Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya


pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang
bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus
memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki keterkaitan yang
tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Soeroso,
2007).

Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih


lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah
dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan
datang dalam keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama
yang juga berarti pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara
keseluruhan berarti daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk
mengalami berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya
mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (Soeroso, 2007)

Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian para ahli
karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas, juga menambah
biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan
membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun penderita dan
keluarganya. Hal ini jelas bertentangan dengan kebijaksanaan pembangunan bidang
kesehatan yang justru menekankan peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan
(Triatmodjo, 1993).

Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung
dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam

1
tindakan medis berupa pengobatan. Obat merupakan sebuah subastansi yang
diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan
pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang
perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan
sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan.
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas
sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari
membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses
penyembuhan. Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah
rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal
dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan
yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum,
selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi permasalahan yang bertujuan agar pengkajiannya
lebih terarah dan tepat sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah

1. Apa yang dimaksud dengan infeksi ?

2. Apa saja macam-macam infeksi ?

3. Bagaimana cara masuknya infeksi ke dalam tubuh ?

4. Pentingnya obat dalam keperawatan


5. Standard dan reaksi obat
6. Perinsip bemberian obat yang benar
7. Perhitungan obat
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat
9. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal
10. Menyiapkan obat dari ampul dan vial
11. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui selang IV, IC, SC, dan IM
12. Konsep dan teknik cara pemberian obat secara topical (kulit,mata,telinga,dan hidung)
13. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui anus/ rectum & vagina
14. Konsep dan teknik pemberian obat melalui wadah cairan intravena
15. Apa konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan
16. Apa saja jenis persiapan dan perawatannya
17. Bagaimana perawatan luka operasi
18. Bagaimana cara ganti balutan
19. Bagaimana cara angkat jahitan
20. untuk mengatahuai perioperati

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Mengetahui dan memahami definisi dari infeksi.

b. Untuk mengetahui macam-macam atau jenis-jenis infeksi.

c. Untuk mengetahui cara masuknya infeksi kedalam tubuh.

3
d. Untuk membedah tentang cara pemberian obat yang benar

e. Pemberian obat di tujukan untuk mengurangi penyakit bahkan menghilangkanya

f. Untuk mengetahui konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan

g. Unt uk mengetahui persiapan dan perawatannya

h. Untuk mengetahui perawatan luka operasi

i. Untuk mengetahui cara ganti balutan

j. Untuk mengetahui cara angkat jahitan

k. Perlindungan terhadap injuri.

l. Monitoring pasien/klien.

m. Peran perawat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Infeksi

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut
dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang
barmenunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi
nosokomial.

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen
berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.

Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman
dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat
menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat
harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas
perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral
dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum

5
obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau
motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka
adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut
luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan.
Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan
perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik
bagi pasien.

2.2 Rantai Infeksi

Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :

 Agen infeksius atau pertumbuhan patogen


 Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
 Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
 Cara penularan
 Portal masuk pejamu
 Pejamu yang rentan

Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk bakteri,virus,jamur dan


protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau transien.Organisme

6
residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,namun 10 – 20% mendiami lapisan
epidermal.Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau
objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.

Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung


pada faktor – faktor berikut :

1. Organisme dalam jumlah yang cukup


2. Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
3. Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
4. Pejamu yang rentan

2.3 Beberapa Agen Yang Dapat Menyebabkan Infeksi,Yaitu :

1 .Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya
bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat

melalui rute faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik,dan
trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.Infeksi
gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit dan dari darah.Virus lain yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
meniliki toleransi yang rendah terhadap miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli
paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik maupun
endemik.

Contohnya :

1. anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren


2. Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.

7
3. Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia
coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
4. Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru
dan peritoneum.

2. Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam


virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari
tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus (RSV),rotavirus
dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau
cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster
virus,juga dapat ditularkan.

3. Parasit

2.4 Infeksi Cacing Pita

Cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 240-300 cm. Terdiri dari bagian kepala
yang memiliki kait-kait kecil dan badannya mengandung 1000 proglotid (bagian yang
mengandung telur).
Siklus hidupnya mirip cacing pita sapi, tapi babi hanya merupakan tuan rumah perantara
saja.
Manusia juga bisa berperan sebagai tuan rumah perantara, dimana telur cacing mencapai
lambung bila tertelan atau bila proglotid berbalik dari usus ke lambung. Embrio lalu
dilepaskan di dalam lambung dan menembus dinding usus, lalu akan sampai ke otot, organ
dalam, otak dan jaringan dibawah kulit, dimana mereka membentuk kista.
Kista yang hidup hanya menyebabkan reaksi ringan, sedangkan kista yang mati
menimbulkan reaksi yang hebat.

4. Jamur

8
Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp,Cryptococcus
neformans,Cryptosporidium.

5. Kuman

Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa mikroskopik jahat
yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman bisa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat pada tubuh
organisme inangnya seperti manusia, hewan dan sebagainya.

2.5 Proses Infeksi

Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat
infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam proses infeksi
memiliki tahapan tertentu yaitu :

1.Periode Inkubasi

Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala utama.

2. Tahap Prodomal

Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai


gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan
klien mampu menularkan ke orang lain.

3. Tahap Sakit

Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik terhadap
jenis infeksi.

4. Tahap Pemulihan

Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada


beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.

2.6 Cara Masuknya Infeksi

9
1. Saluran pernafasan (Inhalasi)
Penularan penyakit melalui saluran udara pernapasan. Oleh
karena itu ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat
umum adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit
yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit yang
ditularkan melalui udara). Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan pernafasan:
TBC paru-paru, influensa, pes, paru-paru, pneumonia, selesma,cacar, penyakit lumpuh
anak-anak dan lain-lain. Sebagai contoh: orang menderita penyakit influensa pada
waktu batuk, bersi atau berbicara, akan menyemprotkan titik-titik getah rongga hidung
atau mulut yang mengandung virus virus influenza ke dalam udara. Bila ini
masuk ke dalam jalan pernafasan (melalui rongga hidung), maka mungkin akan terjadi
penularan. Cara infeksi titik ludah (droplet infection). Suatu kebiasaan yang baik dan
patut ditiru ialah: bila batu atau bersin memalingkan muka sambil menutup mulut dan
hidung dengan tangan atau sapu tangan. Bila seorang penderita TBC meludah ke lantai
tau tanah, maka ludah yang mengandung basil-basil tbc akan mengering dan lama
kelamaan akan mendebu. Basil-basil dan debu akan berterbangan dalam udara terbawa
oleh angin. Bila ini masuk ke dalam jalan pernapasan, maka mungkin sekali akan terjadi
infeksi. Infeksi secara ini disebut infeksi debu (airborne infection). Berludah di lantai
adalah kebiasaan yang buruk sekali. Untuk itu baiklah disediakan tempat-tempat
tertentu.
Infeksi debu tidak seberapa jahat akibatnya, bila dibandingkan dengan infeksi titik
ludah. Hal ini disebabkan karena basil-basil yang jatuh ditanah dilemahkan atau
dilumpuhkan oleh terik cahaya matahari, sehingga virulensinya berkurang. Saluran
pernafasan: melalui udara pernafasan (terhirup), debu, bersin, batuk. Penyakit yang
ditularkan lewat saluran pernafasan: batuk rejan (pertusis). TBC (tuberkulosis), radang
paru (pneumonia), difteri, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Infeksi melalui
udara meliputi: Penyakit-penyakit seperti pilek-pilek, bronchitis, tbc, pes, paru-paru,
influenza, menularnya melalui udara.Penularan macam ini ada 2 cara: (1) Benih-benih
penyakit terdapat dalam titik-titik cairan yang dikeluarkan dari hidung atau mulut waktu
penderita batuk, berbicara atau bersin; cara infeksi ini disebut infeksi titik ludah (droplet
infection). Benih-benih penyakit itu mudah hilang dari udara, jatuh ke tanah karena
beratnya. (2) Cara yang ke-2 disebut infeksi debu (airbone infection). Pada cara ini
benih-benih penyakit terdapat di udara.
Benih-benih itu asalnya dari benih-benih yang terdapat dalam ludah yang sudah jatuh

10
ke tanah dan mendebu. Karena sangat halus dan ringannya, benih itu dapat berada
dalam udara untuk sementara waktu. Menurut penyelidikan yang akhir-akhir, sinarsinar
ultra ungu dapat membunuh benih-benih penyakit yang terdapat dalam udara itu.
Ringkasan: Penularan melalui udara ada 2 macam: infeksi titik ludah (droplet
infection), dan infeksi debu (airborne infection).
2. SaluranPencernaan
Bibit penyakikt masuk ke saluran makanan melalui makanan atau minuman, alat
makan yang tercemar. Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan pencernaan
makanan antara lain: typhus, cholera, dysentrie, paratyphus, A, B, dan C,
penyakitpenyakit cacing, keracunan makanan dan lain-lain. Basil-basil masuk ke dalam
rongga mulut bersama-sama dengan makanan dan minuman. Makanan-makanan yang
sudah dihinggapi lalat atau sudah bercampur dengan racun, dapat menyebabkan
berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut di atas. Air minum yang tidak masak lebih
dahulu pun dapat merupakan bahaya bagi kesehatan. Penyakit yang ditularkan lewat
saluran makanan: disentri (basiler, amuba), hepatitis, kolera, tifus, cacingan,
toksoplasma, koksidia dsb.
3. Kulit
Penyakit-penyakit yang masuknya melalui kulit: malaria, pes, penyakit anjing
gila, tetanus, bisul-bisul, penyakit cacing tambang, gonorrhoe, syphilis dan lain-lain.
Tentang penyakitpenyakit yang cara penularannya melalui kulit ada 2 macam: Kontak
(Contact). Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh
karena itu lebih cenderung terjadi di kota dari pada di desa yang penduduknya masih
jarang.
a. Penularan karena hubungan langsung (direct contact)

b. Penularan karena hubungan tidak langsung (indirect contact).


Yang dimaksud dengan penularan karena hubungan langsung kalau penularan
melalui kulit yang terjadinya sebagai akibat persentuhan. Yang dimaksud dengan
penularan karena hubungan tidak langsung adalah penularan melalui kulit yang
terjadinya dengan perantaraan suatu benda mati (selendang, sapu tangan, dan lain-lain).
Penyakit gudik (kudis) penularannya mungkin secara langsung mungkin pula secara
tidak langsung. Kebiasaan untuk bertukar-tukaran pakaian adalah suatu

11
kebiasaan yang buruk. Tidur bersama-sama di satu tempat tidur dengan orang yang
menderita penyakit kulit pun dapat berakibatkan penularan penyakit-penyakit tersebut.
Penetrasi pada kulit. Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada
kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui
luka, misalnya tetanus.
Kulit: sentuhan dengan kulit, pakaian, handuk dsb. Penyakit yang ditularkan lewat
sentuhan (kontak langsung); kudis, panu,kusta, framboesia (patek), tetanus.

c. Melalui Hubungan Kelamin


Saluran kelamin: melalui hubungan kelamin sesama jenis atau lain jenis.
Penyakit yang ditularkan lewat saluran kelamin: sipilis, keputihan, infeksi
gonokokal, AIDS (acquired Immune Deficiency Syndrome).

d. Melalui plasenta
Melalui plasenta ibu (transplasental); dari ibu ke anak. Infeksi melalui plasenta.
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.

e. Melalui berbagai jalur


Contohnya adalah polio yang menular melalui mulut dan nafas.

2.7 Pertahanan Terhadap Infeksi

Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :

1. Flora Normal

Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa


patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme ya ng ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan gastrointestinal.

Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan
sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.

12
2. Pertahanan Sistem Tubuh

S ejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh yang unik terhadap
mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara
fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.Misalnya paru jalan masuk
mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan seperti rambut atay silia yang secara ritmis
bergerak unruk memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di faring
untuk di ekshalasi.

3. Inflamasi

Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan


cairan,produk darah dan nutrient ke jaringan interstisial ke daerah cedera.Proses
tersebut mampu menetralisasi dan mengerliminasi patogen atau jaringan mati dan
memulai cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.

4. Respon Imun

Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh,mikroorganisme tersebut


diserang pertama kali oleh monosit.Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu
respon imun,materi yang tertinggal (antigen) menyebabkan kerentanan respon yang
mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya
berbeda dengan reaksi pertama ,respon yang berubah ini dikenal dengan respon
imun.

2.8 Pembagian Infeksi

a. primer

Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang ditimbulkan
mikroorganisme sendiri

b. sekunder

Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh, kelaparan, kelelahan, luka
dan sebagainya

2.9 MACAM MACAM INFEKSI

1. Infeksi pada saluran kemih

13
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian
dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang air
kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau
keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di samping
gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi samar atau
tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut adalahEscherichia coli,
tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab meskipun jarang.

Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki,
dengan separuh perempuan mengalami setidaknya satu kali infeksi selama hidupnya.

2. infeksi pada saluran pernafasan

Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran
pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring (tenggorokan)), kotak suara
(laring), bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi
saluran pernapasan bagian atas antara lain :

a. Batuk pilek
b. Sakit telinga (otitis media)
c. Radang tenggorokan (faringitis)

Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bagian


bawah antara lain :

1. Bronchitis
2. Bronkhiolitis
3. Pneumonia

3. infeksi pada lambung

Pada umumnya radang lambung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di


antaranya:

a. Adanya stres dan tekanan emosional yang berlebihan pada seseorang

14
b. Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan
Mukosa (selaput lendir) lambung tak tahan terhadap asam lambung dan pepsin yang
berlebihan karena menurunnya kemampuan fungsi mukosa lambung tersebut.
c. Waktu makan yang tak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan
d. Terlalu banyak makanan yang pedas, asam, minuman beralkohol, obat-obatan
tertentu dengan dosis tinggi

4. infeksi ginjal

Infeksi ginjal biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kencing dan mulai
berkembang biak. Bakteri yang berasal dari infeksi di bagian tubuh lain juga bisa
menyebar ke aliran darah dan masuk ke ginjal.

Kondisi seperti ini dapat terjadi jika bagian tubuh buatan mengalami infeksi. Bagian
tubuh buatan, misalnya katup jantung buatan atau sendi buatan, yang digunakan untuk
menggantikan bagian tubuh asli yang rusak.

Infeksi ginjal juga dapat muncul setelah operasi ginjal.


5. infeksi usus

Infeksi usus adalah suatu penyakit yang menyerang usus yang di sebabkan oleh
bakteri cryptosporidium. Penyakit infeksi usus ini dapat menyerang baik usus kecil
maupun usus besar, yang dapat menimbulkan efek seperti diare, mual, ataupun kram
pada perut,nfeksi usus ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera di
atasi atau di tangani

2.10 Cara Pencegahan Infeksi

Dengan menggunakan Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :

1. Cuci Tangan
2. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.
3. Segera setelah melepas sarung tangan.
4. Di antara sentuhan dengan pasien.
5. Sarung Tangan
6. Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.

15
7. Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
8. Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut
saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.

1. Baju Pelindung

2. Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung
dengan darah atau cairan tubuh

a. Kain

b. Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

c. Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien

d. Peralatan Perawatan Pasien

Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung
dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan
lingkungan

1. Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali


2. Pembersihan Lingkungan

Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam


ruang perawatan pasien

a.Instrumen Tajam

b. Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

c. Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai

d. Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan

Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan

1. Resusitasi Pasien

16
2. Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari
kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
3. Penempatan Pasien
4. Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi

2.11 Standart Pemberian obat dan reaksi obat


1. Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai
proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu
paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi
sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :


1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah
obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya
seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek
pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak
diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan
seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam
pengobatan, dan lain-lain.

2. Standart pemberian obat


Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan
klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang
diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :

a) Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi
zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
b) Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau
potensi obat.

17
c) Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut,
diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
d) Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan
efektivitas obat.
e) Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat
tersebut.

2.12 Prinsip pemberian Obat yang benar


1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya

18
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rut e yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna unt uk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.

5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi

19
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada la mbung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
2.13 Perhitungan Obat
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang
bila dikelompokkan bisa dibagi :
1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk
terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah
obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku
buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM)
tercantum diperuntukkan orang dewasa
3. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan
bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over
dosis (OD)

Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resepa. DM tercantum


berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan
umurnya. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis
ganda). Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned.
Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa
langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam satu takaran dibagi
dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi
dosis sehari dikali 100%. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali
dan sehari.

Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :


a. Rumus Young

20
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus : (n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur
dalam tahun
b. Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus : (n/20) x DM n = umur dalam
tahun
c. Rumus Fried
(n/150) x DM n = umur bayi dalam bulan iv).
Bila dalam berat badan
Rumus Clark (Berat badan dalam kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)

2.14 Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat


Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita
seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati
sekaligus.
1. Faktor Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2. Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c. Rektal, vaginal, uretral
d. Lokal, topikal
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3. Faktor Penderita:
a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda
besar
c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d. Ras : “slow & fast acetylators”
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan

21
h. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi
absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan
pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

Kesalahan dosis/overdosis

1.Akibat kelebihan dosis:


a. pernapasan akan tertekan/sesak nafas
b. mual-mual/muntah
c. berkurangnya tingkat kesadaran
d. pusing
2. Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan
cara penambahan oksigen.

2.15 Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang
diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien. Perawat sering terlibat dalam
menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan dokter.
1. Pemberian Oral
a. Paling mudah dan paling umum digunakan.
b. Obat diberikan melalui mulut dan ditelan.
c. Lebih murah.
2. Pemberian Sublingual
a. Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut,
mudah di absorpsi
b. Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
c. Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
d. Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3. Pemberian Bukal
a. Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa
pipi sampai obat larut
b. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di
pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
c. Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau
minum air bersama obat

22
d. Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika
obat ditelan dalam saliva.
4. Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
a. Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
b. Ekonomis
c. Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
d. Jarang membuat klien cemas
5. Kerugian atau kontraindikasi
a. Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna,
motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
b. Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung
c. Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis,
klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan)
esophagus, lesi pada mulut.
d. Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap
lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani
pembedahan atau tes tertentu\
e. Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau
mempertahankan dibawah lidah
f. obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau
mengecup rasa yang tidak enak.

2.16 Menyiapkan Obat Dari Ampul dan Vial


1. Menyiapkan obat dari Ampul
a. Persiapan alat:
1. Catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Ampul obat sesuai resep
3. Spuit dan jarum yang sesuai
4. Kapas alcohol
5. Kasa steril
6. Baki obat
7. Gergaji ampul (jika perlu)
8. Label obat
9. Bak spuit

23
10. Bengkok
b. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan
3. Priksa label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima
benar”
4. Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
5. Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara
menjentikan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara
memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
6. Letakan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian
patahkan keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
7. Buang leher ampul pada tempat khusus
8. Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
9. Buka penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat
pada bagian tengah ampul.
10. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
11. Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang
benar.
12. Jika terdapat gelembung udara pada spuit:
a. Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c. Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.
2. Menyiapkan obat dari Vial
a. Persiapan alat:
1. Catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Vial obat sesuai resep
3. Spuit dan jarum yang sesuai
4. Kapas alcohol
5. Kasa steril
6. Baki obat
7. Label obat
8. Bak spuit

24
9. Bengkok
b. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan
3. Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4. Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah larutan.
5. Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam vial
dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok
larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
6. Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
7. Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
8. Buka tutup jarum.
9. Masukan udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
10. Dengan hati-hati, masukan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet
darai vial.
11. Injeksi udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada di atas permukaan
cairan obat.
12. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
13. Keluarkan jarum dari vial, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
14. Jika terdapat gelembung udara pada spuit:
a. Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c. Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar
tidak mengeluarkan larutan.

2.17 Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Selang IV, IC, SC, dan IM
1. Pemberian Obat Intravena melalui selang IV
a. Alat dan bahan
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya.
3. Selang IV
4. Kapas alcohol
b. Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

25
2. Cuci tangan.
3. Periksa identitas pasien.
4. Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dosis.
5. Cari tempat penyuntikan obat pada slang IV.
6. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah tempat penyuntikan.
7. Lakukan penyuntikan dengan menusukkan jarum spuit dan masukan obat
perlahan ke dalam intravena.
8. Setelah selesai tarik spuit.
9. Lakukan observasi terhadap reaksi obat.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
11. Catat prosedur yang dilakukan (nama obat, dosis, waktu, dan cara)
2. Pemberian Obat Melalui Intrakutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan
kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada
umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian
intrakutan pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah dermis/epidermis. Secara
umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral.
Alat dan Bahan
a. Catatan pemberian obat
b. Obat dan tempatnya
c. Spuit 1 cc/spuit insulin
d. Kapas alkohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Nak injeksi
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan .
d. Pasang perlak/pengalas pada daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
e. Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan dengan
aquadest (cairan pelarut), ambil 0,55 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc, lalu
siapkan pada bak steril (bak injeksi).

26
f. Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol.
g. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik/diinjeksi.
h. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut
15-20o terhadap permukaan kulit.
i. Semprotkan obat hingga terjadi gelombang.
j. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan mesase.
k. Catatan reaksi pemberian.
l. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3.Pemberian Obat Melalui Subkutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan
pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah lura, daerah
dada dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui subkutan
ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih
dan keruh.
Larutan jernih disebut juga sebgai insulin reaksi cepat. (insulin reguler). Larutan
keruh terjadi karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat
atau juga termasuk tipe lambat. Oleh karena itu, apabila pemberian insulin dengan
campuran kedua bentuk larutan tersebut, perlu diperhatikan cara mencampurnya.
Insulin reguler dapat dicampur dengan semua jenis insulin lain, sedangkan insulin lente
tidak dapat disampur dengan tipe lain kecuali insulin reguler. Saat pencampuran
upayakan dalam mengambil larutan, jarum tidak tidak menyentuh jenis larutan yang
dicampur.
Alat dan bahan
a. Catatan pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alkohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan

27
c. Berdasarkan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah suntikan bila
pasien menggunakan pakaian berlengan.
d. Ambil obat dalam tempanya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Kemudian,
tempatkan pada bak injeksi.
e. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
f. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan.
g. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas sudut 45o terhadap
permukaan kulit.
h. Lakukan spirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga habis.
i. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan
kedalam bengkok.
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur pemberian obat dan respons pasien.
4. Pemberian Obat Melalui Intamuskular
Pemberian Obat denagn memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring
miring), dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas (delroid). Tujuan
pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat lebih cepat oleh karena
vaskularitas otot.
Alat dan bahan
1. Catatan pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75 cm); anak:
panjang 1,25-2,5cm)
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakan
dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.

28
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6. Lakukan penyuntikan.
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau
telentang dengan lututdan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam
keadaan fleksi,
c. Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi
dan diletakan di depan tungkai bawah.
d. Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi.
7. Lakukan penusukan dengan jarum dengan possisi tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirsi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol , kemudian spuit yang telah digunakan diletakan
dibengkok.
10. Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
11. Catat prosedur dan reaksi pemberian.

2.18 Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit,Mata,Telinga,Dan
Hidung)

1. Pada kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi
lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit. Pemberian obat
kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim, losion, aerosol, sprei, atau
bubuk.
Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b. Kain kasa
c. Kertas tisu
d. Balutan

29
e. Pengalas
f. Air sabun dan air hangat
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit
yang mengeras (kerak)) atau air sabun.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan,
mengompres.
f. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g. Catat prosedur dan respons pasien.
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata.
Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot
lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
2. Plester
3. Kain kasa
4. Kertas tisu
5. Balutan
6. Sarung tangan
7. Air hangat kapas pelembap
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping
kanan pasien.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari
sudut luar mata kea rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.

30
6. Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari
telunjuk atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk
menutup mata dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak
mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-
bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.
8. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
9. Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
10. Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga.
Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa
antibiotic (tetes atau salep).
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya
2. Penetes
3. Speculum telinga
4. Pinset anatomi dalam tempatnya
5. Plester
6. Kain kasa
7. Kertas tisu
8. Balutan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang
(pada anak).

31
5. Bila obat berpua tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk
mencegahterhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian
masukan/oleskan pada liang teinga.
6. Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
7. Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9. Catat prosedur dan respons pasien.
4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini
dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya
2. Pipet
3. Speculum hidung
4. Pinset anatomi dalam tempatnya
5. Korentang dalam tempatnya
6. Plester
7. Kain kasa
8. Kertas tisu
9. Balutan
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan cara:
 Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
 Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
 Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4. Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7. Catat prosedur dan respons pasien.
2.19 Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus/ Rectum & Vagina

32
1. Pemberian Obat melalui Anus / Rektum
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan
memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian
obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat
dulkokal supositoria yang berfungsi secara local untuk meningkatkan defeksi. Contoh
efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi
bronchial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rectal
yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasoen yang mengalami
pembedahan rectal.
Alat dan bahan
1. Obat supositorium dalam tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kain kasa
4. Vaselin/pelican/pelumas
5. Kertas tisu
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f. Minta pasien mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan
tangan kiri. Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter
interna dan mengenai dinding rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan
kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g. Setelah selesai, tarik jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i. Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur dan respon pasien.

2. Pemberian Obat Melalui Vagina

33
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk krim dan
supositoria untuk mengobati infeksi local.
Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Sarung tangan
c. Kain kasa
d. Kertas tisu
e. Kapas sublimat dalam tempatnya
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang
tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5
cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan pasien tidur
dalam posisi dorsal rekumben.
f. Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
Regankan labia minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding
kanal vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g. Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan
labila dengan tisu.
h. Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i. Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j. Catat prsedur dan respons pasien.
2.20 Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena
Tindakan ini merupakan prosedur memberikan obat dengan menambahkan obat
kedalam wadah cairan intra vena. tujuannya untuk meminimalkan efek sampan dan
mempertahankan kadar terapetik obat dalam darah.
Alat dan bahan
1. Spuit dan jarum sesui ukuran
2. Obat dalam tempatnya

34
3. Wadah cairan (kantung/botol)
4. Kapas alcohol.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2. Cuci tangan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat serta masukan kedalam spuit.
4. Cari tempat untuk menyuntikan obat pada kantung.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran cairan.
6. Lakukan penyuntikan dengan menusukan jarum spuit kedalam kantung /wadah
cairan.
7. Setelah selesai, tarik spuit dan campurkan lautan dengan membolak-balikan kantung
cairan dengan seksama dan perlahan.
8. Atur kecepatan aliran cairan kembali.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
10. Catat prosedur dan kaji respons pasien.
2.21 Konsep Dasar Perawatan Luka
1. Pengertian Perawatan Luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka,
menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep
Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi
anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu.
2. Jenis-jenis luka
a. Berdasarkan sifat kejadian
1) Luka di sengaja : luka radiasi, luka bedah.
2) Luka tidak di sengaja :
a) Luka terbuka : lukanya kelihatan
b) Luka tertutup : di dalam tubuh
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka mekanik :
a) Vulnus scissum (luka sayat)
b) Vulnus contusum (luka memar)

35
c) Vulnus laceratum (luka robek)
d) Vulnus puncture (luka tusuk)
e) Vulnus sclopetorum (luka tembak)
f) Vulnus morsum (luka gigitan)
g) Vulnus abrasio (luka terkikis)
2) Luka non mekanik : sengatan listrik, obat
3. Tujuan perawatan luka
a. Melindungi luka dari trauma mekanik
b. Mengimobilisasi luka
c. Mengabsorbsi drainase
d. Mencegah kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh (feses, urine).
e. Membantu hemostasis
f. Menghambat atau membunuh mikroorganisme
g. Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
h. Mencegah perdarahan
i. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
2. 22 Jenis Persiapan dan Perawatan
Ada di ruang operasi (25-26,6 derajat celcius), infuse dengan cairan yang
dingin, obat obatan dll. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur suhu kamar
operasi pada :
1. Pre Operasi (Sebelum Operasi)
Pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Fase
awalan yang menjadi landasan untuk keberhasilan tahap selanjutnya. Persiapan
pasien atau kilen di ruang unit perawatan meliputi :
a. Konsultasi dengan tim bedah dan tim anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus melalui pemeriksaan dokter bedah dan dokter
anestesi maupun anggota tim lain yang terlibat seperti fisioterapis. Hal ini
dikarenakan klien harus mengetahui bagaimana operasi akan dilakukan, bagaimana
pembiusan akan diberikan serta hal-hal lain yang menyangkut dengan tindakan
operasi.
b. Pra medikasi
Adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan sebagai persiapan atau
bagian dari anestesi. Pra medikasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai
dengan kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetic, analgesic dan lain sebagainya.

36
c. Perawatan kandung kemih
Pemasangan kateter residu dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada
kandung kemih selama operasi serta untuk memudahkan pengontrolan
keseimbangan intake dan output.
d. Stoking kompresi
Diberikan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi seperti pada ibu yang
obesitas atau yang memiliki varises untuk mencegah kematian akibat emboli
pulmoner (pembuluh darah buntu).
e. Mengidentifikasi protesis
Semua protesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan
lainnya harus dilepas sebelum pembedahan. Pada gigi hal ini untuk mencegah
terlepas dan tertelan saat operasi dimana pasien dalam kondisi tidak sadar.
Sedangkan untuk perhiasan, selain dikhawatirkan akan menjadi sarang kuman juga
mencegah terjadinya reaksi perhiasan dengan alat atau medan listrik dan magnet
yang ada di ruang operasi.

f. Inform consent
Hal ini sangat penting terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Pasien dan keluarga harus mengetahui dan memahami bahwa setiap
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap
tindakan medis wajib memberikan pernyataan persetujuan tindakan medis. Setelah
sebelumnya sudah mendapat informasi detail terkait segala macam prosedur
tindakan yang akan dilakukan
g. Persiapan fisik:
Berbagai persiapan fisik harus dilakukan sebelum pasien operasi antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik lengkap mulai organ dalam
dan luar tubuh. Selain itu pasien juga harus cukup istirahat sehingga pasien tidak akan
mengalami stress fisik dan tubuh lebih rileks.
2) Status nutrisi
Segala macam defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan agar tubuh
mempunyai protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi yang buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan

37
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Yang paling sering terjadi adalah
infeksi post operasi, demam, penyembuhan luka yang lama serta dehisensi (terlepasnya
jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu).
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang yang normal,
yang biasa diperiksa adalah kadar natrium serum (N: 135-145 mmol), kalium serum (N:
3,5-5 mmol) dan kadar kreatinin serum (N: 0,70-1,50). Keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan erat dengan fungsi ginjal.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Sebelum operasi pasien dipuasakan dalam waktu 6-8 jam dan dilakukan
pengosongan kolon dengan tindakan lavement (huknah) yang bertujuan untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru) dan menghindari kontaminasi
faeces di area pembedahan. Perkecualian pada kasus pasien yang membutuhkan
tindakan segera, seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung
dapat dilakukan dengan memasang NGT.

5) Pencukuran daerah operasi


Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang akan
dilakukan tindakan pembedahan karena rambut dapat menjadi tempat kuman
bersembunyi serta menghambat proses penyembuhan luka dan menyulitkan saat
dilakukan perawatan luka.
6) Personal hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting karena jika tubuh dalam keadaan kotor akan
menjadi sarang kuman dan meningkatkan resiko infeksi pada daerah yang dilakukan
tindakan operasi.

2. Intra dan post


Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang
dilakukan oleh petugas medis di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur
pembedahan dibagi menjadi tiga kelompok besar. Meliputi ahli anestesi dan perawat
anestesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien pada posisi
yang tepat di meja operasi, berikutnya ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub

38
(membersihkan anggota badan yang akan dilakukan tindakan operasi), serta yang
terakhir adalah perawat intra operatif yang bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan pasien.
a. Prinsip umum adalah:
1) Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis merupakan suatu usaha untuk mencapai keadaan yang
memungkinkan tidak adanya kuman pathogen baik secara kimiawi, mekanis maupun
fisik. Untuk seluruh sarana dan prasarana yang ada di ruang operasi.
2) Prinsip asepsis personel
Meliputi 3 tahap yaitu scrubbing (cuci tangan steril), gowning ( teknik
penggunaan gaun operasi) dan gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril).
Seluruh anggota personal tim harus memahami konsep ini untuk dapat melaksanakan
operasi secara asepsis dan antiseptic sehingga menghilangkan atau meminimalkan
jumlah kuman. Serta menghindarkan bahaya anggota tim dari penularan penyakit
seperti hepatitis dan HIV /AIDS.

3) Prinsip asepsis pasien


Dengan melakukan berbagai prosedur yang digunakan untuk membuat medan
operasi menjadi steril, seperti kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan
tindakan drapping (menutupi anggota badan dengan kain steril).
4) Prinsip asepsis instrument
Instrument bedah yang digunakan harus benar benar dalam kondisi steril
dengan perawatan alat dan teknik sterilisasi yang benar dan mempetahankan
kesterilan alat pada saat pembedahan.
b. Hal hal yang dilakukan oleh petugas medis terkait dengan pengaturan posisi pasien
di ruang operasi meliputi :
1) Kesejajaran fungsional
Adalah memeberikan posisi yang tepat selama dilakukan tindakan operasi, karena
setiap tindakan operasi membutuhkan posisi yang berbeda beda, seperti :
a) Supine , untuk operasi hernia, laparotomy, appendectomy, mastectomy dll.
b) Pronasi, untuk operasi pada daerah punggung dan spinal seperti laminectomy.
c) Trendelenburg, untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis (panggul).

39
d) Lithotomy, mengekspose daerah perineal dan rectal biasa digunakan untuk operasi
vagina, dilatasi dan kuretase serta pembedahan rectal seperti haemoroidectomy.
e) Lateral, digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
2) Pemajanan area pembedahan
Maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan,
sehingga petugas dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping (menutup
dengan kain lokasi operasi).
3) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a) Posisi pasien selama di meja operasi harus dipertahankan untuk mempermudah
proses pembedahan dan untuk menjaga keselamatan pasien serta mencegah
terjadinya injury
b) Memasang alat grounding (menetralkan medan listrik ke badan pasien)
c) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien
d) Memastikan semua peralatan telah siap
4) Monitoring fisiologis
a) Melakukan balance cairan
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien dan mengkoreksi jika ada
ketidakseimbangan pada balance cairan
b) Memantau kondisi cardiopulmonal (jantung dan paru)
Dilakukan secara terus menerus meliputi tanda tanda vital
5) Monitoring psikologis
Bisa diberikan dengan memberikan dukungan emosional dengan berdiri dan
memberikan sentuhan selama tindakan. Kemudian kondisi emosional juga perlu dikaji
dan menginformasikan kondisi emosional tersebut pada tim bedah.
6) Tim operasi
Terbagi menjadi dua kelompok besar :
a) Steril terdiri dari ahli bedah, asisten bedah, perawat intrumentator (scrub nurse).
b) Non steril terdiri dari ahli anestesi, perawat anestesi, circulating nurse, teknisi
(operator alat, laboratorium dll).
c. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering muncul adalah :
1) Hipotensi
Hipotensi pada tindakan operasi memang diinginkan dan dibuat dengan
pemberian obat obatan tertentu untuk menurunkan jumlah perdarahan pada lokasi

40
operasi. Petugas harus waspada agar tidak terjadi malhipotensi dan segera dapat
memberikan penanganan yang tepat.
2) Hipotermi
Merupakan keadaan suhu dibawah 36,5 derajat celcius. Bisa dialami oleh pasien
karena suhu rendah yang ideal, cairan infuse dibuat pada suhu 37 derajat celcius, baju
dan selimut operasi yang basah segera diganti. Hal ini dilakukan mulai pre operatif
hingga pasca operatif.
3) Hipertemi malignant
Angka kematian lebih dari 50%. Perlu penatalaksanaan yang tepat. Terjadi akibat
gangguan pada otot yang disebabkan oleh obat obatan anestesi. Ketika obat anestesi
dimasukkan dalam tubuh, kalsium dalam plasma akan dilepas ke membrane luar
sehingga otot berkontraksi. Dalam kondisi normal, tubuh akan memompa kembali
kalsium ke dalam plasma, sehingga otot kembali relaksasi. Jika tidak, pasien akan
mengalami hipertemi malignant dan mengalami kerusakan pada system syaraf pusat.
Untuk menghindari bisa dengan pemberian obat obatan serta monitoring ketat
terhadap tanda tanda vital.
3. Operasi
Merupakan masa setelah dilaksanakan operasi, dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihan sampai evaluasi selanjutnya.
a. Meningkatan proses penyembuhan luka
b. Mempertahankan respirasi
c. Mempertahankan sirkulasi udara
d. Mempertahankan keseimbangan cairan
e. Mempertahankan eliminasi
f. Melaksanakan latihan mobilitas/ gerakan
g. Mengurangi kecemasan
4. Luka Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah
antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu dalam masa kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya
infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

41
2.23 Perawatan Luka Operasi
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier,
1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stress simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi. Perawatan luka operasi adalah
Perawatan luka yang dilakukan pada pasien operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan
merasa aman.
1. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena
antikseptik ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline
aman digunakan muntuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida
atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini
tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia
dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini
adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium
klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan
isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi
kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah.
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di
air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide
encer. Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).

42
c. Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput
antiseptik, sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri. Bahan ini agak
iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan
bahwa antiseptic seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000).
Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar
akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan
oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley
& Aucker, 1999).
d. Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama (larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka
diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang / orave kapan
dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau
dibawah luka terdapat eksudat.
2. Alat dan bahan
a. Pinset anatomi
b. Pinset cirurghi
c. Gunting steril
d. Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya
e. Larutan H2O2
f. Larutan boorwater
g. NaCl 0,9%
h. Gunting perban (gunting tidak steril)
i. Plester / pembalut
j. Bengkok
k. Kasa steril
l. Mangkok kecil
m. Handskon steril
2. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset
e. Bersihkan luka dngan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl
0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih

43
f. Berikan obat luka
g. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
h. Balut luka
i. Catat perubahan keadaan luka
j. Cuci tangan

2.24 Ganti Balutan


1. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara
mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
2. Tujuan
a. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga
kebersiha luka
b. Melindungi luka dari kontaminasi
c. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
d. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e. Menurunkan pergerakan dan trauma
f. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3. Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor

4. Kontra Indikasi
a. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup
b. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
2. 25 Angkat jahitan
1. Pengertian
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai
dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2. Tujuan :
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
3. Persiapan alat :

44
a. Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi
waten, kasa dalam bak instrumen steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3 %
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alcohol 70 %
i. Bethadin 10 %
j. Kantung balutan kotor/bengkok kosong
4. Prosedur pelaksanaan
a. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f. Membuka set angkat jahitan secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong
balutan
kotor
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi
dengan betadhin solution 10%.
j. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan
dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang
tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak
ada simpul.
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mencatat pada catatan perawatan.

45
2.26 Pengertian Perawatan perioperatif

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi


berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan
yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.
)
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )

Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase


pengalaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

a. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi dalam
proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama
adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang
prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan
dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre operatif yang
lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi.
b. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang
infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan,
mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi.
Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan

46
yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan.

2. 27 Fase Intraoperatif
a. Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas
keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program
Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing .
Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten
ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah
pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk
terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang
dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat
difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan,
koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun
juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang
terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi
4 hal, yaitu :
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien
selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan
keamanan diantaranya adalah :
1) Pengaturan posisi pasien

47
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan
kenyamanan pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat
perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan
pada posisi tertentu.
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal
– hal sebagai berikut :
1) Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan
dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang
keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan
koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya
dengan pemberian cairan infus.

2) Memantau kondisi cardiopulmonal


Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan
secara kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien normal
atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi
pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen,
perdarahan dan lain – lain.
3) Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan
untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas normal.
Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi
secepatnya.
3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain
1) Memberikan dukungan emosional pada pasien.
2) Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan
selama prosedur pemberian induksi .
3) Mengkaji status emosional klien.

48
4) Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim
kesehatan (jika ada perubahan).
4. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan
antara lain :
1) Memanage keamanan fisik pasien.
2) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

2.28 Fase Postoperatif


a. Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien
pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali
pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah


masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang
cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu
sendiri.

a) Faktor yang Berpengaruh Postoperatif


1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas
melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran
plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase

49
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien,
seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi
akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu
drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi
akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi
jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi
dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang
nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien,
diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi
terkait dengan agen pemblok nyerinya.

b) Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu
pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus
perawat lakukan, yaitu :
1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan
komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya.
Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal
setelah postoperatif.

2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan.

3. Mobilisasi dini

50
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan
kepada klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.

51
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang
atau hewan. Pada infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara
lahiriah. Pada infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi
jangan dirancukan dengan penyakit.

Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis
organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di dalam
saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Hal yang sama berlaku untuk bakteri yang
biasanya menghuni mulut. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung
pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat
virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi
oleh Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi,
orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang
dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran
kemih. Infeksi ini merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter
urin. Nosokomial pneumonia, terutama karena pemakaian ventilator, tindakan
trakeostomy, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Nosokomial bakteremi yang
memiliki resiko kematian yang sangat tinggi.

3.2 Saran

Setelah mempelajari tentang infeksi ini kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin meteri ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang infeksi Penulis
sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh

52
karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna
dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.

Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan
asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa
pengobatan. Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Jenis Persiapan
dan Perawatan adalah Pre Operasi (Sebelum Operasi), Intra dan post, Operasi dan Luka
Perineum.
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier,
1995).

Disaranan bagi petugas kesehatan dan pasien untuk lebih menjaga kesehatan dan juga
jika terjadi luka pada kulit untuk dijaga kebersihannya agar tidak terjadi iritasi
a. Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung,
yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya
saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien
sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
b. Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu
sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat
seperti sediakala.

a. Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.

53
54

Anda mungkin juga menyukai