Anda di halaman 1dari 20

HANDOVER

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan 2
yang diampu oleh dosen Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kep., M.Kep.

disusun oleh :
Lilis Rahmanin Dayanti 217069
Mega Fujianti 217070
Mega Wulan Pertiwi 217071
Muhammad Dandi Pratama 217073
Novia Nurmawati 217074
Novia Sri Rahmayanti 217075
Nungky Kusdiana Dewi 217076
Paramitha 217077
Prima Dwi Purnomo 217078
Rhena Fitriyani Ramdhania 217079
Rianti Agustina 217080
Rias Sri Utami 217081
Sahrul Ramadan 217082
Salma Aina Fitriani 217083
Siska Putri Nur Faidah 217084
Sita Milenia Pratama 217085
Titis Lisalsabila 217087
Vina Rahmasari 217088
Vini Novianti 217089
Wisnu Ramadita 217090
Yusril Saeful Milah 217091
Yustika Ramadhan 217092

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang ini
dengan sebaik mungkin.
Selain itu, penyusun berterima kasih kepada Bapak Ns. Diwa Agus
Sudrajat, S.Kep., M.Kep. selaku dosen mata kuliah Manajemen
Keperawatan 2 yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, dikarenakan kemampuan dan
pengalaman penyusun yang terbatas. Penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan bagi siapa saja
yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................2

2.1 Konsep teori keperawatan menurut Dorthy E. Johnson......................2

2.2 Model konsep dan teori keperawatan Johnson...................................4

2.3 Aplikasi dalam asuhan keperawatan menurut Johnson......................5

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................7

3.1 Tinjauan kasus.....................................................................................7

3.2 Asuhan keperawatan menurut teori Dorthy E. Johnson......................7

BAB IV PENUTUP.....................................................................................10

4.1 Kesimpulan.......................................................................................10

4.2 Saran.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode
komunikasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift,
sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi
terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan
prioritas pelayanan (Bassie, L, 2013). Fenomena saat ini yang dijumpai
dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit terkait dengan komunikasi
perawat dalam kegiatan timbang terima pasien (handover) adalah kurang
informasi yang disampaikan, sering terjadi salah persepsi, isi (content)
komunikasi yang tidak fokus tentang masalah pasien, sehingga perawat
harus menanyakan ulang kepada perawat yang bertugas sebelumnya).
Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya diambil (omission) (Sugiharto, 2012). The Joint Commission
USA antara tahun 1995 - 2006 mencatat dari 25.000- 30.000 adverse
events di Australia 11% adalah karena komunikasi yang salah dalam
handover.
Pengembangan dan peminatan terhadap handover di klinis telah
berkembang selama beberapa tahun terakhir ini, baik secara nasional
maupun internasional, terutama setelah World Health Organization
meluncurkan The Nine Patient Safety Solutions pada Mei 2007. Salah
satu solusi ini berhubungan dengan "komunikasi selama penyerahan
pasien" (Australian Healtcare and Hospitals Association, 2009).
Transfer informasi dan tanggung jawab penting untuk perawatan pasien
dari satu ke penyedia layanan kesehatan lain dan merupakan komponen
integral dari komunikasi dalam perawatan kesehatan. Titik kritis
perpindahan ini dikenal sebagai handover atau handoff atau serah terima
pasien. Serah terima pasien yang efektif mendukung informasi penting
dan kontinuitas perawatan dan pengobatan.

4
Lingkungan klinis yang dinamis dan kompleks, menghadirkan
banyak tantangan untuk komunikasi yang efektif antara penyedia
layanan kesehatan, pasien, dan keluarga. Beberapa unit keperawatan
dapat menyerahterimakan pasien 40% sampai 70% setiap hari. Dengan
demikian dapat digambarkan bahwa frekuensi serah terima pasien yang
ditemui sehari-hari dan jumlah pelanggaran yang mungkin terjadi pada
setiap titik transisi sangat tinggi (Hughes, 2008). Wong dan Yee (2008)
menyebutkan bahwa serah terima pasien di klinis adalah skenario risiko
tinggi untuk keselamatan pasien.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan handover?
2. Apa prinsip dari handover?
3. Apa saja jenis dari handover?
4. Bagaimana langkah-langkah dari handover?
5. Apa saja metode handover?
6. Bagaimana metode komunikASI SBAR?
7. Apa saja masalah dan kendala handover?
1.3 Tujuan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan handover.
2. Jelaskan prinsip dari handover.
3. Jelaskan jenis dari handover.
4. Jelaskan langkah-langkah dari handover.
5. Jelaskan metode handover.
6. Jelaskan metode komunikasi SBAR.
7. Jelaskan masalah dan kendala handover.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah
itu diantaranya handover, handoffs, shift repot, signover dan cross
coverage. Friesen (2008) menyebutkan tentang defenisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawat yang berkelanjutan yang
mencakup tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung
jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari
satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Pengasuh termasuk
dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat,
perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi (The Joint
Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010).
Australian Medical Association (2006), mendefinisikan
handover sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas
untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara
sementara atau permanen. Nursalam (2013) menyatakan timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana
perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat
yang satu dengan perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawat
pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
2.2 Prinsip Handover

