Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

MEKANISME TIMBANG TERIMA (SHIFT/HAND OVER)

Disusun oleh :
KELOMPOK IV
1. Elfani Febria R NIM. 131311123004
2. Elisa Sulistia Fitri NIM. 131311123008
3. Bambang Setiyawan NIM. 131311123012
4. Yunita Herliani NIM. 131311123022
5. Agida De Argarinta NIM. 131311123037
6. Samiatin NIM. 131311123046
7. Ikhwan Nursani NIM. 131311123063
8. Rafika Rosyida NIM. 131311123073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
1.2. Tujuan Umum........................................................................................................................................5
1.3. Tujuan Khusus.....................................................................................................................................5
BAB 2 TIMBANG TERIMA..................................................................................................................................6
2.1 Definisi........................................................................................................................................................6
2.2 Tujuan timbang terima.................................................................................................................6
2.3 Prosedur dalam Timbang Terima......................................................................................8
2.4 Metode dalam Timbang Terima.........................................................................................10
2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan.....................................................................................12
2.6 Faktor-faktor dalam Timbang Terima..........................................................................13
2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga....................................................................13
2.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima.........................................................................14
2.9 Alur Timbang Terima..................................................................................................................15
2.10 Evaluasi dalam Timbang Terima......................................................................................16
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................................................................17
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................................................................19
3.1. Simpulan.......................................................................................................................................................19
3.2. Saran................................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................. 20
LAMPIRAN

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


memaksimalkan peran dan fungsi perawat, khususnya peranan fungsi
mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi
yang efektif antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah
satu bentuk komunikasi yang mesti ditingkatkan keefektivitasannya adalah
saat pergantian sif/timbang terima pasien (Nursalam, 2014).
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan

dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang

terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat,

jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang

sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang

disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat

berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2014).

Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat

perhatian penting bagi sistem pelayanan kesehatan.Keselamatan pasien

merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa

keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan

kesehatan. World Health Organization (WHO) Collaborating Center for Patient

Safety Solutions bekerjasama dengan Joint Commision International(JCI) pada

tahun 2005 telah memasukan masalah keselamatan pasien dengan menerbitkan

enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan panduan/solusi

keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).

Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan

laporan yang dilakukan di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian

Tidak Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan 6,6% diantaranya meninggal, sedangkan di

rumah sakit yang ada di New York ditemukan 3,7% kejadian KTD dan 13,6%

diantaranya meninggal. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di

3
seluruh Amerika Serikat yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar
44.000 sampai 98.000 dilaporkan meninggal setiap tahunnya dan
kesalahan medis menempati urutan kedelapan penyebab kematian di
Amerika Serikat. Publikasi oleh WHO pada tahun 2004, juga menemukan
KTD dengan rentang 3,2-16,6% pada rumah sakit diberbagai negara yaitu
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia (Depkes RI, 2006).

Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.


1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi
keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien.Timbang terima pasien termasuk pada
sasaran yang kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif.
Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang

tak terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang

dijalankan pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis,

penundaan ruang darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat

mereka melaporkan perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum

suatu situasi menjadi krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk

pencegahan, dokumentasi tak memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin

keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan

melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan ilmu

kesehatan. Kerja sama antarpetugas kesehatan sangat menentukan efektivitas dan

efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai

institusi pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan

seharusnya menunjuk pada penampilan dari pelayanan kesehatan. Keselamatan

pasien merupakan upaya yang harus diutamakan dalam penyediaan pelayanan

kesehatan. Pasien harus memperoleh jaminan keselamatan selama mendapatkan

perawatan atau pelayanan di lembaga pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari

4
berbagai kesalahan tindakan medis (medical error) maupun kejadian yang
tidak diharapkan (Koentjoro, 2007).

1.2.Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi penting
1.3.Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).

2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan


keperawatan kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

5
BAB 2
TIMBANG TERIMA

2.1 Definisi

Timbang terima atau disebut overan atau komunikasi saat serah


terima tugas antar perawat memerlukan suatu komunikasi mengenai
kebutuhan pasien, intervensi yang telah dan belum dilaksanakan serta
mengenai respon pasien. Cara yang dilakukan adalah dengan berkeliling
dari pasien ke pasien lain dan melaporkan kondisi mereka secara akurat di
dekat pasien. Cara ini lebih efektif ketimbang hanya sekedar membaca
dokumentasi yang talah dibuat karena perawat dapat menerima overan
secara nyata dan tidak terlalu menyita waktu (Nursalam, 2014).

