Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

BAB I.
Latar Belakang
Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah
untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya secara
baik, menguntungkan dan memuaskan (Wiriaatmaja, 1986). Atau dengan kata lain kegiatan
penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain,
dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau melaksanakan
informasi yang disampaikan.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, komunikasi menjadi sebuah faktor penting
yang dapat menunjang tercapainya tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikan dituntut
untuk memiliki sebuah strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan
dengan baik dan tidak terjadi miss understanding dalam proses penyuluhan ini.
Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
oleh karenanya penyajian komunikasinya pun perlu disesuaikan dengan daerah masing-
masing petani. Para petani yang masih berada di daerah pedesaan yang terisolir tentunya
lebih efektif jika diberikan penyuluhan dengan metode dialog dua arah serta pendekatan
interpersonal. Terdapat korelasi positif yang nyata antara kompetensi komunikasi yang
dimiliki oleh penyuluh terhadap perilaku petani dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Selain faktor keterisoliran dan kompetensi komunikasi, strategi komunikasi pun berpengaruh
terhadap efektifitas komunikasi. Hal ini didukung oleh terbagi-baginya tipe penerima respon
penyuluhan, mulai dari kelompok inovator; early adopter, early mayority, late adopter dan
kelompok penolak inovasi yang bersifat apatis (lagger).
Oleh karenanya, diperlukan sebuah kajian mendalam untuk mengetahui bagaimana
seharusnya penyajian komunikasi pertanian yang efektif dalam kegiatan penyuluhan terhadap
ragam petani yang tersebar di berbagai daerah agar para petani dapat tercerahkan dan
berkembang cara berpikirny

1
A. Rumusan masah
1. Dasar-dasar komunikasi untuk penyuluhan pertanian
2. Inovasi sebagai pesan penyuluh
3. Adopsi inovasi dalampenyuluh pertanian
4. Difusi inovasi dalam penyuluhan pertanian

B. Tujuan
Mengetahui peranan dari:
1 Dasar-dasar komunikasi untuk penyuluhan pertanian
2 Inovasi sebagai pesan penyuluh
3 Adopsi inovasi dalampenyuluh pertanian
4 Difusi inovasi dalam penyuluhan pertanian

BAB II
Permasalahan
Pertanian di Indonesia yang luas, kebanyakan di kelola para petani sendiri terkadang
kurang memahami masalah masalah yang sering timbul dalam proses pengolahan atau
pembudidayaan pertanian, oleh karena itu sangat di harapkan penyuluhan pertanian mampu
mengubah perikaku petani untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi
terwujutnya perilaku mutu hidup.

BAB III
Pembahasan
Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan
yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal
harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal
karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu,
tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).

2
A. Dasar-dasar komunikasi

Peran komunikasi dalam penyuluhan pertanian


Ditinjau dari prosesnya, penyuluhan adalah komunikasi dalam arti kata ada dua
komponen yaitu manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi
sebagai penerima pesan atau komunikan. Dalam proses ini penyuluh pertanian bertindak
sebagai komunikator (pemberi pesan), sedangkan petani merupakan komunikan (penerima
pesan). Perbedaan antara komunikasi dengan penyuluhan terletak pada tujuannya, dimana
tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan penyuluhan sifatnya khusus, yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Tujuan akan tercapai bila terjadi
komunikasi yang dapat dipahami. Komunikasi yang bagaimana yang menunjang tujuan
penyuluhan mudah tercapai? Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat
dua arah.
Penyuluh sebagai komunikator yaitu penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal
ini disebut komunikan yang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun
secara berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi dari
berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan
sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkah metode
yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam melakukan perubahan perilaku
ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si
penerima pesan yaitu orang yang diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian,
apakah bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan
lancar, dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?
Fenomena di tingkat lapangan menggambarkan masih lemahnya proses penyuluhan
pertanian dengan dampak yang ada, disinyalir salah satu penyebabnya adalah hambatan
komunikasi. Sebab dalam proses komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan
itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi
ini perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian
dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-
jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai pembawa pesan.
Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan disampaikan, ataukah karena
prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguan dalam proses
penyampaiannya.