7
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen,
White, dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah
terima pasien, yaitu:
1. Kepemimpinan
Semakin luas proses serah terima (lebih banyak peserta
dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis.
Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
2. Pemahaman
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman
bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam
merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk
menghadiri serah terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka
hadir dan mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat
solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat
pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima pasien.
3. Peserta
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta,
melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah
terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan
dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima pasien.
Dalam tim multidisiplin, serah terima pasien harus terstruktur
dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya
yang relevan.
4. Waktu

8
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di
mana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat
ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan
tanggung jawab, misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke
tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah
terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat
Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak
dapat dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan serah terima pasien
berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif,
pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari gangguan,
misal; kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat
telekomunikasi.
6. Proses
a. Standar protokol, standar protokol harus jelas
mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis
dari pasien, daftar pengamatan / pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang
situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu
dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan untuk
perawatan transisi, penggunaan catatan pasien untuk
cross-check informasi, memastikan bahwa semua
temuan penting atau perubahan kondisi pasien
terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung
jawab bagi pasien oleh perawat yang menerima
penyerahan pasien.

9
b. Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien
memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara
cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting
lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana
pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

2.3 Jenis Handover


Ada beberapa jenis timbang terima antar satu petugas ke petugas dalam
memberikan jasa perawatan kesehatan pada pasien (Kamil, 2011) antara
lain sebagai berikut :
1. Handover Interdisiplinary
Timbang terima yang terjadi antara perawata dan dokter, dan
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Handover Intradisiplinary
Timbang terima yang terjadi antar sesama perawat atau sesama
dokter.
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare
Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers (2009) beberapa jenis
serah terima pasien yang berhubungan dengan perawat, antara lain:
1. Serah terima pasien antar shift
Metode serah terima pasien antar shift dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: secara lisan,
catatan tulisan tangan, di samping tempat tidur pasien, melalui
telepon, menggunakan laporan elektronik.
2. Serah terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan
selama mereka tinggal di rumah sakit. Namun, sejumlah faktor
telah diidentifikasi berkontribusi terhadap inefisiensi selama
transfer pasien dari satu unit keperawatan ke unit keperawatan
yang lain, termasuk; ketidaklengkapan catatan medis dan
keperawatan, keterlambatan atau waktu yang terbuang
disebabkan oleh kemacetan komunikasi, menunggu tanggapan

10
dari perawat atau dokter atau tanggapan dari manajemen unit
keperawatan tempat yang akan di tempati pasien atau masalah
ketersediaan tempat tidur.
3. Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit
pemeriksaan diagnostik
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk
pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Pengiriman dari unit
keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik (misalnya;
radiologi, kateterisasi jantung, laboratorium, dll) dianggap
sebagai konstributor untuk terjadinya kesalahan.
4. Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas
yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda.
Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. Pengiriman pasien
antar fasilitas, meliputi; antar rumah sakit, pusat rehabilitasi,
lembaga kesehatan di rumah, dan organisasi pelayanan kesehatan
lainnya. Faktor yang cenderung membuat pengiriman pasien
tidak efektif adalah kesenjangan dan hambatan komunikasi antar
fasilitas kesehatan tersebut dan juga dipengaruhi oleh perbedaan
budaya organisasi.
2.4 Langkah-langkah Handover
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang
akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung
jawab shift selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan.
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.
4. Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien (Nursalam, 2002).
2.5 Metode Handover
1. Metode Tradisional

