting yang harus
diperhatikan di area kolam renang. Di tempat wisata ini air kolam
renang selalu penuh. Pergantian air dilakukan secara tidak berkala
disesuaikan dengan pengunjung yang hadir. Pengunjung yang datang
dikolam renang ini dapat mencapai 300 anak/hari.Hal ini tidak sesuai
dengan Buku Pedoman Hygine Sanitasu dan Penyakit Lingkungan yang
menyatakan bahwa jumlah perenang maksimal harus sebanding dengan
luas permukaan air kolam renang dibagi 3 zona. Seharusnya dengan luas
kolam renang 210m2 jumlah perenang maksimal 70 orang atau 140
orang untuk 2 kolam renang.
3. Konstruksi Kolam Renang
Pada tabel hasil ditunjukka bahwa variable ini memperoleh skor
observasi 80 (100%) yang termasuk dalam kriteria penilaian memenuhi
syarat. Material yang digunakan di kolam renang ini telah sesuai dengan
persyaratan yang terdapat dalam buku pedoman sanitasi tempat-tempat
umum (Supartan, 2012) yaitu dibuat dari bahan-bahan yang kuat, rapat
air, keras dan licin, dicat dengan warna muda dan setiap sudutnya dibuat
konus supaya mudah dibersihkan. Pada sekeliling kolam renang
terdapat perpipaan yang telah diatur agar air bersih dan air kotor tidak
dapat terhubung secara langsung. Selain itu disekitar kolam renang ini
juga dilengkapi dengan lubang jeruji yang berfungsi sebagai lubang
pengurasan.
4. Bak Cuci Kaki
Bak cuci kaki memperoleh skor observasi 18 (60%) yang termasuk
dalam kriteria penilaian tidak memenuhi syarat. Bak cuci kaki
disediakan berada dipinggir kolam. Ukuran bak cuci kaki ini sekitar
1,5mx20cm, dan selalu terisi penuh dengan air. Air yang digunakan
dalam bak cuci kaki bersumber dari air sumur dan tidak diberi perlakuan
penambahan chlor. Hal inilah yang membuat variable baik cuci kaki
tidak memenuhi syarat. Sesuai dengan syarat sanitasi dan kemanan
kolam renang (Suparlan,2012) semua perenang yang hendak masuk ke
dalam kolam renang harus membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah terjadi
pertumbuhan angka kuman/mikroba dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia seprti iritasi kulit. Untuk mencegah dampak
tersebut, maka sebaiknya bak cuci kaki diberi diberi penambahan chlor
yang berguna untuk mencuci kaki perenang sebelum masuk kolam
renang.
5. Kualitas Air Kolam Renang
Berdasarkan tabel pada hasil variable kualitas air kolam renang
memperoleh skor observasi 210 (30%) dari skor maksimal 710, yang

12
termasuk dalam kriteria penilaian tidak memenuhi syarat. Air kolam
renang yang digunakan di tempat wisata ini bersumber dari pegunungan
yang didatangkan dari prigen. Pada air yang digunakan untuk mengisi
kolam, terdapat perlakuan yang diberikan yaitu penambahan Al2O3
atau tawas. Perlakuan ini diberikan pada air kolam setelah digunakan
dengan cara menyebarkan tawas kemudian mengendapkannya selama
satu malam, kemudian dilakukan penyedotan pada endapan.
E. Variabel Warung Lesehan
Pada penilaian variable warung lesehan terdapat 8 sub variable yang
diperiksa yaitu lokasi dan bangunan; fasilitas sanitasi; dapur, ruang makan
dan gudang bahan makanan; bahan makanan dan makanan jadi; pengolahan
makanan; tempat penyimpanan bahan makanan jadi; penyajian makanan;
peralatan makanan; dan tenaga kerja.
Berdasarkan tabel hasil, variable warung lesehan memperoleh skor
observasi 656 (81%) dari skor maksimak 810, yang termasuk dalam kriteria
penilaian memenuhi syarat. Adapun keadaan masing-masing variabelnya
adalah :
1. Fasilitas Sanitasi
Komponen penilaian fasilitas sanitasi yang dinilai meliputi
tempat cuci tangan, tempat cuci peralatan, tempat pencuci bahan
makanan, dan peralatan pencegahan masuknya serangga. Sesuai
dengan tabel hasil, skor yang diperoleh adalah 52 (87%) yang
termasuk dalam kriteria memenuhi syarat. Fasilitas toilet dan
tempat cuci tangan tersebar di seluruh area. Sedangkan tempat
pencuci peralatan dan tempat pencuci bahan makanan terdapat
didapur. Pada warung lesehan yang terdapat di lokasi wahana
wisata delta fishing, tersedia pula peralatan pencegah masuknya
serangga dan tikus, seperti kawasan kassa pada lubang ventilasi.
Hal ini telah sesuai dengan persyaratan yang dianjurkan bahwa
setiap rumah makan harus melengkapi fasilitas diantaranya
kakus, kamar mandi dan pengolahan sampah termasuk dalam
penilaian fasilitas obyek wisata.
2. Dapur, ruang makanan, dan gudang bahan makanan
Berdasarkan tabel hasil, variable ini memperoleh skor observasi
101 (67%) dari skor maksimal 150 yang termasuk dalam kriteria
penilaian tidak mmenuhi syarat. Hal ini disebabkan diantaranya
karena dapur yang dimiliki lokasi ini berukuran kurang dari 27%
luas bangunan dan fasilitas tempat cuci tangan yang disediakan
pada ruang makan tidak disediakan alat pengeringan alat
pengering atau kain lap. Kondisi ini tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098
Tahun 2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah

13
Makan Dan Restoran yaitu luas dapur sekurang-kurangnya 40%
dan ruang makan atau 27% dari luas bangunan, dan tempat cuci
tangan yang disediakan harus dilengkapi dengan sabun/sabun
cair dan alat pengering atau kain lap.
3. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Sesuai yang ditunjukkan tabel hasil, variable ini memperoleh
skor observasi sebesar 110 (100%) dengan kriteria memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan oleh bahan makanan yang disimpan
dalam gudang penyimpanan dalam keadaan baik, seluruh bahan
makanan kemasan terdaftar pada Depker RI dan berasal dari
sumber yang resmi. Selain itum makanan jadi yang disediakan
secara fisik juga dalam keadaan baik. Diharapkan pihak
pengelola untuk selalu mengawasi bahan makanan maupun
makanan jadi yang digunakan agr tidak menimbulkan
kontaminasi pada konsumen.
4. Proses Pengolahan Makanan
Dari hasil observasi didapatkan variable ini memperoleh skor 35
(70%) yang termasuk dalam kriteria tidak memenuhi syarat.
Diantara sebab tersebut adalah pakaian kerja yang digunakan
olehtenaga kerja di lokasi ini belum benar, penjamah makanan
tidak menggunakan tutuo kepala dan melakukan pengambilan
makanan dengan tangan kosong (tanpa alat bantu). Selain itu,
kondisi dapur juga kurang bersih. Hal ini tidak sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran yaitu semua
kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan ini
dapat dilakukan dengan pemakaian sarung tangan plastic,
penjepit makanan atau sendok garpu dan sejenisnya. Selain itu,
setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus
memakai celemek/apron, tutuo rambut, dan sepatu dapur
(berbeda dengan yang digunakan untuk berangkat ke lokasi
kerja). Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi pada
makanan yang disajikan dan sebagai pelindung diri bagi pekerja
itu sendiri, misalnya penggunaan celemek yang memenuhi
syarat pada tenaga pengolahan makanan yang berhubungan
dengan panas tinggi dapat melindungi pekerja dari bahaya panas
yang ditimbulkan. Dengan demikian ada baiknya pihak
pengelola lebih memperhatikan pekerjanya, terutama yang
bertindak sebagai tenaga pengolahan makanan.
5. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi

14
Berdasarkan hasil observasi pada tabel hasil, variable ini
memperoleh skor observasi 90 (100%) dengan kriteria
memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan komponen penilaian yang
diperiksa secara keseluruhan mendapat nilai baik. Kegiatan
penyimpanan yang dilakukan juga telah sesuai dengan yang
dianjurkan seperti bersih dan terpelihara, disusun dalam rak-rak.
Didapur warung lesehan tempat wisata ini juga terdapat alur
yang tidak berulang dari mulai proses pengambilan sumber
bahan makanan.
6. Cara Penyajian Makanan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan variable ini telah
memenuhi syarat dengan memperoleh nilai 40 (80%). Penyajian
makanan di lokasi ini dilakukan secara cepat, karena bahan
makanan yang telah siap akan langsung diantar kepada
konsumen. Hanya saja alangkah lebih baik jika cara membawa
makanan dilakukan dengan tertutup, sehingga makanan yang
disajikan sampai ke tangan konsumen dengan keadaan baik, dan
tidak terjadi kontaminasi dengan hewan penyebab penyakit,
misalnya lalat yang dapat menyebabkan penyakit saluran
pencernaan seperti diare.
7. Ketentuan Peralatan
Berdasarkan tabel hasil, variable ketentuan peralatan mendapat
skor observasi 150 (100%) yang termasuk dalam kriteria
memenuhi syarat . Peralatan yang digunakan di warung lesehan
ini dalam keadaan baik, semua alat yang digunakan dalam
menyajikan makanan selalu dalam keadaan bersih. Khusus
untuk alat makan yang diberikan pada knsumen di lokasi ini,
digunakan sendok, garpu dan gelas yang berbahan dasar plastic
yang hanya berlaku untuk sekali pakai saja. Hal ini telah sesuai
dengan persyaratan yang berlaku yaitu alat-alat yang dipakai
harus harus terbuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan,
mudah kering sendiri, dan tidak berkarat, harus tidak pecah atau
gempal sisinya, dilarang memakai alat-alat dari timah atau
cadmium dan tembaga yang dapat meracuni (Suparlan, 2012)
8. Tenaga Kerja
Berdasarkan tabel hasil, variable tenaga kerja memperoleh skor
observasi 78 (52%) dengan kriteria penilaian tidak memenuhi
syarat. Beberapa hal yang mempengaruhi perolehan nilai
tersebut diantaranya tidak ada satupun dari penjamah makanan
yang pernah mengikuti kursus berhubungan dengan hygiene
sanitasi makanan, tidak diberlakukan pemeriksaan kesehatan

15
secara rutin untuk penjamah makanan atau karyawan dalam 6
atau 12 bulan sekali.

16
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lingkungan fisik di wahana wisata Delta Fishing memperoleh skor 80
(67%) dengan kriteria tidak memenuhi syarat
2. Fasilitas sanitasi di wahana wisata Delta Fishing memperoleh skor 480
(77%) dengan kriteria memenuhi syarat
3. Sarana Penunjang di wahana wisata Delta Fishing memperoleh skor
224 (62%) dengan kriteria tidak memenuhi syarat
4. Kolam Renag di wahana wisata Delta Fishing memperoleh skor 368
(41%) dengan kriteria tidak memenuhi syarat
5. Warung Lesehan di wahana wisata Delta Fishing memperoleh skor 656
(81%) dengan kriteria memenuhi syarat
6. Hasil penelitian hygiene sanitasi di wahana wisata Delta Fishing
memperoleh skor 1.808 (64%) dari skor maksimal 2.810 dengan
kriteria tidak memenuhi syarat

B. Saran
1. Bagi Pengelola
a. Memperbaiki dan menyediakan kekurangan sarana prasarana serta
fasilitas yang ada di area wisata seperti tempat sampah, loker,
saluran pembuangan limbah cair, ruang P3K, alat pemadam
kebakaran, pemisah urinoir dengan tempat wudhu dan penambahan
kain lap yang bersih didekat tempat cuci tangan agar lokasi tersebut
dapat memenuhi persyaratan sanitasi wisata. Selain itu, penting
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 6 bulan atau
1 tahun sekali bagi karyawan/penjamah makanan yang terlibat
langsung di area warung lesehan.
b. Untuk menekan jumlah angka kuman dan coliform total yang tinggi,
sebaiknya pada kolam renang dilakukan menambahan chlor yang
berfungsi sebagai desinfektan atau pembunuh kuman/bakteri

17
DAFTAR PUSTAKA
Perda Kabupaten Sidoarjo No 10 Tahun 2008 Tentang Kepariwisataan
Suparlan. 2012. Pengantar Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Wisata dan Usaha-Usaha Untuk Umum. Surabaya: Perc Duatujuh.
Mukono HJ. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai