Anda di halaman 1dari 87

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PALANGKA RAYA MENURUT

PENGELUARAN 2012-2016

ISBN : 978-602-6463-10-4
No. Publikasi : 62710.1703
Katalog : 9302020.6271

Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm


Halaman : xiv + 70 Halaman

Naskah : https://palangkakota
Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya

Tata Letak dan Gambar Kulit:


Badan Pusat Statistik Kota Pa Raya

Penyunting:
Badan Pusat Statis ik Kota Palangka Raya

Diterbitkan oleh:
© Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya

Dicetak oleh:
CV. Grafitama Jaya

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial
tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
TIM PENYUSUN

PenanggungJawab : Agie
Penyusun : Dian Arevina
Editor : Agie
Tata Letak : Dzikronah
Gambar Kulit : Dzikronah
Infografis (Desain) : Dian Arevina
Infografis (Gambar/icon) : Freepik, Flaticon
KATA PENGANTAR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah
(provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan
dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka
menyusun formulasi kebijakan, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.

Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan


pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu:
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani
Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan
Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor
antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-
publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of
National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.

Ucapan terima kasih dan apresiasi yang tinggi disampaikan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi sehingga publikasi i i dapat terbit tepat waktu. Kami menyadari bahwa data
dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh
karena itu, setiap masukan yang bersifat membangun sangat dihargai demi penyempurnaan isi
publikasi ini selanjutnya.

Palangka Raya, September 2017

BADAN PUSAT STATISTIK


KOTA PALANGKA RAYA
KEPALA,

Agie S.H, M.Hum


NIP. 196310111984031002

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 v


DAFTAR ISI
Halaman

Tim Penyusun iii


Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 2

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 3

1.2 Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4

BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA 8


2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT) 9

2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang Melayani 12

Rumah Tangga (PK-LNPRT)


2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P) 14

2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 17

2.5 Perubahan Inventori (PI) 21


2.6 Ekspor dan Impor 24

BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA PALANGKA RAYA MENURUT 28

PDRB PENGELUARAN, 2012 - 2016


3.1 Perkembangan PDRB Pengeluaran 29

3.2 Perkembangan Komponen PDRB Pengeluaran 36


A. Konsumsi Akhir Rumahtangga 36

B. Konsumsi Akhir LNPRT 41

C. Konsumsi Akhir Pemerintah 42

D. Pembentukan Modal Tetap Bruto 44

E. Perubahan Inventori 46

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 vii


Halaman
3.2.6 Ekspor Barang dan Jasa 47

3.2.7 Impor Barang dan Jasa 48

BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN KOTA PALANGKA 52


RAYA
4.1 PDRB (Nominal) 53
4.2 Proporsi Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB 54

4.3 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 54

BAB V PENUTUP 58

LAMPIRAN 62

viii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut 29
Pengeluaran, 2012 - 2016
Tabel 3.2 PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 31
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Tabel 3.3 Distribusi PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku 33
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga 34
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Tabel 3.5 Indeks Implisit PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran, 35
2012 - 2016
Tabel 3.6 Sumber Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Menurut 35
Pengeluaran, 2012 - 2016
Tabel 3.7 Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Kota 37
Palangka Raya, 2012 - 2016
Tabel 3.8 Struktur Komponen Konsumsi Rumah Tangga Kota Palangka Raya, 39
2012 - 2016
Tabel 3.9 Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga 40
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016
Tabel 3.10 Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi Akhir 41
Rumah Tangga Kota Palangka Raya, 2012 - 2016
Tabel 3.11 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT Kota Palangka 42
Raya, 2012 - 2016
Tabel 3.12 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kota 43
Palangka Raya, 2012 - 2016
Tabel 3.13 Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Palangka Raya, 2012 - 45
2016
Tabel 3.14 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Palangka 46
Raya, 2012 - 2016

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 ix


Halaman
Tabel 3.15 Perkembangan Ekspor Kota Palangka Raya, 2012 - 2016 47

Tabel 3.16 Perkembangan Impor Kota Palangka Raya, 2012 - 2016 49

Tabel 4.1 PDRB dan PDRB Perkapita Kota Palangka Raya, 2012 - 2016 53

Tabel 4.2 Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Kota 54

Palangka Raya, 2012 - 2016.


Tabel 4.3 Incremental Capital Output Ratio Kota Palangka Raya, 2012 - 2016 55

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 3.1 PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut 30
Pengeluaran, 2012 - 2016
Gambar 3.2 PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 31
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Gambar 3.4 Perbandingan PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga 32
Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, 2012 - 2016

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 xi


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya Atas 63


Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya Atas 64
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Lampiran 3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota 65
Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
2012 - 2016
Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota 66
Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, 2012 - 2016
Lampiran 5 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota 75
Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
2012 - 2016
Lampiran 6 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota 76
Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, 2012 - 2016
Lampiran 7 Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota 77
Palangka Raya (2010=100) Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
Lampiran 8 Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik 78
Regional Bruto Kota Palangka Raya (2010=100) menurut
Pengeluaran, 2012 - 2016

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 xiii


I
BAB
Pendahuluan

2 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat
digunakan untuk https://palangkakotamelihatpergeseransertastruktur ekonomi. PDRB atas dasar

harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke

periode ( tahun ke tahun atau triwulan e triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang
digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.

Terdapat tiga pendekat yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka


PDRB, yaitu:

A. Menurut Pendekatan Produksi

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan
menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2.
Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5.
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi,

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan
Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan
Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan,

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha
tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 3


B. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan
gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan
dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

C. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran
konsumsi rumah tangga (2) lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3)
pengeluaran konsumsi pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5)
perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi.
PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar,
karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.

1. 2 KEGUNAAN STATISTIK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi


yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur


perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-

4 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
suatu negara.

4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan komunikasi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
luar negeri.

5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam


menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.

8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 5


II
BAB
Metode
Estimasi &
Sumber Data
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

B. Cakupan

A. Pendahuluan

Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumah tangga dalam
pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang
dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi
untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lainnya.
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumah tangga dalam
pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang
dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi

untuk aktivitas produksihttps://palangkakotayangdilakukanolehsektor institusi lainnya.

PK-RT mencakup pengeluaran tas barang dan jasa oleh rumah tangga residen, baik
yang dilakukan di dalam mau un di luar wilayah domestik suatu region. Jenis barang dan
jasa yang dikonsumsi diklasifikasika menurut Classifications of Individual Consumption
by Purpose (COICOP) seperti yang direkomendasikan oleh United Nations (UN), sbb:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alas kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 9


Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dalam publikasi ini, PK-RT diklasifikasikan ke
dalam 7 COICOP. Reklasifikasi ini dilakukan karena ketersediaan data untuk level 12
COICOP masih belum cukup memadai. Klasifikasi 7 COICOP tersebut terdiri dari:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya

Adapun batasan-batasan dalam penghitungan kon umsi rumah tangga secara


terperinci adalah sebagai berikut :
o Imputasi jasa persewaanhttps://palangkakotarumahmiliksendiri(owner occupied dwellings),

Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga

pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri.


Imputasi sewa rumah diperkirak atas dasar harga pasar, meskipun status rumah
tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang
dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh
karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).
o Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri.
o Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain.

o Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang
berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
o Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen luar wilayah

atau luar negeri termasuk dalam konsumsi rumah tangga dan diperlakukan
sebagai impor. Sedangkan pembelian langsung oleh non-residen diperlakukan
sebagai ekspor dari wilayah tersebut.

o Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal
di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran
konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan
usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah.

10 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


o Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.

C. Sumber Data

Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi komponen PK-RT bersumber dari :

1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, dalam bentuk pengeluaran


konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita
sebulan untuk kelompok bukan makanan,
2. Jumlah penduduk pertengahan tahun,

3. Data Sekunder (dari dalam maupun luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,
4. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS

D. Metoda Estimasi

Komponen PK-RT Tahunan diestimasi dengan metoda sbb:


1. Nilai pengeluaran konsumsi perkapita Susenas (untuk PK-RT Tahunan)

2. Data poin 1 dikalikan dengan penduduk pertengahan tahun, dikalikan 12 (PKRT


Tahunan)

3. Data poin 2 dikelompokan menjadi 12 kelompok COICOP, dengan beberapa


komoditas dikontrol secara tersendiri;

4. Terhadap data poin 3, dilakukan kontrol/koreksi dengan menggunakan data


sekunder atau data/indikator suplai;
5. Diperoleh nilai PK-RT Tahunan atas dasar harga berlaku;
6. Susun Indeks implisit PK-RT berdasarkan IHK Kota (provinsi/kota terdekat);

7. Nilai PK-RT atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara membagi hasil poin 5
dengan poin 6.

Catatan:

Komponen PK-RT Triwulanan diestimasi dengan menggunakan indeks


perkembangan konsumsi rumahtangga triwulanan yang diperoleh dari hasil
kegiatan Survei Khusus Konsumsi Rumah Tangga (SKKRT)

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 11


2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LEMBAGA NON PROFIT YANG MELAYANI
RUMAH TANGGA (PK-LNPRT)

A. Pendahuluan

Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Sektor ini berperan dalam
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara
ekonomi artinya harga yang ditawarkan dibawah tingkat harga pasar (tidak mengikuti
harga pasar yang berlaku).