11
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) disebutkan bahwa handover yang masih tradisional
adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar
memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan
keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh
pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Metode Bedside Handover
Menurut Kassesan dan Jagoo (2005) handover yang
dilakukan sekarang sudah menggunakan bedside handover yaitu
handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback. Bedside handover juga tetap
memperhatikan aspek kerahasiaan pasien jika ada informasi yang
harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis lain.
2.6 Metode Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif terkini yang digunakan di rumah
sakit adalah komunikasi SBAR, WHO mewajibkan kepada rumah sakit
untuk menggunakan suatu standar yang strategis yaitu dengan
menggunakan metode komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR
merupakan komunikasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu S (Situation)
merupakan suatu gambaran yang terjadipada saat itu, B (Background)
merupakan suatu yang melatar belakang situasi yang terjadi, A
(Assesment) merupakan suatu pengkajian terhadap suatu masalah, R
(Recommendation) merupakan suatu tindakan dimana meminta saran
untuk tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk masalah
tersebut .Komunikasi SBAR dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh
pakar patient safety dari California untuk membantu komunikasi antara
dokter dan perawat. Komunikasi SBAR didesain untuk komunikasi
dalam situasi beresiko tinggi antar perawat dan dokter untuk mengatasi
masalah pasien (The Joint Commission International, 2010). Kerangka
SBAR sangat efektif digunakan untuk melaporkan kondisi dan situasi

12
pasien secara singkat pada saat pergantian shift, sebelum prosedur
tindakan atau kapan saja diperlukan dalam melaporkan perkembangan
kondisi pasien.
2.7 Masalah dan Kendala Handover
1. Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok
a. Komunikasi
Masalah komunikasi yang sering terjadi dalam
proses timbang terima adalah berkaitan dengan bahasa.
Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa dapat
disalahpahami atau salah ditafsirkan oleh peraat ketika
menerima laporan. Penggunaan singkatan dan akronim
yang unik dalam setiap pelayanan keperawatan yang
berbeda dapat membingungkan perawat dalam bekerja.
Strategi untuk menghindari kesalahan tersebut dapat
dicegah dengan :
1) Serah terima pasien dilakukan secara face-to-face.
2) Standarisasi bentuk, daftar, atau alat sehingga
semua pengguna akan memahami informasi dari
konteks yang sama.
3) Memberikan peluang untuk mengajukan
pertanyaan dan klarifikasi kembali selama serah
terima.
4) Biasakan membaca kembali dan mengulang
kembali untuk mengurangi kesalahan komunikasi.
5) Berbicara sederhana, jelasm langsung, dan
spesifik dalam mendeskripsikan pasien dan situasi
terkini.
6) Hindari penggunaan singkatan, istilah, atau jargon
yang tidak dipahami secara bersama.
7) Memberikan definisi pada istilah yang ambigu.
8) Memungkinkan untuk meninjau ringkasan yang
relevan dan informasi saat ini.
b. Gangguan
Masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor
situasional seringkali dapat berkontribusi menyebabkan
gangguan dalam proses timbang terima. Strategi untuk
mengurangi kesalahan dan miningkatkan keselamatan
yaitu dengan cara melaksanakan serah terima pasien di
lokasi/lingkungan yang dapat menimalka gangguan.
c. Interupsi

13
Kesalahan interupsi dilaporkan sering terjadi
dalam pengaturan perawatan kesehatan. Strategi untu
mengurangi kesalahan tersebut yaitu dengan cara
membatasi dan mencegah interupsi dan menyediakan
cakupan tugas yang jelas selama serah terima pasien guna
mendukung transisi informasi yang terfokus.
d. Kebisingan
Latar belakang suara yang berasal dari pager,
telepon, handphone, suara peralatan, alarm, dan saat
berbicara berkontribusi dalam peningkatan kesulitan
untuk mendengar laporan dan dapat menimbulkan salah
tafsir saat terjadi timbang terima. Strategi untuk
mencegah terjadinya kesalah tersebut dapat dilakukan
dengan cara :
1) Menyediakan lokasi / lingkungan timbang terima
pasien yang memungkinkan mereka jelas dalam
mendengarkan informasi.
2) Menggunakan kebiasaan “membaca kembali” dan
“mengulang kembali” untuk mengurangi
kesalahan komunikasi.
e. Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi pada perawat
saat bekerja terutama dikarenakan shift yang
berkepanjangan. Strategi untuk mencegah dan
meningkatkan keselamatan yang dapat dilakukan yaitu
dengan membatasi jumlah jam kerja guna mengurangi
kelelahan dan kesalahan.
f. Memori
Memori jangka pendek dan penyimpangan yang
terbatas dapat terjadi ketika proses timbang terima
pasien. Untuk mencegah kesalahan dalam kondisi
tersebut caranya yaitu sebagai berikut :
1) Design sistem untuk mengurangi ketergantungan
memori.
2) Gunakan formulir pracetak informasi pasien
untuk akurasi dan kelengkapan informasi dalam
kegiatan timbang terima.
3) Menyediakan layanan kesehatan dengan akses
data yang baik untuk mengurangi ketergantungan
pada memori saat terima pasien.
g. Pengetahuan / Pengalaman

