Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Macam-Macam Gangguan Persepsi dan Psikoterapi untuk Gangguan Mental

TITIP ELIA GUSTAMI

H1A013030

PEMBIMBING:

DR. ANDRI SUDJATMOKO,SP.KJ

KEPANITRAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU
2018
A. Macam-Macam Gangguan Persepsi
Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi,
yaitu: halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi
konversi, gangguan psikologi dan agnosia.

Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada
pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1990).
Oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.

Jenis-jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan (halusinasi optik):
 Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk: orang, binatang, barang, atau Benda.
 Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk: sinar, kilatan, atau pola cahaya.
 Apa yang dilihat seolah-olah berwama atau tidak berwama.
b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik—Halusinasi yang seolah-olah mendengar
suara manusia, suara hewan, suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian
alami.
c. Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)—Halusinasi yang seolah-olah
mencium suatu bau tertentu.
d. Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap)—Halusinasi yang seolah-olah
mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi taktil (halusinasi peraba)—Halusinasi yang seolah-olah merasa
diraba-raba, disentuh, dicolek-colek, ditiup, dirambati ulat, dan disinari.
f. Halusinasi kinestik (halusinasi gerak)—Halusinasi yang seolah-olah merasa
badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak
dengan sendirinya.
g. Hal usinasi viseral—Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada
perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam (mis. lambung seperti ditusuk-tusuk
jarum).
h. Halusinasi hipnagogik—Persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada
orang normal, terjadi sebelum tidur.
i. Halusinasi hipnopompik—Persepsi sensorik bekerja yang salah, pada orang
normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur.
j. Halusinasi histerik—Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik
emosional.
Isi halusinasi adalah terra halusinasi dan interprestasi pasien tentang halusinasinya,
seperti mengancam, menvalahkan. Keagamaan, menghinakan, kebesaran,seksual,
membesarkan hati, membujuk atau hal-hal yang baik.
Hal-hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skizofrenia, psikosis fungsional,
sindrom otak organik (S00), epilepsi, neurosis histerik, intoksikasi atropin atau
kecubung, dan zat halusinogenik.

Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi)
yang sebenamya sungguh-sungguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindra.
Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang.
Contoh:
 Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
 Bunyi angin terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya.
 Suara binatang di semak-semak, terdengar seperti ada tangisan bayi.
Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi
patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.
Contoh:
a. Perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya.
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.

Derealisasi ialah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut
kenyataan sebenarnya (mis. segala sesuatu dirasakan seperti dalam mimpi).
Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, secara harfiah soma artinya
tubuh, dan sensorik artinya mekanisme neuroligis yang terlibat dalam proses pengindraan
dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara
simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional.

Contoh:
a. Anestesia, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indra peraba pada
kulit.
b. Parestesia, yaitu perubahan pada indra peraba, seperti ditusuktusuk jarum, di badannya
ada semut berjalan, kulitnya terasa tebal
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya
bahkan kadang-kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia, yaitu melihat benda lebih kecil dari sebenarnya.

Gangguan psikofisiologik ialah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan
saraf yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegitatif) dan disebabkan oleh
gangguan emosi.
Contoh:
Gangguan ini mungkin terjadi pada:
a. Kulit: radang kulit (dermatitis), biduran (urtikaria), gatal-gatal (pruritis), dan banyak
cairan pada kulit (hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang: otot tegang sampai kaku (tension headache), otot tegang dan
kaku di punggung (lowback pain).
c. Alat pernapasan: sindrom hiperventilasi (bernapas berlebihan yang
mengakibatkan rasa pusing, kepala enteng, parestesia pada tangan dan sekitar
mulut, merasa berat di dada, napas pendek, perut gembung, tetani, dan asthma
bronchiale.
d. Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang cepat (palpitasi), TD
meningkat (hipertensi), dan vascular headache.
e. Alat pencernaan: lambung perih, mual dan muntah, kembung (meteorisme),
sembelit (konstipasi), dan mencret (diare).
f. Alat kemih dan alat kelamin: sering berkemih, ngompol (enuresis),
memancarkan air mini secara dini (evaculation precox), hubungan seksual yang
sakit pada wanita (dispareunia), sakit waktu menstruasi (dismenore), tidak mampu
menikmati rangsangan seksual pada wanita (frigiditas), dan impoten.
g. Mata: mata berkunang-kunang dan telinga berdenging (tinitus).

Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik


sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.Pengertian persepsi

B. Psikoterapi untuk gangguan mental


Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan gabungan antara terapi kognitif
dan terapi perilaku. Terapi kognitif pertama kali dikenalkan oleh ahli psikoterapi
Dr Aaron Beck, di tahun 60-an. Terapi kognitif fokus menyasar pada pemikiran-
pemikiran dan kepercayaan pasien. Dua hal ini seringkali berpengaruh sangat kuat
pada mood, keinginan, dan perilaku pasien. Dengan mengubah pemikiran pasien,
pasien dapat lebih adaptif yang berpengaruh pada perilaku. Sedangkan terapi
perilaku fokus pada mengubah perilaku pasien yang dirasa menyimpang.
CBT ini dapat diterapkan untuk berbagai gangguan jiwa, mulai dari depresi,
gangguan kecemasan, bipolar, gangguan makan, sampai skizofrenia. Misalnya,
untuk gangguan kecemasan, CBT akan membuat pasien lebih adaptif sehingga
dapat mengatasi ketakutan yang berlebihan. Bahkan untuk kasus berat seperti
skizofrenia, CBT dampat bermanfaat, meskipun harus digunakan pula obat-obatan
antipsikotik.

Dialectical Behavior Therapy


Dialectical behavior therapy (DBT), adalah salah satu bentuk dari CBT, yang
dikembangkan oleh dr. Marsha Linehan, Ph.D. Awalnya terapi ini digunakan
untuk orang-orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri termasuk mengobati
gangguan borderline personality disorder (BPD) yaitu gangguan mental dengan
kecenderungan bunuh diri lebih tinggi.
Kata “dialektikal” mengacu pada filosofi perdebatan dua paham yang bertolak
belakang sampai ditemukan keseimbangan di antara dua paham yang sangat
ekstrim. Untuk gangguan jiwa, terapis akan meyakinkan pasien bahwa tindakan
atau keinginan mereka bunuh diri adalah valid dan dapat dimengerti. Tetapi di
saat yang sama, terapis akan melatih pasien memahami bahwa pasien sendirilah
yang bertanggungjawab untuk mengubah perilaku mereka. Terapi ini
membutuhkan hubungan yang kuat dan setara antara pasien dan terapis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa DBT efektif mengatasi gangguan BPD, di mana
percobaan bunuh diri menurun hampir separuhnya dibandingkan terapi jenis lain
untuk penderita BPD.
Interpersonal Therapy
Interpersonal therapy (IPT) adalah jenis psikoterapi yang paling sering digunakan
untuk mengatasi distemia (depresi yang persisten namun tidak begitu berat). IPT
mulai dikenalkan tahun 1980-an oleh dr. Gerald Klerman, dan dr. Myrna
Weissman. Pada dasarnya terapi ini mengedepankan komunikasi antar individu
sehingga efektif menekan depresi. IPT membantu penderita berinteraksi dengan
orang lain. Jika masalahnya adalah perilaku, maka terapis akan membantu
mengubah perilaku pasien. Intinya IPT membantu pasien mengidentifikasi
masalah emosi dan apa yang memicunya.

Family-focused Therapy
Family-focused therapy (FFT) dikembangkan dr. David Miklowitz dan dr.
Michael Goldstein, Ph.D., untuk mengobati gangguan bipolar. Terapi ini meyakini
bahwa keluarga memegang peran penting dalam kesembuhan pasien, sehingga
anggota keluarga disertakan dalam satu sesi terapi. Diharapkan masalah, konflik,
dan kesulitan-kesulitan dalam keluarga yang dapat memperberat kondisi pasien
bipolar dalam diatasi. Anggota keluarga diajarkan bagaimana berkomunikasi
dengan penderita dengan cara lebih baik. Penelitian menunjukkan FFT ini efektif
membantu pasien menjadi lebih stabil dan mencegah kekambuhan.

Anda mungkin juga menyukai