Timbang terima adalah komunikasi oral dari informasi tentang


pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen
(2008) menyebutkan tentang definisi dari timbang terima adalah transfer
tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang
terima juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya
ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

2.2 Tujuan timbang terima

Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang


akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

Menurut Nursalam (2014) Tujuan umum timbang terima adalah


mengkomunikasikan kondisi pasien dan menyampaikan informasi yang
penting dan tujuan khususnya adalah:

6
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam


asuhan keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi


untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan
sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

7
2.3 Prosedur dalam Timbang Terima
Berikut adalah prosedur timbang terima menurut Nurslam (2014):

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan Nurse Karu, PP,

setiap pergantian shift. station PA


2. Yang pelu dipertimbangkan,
semua pasien baru dan pasien
yang memiliki permasalahan
yang belum bisa teratasi serta
yang memerlukan observasi
lebih lanjut
3. PA/PP menyempaikan
timbang terima kepada PP
shift berikutnya. Yang perlu
disampaikan:
S : Sebutkan nama pasien,
umur, tanggal masuk,
dan hari perawatan,
serta dokter yang
merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan
masalah keperawtan
yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B : Jelaskan intervensi yang
telah dilakukan dan
respons pasien dari
setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan
riwayat alergi, riwayat
pembedahan,
pemasangan alat
invasive, dan obat-
obatan termasuk cairan
infuse yang digunakan.
Jelaskan engetahuan
pasien dan keluarga
terhadap diagnosisi
medis.
A : Jelaskan secara lengkap
hasil pengkajian pasien
terkini seperti tanda
vital, skor nyeri,

8
tingkat kesadaran,
braden score,status
restrain,risiko jatuh,
pivas score, status
nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
Jelaskan informasi
klinik lain yang
mendukung.
R : Merekomendasikan
intervensi keperawatan
yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to
nursing care plan)
termasuk discharge
planning dan edukasi
pasien dan keluarga.

Pelaksanaan Nurse Staion Nurse Karu, PP,

1. Kedua kelompok dinas Station PA


sudah siap (sif jaga)
2. Kelompok yang bertugas
menyiapksan catatan
3. Karu membuka acara overan
4. Penyampaian yang singkat,
padat, jelas oleh perawat jaga
5. Perawat jaga selanjutnya
dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
kurang jelas Penyampaian
pada saat timbang terima
secara singkat dan jelas

Di Bed Pasien

6. Karu menyampaikan Bed


salam dan menanyakan
kebutuhan dasar pasien Pasien
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
tentang masalah
keperawatan, kebutuhan dan
intervensi yang telah/belum
dilaksanakan serta hal

9
penting lain selama masa
perawatan
8. Hal khusus dan memerlukan
perincian matang sebaiknya
dicatat untuk diserah
terimakan ke sif selanjutnya
Pasca 1. Diskusi Nurse Karu, PP,
2. Pelaporan langsung dituliskan
timbang
Station PA
pada form timbang terima
terima dengan ditandatangani PP
jaga dn PP jaga berikutnya,
diketahui oleh Karu
3. Ditutup oleh Karu

2.4 Metode dalam Timbang Terima

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan


diantaranya: 1) Menggunakan Tape recorder, Metode itu berupa one way
communication. 2) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. 3)
Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan

bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman

implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya


pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,

pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.

3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh


perawat penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca,
mengulang atau mengklarifikasi.

4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit,


termasuk perawatan dan terapi sebelumnya.

5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk


meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.

10
Berikut beberapa contoh model Timbang terima:
1. Timbang terima dengan menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien
yang memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan,


serta dokter yang merawat.

b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum


atau sudah teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi
Pasien Terkini)

a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari


setiap diagnosis keperawatan.

b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat


invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.

A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)


a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital,

skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status restrain,risiko jatuh,

pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain.

b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.


R: Recommendation

Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan


perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge
planning dan edukasi pasien dan keluarga.
2. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di

sebutkan bahwa overan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

1) Dilakukan hanya di meja perawat.


2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.

11
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.

4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,


sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
3. Timbang terima dengan metode bedside handover

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan


sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang
terima yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses overan
jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh
berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

1. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait


kondisi penyakitnya secara up to date.

2. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan


perawat.

3. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi


pasien secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang


kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya
komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh Karu atau PP
3. Diikuti semua perawat yang sudah dan akan dinas
4. Informasi harus singkat, akurat, sistematis dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini (jaga kerahasiaan pasien)
5. Harus berorientasi pada permasalahan pasien

12
6. Saat timbang terima si bed pasien, menggunakan volume suara yang cukup

agar hal-hal yang mungkin rahasia tidak didengar oleh pasien lain. Hal-hal

yang rahasia sebaiknya tidak dibicarakan langsung di dekat pasien

7. Sesuatu yang mungkin akan membuat pasien terkejut sebaiknya


dibicarakan di nurse station.

2.6 Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga

Timbang terima atau overan jaga memiliki efek-efek yang sangat


mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada
pasien. Efek-efek dari shift kerja atau overan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur

selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibattimbulnya perasaan

mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis

hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan

mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)

mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat

yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi

pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat

13
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang

dilakukan Smith dkk (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi

kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-

rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian

menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.

Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift

pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan,

sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam

pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif

memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan

lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh

perawat.Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain: identitas

pasien, diagnosa medis pesien, dokter yang menangani, kondisi umum

14
pasien saat ini, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan,
intervensi yang belum dilakukan, tindakan kolaborasi, rencana umum dan
persiapan lain serta tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah dapat digunakan lagi untuk


keperluan yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat
dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan
kepada pasien serta bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena
berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2009).