14
Masalah yang sering terjadi pada saat timbang
terima dilihat dari aspek pengetahuan / pengalaman,
dikarenakan :
1) Perawat pemula dan perawat ahli memiliki
kebutuhan dan kemampuan yang berbeda.
2) Perawat pemula mungkin menghadapi masalah
dengan timbang terima.
3) Perawat pemula mungkin memerlukan informasi
tambahan yang lebih selama proses timbang
terima pasien.

Strategi untuk mengurangi kesalahan tersebut dapat


dilakukan dengan cara :
1) Dukung perawat pemula dengan program
orientasi dan pembimbingan.
2) Menyediakan program pendidikkan berkelanjutan
pada strategi serah terima pasien yang efektif.
3) Menyediakan konsultan pengalaman untuk
perawat yang kurang berpengalaman karena
mereka mungkin belum memiliki keahlian untuk
pemecahan masalah.
4) Memberikan informasi komprehensif, tapi
menghindari overload selama serah terima.
h. Komunikasi Tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak
terbaca, dapat menimbulkan kesalahan dalam
komunikasi. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mencegah hal tersebut yaitu :
1) Menggunakan strategi elektronik untuk
mengurangi masalah pada catatan pasien yang
tidak terbaca.
2) Menggunakan standar proses untuk memastikan
informasi penting yang akan dan telah
dikomunikasikan dalam serah terima.
2. Faktor organisasi
a. Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup
perhatian pada keselamtan pasien, misalnya staf yang
tidak mau melaporkan masalah atau tidak merasa nyaman
mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas
saat terima. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut yaitu :

15
1) Mendukung pengembangan budaya dalam
menjaga keselamatan pasien, dimana pelaporan
kesalahan dan masalh terkait budaya dapat di
dorong dan di terima sebagai keunikan.
2) Mendorong pengembangan “learning culture”
dan “a just culture”.
b. Hirarki
Struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi
terbuka. Hal ini memungkinkan perawat merasa tidak
nyaman mengajuka pertanyaan untuk mengklarifikasi
informasi atau mungkin merasa terintimidasi. Strategi
yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan
tersebut yaitu :
1) Mempromosikan budaya keamanan pelayanan
dengan mendukung komunikasi terbuka.
2) Mengembangkan protokol atau kebijakan yang
mendukung budaya saling menghormati,
kolaborasi.
3) Memberikan pendidikan untuk semua tingkat
hirarki penyedia layanan kesehatan pada strategi
komunikasi yang efektif.
c. Sistem Dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan
laporan lengkap akan mengurangi waktu untuk
mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat serah
terima pasien. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kesalahan yang ditimbulkan yaitu :
1) Yakinkan bahwa ada waktu untuk menyelesaikan
laporan serah terima pasien.
2) Mengakui bahwa serah terima pasien
membutuhkan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan interaktif.
3) Mengembangkan operasional yang efisien dalam
pengambilan data pada waktu yang tepat dengan
informasi yang akurat yang akan disampaikan
pada perawat penerima.
d. Pengiriman Pasien
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan
meningkatkan kebutuhan untuk serah terima pasien
sehingga berdampak pada keselamatan pasien. Strategi
untuk mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan cara
: pertimbangkan model perawatan kesehatan dengan