B. Konsep dan Definisi

LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Untuk diketahui, sesuai
dengan fungsinya LNP dapat dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga (LNPRT)
dan LNP yang melayani bukan rumah tangga. Adapun Karakteristik unit LNP adalah:
o LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga
informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;

o Pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang


punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
o Setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak

berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan
usaha produktif dikuasai oleh lembaga;

o Kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan


kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus;

o Istilah non profit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan
surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.

LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumah tangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan usaha.
LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi
sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga

12 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.

C. Cakupan

Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
output non-pasar diestimasi berdasarkan nilai pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :

1 Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran


listrik, air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, biaya
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa
gedung, sewa perlengkapan kantor, dll.

2 Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan
tunjangan lainnya https://palangkakota
3 Penyusutan
4 Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll

D. Sumber Data

1. Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).

Informasi yang diperole dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut
jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
2. Hasil up-dating direktori LNPRT.

Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah
populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
3. Indeks Harga Konsumen (IHK)

E. Metode Estimasi

Komponen PK-LNPRT Tahunan diestimasi dengan metoda sebagai berikut:


1. Nilai pengeluaran konsumsi per jenis lembaga dari hasil SK-LNP;

2. Hasil dari poin 1 dikalikan dengan banyaknya lembaga pada pertengahan tahun
dari Direktori LNPRT;

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 13


3. Terhadap hasil poin 2 dilakukan kontrol/koreksi dengan menggunakan indikator
kegiatan hasil SK-LNP seperti jumlah tenaga kerja, penerima layanan, berbagai
even seperti munas, rakerda, dan penanganan bencana;
4. Diperoleh nilai PK-LNPRT tahunan atas dasar harga berlaku;
5. Susun indeks implisit PK-LNPRT berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat);

6. Nilai PK-LNPRT atas dasar harga Konstan (ADHK) diperoleh dengan membagi hasil
poin 4 dengan poin 5.
Catatan :

Komponen PK-LNPRT Triwulanan diestimasi dengan menggunakan indeks


perkembangan pengeluaran konsumsi LNPRT triwulanan yang diperoleh dari hasil
kegiatan SK-LNPT.

2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH (PK-P)

A. Pendahuluan

Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif dan eksekutif atas unit institusi lain
yang berada di dalam batas-batas teritori suatu wilayah negara. Pemerintah juga
berperan sebagai penyedia barang dan jasa bagi individu atau kelompok rumah tangga
tertentu, pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya, serta berfungsi untuk
mendistribusikan pendapatan melalui aktivitas transfer. Dari sudut pandang lain, unit
pemerintah terlibat dalam produksi non-pasar.

Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen


maupun produsen serta sebagai regulator yang menetapkan kebijakan di bidang fiskal
maupun moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi
atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan
aktivitas memproduksi barang dan jasa maupun aktivitas investasi.

14 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


B. Konsep dan Definisi

Nilai PK-P merupakan besarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh
pemerintah untuk dikonsumsi oleh pemerintah itu sendiri. Nilai tersebut diestimasi
dengan pendekatan pengeluaran, yakni sebesar nilai pembelian barang dan jasa yang
bersifat rutin, pembayaran kompensasi pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang,
perkiraan penyusutan barang modal, serta nilai output dari unit Bank Indonesia. Nilai ini
masih harus dikurangi nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan melalui unit
produksi yang tak terpisahkan dari aktivitas pemerintahan secara keseluruhan. Aktivitas
yang dimaksud mencakup aktivitas:

1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi
oleh unit perusahaan seperti aktivitas pencetakan ublikasi, kartu pos, reproduksi
karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menghasikan
barang-barang semacam itu bersifat insidentil dan di luar fungsi utama unit
pemerintah.

2. Memproduksi jasa seperti penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan


tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya
seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah akan memungut
biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan
yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-
komoditi (pendapatan jasa).

C. Cakupan

Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik
Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) kabupaten/kota mencakup;

1. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah kabupaten


bersangkutan;
2. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 15


3. PK-Pemerintah Provinsi yang merupakan bagian dari pemerintah kabupaten/kota;
4. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah kabupaten/kota.

D. Sumber Data

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kabupaten/Kota;


1. Data realisasi APBN Tahunan, Kemenkeu
2. Data realisasi APBD Tahunan, DPKAD
3. Statistik Keuangan Daerah, BPS
4. Output Bank Indonesia, BI
5. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan
6. Indeks Harga dan Indeks Upah dari BPS.
7. Indeks perkembangan pengeluaran pemerintah daerah triwulanan, BPS
E. Metoda Estimasihttps://palangkakota

Secara umum, PK-P tas dasar harga Berlaku dihitung menggunakan rumusan
berikut :

PK-P adh Berlaku =


Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank

Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan, yaitu :


Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli
dengan harga pasar), belanja pegawai, dan penyusutan.

PK-P atas dasar harga Konstan diestimasi dengan menggunakan metode deflasi.
Deflator PK-P atas dasar harga Berlaku dengan menggunakaan deflator. Deflator-deflator
yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor,
Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.

16 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)

A. Pendahuluan

Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik
dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin
pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.

PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat d klasifikasi menurut jenis
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan,
kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.

B. Konsep dan Definisihttps://palangkakota

PMTB didefinisikan sebagai penamb h n dan pengurangan barang modal yang ada
pada unit produksi dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
pengadaan, pembuatan, pembe i , sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
dalam negeri serta barang modal baru maupun barang modal bekas dari luar negeri
(termasuk perbaikan be ar, transfer atau barter), serta pertumbuhan aset sumber daya
hayati yang dibudidaya (Cultivated Biological Resources/CBR). Sedangkan pengurangan
barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Dalam hal pengurangan barang modal yang
disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.

Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di
dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang
modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal
yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 17


C. Cakupan

PMTB mencakup :

1. Penambahan dikurangi pengurangan barang modal baik baru maupun bekas,


seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan
yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual
property products), dan sebagainya;

2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
aset yang dipatenkan;

3. Perbaikan besar barang modal, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi


dan usia pakainya (seperti overhaul mesin roduksi, reklamasi pantai, pembukaan,
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).

D. Sumber Data

1. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi


dari BPS Prov/Kab/Kota.

2. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.

3. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah
tangga (level provinsi).
4. Laporan keuangan perusahaan.
5. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
6. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
7. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
8. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
9. Publikasi Statistik Konstruksi.
10. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
11. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian

18 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


E. Metoda estimasi

Komponen PMTB diestimasi dengan menggunakan metoda langsung ataupun


metoda tidak langsung tergantung ketersediaan data di masing-masing daerah.

Pendekatan Langsung

Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan


seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal
tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, didalamnya sudah termasuk biaya-
biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta
biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal
yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait
dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.

Pada dasarnyahttps://palangkakotadatauntukpenghitunganPMTB secara langsung dapat


diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai ADHB atau harga pembelian (perolehan).
Untuk memperoleh nilai PMTB ADHK 2010, maka PMTB ADHB tersebut di “deflate”
(dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok
barang modal.
Pendekatan Tidak Langsung

Penghitungan PMTB dengan cara tidak sung, disebut sebagai pendekatan arus
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri
(supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal.
Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio
tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik ADHB maupun ADHK 2010.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama,
dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi
pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan
margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB ADHB. Untuk memperoleh nilai ADHK

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 19


adalah dengan men-deflate PMTB ADHB dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang
modal.

Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK 2010 dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan
menghitung PMTB ADHK 2010 terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB
ADHB, nilai PMTB ADHK 2010 tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan
bahwa PMTB ADHK 2010 di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.

Pertama, PMTB ADHB diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang
modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan
dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio
tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk
memperoleh PMTB ADHK 2010 adalah dengan cara men“deflate” PMTB ADHB dengan
menggunakan indeks harga yang sesuai.

PMTB ADHB untuk barang modal tak berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung
dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang
industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan ADHB dari
aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode
sebelumnya. Sedangkan PMTB ADHK 2010 diperoleh dengan men-deflate nilai ADHB
dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan
BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya.

Untuk perangkat lunak, PMTB ADHB diperoleh dengan cara mengumpulkan data
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk ADHK 2010 diperoleh
dengan men-deflate nilai ADHB dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.

Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan
program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai
impor film. PMTB ADHK 2010 diperoleh dengan cara mendeflate nilai ADHB dengan
indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.

20 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:

1. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.

2. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
diperoleh.

3. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.

2.5 PERUBAHAN INVENTORI (PI)

A. Pendahuluan
Dalam suatuhttps://palangkakotaperekonomian,inventoriatau persediaan merupakan

salah satu komponen penting yang dibutuhkan untuk kelangsungan suatu proses produksi,

disamping tenaga kerja dan barang modal. Komponen tersebut menjadi bagian dari
pembentukan modal bruto at u investasi fisik, yang terjadi di suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu. Komponen inventori menggambarkan bagian dari investasi yang
direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan
bahan penolong. Ketersediaan data tenta perubahan inventori pada suatu periode
akuntansi menjadi penting guna memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas
investasi.

B. Konsep dan Definisi

Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang
dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi.
Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan
(work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh
pihak produsen.

Nilai perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
dengan nilai inventori pada awal periode (akuntansi). Perubahan inventori menjelaskan

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 21


tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna penambahan
(bertanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).

Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan dari


proses produksi sehingga perlu dicadangkan, baik dalam bentuk bahan baku ataupun
bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi
faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan
baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi
pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya itujukan
untuk menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Karena menyangkut kepentingan
masyarakat luas, maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok

seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir .Bagi rumah tangga pengadaan
inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.

C. Cakupan

Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut :

1. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,


perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;

2. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;

3. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli;

4. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).

5. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
eceran untuk tujuan dijual;
6. Ternak untuk tujuan dipotong;

7. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
bakar atau persediaan; dan
8. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras,

22 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


kedelai, gula pasir, dan gandum.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori


adalah :
1. Laporan keuangan perusahaan hasil kegiatan survei atau dari mengunduh website
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
2. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
3. Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan
penggalian, BPS
4. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang, BPS.
5. Data komoditas perkebunan;
6. https://palangkakota
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
7. Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
8. Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak
dari Ditjennak Kement .

E. Metoda Estimasi

Komponen Perubahan Inventori (PI) diestimasi dengan menggunakan metoda


revaluasi atau metoda deflasi, tergantung jenis komoditasnya.

1. Metoda Revaluasi

Metoda ini digunakan untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan,


kehutanan dan pertambangan.

PI (ADHB) = (Volume inventori(t) –Volume inventori(t-1)) x Harga per unit


PI (ADHK) = PI atas dasar harga Berlaku / IHPB
2. Metoda Deflasi

Metoda ini digunakan untuk komoditas industri pengolahan dan komoditas


lainnya.

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 23


PI (ADHK) = Inventori (t) atas dasar harga Berlaku/IHPB (t ) –
Inventori (t-1) atas dasar harga Berlaku/IHPB (t-1)

PI (ADHK) = PI atas dasar harga Konstan x IHPB rata-rata (t)

Keterbatasan dan masalah yang dihadapi didalam menghitung komponen


Perubahan Inventori adalah bahwa :

o Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan;
o Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;

o Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk v lume umumnya tidak
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB
yang sesuai; https://palangkakota
o Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi
untuk industri yan datanya tidak tersedia.
2.6 EKSPOR DAN IMPOR

A. Pendahuluan

Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan
jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas
ekspor impor. Wilayah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha
mendatangkan dari luar wilayah bahkan luar negeri. Di sisi lain, wilayah yang
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk
memperluas pasar ke luar wilayah atau bahkan ke luar negeri.

Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas


barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin
berkembang.

24 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


B. Konsep dan Definisi

Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi


(melalui aktivitas penjualan/pembelian, barter, pemberian atau hibah) atas barang dan
jasa antara residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah
tersebut.

C. Cakupan

Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:


1. Ekspor ke luar provinsi/kabupaten/kota
2. Impor dari luar provinsi/kabupaten/kota
3. Selisih antara ekspor dan impor didefinisikan sebagai Net Ekspor

D. Sumber Data

1. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
2. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
3. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
4. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
5. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
6. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei.
7. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia.

E. Metode Penghitungan

Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang
luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi
jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor
tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase)
dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 25


maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu)
antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.

26 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


BAB III
Tinjauan Perekonomian
Kota Palangka Raya
Menurut PDRB
Pengeluaran 2012-2016
3.1 PERKEMBANGAN PDRB PENGELUARAN

Sebagaimana diketahui bahwa sejak tahun 2015, PDRB diestimasi dengan


menggunakan tahun dasar yang baru, tahun 2010 (2010=100) menggantikan tahun dasar
lama, tahun 2000 (2000=100). Penyusunan PDRB dengan tahun dasar baru juga disertai
dengan upaya untuk mengimplementasikan System of National Accounts (SNA) yang
baru, SNA 2008. Kedua hal tersebut tentu berdampak pada besaran maupun struktur
PDRB serta indikator ekonomi yang diturunkan dari data PDRB tersebut.

Pada periode tahun 2012 - 2016 PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 5.215,1 miliar Rupiah, 7.577,9 miliar Rupiah
(2012); 8.637,9 miliar Rupiah (2013); 9.829,6 miliar Rupiah (2014); 11.289,3 miliar Rupiah

(2015); dan 12.792,9 miliar Rupiah (2016). Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh
perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi produksi diikuti
oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB pengeluaran. Peningkatan
PDRB menurut komponen pengeluaran Kota Palangka Raya pada periode 2012-2016
dapat dilihat dari Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
(Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Konsumsi Rumah Tangga 3 616,7 3 943,4 4 319,0 4 842,2 5 340,1
2. Konsumsi LNPRT 172,1 207,1 229,7 252,9 289,5
3. Konsumsi Pemerintah 3 257,8 3 658,0 4 243,3 4 782,3 4 761,9
4. Pembentukan Modal Tetap 3 226,3 3 621,3 4 243,3 4 752,0 5 476,2
Bruto
5. Perubahan Inventori 78,0 72,7 107,8 136,7 175,0
6. Ekspor 4 889,9 5 615,1 6 317,0 7 088,0 7 982,5
7. Impor 7 663,0 8 479,7 9 630,4 10 564,7 11 232,2
PDRB 7 577,87 8 637,9 9 825,9 11 289,3 12 792,9

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 29


Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 yang berada pada
kisaran 5,02 persen, perekonomian Kota Palangka Raya periode 2012 - 2016 dapat tetap
tumbuh positif di atas 6 persen, yakni sebesar 7,29 persen; 7,53 persen; 6,96 persen; 7,19
persen; dan 6,92 persen. Peningkatan volume ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi
produksi (supply side) maupun sisi permintaan akhir (demand side). Dari sisi produksi,
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada Kategori Pengadaan Listrik dan Gas yang
tumbuh diatas 10 persen dalam tiga tahun terakhir. Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan
ekonomi Kota Palangka Raya didominasi pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga, yang
menyumbang sebesar 3,01 persen pada pertumbuhan ekonomi tahun 2016.
Gambar 3.1
PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016

12,000.0

10,000.0

8,000.0

6,000.0

4,000.0

2,000.0

0.0
MIliar RP 2012 2013 2014 2015*) 2016**)
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Inventori Ekspor
Impor

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Selain dinilai atas dasar harga yang berlaku, PDRB pengeluaran juga dapat dinilai
atas dasar harga konstan 2010 atau atas dasar harga dari berbagai jenis produk yang
divaluasi dengan harga tahun 2010. Melalui pendekatan ini, nilai PDRB pada masing-
masing tahun memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau
kuantitas (tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga). PDRB pengeluaran atas dasar harga
Konstan 2010 menggambarkan terjadinya perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara
riil, utamanya terkait dengan peningkatan volume permintaan atau konsumsi akhir.

30 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Tabel 3.2
PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
(Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Konsumsi Rumah Tangga 3 185,5 3 311,4 3 429,9 3 599,5 3 762,9
2. Konsumsi LNPRT 149,8 170,0 182,0 192,8 208,2
3. Konsumsi Pemerintah 2 927,9 3 131,5 3 331,6 3 633,0 3 497,5
4. Pembentukan Modal Tetap 2 771,7 2 876,5 3 202,2 3 482,3 3 699,7
Bruto
5. Perubahan Inventori 60,1 55,9 75,8 92,4 113,6
6. Ekspor 4 739,2 5 191,6 5 577,4 5 923,1 6 274,0
7. Impor 7 112,6 7 509,5 8 068,3 8 637,1 8 696,5
PDRB 6 721,5 7 227,4 7 730,5 8 286,0 8 859,5

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Gambar 3.2

PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010


Menurut Pengeluaran, 2012 – 2016

10,000.0 7.60
9,000.0 7.53 7.50
8,000.0 7.40
7,000.0
7.29 7.30
Rp

6,000.0
7.19 7.20
4,000.0
Miliar

5,000.0
7.10
3,000.0 7.00
2,000.0 6.96 6.92 6.90
1,000.0
6.80
0.0
2012 2013 2014 2015*) 2016**)
%
Konsumsi Rumah Tangga Axis Title Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Inventori Ekspor
Impor Laju

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Dari Tabel 3.2, terlihat bahwa nilai PDRB ADHK di Kota Palangka Raya meningkat
selama periode 2012-2016, yakni sebesar 6 721,5 miliar Rupiah (2012); 7.227,4 miliar

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 31


Rupiah (2013); 7.730,5 miliar Rupiah (2014); 8.286,0 miliar Rupiah (2015); dan 8.859,5
miliar Rupiah (2016).

Sedangkan dari Gambar 3.2, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota


Palangka Raya cenderung melemah, yakni dari 7,29 persen pada tahun 2012 menjadi
6,92 persen pada tahun 2016
Gambar 3. 3

Perbandingan PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku


dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, 2012 - 2016

2016**)

2015*)

2014

2013

2012

0.0 2,000.0 4,000.0 6,000.0 8,000.0 10,000.0 12,000.0 14,000.0


Miliar Rp PDRB ADHB PDRB ADHK

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Dari Gambar 3.3, terlihat bahwa nilai PDRB ADHB selalu lebih tinggi dari PDRB
ADHK. Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan harga yang cenderung
meningkat. Sedangkan pada PDRB ADHK, pengaruh dari harga tersebut telah ditiadakan.
Sama halnya dengan PDRB ADHB, sebagian besar pengeluaran akhir PDRB ADHK juga
menunjukkan peningkatan.

32 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Tabel 3.3

Distribusi PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku


Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Konsumsi Rumah Tangga 47,73 45,65 43,94 42,89 41,74
2. Konsumsi LNPRT 2,27 2,40 2,34 2,24 2,26
3. Konsumsi Pemerintah 42,99 42,35 43,17 42,36 37,22
4. Pembentukan Modal Tetap 42,58 41,92 43,17 42,09 42,81
Bruto
5. Perubahan Inventori 1,03 0,84 1,10 1,21 1,37
6. Ekspor 64,53 65,00 64,26 62,78 62,40
7. Impor 101,12 98,17 97,97 93,58 87,80
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak terlepas dari kontribusi seluruh


komponen, yang terdiri dari Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-
RT), Pengeluaran Konsum i Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-
LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB), Ekspor Neto (E) atau ekspor minus impor barang dan jasa.

Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa selama periode 2012-2016, PDRB Kota Palangka Raya
sebagian besar digunakan untuk aktivitas kebutuhan konsumsi akhir rumahtangga (PK-
RT), pembentukan modal (PMTB) dan konsumsi pemerintah (PKP). Pengeluaran untuk
konsumsi akhir rumahtangga sekitar 41 sampai dengan 47 persen dengan tren yang
cenderung menurun. Pengeluaran untuk akitvitas pembentukan modal (PMTB) berkisar

41 sampai 43 persen. Pengeluaran untuk konsumsi pemerintah periode 2012-2015 cukup


tinggi dengan peranan berkisar 42 sampai 43 persen. Tahun 2016 peran PKP hanya sebesar
37,22 persen, atau turun sekitar 5 poin dibanding tahun sebelumnya. Kebijakan dibidang
fiskal oleh pemerintah pusat berupa penghematan anggaran, yang berujung pada
menurunnya rencana realisasi pengeluaran pemerintah agaknya menjadi salah satu faktor
pemicu utama. Pengeluaran dalam rangka pembentukan modal tetap bruto masih

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 33


relatif stabil dikisaran angka 42 persen pada tahun 2016. Secara keseluruhan aktivitas
pengeluaran pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang dan jasa di Palangka Raya
sebanyak 87,80 persen berasal dari impor. Ekspor Palangka Raya berada pada kisaran
62,40 persen pada tahun 2016. Komponen ekspor berkontribusi positif terhadap PDRB
pengeluaran, sedangkan komponen impor sebagai komponen pengurang dalam PDRB.
Peranan impor masih berkontribusi sangat besar pada periode 2012-2016, yakni sekitar
87 s.d 101 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar kebutuhan domestik
masih harus dipenuhi oleh produk yang berasal dari luar wilayah (impor). Meski
demikian tren impor cenderung turun dari tahun ke tahun.

Tabel 3.4

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, 2012 - 2016
(persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 5,37 3,95 3,58 4,94 4,54
2. Konsumsi LNPRT 6,96 13,51 7,07 5,92 8,01
3. Konsumsi Pemerintah 13,23 6,95 6,39 9,05 (3,73)
4. Pembentukan Modal Tetap 7,26 3,78 11,32 8,75 6,24
Bruto
5. Perubahan Inventori 14,60 (6,98) 35,59 21,96 22,94
6. Ekspor 5,02 9,55 7,43 6,20 5,93
7. Impor 7,23 5,58 7,44 7,05 0,69
PDRB 7,29 7,53 6,96 7,19 6,92

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

1
Indeks implisit PDRB pengeluaran menggambarkan besarnya perubahan harga yang
terjadi dari sisi konsumen akhir barang dan jasa (rumah tangga, LNPRT, pemerintah, dan
perusahaan), baik yang digunakan untuk keperluan konsumsi, investasi maupun
ekspor/impor. Dari Tabel 3.5 akan terlihat tingkat kenaikan harga selama periode tahun

1 Indeks perkembangan

34 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


2012 - 2016, baik perubahan harga yang terjadi secara umum maupun pada masing-
masing komponen.
Tabel 3.5

Indeks Implisit PDRB Kota Palangka Raya


Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016

Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Konsumsi Rumah Tangga 113,54 119,09 125,92 134,52 141,91
2. Konsumsi LNPRT 114,93 121,83 126,23 131,17 139,02
3. Konsumsi Pemerintah 111,27 116,81 127,37 131,63 136,15
4. Pembentukan Modal Tetap 116,40 125,89 132,51 136,46 148,02
Bruto
5. Perubahan Inventori 129,82 130,16 142,23 147,90 154,03
6. Ekspor 103,18 108,16 113,26 119,67 127,23
7. Impor 107,74 112,92 119,36 122,32 129,16
PDRB 112,74 119,52 127,15 136,25 144,40
*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara


Tabel 3.6

Sumber Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya

Menurut Pengeluaran, 2012 - 2016

Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Konsumsi Rumah Tangga 3,52 3,57 3,19 3,19 3,01
2. Konsumsi LNPRT 0,16 0,17 0,16 0,17 0,16
3. Konsumsi Pemerintah 3,01 3,28 3,02 3,10 3,03
4. Pembentukan Modal Tetap 3,01 3,10 2,77 2,98 2,91
Bruto
5. Perubahan Inventori 0,06 0,07 0,05 0,07 0,08
6. Ekspor 5,25 5,31 5,00 5,18 4,95
7. Impor 7,72 7,96 7,23 7,50 7,21
PDRB 7,29 7,53 6,96 7,19 6,92

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 35


3.2 PERKEMBANGAN KOMPONEN PDRB PENGELUARAN

Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai akibat dari upaya


pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada periode tertentu, tidak terlepas dari
perilaku masing-masing komponen pengguna akhir. Setiap komponen mempunyai
perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuan akhir penggunaan barang dan jasa. Data
empiris menunjukan bahwa sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia
pada periode tertentu digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir oleh
rumahtangga, LNPRT dan pemerintah, sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik
dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori. Berikut perilaku ma ing-masing komponen
PDRB pengeluaran Kota Palangka Raya untuk periode 2012 - 2016.
A. Konsumsi Akhir Rumahhttps://palangkakotaTangga

Komponen Pengeluaran Konsumsi A hir Rumahtangga (PK-RT) merupakan


pengeluaran terbesar pertama atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Data berikut
menunjukkan bahwa dari seluruh nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kota
Palangka Raya sebagian masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
rumahtangga. Dengan a lain, sebagian produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah

Kota Palangka Raya maupun produk (impor) yang didatangkan dari luar wilayah atau luar
negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir oleh rumahtangga.

Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga adalah


sebagai konsumen akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk
konsumsi oleh rumah tangga khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya,
berbagai jenis barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut akan diklasifikasikan menurut 7
(tujuh) kelompok COICOP (Classification of Individual Consumption by Purpose), yaitu
kelompok makanan dan minuman selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa
perawatannya; perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan;
angkutan dan komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan jasa lainnya.

Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2012 - 2016 pengeluaran
konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan, baik dari sisi nominal (atas dasar
harga berlaku) maupun secara riil (atas dasar harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk

36 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


menjadi salah satu pendorong terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi
rumahtangga. Pada gilirannya kenaikkan tersebut juga akan mendorong laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Tabel 3.7
Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total Konsumsi Rumah Tangga
a. ADHB (Miliar Rp) 3 616,7 3 943,4 4 319,0 4 842,2 5 340,1
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 3 185,5 3 311,4 3 429,9 3 599,5 3 762,9

Proporsi PKRT terhadap 47,73 45,65 43,94 42,89 41,74


PDRB ADHB (%)
Rata-rata Konsumsi per- Kapita
a. ADHB (Ribu Rp) 15 271,3 16 131,3 17 131,8 18 633,5 19 943,8
b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 13 450,4 13 546,0 13 605,1 13 851,5 14 053,4
2
Pertumbuhan (%)
a. Total PKRT 5,37 3,95 3,58 4,94 4,54
b. PKRT Perkapita 2,04 0,71 0,44 1,81 1,46

Penduduk (Ribu Jiwa) 236,8 244,5 252,1 259,9 267,8

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Selama periode 2012 - 2016 proporsi pengeluaran konsumsi rumahtangga terhadap


total PDRB cenderung menurun, yaitu 47,73 persen (2012); 45,65 (2013); 43,94 persen
(2014); 42,89 persen (2015); dan 41,74 persen (2016). Posisi tertinggi terjadi pada tahun
2012 sebesar 47,73 persen dan terendah pada tahun 2016 sebesar 41,74 persen.

Pada masa pemulihan ekonomi, biasanya institusi rumah tangga memperbaiki


perilaku atau pola konsumsinya. Hal tersebut terjadi karena secara umum tingkat
pendapatan masyarakat akan naik dan di sisi lain persediaan atau penawaran berbagai

2 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 37


jenis barang dan jasa di pasar domestik bertambah. Kondisi semacam ini memicu
naiknya belanja untuk keperluan konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga.

Menurut perkiraan ADHB, rata-rata konsumsi per kapita terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2012, secara rata-rata setiap penduduk di Kota Palangka
Raya menghabiskan dana sekitar 15,3 juta rupiah setahun untuk membiayai konsumsi
baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan,
dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 16,1 juta rupiah (2013); 17,1 juta rupiah
(2014); 18,6 juta rupiah (2015); dan menjadi 19,9 juta rupiah (2016).

Sementara itu, berdasarkan perkiraan ADHK 2010, rata-rata konsumsi per perkapita
selama periode 2012 s.d 2016 tumbuh positif, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi
pada tahun 2015 yaitu sebesar 4,94 persen. Rata-rata konsum i per-kapita menunjukkan
kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk dan diikuti pula oleh
kenaikan nilai konsumsinya. Sejak tahun 2012 hingga ahun 2016, rata-rata konsumsi per-
kapita baik ADHB maupun ADHK mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata konsumsi setiap penduduk di Kota Palangka Raya meningkat, baik secara
kuantitas (volume) maupun secara nil i.

Pada tahun 2012 pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga sebesar 5,37
persen. Kemudian, berturut-turut sebesar 3,95 persen (2013); 3,58 persen (2014); 4,94
persen (2015); dan 4,54 ersen (2016). Sementara itu pertumbuhan rata-rata konsumsi
per-kapita pada masing-masing tahun adalah; 2,04 persen (2012); 0,71 persen (2013);
0,44 persen (2014); 1,81 persen (2015); dan 1,46 persen (2016). Dari data tersebut
nampak bahwa peningkatan total konsumsi “riil” rumahtangga lebih tinggi dari

peningkatan jumlah penduduk yang berada pada kisaran 3 persen. Hal ini
mengindikasikan telah terjadi perbaikan pada tingkat kesejahteraan masyarakat,
meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini. Peningkatan
tersebut tentu berpengaruh pada struktur konsumsi rumah tangga.
Sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, kontribusi konsumsi bukan makanan
cenderung meningkat. Proporsi pengeluaran untuk makanan selama periode tersebut
cenderung berada pada kisaran yang menurun, yaitu 47,07 persen (2010) ; 45,82 persen
(2011) ; 44,61 persen (2012) ; 43,73 persen (2013) ; 42,45 persen (2014) ; dan 40,67 persen
(2015).

38 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Tabel 3.8
Struktur Komponen Konsumsi Rumah Tangga
Kota Palangka Raya, 2012—2016
3
(persen
)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman dan 44,61 47,73 42,61 41,16 40,55
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 4,17 4,03 3,93 3.90 3,93
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan 16,53 17,18 16,82 16,72 16,82
Penyelenggaraan Rumah
Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 6,68 6,69 6,39 6,52 6,70
e. Transportasi, Komunikasi, 21,45 21,72 23,40 24,69 24,92
Rekreasi, dan Budaya
f Hotel dan Restoran 1,89 1,94 2,11 2,24 2,32
g Lainnya 4,68 4,71 4,74 4,77 4,75
Total Konsumsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan pergeseran yang relatif kecil antara
kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan. Walaupun demikian,
pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari
perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di
antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik,
pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan
wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.

Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah tangga baik untuk
kelompok makanan maupun non makanan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Selama periode 2012-2016 pertumbuhan riil konsumsi makanan pada berada dibawah 2
persen. Sementara untuk konsumsi non makanan tumbuh dikisaran 1,30 – 12,34 persen.
Pertumbuhan “riil” ini menunjukkan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam
bentuk kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukkan terjadinya

3 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB )

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 39


peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh
kelompok masyarakat tertentu.
Tabel 3.9.
Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016
(persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


a. Makanan, Minuman dan 5,37 3,95 3,58 4,94 4,54
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 1,77 0,10 1,21 1,73 1,88
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan 5,91 1,52 5,96 5,17 4,81
Penyelenggaraan Rumah
Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 8,59 3,17 1,30 6,73 6,47
e. Transportasi, Komunikasi, 6,87 8,56 7,80 8,61 7,45
Rekreasi, dan Budaya
f Hotel dan Restoran 9,21 7,66 12,34 8,59 5,35
g Lainnya 10,98 7,15 7,76 5,41 5,03
Total Konsumsi 5,37 3,95 3,58 4,94 4,54

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Pada 2012 laju pertumbuhan tertinggi pada sub kelompok konsumsi lainnya; diikuti
dengan sub kelompok konsumsi Hotel dan Retoran yaitu sebesar 10,98 persen dan 09,21
persen. Tahun berikutnya 2013, laju pertumbuhan tertinggi ada pada sub kelompok
konsumsi Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya tumbuh sebesar 8,56 persen.
Tahun 2014 laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada konsumsi Hotel dan Restoran,
dengan laju sebesar 12,34. Tahun 2015 dan 2016 pertumbuhan tertinggi pada sub
kelompok konsumsi Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budayadengan laju masing-
masing sebesar 8,61 persen dan 7,45 persen.

Sementara itu, indeks harga implisit tahun 2012-2016 mengalami peningkatan


setiap tahunnya. Adapun peningkatan harga tertinggi sebesar 10,07 pada kelompok
pengeluaran Hotel dan Restoran pada tahun 2015.

40 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Tabel 3.10
Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016
(persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


a. Makanan, Minuman dan 9,56 6,77 5,45 6,47 6,63
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 9,83 3,70 0,79 5,79 5,95
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan 8,79 5,46 5,45 4,92 5,31
Penyelenggaraan Rumah
Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 9,15 5,82 3,37 7,12 6,46
e. Transportasi, Komunikasi, 6,44 1,71 9,45 8,93 3,60
Rekreasi, dan Budaya
f Hotel dan Restoran 1,15 4,20 5,62 10,07 8,41
g Lainnya 6,59 2,52 2,31 6,94 4,61
Total Konsumsi 8,40 4,89 5,74 6,83 5,49

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

B. Konsumsi Akhir LNPRT

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah satu unit
institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya
diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki atau
mengendalikan. Dalam kegiatannya, LNPRT merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi
berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan lingkungan hidup.

Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2012-2016


mengalami peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Pada tahun 2010 konsumsi LNPRT sebesar 134,0 miliar rupiah, kemudian pada tahun-
tahun berikutnya yaitu 150,7 miliar rupiah (2011), 172,1 miliar rupiah (2012), 207,1
miliar rupiah (2013), 229,7 miliar rupiah (2014) dan 256,2 miliar rupiah (2015).
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT tahun dasar 2010 juga berturut-turut adalah
(22,37) persen (2011), 14,60 persen (2012), (6,98) persen (2013), 35,59 persen (2014),

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 41


dan 19,33 persen (2015). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014. Salah satu
faktor yang diduga mempengaruhi pertumbuhan konsumsi LNPRT pada tahun tersebut
adalah adanya kegiatan pemilihan umum DPR/DPRD dan presiden pada bulan April dan
Juli.
Tabel 3.11
Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total Konsumsi LNPRT
a. ADHB (Miliar Rp) 172,1 207,1 229,7 252,9 289,5
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 149,8 170,0 182,0 192,8 208,2

Proporsi LNPRT https://palangkakota


2,27 2,40 2,34 2,24 2,26
terhadap PDRB ADHB (%)
*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara


C. Konsumsi Akhir Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerinta terdiri dari Pengeluaran Konsumsi Individu dan

Pengeluaran Konsumsi Kolektif. Barang dan jasa individu merupakan barang dan jasa
privat, dimana ciri-ciri barang privat adalah a) Scarcity, yaitu ada
kelangkaan/keterbatasan dalam jumlah; b) Excludable consumption, yaitu konsumsi
suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka yang memenuhi persyaratan tertentu
(biasanya harga); dan c) Rivalrous competition, yaitu konsumsi oleh satu konsumen akan
mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa.
Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan
jasa individu adalah jasa pelayanan kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas dan
jasa pendidikan di sekolah/universitas negeri.

Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang memiliki
ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak
mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut dan

b) Non excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata

42 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Contoh barang dan jasa yang
dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasa
pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang dilakukan kepolisian.

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukkan peningkatan,


baik untuk ADHB maupun ADHK 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah ADHB sebesar 2.348,1 miliar rupiah, kemudian pada tahun-tahun
berikutnya sebesar 2.788,5 miliar rupiah (2011), 3.257,8 miliar rupiah (2012), 3.658,0
miliar rupiah (2013), 4.243,3 miliar rupiah (2014) dan 4.772,3 miliar rupiah (2015).
Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah ADHK 2010, yang juga mengalami
peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah
terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.
Tabel 3.12
https://palangkakota42,9942,35 43,17 42,36 37,22
Perkembang Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kota Palangka Raya, 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Pemerintah
a. ADHB (Miliar Rp) 3 257,8 3 658,0 4 243,3 4 782,3 4 761,9
b. ADHK 2010 (Miliar R ) 2 927,9 3 131,5 3 331,6 3 633,0 3 497,5

Proporsi terhadap PDRB


(persen - ADHB)
Konsumsi Pemerintah per-
kapita (Ribu Rp)
a. ADHB (Ribu Rp) 13 755,8 14 964,0 16 831,4 18 402,9 17 784,3
b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 12 362,9 12 810,2 13 214,9 13 980,5 13 062,4
4
Pertumbuhan (%)
a. Total PKP 13,23 6,95 6,39 9,05 (3,73)
b. PKP Perkapita 9,66 3,62 3,16 5,79 6,57

Penduduk (Ribu Jiwa) 236,8 244,5 252,1 259,9 267,8

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

4 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 43


Kontribusi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB cukup dominan,
berluktuasi dari 42,99 persen (tahun 2012) menjadi 37,22 persen (tahun 2016).
Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2016 sedangkan
proporsi tertinggi pada tahun 2014 sebesar 43,17 persen.

Pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang


diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah
pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun
tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan,
hal ini sejalan dengan peningkatan rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun
2012 konsumsi pemerintah per-kapita ADHB sebesar 13 755,8 ribu rupiah, dan terus
meningkat pada tahun-tahun berikutnya yaitu menjadi 14.964,0 ribu rupiah (2013); 16.831,4
ribu rupiah (2014) dan mencapai 18.402,9 ribu rupiah pada tahun
2015. Tahun 2016 tren konsumsi pemerintah per-kapi a mulai berupah, bila pada periode
2012 – 2016 cenderunghttps://palangkakotameningkatmakakonsumsipemerintah per-kapita ADHB turun

menjadi sebesar 17 784,3 ribu rupiah. Kebijakan pehematan anggaran yang booming pada
tahun 2016 berdampak pada menurunnya konsumsi pemerintah di Kota Palangka Raya.

Gambaran tenta konsumsi akhir pemerintah secara “riil” peningkatan baik secara
keseluruhan maupun rata-rata per penduduk. Parameter ini adalah pendekatan untuk
mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas pengeluaran sumber daya finansial
oleh pemerintah.

D. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan
5
sebagai investasi fisik (kapital) . Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung
(indirect input) didalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat
berasal dari produksi domestik maupun dari impor.

Pengelompokan PMTB pada PDRB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu Bangunan dan Non Bangunan. Data di bawah ini menjelaskan bahwa,

5 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor

44 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2012 - 2016 cukup fluktuatif
berkisar dari 3,78 persen (2013) sampai 11,32 persen (2014), sementara di tahun lainnya
masing-masing 9,14 persen (2011); 7,26 persen (2012); dan 8,44 persen (2015).
Pertumbuhan PMTB tertinggi terjadi pada tahun 2014, hal ini diantaranya disebabkan
oleh realisasi investasi fisik oleh pemerintah meningkat cukup signifikan.

Tabel 3.13
Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Palangka Raya, 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total PMTB
a. ADHB (Miliar Rp) 3 226,3 3 621,3 4 243,3 4 752,0 5 476,2
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 2 771,7 2 876,5 3 202,2 3 482,3 3 699,7

Proporsi terhadap PDRB 42,58 41,92 43,17 42,09 42,81


(persen - ADHB)
6
Struktur PMTB
a. Bangunan
(Miliar Rp) 2 002,5 2 318,4 2 851,9 3 256,5 3 767,2
(Persen) 62,07 64,02 67,21 68,53 68,79
b. Non Bangunan
(Miliar Rp) 1 223,8 1 302,9 1 391,4 1 495,5 1 709,0
(Persen) 37,93 35,98 32,79 31,47 31,21
7
Pertumbuhan PMTB( persen)
a. Bangunan 2,52 5,32 16,52 10,25 6,90
b. Non Bangunan 15,34 1,46 3,14 6,07 5,03
c. Total 7,26 3,78 11,32 8,75 6,24

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Proporsi non bangunan terhadap total PMTB cenderung menurun selama tahun 2012-
2016, sementara proporsi bangunan cenderung meningkat seperti yang disajikan dalam
Tabel 13. Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh
pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing komponen PMTB. Selama periode 2012-
2016 pertumbuhan pada komponen bangunan cenderung meningkat, sementara

6
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
7 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 45


pertumbuhan pada komponen non bangunan pada tahun 2013 dan 2016 cenderung
melemah.

E. Perubahan Inventori

Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan


dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam
proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini
bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).

Dari sisi penghitungan, Komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu


komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif
(disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda
positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda
negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori
mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna.
Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran
terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai
persediaan (konsep stok).
Tabel 3.14
Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
Kota Palangka Raya, 2012 - 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total Nilai Inventori
a. ADHB (Miliar Rp) 78,0 72,7 107,8 136,7 175
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 60,1 55,9 75,8 92,4 113,6

Proporsi terhadap PDRB 1,03 0,84 1,10 1,21 1,37


(persen - ADHB)

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak dikaji terlalu
dalam. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam

46 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level
maupun tandanya (positif atau negatif).

Pada tahun 2012 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar 78,0 miliar
rupiah atau menyumbang sebesar 1,03 persen terhadap pembentukan PDRB Kota
Palangka Raya. Sedangkan tahun 2013 proporsinya turun menjadi 0,84 persen atau
sebesar 72,7 miliar rupiah. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 1,10
persen terhadap total PDRB Kota Palangka Raya. Pada tahun 2015 perubahan inventori
mampu menyumbang sebesar 1,21 persen atau sebesar 136,7 miliar rupiah. Pada tahun
2016 proporsinya menurun menjadi 1,37 persen atau sebesar 175,0 miliar rupiah.

F. Ekspor Barang dan Jasa

Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai


produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi Kota Palangka Raya,
tetapi dikonsumsi oleh pihak yang berdomisili di wilayah lain, baik itu kabupaten lain di
dalam satu propinsi, propinsi lain, maupun luar negeri, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional,
kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan
sebagainya.
Tabel 3.15
Perkembangan Ekspor Kota Palangka Raya, 2012 - 2016
Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total Nilai Ekspor
a. ADHB (Miliar Rp) 4 889,9 5 615,1 6 317,0 7 088,0 7 982,5
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 4 739,2 5 191,6 5 577,4 5 923,1 6 274,0

Proporsi terhadap PDRB 64,53 65,00 64,26 62,78 62,40


(persen - ADHB)
8 5,02 9,55 7,43 6,20 5,93
Pertumbuhan

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Secara total, dalam kurun waktu 2012-2016 nilai ekspor barang dan jasa
menunjukkan peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2012 nilai ekspor barang dan jasa

8 Diturunkan dari perhitungan PDRB ADHK 2010

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 47


sebesar 4.889,9 miliar rupiah meningkat menjadi sebesar 5.615,1 miliar rupiah pada tahun
2013. Selanjutnya pada tahun 2014-2016 nilai ekspor barang dan jasa sebesar 6.317,0 miliar
rupiah; 7.088,0 miliar rupiah; dan 7.982,5 miliar rupiah. Sejalan dengan nilai ekspor atas
dasar harga berlaku, nilai ekspor barang dan jasa atas dasar harga konstan 2010 juga
menunjukan arah pertumbuhan yang sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai “riil”
masing-masing tahun sebesar 4.739,2 miliar rupiah (2012); 5.191,6 miliar rupiah (2013);
5.577,4 miliar rupiah (2014); 5.923,1 miliar rupiah (2015); dan 6.274,0 miliar rupiah pada
tahun 2016. Pada periode 2012 s.d 2016, proporsi dalam PDRB juga cenderung menurun dari
64,53 persen pada tahun 2012 menjadi 62,40 persen di tahun 2016.

Pertumbuhan riil total ekspor berkisar 5,02-9,55 persen. Pertumbuhan yang tinggi
tersebut terjadi tahun 2013 dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2012.
Sementara itu, pada tahun berikutnya, pertumbuhan ekspor pada masing-masing tahun
adalah sebesar 7,43 persen (2014); 6,20 persen (2015); dan 5,93 persen (2016).

G. Impor Barang dan Jasa

Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun


PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari
impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi
domestik Kota Palangka Raya Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk
domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu
dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai impornya. Hasil pengurangan
inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha
(sektor).

Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan


penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen.
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa
berbeda dengan ekspor. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang
dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kota Palangka Raya
di luar domestik, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa).
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor barang dan jasa dapat menunjukkan
seberapa besar ketergantungan Kota Palangka Raya terhadap ekonomi atau produk

48 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


wilayah lain, baik wilayah kabupaten/kota lain dalam satu propinsi, propinsi lain,
maupun luar negeri.
Tabel 3.16
Perkembangan Impor Kota Palangka Raya, 2012 - 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Total Nilai Impor
a. ADHB (Miliar Rp) 7 663,0 8 479,7 9 630,4 10 564,7 11 232,2
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 7 112,6 7 509,5 8 068,3 8 637,1 8 696,5

Proporsi terhadap PDRB 101,12 98,17 97,97 93,58 87,80


(persen - ADHB)
9 7,23 5,58 7,44 7,05 0,69
Pertumbuhan
*) Angka Sementara https://palangkakota
**) Angka Sangat Sementara

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa secara total nilai impor barang dan jasa
Kota Palangka Raya meningkat (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2010) pada kurun tahun 2012 .d 2016. Pada tahun 2012 nilai impor barang dan
jasa atas dasar harga berlaku mencapai 7.663,0 miliar rupiah; kemudian meningkat di
tahun 2013 menjadi 8.479,7 miliar rupiah; 9.630,4 miliar rupiah pada tahun 2014;
10.564,7 miliar rupiah pada tahun 2015; dan menjadi 11 232,2 miliar rupiah pada tahun
2016. Sementara itu proporsinya terhadap PDRB cenderung menurun, pada tahun 2012
impor barang dan jasa memberikan kontribusi sebesar 101,12 persen. Pada tahun
berikutnya kontribusi impor barang dan jasa menurun menjadi 98,17 persen.
Selanjutnya, pada tahun 2014-2016 proporsi impor barang dan jasa sebesar 97,97
persen; 93,58 persen; dan 87,80 persen.

9 Diturunkan dari perhitungan PDRB ADHK 2010

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 49


PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 51
IV
BAB
Perkembangan Agregat
PDRB Kota Palangka Raya
Menurut
Pengeluaran 2012-
2016

52 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan
beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, ditengah keterbatasan
informasi yang tersedia.

4.1 PDRB (NOMINAL)

Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
wilayah ekonomi Kota Palangka Raya dimana didalamnya masih terkandung nilai
penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan
kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk dome tik.

Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain, untuk melihat perkembangan
tingkat pemerataan, dapat disajikan data PDRB perkapita.

Tabel 4.1
PDRB dan PDRB Perkapita Kota Palangka Raya, 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Nilai PDRB (Miliar Rp)
a. ADHB 7 557,9 8 637,9 9 829,6 11 289,3 12 792,9
b. ADHK 2010 6 721,5 7 227,4 7 730,5 8 286,0 8 859,5

PDRB perkapita (Ribu Rp)


a. ADHB 31 996,9 35 335,7 38 990,27 43 443,1 47 778,2
b. ADHK 2010 28 381,0 29 565,4 30 663,9 31 885,9 33 088,0

Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 236,8 244,5 252,1 259,9 267,8


Pertumbuhan (Persen)
a. PDRB ADHK 2010
10 7,29 7,53 6,96 7,19 6,92

b. PDRB perkapita ADHK 2010 3,90 4,17 3,72 3,99 3,77

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

10 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 53


4.2 PROPORSI PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB

Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang
dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor) untuk menunjang
aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan
pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam
sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk
tujuan konsumsi akhir.

Tabel 4.2
Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB
Kota Palangka Raya, 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Konsumsi Akhir (ADHB)
(Miliar Rp)
a. Rumah Tangga 3 616,7 3 943,4 4 319,0 4 842,2 5 340,1
b. LNPRT 172,1 207,1 229,7 252,9 289,5
c. Pemerintah 3 257,8 3 658,0 4 243,3 4 782,3 4 761,9
Jumlah Konsumsi Akhir 7 046,7 7 808,5 8 792,0 9 877,3 10 391,4

PDRB ADHB (Miliar Rp) 7 557,9 8 637,9 9 829,6 11 289,3 12 792,9


Proporsi 92,99 90,40 89,44 87,49 81,23

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

4.3 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)

ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi


kapital/ modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi
tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap
penambahan sejumlah output (hasil).

54 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber
daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi.
Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi)
yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter nilai tambah.

Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan


antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap
penambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital
sebanyak “K” unit formula:

K I It

ICOR Y Y Y Y
t t 1
https://palangkakota

Di mana: I t = PMTB tahun ke t


Yt = Output tahun ke t

Y = Output tahun ke t-1


1

Tabel 4.3

Incremental Capital Output Ratio


Kota Palangka Raya, 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015*) 2016**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PDRB ADHK 2010 (Miliar Rp) 6 721,5 7 227,4 7 730,5 8 286,0 8 859,5
Perubahan PDRB ADHK 2010 456,5 505,9 503,1 555,5 573,5
(Miliar Rp)
PMTB ADHK 2010 (Miliar Rp) 2 771,7 2 876,5 3 202,2 3 482,3 3 699,7
ICOR 6,07 5,69 6,36 6,27 6,45

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 55


PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 57
V
BAB
Penutup

58 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2012 s.d 2016 dapat menggambarkan perubahan
struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Kota Palangka Raya pada periode
bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan
analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi.
Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku pengeluaran barang dan jasa akhir,
baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan antar daerah.
Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa
akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang
melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan.

2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator yang
diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis terse ut juga dilengkapi dengan indikator
sosial demografi (seperti penduduk), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi
lebih informatif.

3. Data disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2012 s.d 2016, sehingga mudah
didalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu.
Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks,
persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-
masing data.

4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran,
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro
lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang
saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data
ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 59


PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 61
LAMPIRAN

Lampiran 1

62 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Lampiran 1

Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
2012-2016
(Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 3 616,7 3 943,4 4 319,0 4 842,2 5 340,1
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 1 613,4 1 724,4 1 840,3 1 993,2 2 165,4
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 151,0 158,9 169,7 188,8 209,7
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 597,7 677,5 726,6 809,4 898,4
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 241,5 263,7 276,2 315,7 357,9
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 775,6 856,4 1 010,5 1 195,6 1 331,0
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 68,3 76,6 90,9 108,7 124,2
g. Lainnya 4,7 4,7 4,7 4,8 4,8
2. Pengeluaran Konsumsi 172,1 207,1 229,7 252,9 289,5
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 3 257,8 3 658,0 4 243,3 4 782,3 4 761,9
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 3 226,3 3 621,3 4 243,3 4 752,0 5 476,2
Tetap Bruto
a. Bangunan 2 002,5 2 318,4 2 851,9 3 256,5 3 767,2
b. Non Bangunan 1 223,8 1 302,9 1 391,4 1 495,5 1 709,0
5. Perubahan Inventori 78,0 72,7 107,8 136,7 175,0
6. Ekspor Barang dan Jasa 4 889,9 5 615,1 6 317,0 7 088,0 7 982,5
7. Impor Barang dan Jasa 7 663,0 8 479,7 9 630,4 10 564,7 11 232,2
PDRB 7 577,9 8 637,9 9 829,6 11 289,3 12 792,9

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 63


Lampiran 2

Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Pengeluaran, 2012-2016
(Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 3 185,5 3 311,4 3 429,9 3 599,5 3 762,9
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 1 395,0 1 396,4 1 413,2 1 437,7 1.464,7
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 125,7 127,6 135,2 142,2 149,0
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 519,7 558,5 568,0 603,1 635,7
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 214,3 221,1 224,0 239,1 254,6
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 711,3 772,2 832,5 904,1 971,5
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 65,2 70,2 78,9 85,6 90,2
g. Lainnya 154,2 165,3 178,1 187,7 197,2
2. Pengeluaran Konsumsi 149,8 170,0 182,0 192,8 208,2
LNPRT
3. Pengeluaran Konsum i 2 927,9 3 131,5 3 331,6 3 633,0 3 497,5
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 2 771,7 2 876,5 3 202,2 3 482,3 3.699,7
Tetap Bruto
a. Bangunan 1 670,0 1 758,8 2 049,3 2 259,4 2 415,3
b. Non Bangunan 1 101,7 1 117,8 1 152,8 1 222,9 1 284,4
5. Perubahan Inventori 60,1 55,9 75,8 92,4 113,6
6. Ekspor Barang dan Jasa 4 739,2 5 191,6 5 577,4 5 923,1 6 274,0
7. Impor Barang dan Jasa 7 112,6 7 509,5 8 068,3 8 637,1 8 696,5
PDRB 6 721,5 7 227,4 7 730,5 8 286,0 8 859,5

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

64 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Lampiran 3

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2012-2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 47,73 45,65 43,94 42,89 41,74
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 21,29 19,96 18,72 17,66 16,93
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 1,99 1,84 1,73 1,67 1,64
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 7,89 7,84 7,39 7,17 7,02
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 3,19 3,05 2,81 2,80 2,80
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 10,24 9,91 10,28 10,59 10,40
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 0,90 0,89 0,93 0,96 0,97
g. Lainnya 2,23 2,15 2,08 2,04 1,98
2. Pengeluaran Konsumsi 2,27 2,40 2,34 2,24 2,26
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 42,99 42,35 43,17 42,36 37,22
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 42,58 41,92 43,17 42,09 42,81
Tetap Bruto
a. Bangunan 26,43 26,84 29,01 28,85 29,45
b. Non Bangunan 16,15 15,08 14,15 13,25 13,36
5. Perubahan Inventori 1,03 0,84 1,10 1,21 1,37
6. Ekspor Barang dan Jasa 64,53 65,00 64,26 62,78 62,40
7. Impor Barang dan Jasa 101,12 98,17 97,97 93,58 87,80
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 65


Lampiran 4

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya


Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, 2012-2016

(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 5,37 3,95 3,58 4,94 4,54
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 1,77 0,10 1,21 1,73 1,88
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 5,91 1,52 5,96 5,17 4,81
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 10,09 7,48 1,70 6,17 5,41
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 8,59 3,17 1,30 6,73 6,47
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 6,87 8,56 7,80 8,61 7,45
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 9,21 7,66 12,34 8,59 5,35
g. Lainnya 10,98 7,15 7,76 5,41 5,03
2. Pengeluaran Konsumsi 6,96 13,51 7,07 5,92 8,01
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 13,23 6,95 6,39 9,05 -3,73
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 7,26 3,78 11,32 8,75 6,24
Tetap Bruto
a. Bangunan 2,52 5,32 16,52 10,25 6,90
b. Non Bangunan 15,34 1,46 3,14 6,07 5,03
5. Perubahan Inventori 14,60 -6,98 35,59 21,96 22,94
6. Ekspor Barang dan Jasa 5,02 9,55 7,43 6,20 5,93
7. Impor Barang dan Jasa 7,23 5,58 7,44 7,05 0,69
PDRB 7,29 7,53 6,96 7,19 6,92

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

66 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Lampiran 5

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2012-2016

(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 114,22 109,03 109,53 112,11 110,28
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 111,50 106,88 106,72 108,31 108,64
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 116,31 105,28 106,79 111,25 111,04
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 119,76 113,35 107,24 111,39 111,00
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 118,52 109,18 104,72 114,33 113,35
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 113,76 110,42 117,99 118,31 111,33
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 110,47 112,18 118,65 119,52 114,22
g. Lainnya 118,29 109,85 110,25 112,73 109,88
2. Pengeluaran Konsumsi 114,23 120,32 110,93 110,07 114,47
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 116,83 112,28 116,00 112,70 99,57
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 117,22 112,24 117,17 111,99 115,24
Tetap Bruto
a. Bangunan 112,74 115,78 123,01 114,19 115,68
b. Non Bangunan 125,39 106,46 106,79 107,48 114,27
5. Perubahan Inventori 125,03 93,26 148,17 126,83 128,03
6. Ekspor Barang dan Jasa 106,50 114,83 112,50 112,21 112,62
7. Impor Barang dan Jasa 112,16 110,66 113,57 109,70 106,32
PDRB 113,45 113,99 113,80 114,85 113,32

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 67


Lampiran 6

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya


Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, 2012-2016

(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 105,37 103,95 103,58 104,94 104,54
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 101,77 100,10 101,21 101,73 101,88
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 105,91 101,52 105,96 105,17 104,81
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 110,09 107,48 101,70 106,17 105,41
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 108,59 103,17 101,30 106,73 106,47
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 106,87 108,56 107,80 108,61 107,45
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 109,21 107,66 112,34 108,59 105,35
g. Lainnya 110,98 107,15 107,76 105,41 105,03
2. Pengeluaran Konsumsi 106,96 113,51 107,07 105,92 108,01
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 113,23 106,95 106,39 109,05 96,27
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 107,26 103,78 111,32 108,75 106,24
Tetap Bruto
a. Bangunan 102,52 105,32 116,52 110,25 106,90
b. Non Bangunan 115,34 101,46 103,14 106,07 105,03
5. Perubahan Inventori 114,60 93,02 135,59 121,96 122,94
6. Ekspor Barang dan Jasa 105,02 109,55 107,43 106,20 105,93
7. Impor Barang dan Jasa 107,23 105,58 107,44 107,05 100,69
PDRB 107,29 107,53 106,96 107,19 106,92

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

68 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


Lampiran 7

Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya
(2010=100) Menurut Pengeluaran, 2012-2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 113,54 119,09 125,92 134,52 141,91
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 115,66 123,49 130,22 138,64 147,84
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 120,09 124,54 125,52 132,78 140,68
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 115,02 121,30 127,91 134,20 141,33
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 112,69 119,26 123,28 132,06 140,59
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 109,05 110,91 121,39 132,24 137,00
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 104,78 109,19 115,32 126,93 137,61
g. Lainnya 109,62 112,38 114,98 122,96 128,63
2. Pengeluaran Konsumsi 114,93 121,83 126,23 131,17 139,02
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi 111,27 116,81 127,37 131,63 136,15
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 116,40 125,89 132,51 136,46 148,02
Tetap Bruto
a. Bangunan 119,91 131,82 139,16 144,13 155,97
b. Non Bangunan 111,08 116,56 120,69 122,29 133,05
5. Perubahan Inventori 129,82 130,16 142,23 147,90 154,03
6. Ekspor Barang dan Jasa 103,18 108,16 113,26 119,67 127,23
7. Impor Barang dan Jasa 107,74 112,92 119,36 122,32 129,16
PDRB 112,74 119,52 127,15 136,25 144,40

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 69


Lampiran 8

Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto


Kota Palangka Raya (2010=100) Menurut Pengeluaran, 2012-2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015*) 2016**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Pengeluaran Konsumsi 8,40 4,89 5,74 6,83 5,49
Akhir Rumah Tangga
a. Makanan, Minuman dan 9,56 6,77 5,45 6,47 6,63
Rokok
b. Pakaian dan Alas Kaki 9,82 3,70 0,79 5,79 5,95
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan 8,79 5,46 5,45 4,92 5,31
Rumah Tangga
d. Kesehatan & Pendidikan 9,15 5,82 3,37 7,12 6,46
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi, 6,44 1,71 9,45 8,93 3,60
dan Budaya
f. Hotel dan Restoran 1,15 4,20 5,62 10,07 8,41
g. Lainnya 6,59 2,52 2,31 6,94 4,61
2. Pengeluaran Konsumsi 6,80 6,00 3,61 3,92 5,98
LNPRT
3. Pengeluaran Konsum i 3,18 4,98 9,03 3,35 3,43
Pemerintah
4. Pembentukan Modal 9,29 8,15 5,26 2,98 8,47
Tetap Bruto
a. Bangunan 9,96 9,93 5,57 3,57 8,22
b. Non Bangunan 8,71 4,94 3,54 1,33 8,80
5. Perubahan Inventori 9,10 0,26 9,28 3,99 4,14
6. Ekspor Barang dan Jasa 1,41 4,82 4,72 5,66 6,32
7. Impor Barang dan Jasa 4,60 4,81 5,70 2,48 5,59
PDRB 5,74 6,01 6,39 7,15 5,98

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

70 PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016


PDRB Kota Palangka Raya Menurut Pengeluaran 2012-2016 71

Anda mungkin juga menyukai