3
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan
bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada
tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang komunikator yang
efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang
disengaja seraya memahami budaya orang lain.

Tujuan komunikasi
Didalam setiap proses komunikasi, sedikitnya akan terkandung salah satu dari tiga macam
tujuan komunikasi, yaitu:
1) Informatif, memberikan informasi berita,
2) Persuasive, membujuk dan
3) Intertainment, memberikan hiburan
Dalam hubungan ini, komunikasi yang berlangsung selama proses penyuluhan selalu
mengandung ketiga macam tujuan tersebut meskipun dengan kadar yang tidak selalu sama.
Hal ini disebabkan karena tujuan utama penyuluhan adalah mendidik. Artinya,
mempengaruhi orang lain agar mau menerima/melaksanakan informasi yang disampaikannya
dengan senang hati. Meskipun demikian bobot “hiburan” harus dijaga untuk tidak selalu
dominan, agar informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan porsi yang lebih besar
sehingga memungkinkan sasarannya memperolehnya cukup lengkap dan jelas.

Hal yang harus dimiliki oleh penyuluh


Penyuluh sebagai komunikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang yang
tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih
umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku petani. Tugas
komunikator adalah berkomunikasi kepada komunikan. Yuhana, dkk. (2008) menyatakan
terdapat paling tidak empat factor yang ada pada sumber yang dapat meningkatkan ketepatan
komunikasi, yaitu: keterampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan
posisi dalam system social budaya.
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu factor yang melekat pada diri
seorang penyuluh. Dalam komunikasi verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis,
mendengarkan dan membaca, dan berpikir serta bernalar. Komunikator yang berbicara
dengan baik akan sangat menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu
menulis dan membaca dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode

4
mengajar. Kemampuan dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus
dimiliki seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi
yang dimiliki oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang
mengadakan komunikasi. Soekartawi (2008) menyatakan bahwa sering dijumpai bahwa
penampilan komunikator ditentukan oleh kredibilitas yang mereka miliki. Seseorang yang
mempunyai gelar di bidang pertanian sering diasumsikan mempunyai kredibilitas yang tinggi
dalam prioritas pekerjaan melakukan komunikasi. Di lain pihak orang yang berpengalaman
juga mempengaruhi kredibilitas dalam sebuah komunikasi. Misalnya, petugas penyuluh yang
sudah berpengalaman bekerja sebagai penyuluh akan lebih dipercayai sebagai penyuluh yang
handal dibanding dengan orang yang nelum pernah melaksanakan penyuluhan atau orang
yang baru pertama sekali melaksanakan penyuluhan. Soekarwati (2008) juga menyatakan
dalam praktek komunikasi, komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam
melakukan komunikasi pertanian sering ditentukan oleh berbagai factor, antara lain:

1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.


2. Karakter yang dipunyai.
3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan
dalam melakukan pekerjaannya.
4. Kepribadian yang ia miliki
5. Tujuan melakukan komunikasi.
6. Cara penyampaian. Penyampaian informasi dengan peraga, atau menggunakan gerak
tangan atau alat lain sehingga mampu memikat pendengarnya.

Hal yang harus dimiliki oleh subjek penyuluh (komunikasi)


Peran komunikan dalam komunikasi adalah sebagai penerima pesan. Dalam penyuluhan,
komunikan adalah petani. Yuhana dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor
yang mempengaruhi keefektifan komunikasi. Keempat factor itu adalah keterampilan
berkomunkasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan system social budaya komunikan.
Keterampilan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh penerima adalah keterampilan
mendengarkan dan membaca, berbicara dan menulis, berpikir dan bernalar. Subjek
penyuluhan dalam hal ini petani biasanya tidak mengerti akan hal yang harus dimiliki
seorang komunikan ini dalam sebuah penyuluhan karena keterbatasan pendidikan formal.
Kebanyakan dari petani belajar secara autodidakdi dalam lingkungan. Keterampilan berbicara

5
biasanya diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya ataupun melalui budaya yang ada di
dalam budayanya yang mengajarkan bagaimana cara mendengarkan dan berbicara yang baik.
Kemampuan membaca dan menulis petani juga biasanya terbatas belajar sendiri, sehingga
kemampuan mereka tidak sampai kepada peraturan formal yang sempurna tentang membaca
dan menulis. Dari keadaan ini peran komunikator sangat besar dalam mengubah perilaku
mendengarkan, berbicara yang terstruktur, membaca dan menulis, serta berpikir dan benalar
yang logis dalam pelaksanaan pertanian ataupun saat berkomunikasi tentang pertanian.
Peran komunikan dalam penyuluhan sebagai pendengar sangat besar. Peran
komunikan ini terkait dengan perannya sebagai penerima pesan. Komunikan harus mampu
menjadi pendengar yang baik sehingga dapat memiliki makna yang dimaksud oleh
komunikator yang dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Beberapa petunjuk untuk
meningkatkan kemampuan mendengar (Nisbet, 1988 dalam Tubbs dan Moss, 1996):

1. Menyediakan waktu
2. Jangan keasikan dengan diri sendiri
3. Bersiap untuk mendengarkan
4. Bersabar
5. Memperhatikan dengan baik
6. Jangan bereaksi berlebihan terhadap pesan
7. Focus pada isi pesan
8. Jangan berpura-pura mendengarkan
Petunjuk ini tidak dimiliki sepenuhnya oleh petani, sehingga penyuluh berperan
menyadarkan petani dengan mengajarkan petunjuk ini kepada petani, agar tercipta keadaan
komunikan yang sangat mendukung terciptanya komunikasi yang efektif. Petunjuk ini juga
harus dimiliki oleh seorang penyuluh untuk ke-efektifan mendengarkan. Namun, tidak semua
petani tidak memiliki kemampuan mendengar yang baik, maka penyuluh harus mampu
memetakan kemampuan subjek penyuluhan agar dapat menentukan kemampuan yang belum
dimiliki komunikan dalam berkomunikasi yang baik.
Tingkat pengetahuan komunikan juga hal yang sangat mempengaruhi ke-efektifan
komunikasi dari factor komunikan. Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki oleh
komunikan adalah tentang sumber komunikasi, bahasa yang digunakan dalam komunikasi,
tulisan, isyarat yang dipergunakan komunikator dan pengetahuan dasar yang menyangkut
materi penyuluhan. Semakin tinggi pengetahuan tentang materi atau isi pesan yang

6
ditransaksikan dalam sebuah penyuluhan akan semakin tinggi ke-efektifan sebuah
komunikasi penyuluhan. Dalam mendukung komunikasi efektif sebaiknya penyuluhan
dimulai dari hal-hal yang diketahui oleh komunikan.

Mengukur keefektifan komunikasi


Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi? Kita tidak dapat menilai
keefektifan komunikasi bila apa yang kita maksudkan tidak jelas; kita harus benar-benar tahu
apa yang kita inginkan. Menurut Tubbs and Moss (1999) terdapat 5 hasil utama yang dapat
dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif :
1. Pemahaman
Penerimaan cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh
pngirim pesan. Komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang
cermat atas pesan yang disampaikannya.
2. Kesenangan
Timbulnya rasa senang dan terhibur atau mempertahankan hubungan insani
3. Pengaruh pada sikap
4. Hubungan yang makin baik
5. Tindakan

B. Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian :


Kegiatan upaya pembangunan dalam pertanian yang disampaikan melalui kegiatan
penyuluhan, intinya dari setiap upaya pembangunan yang di sampaikan melakukan kegiatan
penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku
masyarakat demi terwujutnya perilaku mutu hidup mencakup banyak aspek, baik: ekonomi,
social, ideologi, politik, maupun pertahanan dan keamanan. Karena itu, pesan pesan
pembangunan yang di suluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya
perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan”.

Setiap penyuluh diharapkan dapat mempercepat proses adopsi dan difusi inovasi, melalui :
1. Melakukan diagnose terhadap masalah masyarakatnya, serta kebutuhan – kebutuhan
nyata (real need) yang belum dirasakan masyarakatnya.

7
2. Adanya kebutuhan baru yang mendorong masyarakat untuk siap melakukan perubahan
– perubahan sedemikian rupa sehingga dengan kesadarannya sendiri mereka termotivasi
untuk melakukan perubhan – perubahan.
3. Menjalin hubungan erat dengan masyarakat sasaran, membuat mereka yakin bahwa
mereka mampu memecahkan masalahnya serta mewujudkan terpenuhinya kebutuhan –
kebutuhan yang baru.
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran, agar keinginannya dapat menjadi nyata
untuk melakukan perubahan.
5. Memantabkan hubungan dengan masyarakat sasaran, pada akhirnya melepaskan
mereka untuk berswakarsa dan berswadaya melakukan perubahan tanpa harus selalu
menggantungkan bantuan guna melakukan perubahan yang dapat mereka laksanakan sendiri.

C. Adopsi dan Difusi Inovasi dalam Penyuluhan Pertanian

Adopsi, dalam penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
penerima inovasi atau perubahan perilaku yang baik berupa pengetahuan (Cognitive), sikap
(affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri sesorang setelah menerima
“inovasi” yang disampaiakan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Adopsi dalam
pembahasan ini menerima sesuatu yang “baru” yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak
lain atau penyuluh.

Tahapan – tahapan Adopsi :


Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan sebelum masyarakat menerima
atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan dari Adopsi yaitu :
1. Awwareness, atau kesadaran, yaitu penerima mulai sadar mengenai adanya inovasi yang
ditawarkn oleh penyuluh.
2. Interest, atau tumbuhnya minat atau keinginannya untuk bertanya, mengetahui lebih
jauh tentang inovasi yang ditawarkan.
3. Evaluation, atau penilaian terhadap baik atau buruk mengenai manfaat inovasi yang
telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4. Trial, atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebalum
menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

8
5. Adoption, yaitu menerima atau menerapkan dengankeyakinn berdasarkan penilaian dan
uji coba yang telah diamatinya sendiri.

Dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi bisa dilakukan
dengan menggunakan tolok ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan membandingkan
“rekomendasi” yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas penerapan yang dilakukan
dilapangan.
Sejalan dengan semakin berkembangnyapenerapan ilmu penyuluhan pembangunan di
Indonesia, studi – studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, semakin
pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut antara lain disebabkan karena, sejak
dimulainya “Revolusi Hijau” pada dasawarsa 1960-an di Indonesia, pembangunan pertanian
lebih memusatkan perhatiannya kepada peningkatan mutu intensifikasi yang diupayakan
melalui penerapan inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis (mulai pancausaha, saaptausaha,
sampai sepuluh jurus teknologi) maupun inovasi social (usahatani berkelompok, melalui
Insus dan Supra Insus). Tergantung pada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses
pencapaian tahapan adopsi dapat berlangsung secara cepat maupun lambat. Ditinjau dari
pemantaban perubahan perilaku yang terjadi, adopsi yang berlangsung melalui proses
bujukan atau pendidikan biasanya lebih sulit berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi melalui
pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah kembali, segera setelah unsur kegiatan pemaksaan
tersebut tidak dilanutkan lagi. Dari hal tersebut dapat diperoleh informasi bahwa kecepatan.
Adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu :
1. Sifat – sifat atau karakteristik inovasi
2. Sifat atau karakteristik calon pengguna
3. Pengambilan keputusaan adopsi
4. Saluran atau media yang digunakan
5. Kualifikasi penyuluh
Proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa proses adopsi
inovasi itu sendiri merupakan proses yang diupyakan secara sadar demi tercapainya tujuan
pembangunan pertanian. Sebagai suatu proses, pembanguna pertanian merupakan interaksi
dari banyak pihak secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan upaya peningkatan
produktivitas usahatani dan peningkatan pendapatan serta perbaikan mutu hidup, melalui
penerapan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1988). Selaras dengan hal itu, maka kajian

9
terhadap faktor – faktor penentu adopsi inovasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
sekaligus meliputi : pendekatan komunikasi, psiko-sosial, dan sistem agribisnis.
Proses adopsi inovasi ditentukan oleh kualitas penyuluh yang mencakup : kualitas
penyuluh, sifat-sifat inovasinya, saluran komunikasi yang digunakan, dan ciri-ciri dari
sasaran yang meliputi : status social-ekonomi, dan persepsinya terhadap aparat pelaksana
kegiatan penyuluhan maupun program – program pembangunan pada umumnya.

D.Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian :


Proses Difusi Inovasi adalah pembesaran adopsi inovasi dari satu individu yang telah
mengadopsi ke individu lain dalam sistem social masyarakat sasaran yang sama. Seperti yang
telah dikemukakan, kecepatan adopsi dan difusi juga tergantung kepada aktivitas yang
dilakukan oleh penyuluhnya sendiri.
Sehubungan dengan hal itu, percakapan tentang kekuatan – kekuatan yang
mendorong penyuluhan dan percakapan tentang peran penyuluh, setiap penyuluh diharapkan
dapat mempercepat proses adopsi dan difusi inovasi, melalui :
1. Melakukan diagnose terhadap masalah masyarakatnya, serta kebutuhan – kebutuhan
nyata (real need) yang belum dirasakan masyarakatnya.
2. Adanya kebutuhan baru yang mendorong masyarakat untuk siap melakukan perubahan
– perubahan sedemikian rupa sehingga dengan kesadarannya sendiri mereka termotivasi
untuk melakukan perubhan – perubahan.
3. Menjalin hubungan erat dengan masyarakat sasaran, membuat mereka yakin bahwa
mereka mampu memecahkan masalahnya serta mewujudkan terpenuhinya kebutuhan –
kebutuhan yang baru.
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran, agar keinginannya dapat menjadi nyata
untuk melakukan perubahan.
5. Memantabkan hubungan dengan masyarakat sasaran, pada akhirnya melepaskan
mereka untuk berswakarsa dan berswadaya melakukan perubahan tanpa harus selalu
menggantungkan bantuan guna melakukan perubahan yang dapat mereka laksanakan sendiri.
Berkaitan dengan proses adopsi dan difusi inovasi, perlu dicermati tentang peran
kelompok perintis dan pelopor serta pemuka – pendapat (opinion leader).Disamping itu,
kelompok pemuka – pendapat yang sering dinilai memegang peran penting dalam proses
“Komunikasi dua tahap” ternyata juga tidak selalu dapat dijadikn panutan atau acuan
masyarakatnya. Hal itu disebabkan karena seringkali mereka hanya menyalurkan

10
pendapatnya atau inovasinya yang lebih menguntungkan statusnya sebagai “Pemuka”
masyarakatnya.sedangkan inovasi yang berupa ide – ide yang akan “membahayakan”
kedudukan atau bisnisnya tidak akan disampaikan kepada masyarakatnya.

BAB IV

Penutup

Kesimpilan
Penyuluhan pertanian kegiatan yang di lakukan dengan langsung kepada petani
dengan tujuan mengubah perikaku petani untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku
masyarakat demi terwujutnya perilaku mutu hidup dan upaya pembangunan dalam pertanian
yang disampaikan melalui suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga
tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa
menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya secara baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan.
IPB.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: UI
Press.
Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip
Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Turindra, Azis. 2011. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan file:///D:/proses-
komunikasi-dalam-penyuluhan.html
Yogasuria, Ermina. 2010. Komunikasi Dalam Penyuluhan
Pertanian.file:///D:/komunikasii%20dlm%20penyuluhan%20pert.htm
Yuhana Ida, dkk. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi: Bahan kuliah. IPB.

12

Anda mungkin juga menyukai