16
desain yang meminimalkan pengiriman pasien, dan
sertakan perawat dalam desain proses serah terima
pasien. Keterbatasan ruang untuk serah terima pasien.
Masalah lingkungan yang tidak kondusif dapat
menimbulkan masalah dalam proses timbang terima.
Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan yaitu dengan menyertakan penyedia layanan
kesehatan dalam desain lingkungan kerja sehingga
kebutuhan ruang yang memadai dan konfigurasinya
dapat teridentifikasi.
e. Keterbatasan Teknologi dan Penggunaan Catatan dan
Laporan Manual / Kesulitan Mengakses Informasi
Penting
Kurangnya teknologi dapat membuat catatan
dalam bentuk kertas menjadi tebal, di tambah dengan
beberapa laporan yang harus dirujuk untuk serah terima
ke unit atau fasilitas kesehatan lain. Strategi untuk
mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan cara :
1) Desain sistem elektronik yang mendukung
dalam kemudahan pengambilan data yang akurat
dan tepat waktu.
2) Menyediakan proses perencanaan yang memadai,
infrastruktur, sumber daya manusia, dan
pendidikan untuk keberhasilan
mengimplementasikan serah terima pasien
berbasis dukungan perangkat elektronik.
f. Keterbatasan Tenaga
Kekurangan tenaga dapat berkontribusi untuk
kesenjangan dalam penyampaian informasi saat
serah terima pasien. Strategi untuk mengurangi
kesalahan dapat dilakukan dengan cara :
1) Mengalokasikan sumber daya manusia yang
memadai untuk mendukung dan memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
2) Memantau proses serah terima pasien untuk
peluang perbaikan ke arah yang lebih baik.
g. Garis Tanggung Jawab
Saat situasi serah terima pasien, mungkin ada staf
yang merasa belum jelas akan tanggung jawabnya kepada
pasien atau situasi yang sedang berlangsung. Jika
tanggung jawab untuk perawatan pasien dan tindak lanjut
tidak jelas digambarkan, maka dapat menyebabkan staf

17
tersebut "meraba-raba" tentang tanggung jawabnya.
Strategi untuk mengurangi kesalahan yaitu dapat
dilakukan dengan cara :
1) Bila perlu gunakan pemaksaan untuk
menunjukkan tanggung jawab staf dalam proses
serah terima pasien.
2) Ambigu dalam transfer tanggung jawab.
3) Jelas mendefinisikan tanggung jawab pada saat
transisi pergantian
shift (Hughes, 2008).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Serah terima
pasien yang efektif mendukung informasi penting dan kontinuitas dari
perawatan, pengobatan, dan berdampak terhadap keselamatan pasien.
Serah terima pasien yang efektif harus menjadi budaya bagi individu,
kelompok dan organisasi pada institusi pelayanan keperawatan /
kesehatan saat ini.
3.2 Saran
Pemahaman perawat yang baik tentang prinsip, jenis, tatacara,
hambatan dan upaya untuk mengurangi kesalahan / meningkatkan
keselamatan pada kegiatan serah terima pasien dalam pelayanan
keperawatan dapat mencegah kerugian bagi pasien yang disebabkan
oleh kesalahan/hambatan karena faktor individu, kelompok, dan
organisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bassie, L, M. (2013). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi (4th ed.). Jakarta: EGC.
Sugiharto, A. S. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi MPKP di
Rumah Sakit.
Hughes, R. G., (2008), Patient Safety and Quality: An Evidence-Based
Handbook for Nurses, Agency for Healthcare Research and Quality
U.S. Department of Health and Human Services, 540 Gaither Road
Rockville, MD 20850.
Australian Healtcare and Hospitals Association, (2009), Clinical handover:
system change, leadership and principle, Australian Healthcare &
Hospitals Association.
Wong, M. C., & Yee, K. C., (2008). Structured Evidence-based Literature
Review regarding the Effectiveness of Improvement Interventions in
Clinical Handover, Health Services Research Group, Australia -
April 2008.
The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, (2010),
Understanding and Improving Patient Handoff, February 2010,
Volume 36 Number 2.

19
Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National
patient safety goals.
Australian Medical Association, (2006), Safe handover:safe patients, By
The Australian Medical Association Limited, ABN: 37 008 426 793
2006
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation, (2009), Standard
Key Principles for Clinical Handover, © NSW Department of Health.
Friesen, M. A., White, S. V., & Byers, J. F., (2009), Handoffs: Implications
for Nurses, Nurses First, Volume 2, Issue 3 May/June 2009.
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Kamil, H. 2011. Handover dalam pelayanan keperawatan. Idea Nursing
Journal. 4(2):144–152.
Kaasean M, Jagoo ZB. (2005). Managing change in the nursing handover
from traditional to bedside handover- a case study from Mauritius.
BMC Nursing 4 ( 1 ) : 1
Nursalam, (2013). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktik
Keperawatan. Profesional edisi 3 Jakarta : Salemba Medika
Friesen, M.A.White,V.S & Byers F.J ( 2008 ).Handsoffs : Implication For
Nurse.

20

Anda mungkin juga menyukai