2.9 Alur Timbang Terima

Situation

data demografi diagnosis medis Diagnosis keperawatan (data)

Background

Riwayat keperawatan

Assessment: KU, TTV, GCS,


Skala nyeri, Jesiko Jatuh, ROS

Recomendation: tingkatkan
yang sudah, dilanjutkan, stop,
modifikasi, strategi baru

(Nursalam, 2014)

15
2.10 Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang


menunjang telah tersedia antara lain: Catatan timbang terima,
status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan

dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan

mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer

berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan

di nurse stationkemudian ke tempat tidur klien dan kembali lagi ke nurse

station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,

intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan

khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5

menit saat klarifikasi ke klien.

3. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.


Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi
antar perawat berjalan dengan baik.

16
BAB 3
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan teori timbang terima

dengan hasil observasi di lapangan, yaitu di ruang rawat inap lantai 4 RSUA.

Menurut teori yang disampaikan Nursalam (2014) disebutkan tahapan


timbang terima dilakukan pada saat pergantian sift meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan dan kegiatan pasca timbang terima. Pada tahap persiapan
kegiatan dilakukan di nurse station oleh PA dan PP, yang perlu
dipertimbangkan adalah semua pasien baru dan pasien yang memiliki
permasalahan yang belum teratasi dan memerlukan observasi lebih lanjut, PA
/ PP menyampaikankepada PP shift selanjutnya meliputi aspek umum M1/M5,
jumlah pasien, identitas pasien beserta diagnosa medis dan masalah
keperawatan yang mungkin masih muncul, tindakan keperawatan yang telah
dan belum dilaksanakan, Intervensi kolaborasi dan dependen, rencana umum
dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.

Berdasarkan observasi di RSUA lantai 4, tahapan persiapan sudah


dilaksanakan sesuai dengan teori. PP dan PA melaksanakan timbang
terima setiap pergantian shift, di nurse station PP/PA melaporkan kepada
PP shift selanjutnya mengenai aspek umum M1/M5, jumlah pasien,
identitas pasien beserta diagnosa medis dan masalah keperawatan yang
mungkin masih muncul, tindakan keperawatan yang telah dan belum
dilaksanakan, Intervensi kolaborasi dan dependen, rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.

Di nurse station, Setelah dibuka oleh kepala ruang, kelompok shift

selanjutnya mencatat hal-hal yang disampaikan PP/PA yang jaga, Penyampaian

yang singkat, padat, jelas, Perawat shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas. Kemudian kedua

17
kelompok jaga menuju ke masing-masing pasien, Kepala ruang atau PP
menyampaikan salam dan menanyakan kebutuhan dasar pasien, Perawat
jaga selanjutnya mengkaji secara penuh tentang masalah keperawatan,
kebutuhan dan intervensi yang telah/belum dilaksanakan serta hal penting
lain selama masa perawatan (Nursalam, 2014).

Pada pelaksanaan timbang terima di RSUA sudah sesyai teori yang

dikemukakan oleh Nursalam (2014), di nurse station kelompok shift selanjutnya

mencatat hal-hal yang disampaikan PP/PA yang jaga, Penyampaian yang singkat,

padat, jelas, Perawat shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan

melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat

timbang terima secara singkat dan jelas. Kemudian kedua kelompok jaga menuju ke

masing-masing pasien, Kepala ruang atau PP menyampaikan salam dan

menanyakan kebutuhan dasar pasien, Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara

penuh tentang masalah keperawatan, kebutuhan dan intervensi yang telah/belum

dilaksanakan serta hal penting lain selama masa perawatan.

Tahap akhir adari timbang terima menurut Nursalam (2014) adalah kegiatan

pasca timbang terima yang dilakukan di nurse station, meliputi Diskusi, Pelaporan

langsung dituliskan pada form timbang terima dengan ditandatangani

PP jaga dn PP jaga berikutnya, diketahui oleh KaRu kemudian timbang


terima ditutup oleh kepala ruang.

Di RSUA sudah melakukan diskusi pasca timbang terima, namun


penulisna laporan pada form timbang terima dengan tanda tangan PP jaga
dan PP jaga selanjutnya dan diketahui kepala ruang tidak dilakukan,
setelah melakukan diskusi langsung ditutup oleh kepala ruang.

18
BAB 4
PENUTUP

3.1. Simpulan
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang
terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna

Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi


mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan
keperawatan yang optimal.

Pelaksanaan timbang terima pada hari kamis tanggal 18 September


2014 di RSUA terhadap seluruh klien kelolaan di lantai 4 sebanyak 19 klien.
Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan dan semua
personal dapat melaksanakan kegiatan sesuai peran masing-masing.

3.2. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di
nurse stasion atau saat di pasien .

2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda


tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes R.G.
diakses pada 24 September 2014.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable

Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover—A case study from Mauritius. BMC
Nursing. 2005 4(1) diakses 24 September 2014.
www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus


Tertulis Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta

Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai